Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

ANALISIS PAPER
OPERASI WADUK

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. Julian Dwi Tama 112019015
2. Abisyah Dika Ratama Hadi 112019021
3. Dea Amalda 112019024
4. Nasrullah 112019113
5. Fidhel Ahmed Ar Rizal 112019135
6. Salsabila Aqila 112019181
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
Judul Jurnal : Studi Optimasi Pola Operasi Waduk Sutami Akibat Perubahan
Iklim
Volume :

Tahun : 2013

Penulis : Harvy Irvani, Mohammad Bisri, Widandi Soetopo

Tujuan : Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisa keadaan


pola operasi waduk sebelum dan sesudah terjadinya perubahan
iklim setelah ditentukan basis perubahan iklimnya, apakah
terdapat perubahan yang dapat mempengaruhi pola operasi
waduk yang sudah ada dengan membandingkan kedua pola
operasi waduk tersebut.

Hasil : 1. Dari History Of Climate Change Science diketahui bahwa

puncak perubahan iklim terjadi di antara tahun 1990 –


2007. Sehingga pada penelitian ini dan berdasarkan data
yang diperoleh untuk membandingkan bagaimana pola
operasi waduk sebelum dan setelah perubahan iklim maka
pada tahun 1997 sebagai tahun dasar perubahan iklim.
2. Kondisi pola operasi waduk sutami sebelum perubahan
iklim masih berada di kondisi yang baik dimana kebijakan
pelepasan untuk PLTA pada saat musim basah dan musim
kering itu memenuhin ketersediaan kondisi tampungan
awal.
3. Kondisi pola operasi waduk sutami setalah perubahan iklim
mulai mengalamin pergeseran kebijakan lepasan dimana
pada saat memasukin musim kering,kebijakan lepasan
waduk masih cukup besar dari yang direncanakan
sedangkan saat memasukin musim basah malah kebijakan
lepasan waduk cukup kecil/minimum.
Judul Jurnal : Studi Perencanaan Pola Operasi Waduk Kuningan Untuk
Memenuhi Kebutuhan Air Baku, Irigasi, dan PLTA di
Kabupaten Kuningan Jawa Barat

Volume :

Tahun : 2021

Penulis : Ratu Anita Rachmawati, Widandi Soetopo, Pitojo Tri Juwono


Latar Belakang : Jumlah penduduk Kabupaten Kuningan yang
berkembang sangat pesat menyebabkan peningkatan
kebutuhan air. Proyek Pembangunan Waduk Kuningan
merupakan wujud nyata Pemerintah Kabupaten Kuningan
dalam mendorong perlindungan dan optimalisasi sumber
daya air Sungai Cisanggarung. Berdasarkan permasalah
kebutuhan air pembangunan Waduk Kuningan diharapakan
dapat menjadi jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan air
bagi warga di sekitar Waduk Kuningan. Fokus utama
pembanguna Waduk Kuningan adalah untuk pemenuhan
kebutuhan air baku, air untuk irigasi dan juga PLTA. Melihat
belum tersedianya pedoman pengoperasian lepasan dengan
berlandaskan tampungan untuk Waduk Kuningan, maka
dilakukan penelitian untuk penetapan pedoman operasi,
dengan dilakukanya sebuah kajian berupa penentuan lepasan
paling optimal.
Dalam penelitian ini metode yang dipilih adalah
algoritma genetika. Proses optimasi Algoritma Genetik
terutama dilakukan dengan replikasi dan persilangan
alternatif, menghasilkan keromosom yang lebih baik dan
lebih seragam. Akan tetapi dalam kondisi homogen ini maka
dapat terjadi hilangnya informasi penting pada keromosom
yang sebetulnya masih dapat digunakan.Mutasi ini berfungsi
untuk menjaga agar informasi penting semacam itu tidak
terinspirasi oleh teori evolusi Charles Darwin, yaitu setiap
makhluk mewariskan satu atau beberapa karakter kepada
anak atau keturunannya. Algoritma genetika adalah salah
satu metode dari kelompok "simulasi optimasi". Jenis
prosedur ini sangat efektif dalam mengeksplorasi berbagai
bagian kawasan yang memungkinkan dan secara bertahap
berkembang menuju solusi terbaik yang memungkinkan.
Adapun manfaat dari studi ini adalah menghasilkan
suatu rekomendasi sebagai pedoman untuk meningkatkan
pengembangan pada perencanaan Waduk Kuningan
sehingga kapasitas tampungan air yang direncanakan dapat
sebanding dengan kebutuhan yang terus meningkat sehingga
dapat tercapai ketahanan pangan sesuai dengan tujuan di
awal.
Tujuan : Menghasilkan suatu rekomendasi sebagai pedoman untuk

meningkatkan pengembangan pada perencanaan Waduk


Kuningan sehingga kapasitas tampungan air yang
direncanakan dapat sebanding dengan kebutuhan yang terus
meningkat sehingga dapat tercapai ketahanan pangan sesuai
dengan tujuan di awal.
Hasil : Hasil analisa diperoleh rekapitulasi Debit Andalan
Waduk Kuningan adalah 2,6 – 18, 39 m3/dt dengan debit
tertinggi pada tahun 2008 dan terendah pada tahun 1998.
Pada simulasi operasi waduk secara sederhana, volume total
limpahan yaitu 127,50 juta m3 yang dihasilkan dari 24
periode limpahan dan 240 periode operasi. Simulasi
dilakukan selama 10 tahun, mulai 1999-2008 kebutuhan air
irigasi dan baku reratanya, yaitu 67,34 % dan minimal
pemenuhan sebesar 0 %. Sehingga disimpulkan waduk
kuningan memiliki kegagalan waduk dalam pemenuhan air
baku dan irigasi di kabupaten kuningan. Total nilai lepasan
mencapai 461,66 juta m3 dengan rata-rata 1,9 juta m3.
Situasi minimal waduk kuningan yaitu kosong dengan total
101 periode selama 1 tahun menurut volume tampungan
waduknya. Dengan rerata volume waduk 6,52 juta m3.
Setelah pengoptimasian menggunakan Algoritma
disimpulkan bahwa pada simulasi sederhana outflow waduk
minimum pemenuhanya adalah 0 juta m3, sementara jika
dilakukan optimasi dengan algoritma genetik waduk
memiliki jumlah pemenuhan minimum sampai dengan 1,0
juta m3. Apabila dilakukan simulasi waduk sederhana untuk
mengetahui presentase pemenuhan kebutuhan pada waduk
maka minimalnya bisa memeenuhi adalah 0%, sementara
setelah pengoptimalan dengan algoritma genetik pemenuhan
minimumnya menjadi 44,58% dari kebutuh keseluryhannya.
Tampungan akhir waduk setelah dilakukan optmasi akan
selalu tersedia atau minimal 2,56 juta m3 dengan rerata
keadaan tampungan selama 10 tahun mencapai 17,012 juta
m3.
Sementara kekosongan sering terjadi pada simulasi
sederhana dengan rata-rata volume tampungan waduknya
mencapai 6,51 juta m3. Saat menggunakan aturan lepasan
menurut tampungan keandalan waduk tidak memiliki
periode gagal, tetapi untuk simulasi waduk sederhana terjadi
kekosongan waduk atau kegagalan sebanyak 101 periode
gagal dari 240 periode. Pemenuhan kebutuhan minimum
berasarkan kinerja waduk dari total kebutuhan yang
direncanakan cukup meningkat. Pemenuhan kebutuhan yang
meningkat ini menjadi bukti bahwa fungsi waduk dinyatakan
lebih optimal dari sebelumnya.
Perumusan mode pengoptimasian di penelitian ini
adalah merumuskan aturan alternatif hasil aliran Waduk
Pembangkit Listrik Tenaga Air Kuningan (dalam bentuk
persentase) melalui uji coba ulang, aturan ini akan
meningkatkan nilai rata-rata energi pembangkit listrik PLTA
dan meningkatkan nilai minimumnya di masa mendatang.
Nilai rata-rata dan minimum energi tenaga air merupakan
fungsi objektif dari optimasi algoritma genetika.
Disimpulkan rerata energi bangkitan PLTA meningkat 14,72
%, energi minimum PLTA yang dihasilkan meningkat
sebesar 72,53 %.
Judul Jurnal : Pengaruh Muka Air Waduk Saat Pengisian Awal Terhadap
Deformasi dan Rekahan pada Tubuh Bendungan
Volume :

Tahun : 2021

Penulis :  Nala, I. M. A., Sangkawati, S., & Putranto, T. T. (2021)

Tujuan : Pembangunan bendungan berfungsi untuk mengurangi


intensitas banjir, serta dapat dimanfaatkan juga untuk
kebutuhan air baku, pengairan, pariwisata, pembangkit tenaga
listrik, serta yang lain. Selain memiliki manfaat yang sangat
besar, bendungan juga memiliki potensi bahaya di dalamnya,
apalagi jika tidak didukung dengan pengelolaan dan
pemantauan yang baik.
Hasil : Pada saat pengisian awal waduk, terdapat temuan rekahan

memanjang pada puncak Bendungan Titab pada tanggal 3


Februari 2016 dengan lebar ±10-15 cm panjang ±50 m
kedalaman ± 50 cm. Rekahan tersebut diperkirakan akibat
perbedaan deformasi yang terjadi pada daerah hulu, tengah dan
hilir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
muka air waduk terhadap deformasi pada tubuh bendungan
yang berdampak terjadinya rekahan pada puncak bendungan.
Metode yang digunakan adalah dengan mengiterpretasikan data
pembacaan patok geser dan inclinometer disandingkan dengan
elevasi muka air waduk. Hasil analisis menunjukkan nilai
deformasi vertikal pada puncak bendungan bagian hilir lebih
besar dari nilai deformasi vertikal puncak bendungan bagian
hulu pada patok 1, 2, dan 3, sedangkan nilai deformasi bagian
hulu lebih besar dari nilai deformasi bagian hilir pada patok 4
dan 5.
 Deformasi horizontal daerah hulu mengarah ke hulu sedangkan
deformasi horizontal daerah hilir bergerak ke hilir. Dapat
disimpulkan bahwa deformasi pada puncak Bendungan Titab
terjadi akibat beban air waduk saat pengisian awal waduk dan
rekahan memanjang pada puncak bendungan disebabkan karena
perbedaan nilai deformasi vertikal antara hulu dan hilir dan
arah deformasi horizontal pada puncak bendungan.
Rekahan pada puncak Bendungan Titab berdasarkan hasil
analisis pembacaan instrumentasi patok geser disebabkan
karena perbedaan nilai deformasi vertikal/settlement antara
hulu dan hilir, dan arah pergerakan deformasi horizontal yang
terjadi pada puncak bendungan yaitu puncak hulu bergerak ke
hulu sedangkan puncak hilir bergerak kehilir dengan nilai
berkisar antara 15 – 20 cm. Deformasi yang terjadi pada tubuh
Bendungan Titab dimulai sejak pengisian awal waduk dan
terpengaruh oleh peningkatan elevasi muka air waduk.
Judul Jurnal : STUDI DAYA DUKUNG SUMBER DAYA IKAN DI WADUK
JATIBARANG SEMARANG
Volume :

Tahun : 2020

Penulis : Aisyah Aisyah, Setiya Triharyuni, Eko Prianto, Rudy Masuswo


Purwoko
Tujuan : . Waduk Jatibarang merupakan waduk yang belum lama
beroperasi dan masih tergolong waduk baru. Kegiatan perikanan
yang berkembang didominasi oleh perikanan pancing. Selain
penangkapan, peningkatan produksi juga dilakukan dengan
penebaran ikan, namun belum didukung kajian daya dukung yang
memadai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai daya
dukung sumber daya ikan di waduk Jatibarang.
Kearifan lokal yang berkembang berupa batasan penggunaan alat
tangkap lain selain pancing diduga berdampak pada kondisi
sumber daya ikan yang berkelanjutan pada waduk ini. Sektor
perikanan merupakan pendukung bagi fungsi wisata di Waduk
Jatibarang, melalui keberadaan tempat-tempat makan di sisi darat
waduk dan aktifitas pemancingan. Untuk mengoptimalkan
pemanfaatan waduk, maka dilakukan penebaran ikan baik oleh
masyarakat, instansi pemerintah baik daerah maupun pusat.
Penebaran ikan di Waduk Jatibarang memiliki
intensitas yang relatif tinggi, sementara kajian
mengenai daya dukungnya belum banyak dilakukan.
Kajian daya dukung diperlukan untuk mengetahui daya
atau kekuatan suatu perairan dalam menampung
jumlah ikan tertentu pada lingkungan tertentu untuk
dapat memenuhi kebutuhan populasi ikan tanpa
Hasil : Kegiatan penelitian dilakukan pada Bulan Mei dan Juli 2018 yang

meliputi 4 (empat stasiun yang mewakili inlet, tengah dan outlet


waduk. Data primer yang dikumpulkan meliputi kualitas air
(parameter fisika, kimia dan biologi). Data pendukung penelitian
meliputi elevasi muka air, diperoleh dari Balai Besar Wilayah
Sungai Pemali-Juana, dan data kedalaman, diperoleh dari akuisisi
data GPS Sounder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
daya dukung sumber daya ikan di Waduk Jatibarang berkisar
antara 3,57-6,3 ton/tahun. Kedalaman perairan sangat
mempengaruhi nilai daya dukung. . Nilai daya dukung lebih
rendah pada kedalaman perairan lebih dari 20 m dan relatif tinggi
pada kedalaman lebih dari 10 m. Selain pengaruh kedalaman juga
terdapat pengaruh lain seperti fluktuasi muka air, kelimpahan
plankton, kecerahan, dan unsur hara berupa nitrat
Nilai daya dukung sumber daya ikan Waduk Jatibarang berkisar
antara 3,57-6,3 ton/tahun. Nilai tersebut dipengaruhi oleh
produktivitas primer yang dipengaruhi oleh kedalaman perairan,
fluktuasi muka air, kelimpahan plankton, kecerahan dan unsur
hara berupa nitrat. Nilai daya dukung lebih kecil terjadi pada
kedalaman perairan lebih dari 20m, dan relatif tinggi pada
kedalaman lebih dari 10m. Nilai daya dukung dalam kajian ini
tidak dipengaruhi oleh luasan perairan. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat mengkaji nilai potensi produksi dan status
perikanan untuk mengoptimalkan upaya pengelolaan perikanan
yang tepat dan berkelanjutan. Hasil pengukuran konsentrasi nitrat
dan fosfat selama penelitian di perairan waduk Jatibarang
berkisar antara <0,1-0,6 mg/L dan 0-7,76 mg/L. Nilai
tersebut tergolong rendah dan masih memenuhi baku
mutu perairan (PP 82 Tahun 2001).

Anda mungkin juga menyukai