Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

DESAIN PROTOTIPE SISTEM STRUTTING MODULAR


PADA GALIAN TANAH DAN BASEMENT

BIDANG KEGIATAN
PKM RISET EKSAKTA

Diusulkan Oleh:

Talitha Diva Aurora ; 2211102443041


Kevin Caesar Orleando Rumuat ; 2211102443053
Muhammad Erwin Triono ; 2211102443054

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


SAMARINDA
2023
i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Khusus Riset .......................................................................... 2
1.3 Manfaat Riset ..................................................................................... 2
1.4 Urgensi Riset ...................................................................................... 2
1.5 Temuan Yang Ditargetkan ................................................................. 3
1.6 Kontribusi Riset ................................................................................. 3
1.7 Luaran Riset ....................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Literature Review ............................................................................... 4
2.2 Sistem Strutting Modular ................................................................... 4
2.3 Galian Tanah dan Basement ............................................................. 10
BAB 3 TAHAP PELAKSANAAN ....................................................................... 17
3.1 Plan (Perencanaan) .......................................................................... 17
3.1.1 Research and Development ..................................................... 17
3.1.2 Identifikasi Alat dan Bahan ..................................................... 17
3.1.3 Perencanaan Desain ................................................................. 18
3.2 Do (Pelaksanaan) ............................................................................. 18
3.2.1 Prototipe .................................................................................. 18
3.2.2 Produksi Produk ...................................................................... 19
3.2.3 Pengujian ................................................................................. 19
3.3 Check (Evaluasi) .............................................................................. 19
3.4 Action (Tindakan ke Depan) ............................................................ 20
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ..................................................... 21
4.1 Anggaran Biaya ................................................................................ 21
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................... 21
4.3 Justifikasi Anggaran Kegiatan ......................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1. Desain Sistem Strutting Modular


Source by Scan - Bilt Pte Ltd

Pertumbuhan pesat struktur perkotaan di seluruh dunia, didorong oleh


peningkatan penduduk dan urbanisasi yang terus berlanjut, telah membawa
tantangan signifikan dalam hal penataan ruang di kota-kota besar. Pengembang dan
kontraktor konstruksi, dalam upaya untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang
sangat terbatas, terus mendorong batasan dengan membangun gedung-gedung
bertingkat tinggi yang semakin tinggi dan kompleks. Salah satu solusi yang sering
diadopsi adalah memasukkan struktur basement dalam desain bangunan, terutama
untuk fungsi parkir.
Dalam kondisi di mana lahan sangat berharga, dan pemilik bangunan memiliki
kebutuhan akan area parkir yang substansial, basement telah menjadi pilihan yang
umum. Namun, tantangan utama muncul ketika bangunan tersebut memerlukan
basement yang dalam, terkadang mencapai dua hingga tiga lapisan. Kehadiran
bangunan yang ada di sekitarnya dan kondisi lahan yang sempit dapat menghambat
konstruksi galian tanah yang dalam. Untuk mengatasi kendala ini, salah satu
pendekatan yang dapat diterapkan adalah penggunaan sistem strutting yang
modular.
Dalam fase perencanaan, tidak hanya dibutuhkan desain bangunan yang
memenuhi peraturan dan standar yang berlaku, tetapi juga perlu
mempertimbangkan metode konstruksi yang memastikan konstruibilitas, efisiensi
biaya, dan waktu pengerjaan yang efisien. Integrasi sistem strutting modular dalam
2

rancangan basement menjadi kunci dalam menangani situasi ini. Dengan cara ini,
kontraktor dan pengembang dapat menghadapi tantangan membangun bangunan
tinggi dengan basement dalam kondisi lahan yang sempit secara lebih efektif,
menciptakan ruang yang optimal, dan memenuhi kebutuhan lahan parkir yang
meningkat tanpa mengorbankan kestabilan struktural.
Mengusung desain pada sistem strutting modular untuk galian tanah dan
basement merupakan tindakan yang cerdik dan relevan. Inovasi dalam metode
konstruksi ini membantu memecahkan kendala yang sering muncul, seperti lahan
yang sempit dan kondisi bangunan yang berdekatan. Keberhasilan dalam
mengintegrasikan sistem strutting modular ke dalam proyek konstruksi akan
membawa manfaat besar, seperti penghematan biaya dan waktu serta peningkatan
efisiensi. Dengan memanfaatkan teknologi dan metodologi terbaru, proyek-proyek
konstruksi galian tanah dan basement dapat dijalankan dengan lebih lancar, aman,
dan berkelanjutan.

1.2 Tujuan Khusus Riset


1. Meningkatkan efisiensi konstruksi dengan mengembangkan prototipe sistem
strutting modular yang inovatif untuk digunakan dalam proyek galian tanah dan
basement.
2. Evaluasi kemampuan sistem strutting modular dalam mengendalikan risiko
galian tanah yang dalam dan mencegah keruntuhan.

1.3 Manfaat Riset


1. Peningkatan produktivitas, keuntungan dan efisiensi konstruksi proyek galian
tanah dan basement.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan memberikan perlindungan
lebih baik terhadap risiko yang terkait dengan galian tanah dalam proyek
konstruksi basement.

1.4 Urgensi Riset


Penelitian ini sangat mendesak dan memiliki urgensi yang tinggi dalam industri
konstruksi karena sistem strutting modular memiliki peran penting dalam
memperbaiki efisiensi, keamanan, dan keberlanjutan dalam pekerjaan konstruksi.
Pentingnya penelitian ini terletak pada potensi peningkatan efisiensi konstruksi
karena dengan mengembangkan sistem strutting modular yang lebih efisien bisa
membantu dalam mengatasi tantangan jangka pendek terkait tenggat waktu proyek
konstruksi.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan
dampak lingkungan, penelitian ini relevan untuk mengembangkan solusi yang lebih
ramah lingkungan, inovatif, dan berkelanjutan dalam konstruksi galian tanah dan
basement.
3

1.5 Temuan Yang Ditargetkan


Dalam penelitian ini temuan yang kami targetkan mencangkup pengembangan
sistem strutting modular yang lebih efisien untuk meningkatkan efisiensi
konstruksi, peningkatan keamanan konstruksi dengan menciptakan sistem strutting
yang lebih aman, pengurangan dampak lingkungan dengan penggunaan bahan
berkelanjutan, peningkatan kualitas konstruksi melalui desain inovatif pada sistem
strutting, pemanfaatan teknologi terkini dalam pengembangan sistem strutting yang
canggih, kontribusi pada industri konstruksi dengan solusi inovatif.
Pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan teknologi terkini dalam praktik
konstruksi galian tanah dan basement juga menjadi target penting untuk
menghadapi tantangan konstruksi modern. Dengan memahami dan mengadopsi
teknologi terkini ini, praktik konstruksi galian tanah dan basement dapat
ditingkatkan dalam hal produktivitas, keamanan, dan dampak lingkungan,
memastikan bahwa proyek-proyek konstruksi tersebut dapat berjalan lebih efisien
dan berkelanjutan.

1.6 Kontribusi Riset


Berbagai cara dapat ditempuh untuk berkontribusi pada penggunaan sistem
strutting dalam industri konstruksi. Pertama, pemahaman yang lebih mendalam
tentang teknologi ini sangat penting. Memahami prinsip-prinsip dasar dan teknik-
teknik yang terlibat dalam penggunaan sistem strutting juga merupakan langkah
awal yang krusial.
Selain itu, penelitian dan pengembangan teknologi sistem strutting khususnya
dalam pekerjaan galian tanah dan basement memegang peranan penting. Ini
mencakup pengembangan desain sistem strutting modular yang lebih efisien dan
aman untuk digunakan dalam berbagai proyek konstruksi galian tanah dan
basement. Keberhasilan riset ini dapat menghadirkan manfaat besar, seperti
percepatan proses konstruksi, penggunaan sumber daya yang lebih efisien, dan
peningkatan keselamatan dalam lingkungan kerja konstruksi.

1.7 Luaran Riset


Hasil penelitian ini akan memungkinkan pemangku kepentingan dalam proyek
konstruksi untuk memahami dan menerapkan metode penggalian tanah yang lebih
efisien, aman, dan berkelanjutan. Dengan fokus pada kebutuhan akan lahan yang
semakin mahal dan terbatas, riset ini akan menyajikan rekomendasi yang
memungkinkan pengembang untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan dengan
memanfaatkan sistem strutting modular. Selain itu, riset ini juga akan membahas
aspek-aspek kunci yang terkait dengan galian tanah dan basement, termasuk
masalah dewatering, keamanan, dan dampak lingkungan. Luaran riset ini akan
memberikan kontribusi nyata pada industri konstruksi dengan memperkenalkan
solusi inovatif yang memenuhi tuntutan efisiensi, keamanan, dan keberlanjutan.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literature Review

2.2 Sistem Strutting Modular


Kekhawatiran utama dalam banyak proyek konstruksi bawah tanah di wilayah
perkotaan adalah pergerakan yang berlebihan akibat penggalian. Pergerakan
semacam ini bisa berpotensi merusak struktur-struktur sekitarnya. Ketika proses
instalasi sistem penyangga galian dilakukan dengan tingkat keahlian yang cukup
dan sesuai, pergerakan tanah yang terjadi sebagian besar dipengaruhi oleh kekakuan
sistem penyangga tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memilih kekakuan yang
tepat untuk sistem penyangga galian, khususnya sistem strutting modular, guna
meminimalkan kerusakan terkait dengan penggalian pada bangunan dan utilitas di
sekitarnya. (L. Sebastian Bryson et al. 2012)
Sebagian besar penggalian dalam yang dalam di daerah pesisir didukung oleh
sistem penyangga strutting, yang telah banyak diteliti (Changjie Xu et al. 2013).
Peran sentral sistem ini dalam menjaga stabilitas dan keamanan penggalian menjadi
semakin penting dalam menghadapi tantangan geoteknika yang kompleks di sekitar
daerah pesisir. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang peran,
desain, dan implementasi strutting modular menjadi esensial dalam memastikan
kelancaran dan keberhasilan proyek penggalian di lingkungan yang menantang ini.
Hal ini berkontribusi secara signifikan pada efisiensi konstruksi dan mengurangi
risiko terkait dengan keruntuhan dan pergeseran tanah.
Banyak faktor yang memengaruhi deformasi yang diinduksi oleh penggalian,
seperti: kekakuan dinding, kekakuan tindakan penyangga, kondisi tanah, kondisi
air tanah, dan langkah-langkah pengendalian, kedalaman penggalian, urutan
5

konstruksi, dan kerajinan. Dinding sheet pile yang diperkuat dengan strut, termasuk
dalam konsep strutting modular, merupakan solusi ekonomis yang umum
digunakan untuk penggalian dalam secara vertikal atau mendekati vertikal karena
mengurangi deformasi tanah untuk memastikan keselamatan struktur yang
berdekatan. Optimisasi desain sistem dinding bertutur, terutama dengan
menerapkan prinsip-prinsip strutting modular, akan berdampak signifikan pada
biaya, terutama untuk proyek infrastruktur dengan penggalian dalam. (Mohamed
A. Eid, dkk. 2016)
Strut adalah komponen krusial dalam konstruksi penahanan tanah, sering terbuat
dari pipa atau bentuk HEB, dipilih berdasarkan tekanan. Saat insinyur desain
melakukan perhitungan untuk penyangga penggalian, mereka mengasumsikan
skema statis dinding dan menentukan gaya internal dari beban penyangga
penggalian. Namun, faktor suhu juga memengaruhi gaya aksial pada strut.
Peningkatan suhu pasca-instalasi memanjangkan strut dan meningkatkan gaya
aksial, sementara penurunan suhu mengakibatkan pemendekan strut, yang bisa
menggeser konstruksi ke dalam galian. Untuk menentukan pengaruh suhu pada
strut, perlu memahami sejauh mana penyangga penggalian rentan terhadap
pergeseran horizontal. Metode numerik berguna dalam pemodelan ini, termasuk
dalam konteks strutting modular.( Hubert Szabowicz, dkk. 2018)
Untuk area yang padat bangunan, seringkali tidak mungkin untuk melindungi
galian dengan menyiapkan lereng tanah, maka perlu menggunakan penyangga
galian dalam bentuk dinding rongga, tiang pancang, pagar, dan lain-lain. Untuk
lebih dalam Untuk galian yang lebih dalam, struktur seperti itu tidak lagi dapat
berfungsi sebagai konstruksi kantilever dan untuk melindungi stabilitas, perlu
digunakan penyangga tambahan, seperti struts, jangkar, dan juga campuran sistem
strutting/penahan. Setiap galian dengan dinding vertikal memiliki beberapa zona
benturan yang menentukan area di mana perpindahan tanah horizontal dan vertikal
mungkin terjadi, yang berpotensi mempengaruhi bangunan di sekitarnya. Di
Polandia, pendekatan yang paling sering digunakan untuk menentukan area ini
adalah yang disajikan oleh Building Research Institute yang mendefinisikan dua
zona, SI - zona dampak langsung, dan S - zona dampak penggalian.

Gambar 2.1.1. Kisaran zona dampak penggalian SI dan S


Kisaran zona-zona ini bergantung pada jenis tanah yang ditemukan di lapisan
bawah tanah dan kedalaman penggalian Hw.
6

Jenis Tanah SI S
Pasir 0.5 Hw 2.0 Hw
Lumpur 0.75 Hw 2.5 Hw
Tanah Liat 1.0 Hw 3÷4 Hw

Tabel 2.1. Kisaran zona dampak penggalian SI dan S


Jika bangunan yang terletak di dekat lokasi konstruksi juga berada di dalam zona
dampak penggalian, masalah yang berkaitan dengan deformasi konstruksi
penyangga penggalian akibat pergeseran tanah harus dipertimbangkan secara lebih
rinci. Deformasi ini bergantung pada teknologi yang digunakan untuk membangun
penyangga itu sendiri dan juga pada cara penyangga tersebut disangga. Menurut
penelitian yang dilakukan terhadap 18 galian di Warsawa, distorsi horisontal
terkecil dapat terjadi pada dinding rongga yang ditopang oleh lantai bertingkat di
bawah tanah (metode top-down), sedangkan yang terbesar terjadi pada turap
berjangkar.
Perlu disebutkan bahwa sistem penyangga yang dipilih dengan tepat
memberikan hasil yang mendekati hasil pada metode top-down. Metode numerik
yang memungkinkan untuk menentukan deformasi tanah dasar dan memilih metode
perlindungan galian yang tepat yang akan meminimalkan kemungkinan
perpindahan yang berlebihan tampaknya akan sangat membantu selama tahap
desain.
Penggalian pada tanah dapat menganggu tingkat permukaan air tanah yang
mungkin memiliki efek penting pada lokasi konstruksi di sekitarnya. Ketika kita
perlu melakukan penggalian di bawah permukaan air tanah, kita perlu menurunkan
levelnya. Pada umumnya, saat mendesain penyangga galian, diasumsikan bahwa
galian tersebut akan ditenggelamkan ke dalam lapisan kedap air untuk menghindari
masalah resapan air tanah ke dalam galian, sehingga menyebabkan lengkung
penurunan muka air tanah (depression cone) yang dapat berdampak buruk pada
lingkungan sekitar. Dalam kasus konstruksi permanen, seperti dinding rongga atau
palisade, hal ini bisa menimbulkan masalah lain yaitu perubahan aliran air tanah,
penyumbatan di sisi aliran air dan menurunkan levelnya di sisi lain. Terlepas dari
dampak yang jelas pada penyangga galian itu sendiri, hal ini dapat berdampak
buruk pada lingkungan sekitar untuk proyek-proyek besar yang menyebabkan
munculnya air tanah di ruang bawah tanah bangunan di dekatnya ketika permukaan
air naik, dan konsolidasi tanah ketika permukaan air turun.
Lingkungan sekitar lokasi konstruksi dipengaruhi oleh dukungan penggalian
sejak awal pelaksanaannya. Misalnya, pendalaman dinding rongga dapat
menyebabkan perpindahan tanah yang cukup besar, sementara menabrak atau
menggetarkan tiang pancang dapat menyebabkan getaran yang berdampak buruk
pada manusia dan bangunan di sekitarnya. Penting untuk mengendalikan semua
dampak ini dengan menggunakan survei geodetik atau pengukuran inklinometer.
7

Penting juga untuk mengendalikan efek yang mungkin timbul, seperti retakan pada
bangunan di sekitarnya.
Sistem strutting modular adalah pendekatan inovatif dalam dunia konstruksi
yang berkaitan erat dengan teknik Prefabricated Prefinished Volumetric
Construction (PPVC). Ini menjadi metode yang umumnya digunakan dalam proyek
konstruksi bangunan yang sering memiliki lantai bawah tanah seperti basement.
PPVC melibatkan produksi komponen konstruksi di pabrik, yang kemudian
diangkut ke lokasi proyek untuk perakitan menjadi bangunan. Sistem konstruksi
modular mengambil ide ini lebih jauh dengan memanfaatkan unit-unit volumetrik
yang telah sepenuhnya diprefabrikasi dan kemudian dirakit di lokasi konstruksi.
Unit-unit ini berperan sebagai "blok bangunan" yang menopang beban dan
berfungsi sebagai dasar utama bagi konstruksi bangunan, termasuk struktur dinding
penahan tanah. Hal ini membantu mempercepat proses konstruksi secara
keseluruhan dan menjadi solusi yang efektif dalam mencegah kerobohan struktur
dinding penahan tanah jenis secant pile akibat pengerjaan galian yang sangat dalam,
yang mungkin dapat terjadi akibat faktor kelangsingan pada struktur tersebut. (Zhao
Xu, dkk. 2019)

Gambar 2.1.2. Galian 3D dengan sistem strutting

Sistem strutting modular adalah solusi penting dalam proyek konstruksi yang
membutuhkan perkuatan dinding penahan tanah, terutama di area dengan galian
yang kompleks. Strutting modular terdiri dari elemen-elemen seperti lapisan waler
(balk-balok) dan struts (penyangga), yang umumnya terbuat dari baja yang kuat.
Setiap strut dalam sistem ini harus direncanakan secara proporsional terhadap
beban maksimum yang dihasilkan oleh tekanan tanah. Untuk mengurangi
pergerakan dinding penahan tanah, strut biasanya diprestress selama pemasangan
dengan besaran antara 40% hingga 70% dari beban maksimum yang mungkin
terjadi. Wales, yang sering terbuat dari baja tipe H, dan D-wall di antara strut,
berperan dalam menanggung sebagian beban langsung yang diberikan oleh tekanan
geser tanah, sehingga perencanaan momen bending maksimum tidak harus
dipertimbangkan. Dengan demikian, strutting modular menjadi solusi efisien dan
8

efektif dalam menghadapi tantangan konstruksi di lokasi yang memerlukan


perkuatan dinding penahan tanah yang andal. (Renaldo Livando, dkk. 2020)
Strutting merupakan struktur yang terdiri dari strut, kingpost, waler, dan knee.
Struktur ini umumnya dirancang dengan mempertimbangkan tiga faktor utama.
Yang pertama adalah stabilitas struktur, yang tujuan utamanya memperhatikan
dimensi elemen dan jarak antar elemen serta elemen dalam sistem penyangganya.
Selain itu, pemantauan antara gaya aksial yang diukur dan perencanaan di lokasi
konstruksi diperlukan untuk mencegah kegagalan struktur. Selanjutnya, perlu
adanya perencanaan yang teliti dalam hal keamanan struktur untuk menghindari
kecelakaan di lokasi konstruksi. Strut member berperan sebagai akses untuk pekerja
masuk dan keluar. Kecelakaan yang melibatkan jatuh dari ketinggian atau terjebak
di antara struktur, serta risiko tertimpa benda bergerak, seringkali menjadi
penyebab utama kecelakaan fatal di kalangan pekerja konstruksi. Ketiga, terdapat
berbagai masalah yang mungkin muncul dalam hubungan antara elemen struktural
penyangga dan struktur bangunan permanen yang seharusnya tidak diabaikan
dalam proses penataan penyangga. Masalah ini seringkali muncul di lokasi
konstruksi dan seharusnya menjadi bagian dari evaluasi awal proyek. (Pisal Nov,
dkk. 2021)
Dalam pekerjaan penggalian, sistem strutting merupakan sistem penyangga
kunci yang dapat mencegah kegagalan dinding penahan dan kecelakaan di lokasi
konstruksi. Dalam sistem penyangga ini, terdapat struktur yang terdiri dari strut,
waler, knee, dan kingpost. Struktur ini biasanya dikembangkan dengan
mempertimbangkan tiga isu utama. Pertama, stabilitas struktur utamanya berfokus
pada ukuran elemen dan jumlah elemen serta elemen sistem penyangga. Selain itu,
perlu memantau perbedaan antara gaya aksial yang diukur dan yang direncanakan
di lokasi konstruksi yang dapat mencegah kegagalan struktur. Selanjutnya, masalah
keselamatan struktur harus dirancang dengan cermat untuk mencegah tingkat
kecelakaan di lokasi konstruksi. Ketiga, banyak masalah yang dapat diselesaikan
antara penyangga struktural dan struktur bangunan permanen seharusnya tidak
diabaikan dalam penataan penyangga.

Gambar 2.1.3. Elemen-elemen sistem penyangga


9

Analisis komparatif dibuat untuk dua sistem penyangga yang terinspirasi dari
pekerjaan di Nowy Targ Square, Wrocław. Contoh yang dijadikan pertimbangan
mencakup sebuah ekskavasi dengan dimensi 130.0x35.0 meter dan kedalaman 8.0
meter, yang dibuat menggunakan teknologi dinding rongga (diafragma) dan
diperkuat secara tunggal pada tingkat balok penutup di bagian puncak dinding.
Untuk melakukan perbandingan antara sistem penyangga, sebuah model dibuat
yang terdiri dari rangka beton bertulang yang kaku dengan penampang baja sebagai
penyangga yang ditopang di tengah-tengah bentang. Rangka ini diberi beban
melingkar dengan reaksi yang dihasilkan dari perhitungan statis dinding rongga,
sekitar 290 kN/m, untuk substrat berlapis yang terdiri dari timbunan non-konstruksi
setebal 4,5 m, dengan lapisan yang lebih dalam terdiri dari tanah berbutir kasar
(pasir halus, sedang, dan kasar). Sistem pertama terdiri dari penyangga yang sejajar
dan berjarak sekitar 5 m satu sama lain. Penyangga ini ditopang di tengah-tengah
bentangnya oleh tiang-tiang yang dipasang pada tiang pancang atau jepit untuk
memastikan pergerakan bebas sepanjang sumbu penyangga dan menghambat
kemampuannya untuk berpindah tempat pada bidang yang tegak lurus dengan
sumbu penyangga. Semua bagian terpasang secara poros ke rangka tutup. Sebagai
penyangga utama, digunakan pipa bundar 711/12.5, sedangkan HEB300, pipa
bundar 508/12.5, dan pipa bundar 711/12.5 berturut-turut digunakan sebagai
penyangga lainnya.

Gambar 2.1.4. Sistem penyangga paralel - skema statis


Sistem kedua muncul dari sistem pertama dengan modifikasi yang terdiri dari
menyatukan bagian tengah penyangga dan menempatkannya pada suatu sudut ke
dinding. Hal ini memungkinkan untuk meningkatkan jarak antar struts di tengah
penggalian dari 5,0 m menjadi lebih dari 8,0 m.

Gambar 2.1.5. Sistem penyangga berbentuk X - skema statis


10

2.3 Galian Tanah dan Basement


Menurut L. Sebastian Bryson, dkk (2012) pergerakan lateral maksimum pada
galian tanah dan basement dinormalisasi dengan kedalaman galian dan tinggi
dinding penahan galian. Konsep ini mendukung penilaian yang tepat terkait dengan
pergerakan lateral yang mungkin terjadi dalam konstruksi basement dalam situasi
dengan lahan yang terbatas. Dengan penggunaan strutting modular yang efisien,
volume aktif galian dapat dikelola dengan baik, dan pergerakan lateral serta vertikal
dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan. Ini mengilustrasikan betapa
pentingnya perencanaan dan pemilihan sistem strutting modular yang tepat untuk
meminimalkan pergerakan galian tanah dan basement.
Teganan tanah lateral merupakan gaya yang dihasilkan karena adanyaa
dorongan atau tekanan dengan arah horizontal atau lateral dari tanah ke struktur
penahan tanah. Maka dari itu struktur yang menerima gaya horizontal/lateral ini
harus dipertimbangkan desainnya sedemikian rupa agar sesuai dengan ketentuan
yang ada sehingga struktur tidak mengalami kegagalan. Tegangan tanah lateral
dipengaruhi berbagai faktor, sebagai berikut: Nilai kohesi pada tanah, nilai
koefisien tegangan lateral dalam keadaan diam (Ko), aktif (Ka), dan pasif (Kp).
Koefisien tanah lateral saat tanah dalam keadaan diam adalah tekanan tanah yang
terjadi akibat massa tanah pada dinding penahan dalam keadaan seimbang.

• Tegangan tanah lateral


Koefisien tekanan tanah lateral dalam keadaan diam dapat dituliskan berdasarkan
hubungan empiris sebagai berikut:

𝐾0 = 1 − 𝑆𝑖𝑛 𝜑

dengan 𝐾0= koefisien tanah lateral dalam keadaan diam.

Gambar 2.2.1. Tekanan tanah lateral dalam keadaan diam


Koefisien tanah lateral saat dorongan yang diberikan tanah searah dengan
pergerakan tanah. Massa tanah telah berada dalam kondisi plastic equilibrium. Pada
Gambar 2.2.2. menunjukan bahwa tegangan tanah lateral memberikan gaya yang
11

lebih besar dibanding gaya dinding penahan tanah yang menahannya sehingga
mendorong ke arah dinding penahan tanah.

Gambar 2.2.2. Tekanan tanah lateral aktif


Koefisien tanah lateral saat dorongan yang diberikan tanah berlawanan dengan
pergerakan tanah. Massa tanah telah berada dalam kondisi plastic equilibrium. Pada
Gambar 2.2.3. menunjukan bahwa tegangan tanah lateral memberikan gaya yang
lebih kecil dibanding gaya dinding penahan tanah yang menahannya sehingga
mendorong ke arah tanah.

Gambar 2.2.3. Tekanan tanah lateral pasif


Berdasarkan Teori Rankine (1857) koefisien tekanan tanah aktif dan pasif pada
permukaan tanah datar ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
𝜃𝐹
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2(45 − )
2

𝜃𝐹
𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛2(45 + )
2

𝜎′ℎ𝑎 = 𝜎′𝑣 . 𝐾𝑎 − 2 𝑐′√𝐾𝑎

𝜎′ℎ𝑝 = 𝜎′𝑣 . 𝐾𝑝 + 2 𝑐′√𝐾𝑝


12

dengan 𝐾𝑎 = koefisien tekanan tanah aktif, 𝐾𝑝 = koefisien tekanan tanah pasif,


𝑐′ = kohesi, 𝜃′ = sudut geser dalam tanah, 𝜎′ℎ𝑎 = tegangan tanah lateral aktif,
𝜎′ℎ𝑝 = tegangan tanah lateral pasif, 𝜎′𝑣 = tegangan vertikal efektif.

Berdasarkan Teori Coulomb (1776) koefisien tekanan tanah aktif dan pasif pada
permukaan tanah datar ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

sin2 (𝛽 + 𝜃)
𝐾𝑎 =
√sin(𝜃 + 𝛿) . sin⁡(𝜃 − 𝛼)
sin2 𝛽. sin(𝛽 − 𝛿)[1 +
sin(𝛽 − 𝛿) . sin⁡(𝛼 + 𝛽)

sin2 (𝑐 + 𝜃)
𝐾𝑝 =
√sin(𝜃 + 𝛿) . sin⁡(𝜃 − 𝛼)
sin2 𝛽. sin(𝛽 − 𝛿)[1 −
sin(𝛽 − 𝛿) . sin⁡(𝛼 + 𝛽)

𝜎′ℎ𝑎 = 𝜎′𝑣 . 𝐾𝑎 − 2 𝑐′√𝐾𝑎

𝜎′ℎ𝑝 = 𝜎′𝑣 . 𝐾𝑝 + 2 𝑐′√𝐾𝑝

dengan 𝐾𝑎 = koefisien tekanan tanah aktif, 𝐾𝑝 = koefisien tekanan tanah pasif,


𝜃′⁡= sudut geser dalam tanah, 𝑐′⁡= kohesi, 𝛼 = sudut kemiringan backfill, 𝛽 = sudut
kemiringan dinding penahan, 𝛿 = sudut kemiringan tegak lurus tegangan.

• Tegangan pada desain galian tanah

Gambar 2.2.4. Tegangan tanah lateral pada pasir


Pada tanah seragam Peck (1969) dalam Das (2002) menyatakan tegangan lateral
untuk jenis tanah pasir dapat di ilustrasikan pada Gambar 2.2.4. dan dinyatakan
dengan rumus:

𝜎𝑎 = 0.65𝛾𝐻𝐾𝑎
dengan 𝛾 = berat jenis (kN/m3), H = tinggi potongan (m), 𝐾𝑎 = koefisien tanah
lateral aktif. Sedangkan tegangan lateral untuk jenis tanah lempung lunak sampai
13

⁡γH
sedang untuk kondisi > 4, teganan lateral dapat diilustrasikan pada Gambar 2.8
𝑐
dinyatakan dengan rumus:
4𝑐
𝜎𝑎 = 𝛾𝐻[1 − ( )]
𝛾𝐻
dengan 𝑐 = kohesi (kN/m2), 𝛾 = berat jenis (kN/m3), H = tinggi potongan (m).

Gambar 2.2.5. Tegangan tanah lateral pada tanah lempung lunak sampai sedang
⁡γH
Dan tegangan lateral untuk jenis tanah lempung keras dengan kondisi > 4,
𝑐
teganan lateral dapat diilustrasikan pada Gambar 2.9 dinyatakan dengan rumus
berikut dengan 𝛾 = berat jenis (kN/m3), H = tinggi potongan (m).

𝜎𝑎 = 0.2𝛾𝐻 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 0.4𝛾𝐻

Gambar 2.2.6. Tegangan tanah lateral pada tanah lempung keras


Seringkali lapisan pada tanah merupakan lapisan yang memiliki beberapa jenis
tanah dari pasir hingga lempung, terutama untuk galian dalam. Peck (1943) dalam
Das (2002) merumuskan pencarian nilai kohesi rata-rata dapat dirumuskan:
1
𝑐𝑎𝑣 = [𝛾⁡𝐾𝑠 ⁡𝐻𝑠 ⁡2 𝑡𝑎𝑛∅𝑠 + (𝐻 − 𝐻𝑠 )𝑛′𝑞𝑢
2𝐻
dengan 𝐻 = tinggi total potongan (m), 𝛾𝑠 = berat jenis pasir (kN/m3), 𝐻𝑠 = tinggi
14

lapisan pasir (m), 𝐾𝑠= koefisien tanah lateral pada pasir, 𝜙𝑠 = sudut geser pasir (°),
𝑞𝑢= kuat tekan undrained lempung (kN/m2), 𝑛′= koefisien failure (0.5 sampai 1).

Gambar 2.2.7. Lapisan tanah beragam pada braced-cut


Berdasarkan Gambar 2.2.7. berat jenis rata-rata pada lapisan tanah beragam dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1
𝛾𝑎 = [𝛾⁡𝐻𝑠 ⁡ + (𝐻 − ⁡𝐻𝑠 ⁡)𝑐
𝐻
dengan 𝛾𝑐 = berat jenis dari lapisan lempung.

Jika ada beberapa lapisan seperti Gambar 3.1, nilai kohesi rata-rata dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1
𝑐𝑎𝑣 = (⁡𝐶 ⁡𝐻 + ⁡𝐶2 ⁡𝐻2 + ⋯ + ⁡𝐶𝑛 ⁡𝐻𝑛 ⁡)
𝐻 1 1
Dengan 𝑐1, 𝑐2, … , 𝑐𝑛 = nilai kohesi pada lapisan 1,2,…,n, 𝐻1, 𝐻2, … , 𝐻𝑛 = tebal
lapisan 1,2,…,n. Maka dapat dihitung berat jenis rata-rata
1
𝛾 𝑎𝑣 = (⁡𝛾 ⁡𝐻 + ⁡𝛾2 ⁡𝐻2 + ⋯ + ⁡𝛾𝑛 ⁡𝐻𝑛 ⁡)
𝐻 1 1

• Stabilitas Bottom Have


Braced-cut pada tanah dapat membuat bagian dasar tanah menjadi tidak stabil.
Terzaghi (1943) dalam Braja (2002) menganalisa factor keamanan untuk braced-
cut pada galian dalam, dirumuskan:

0,2𝐵′′ 𝑐 𝐻
5.14𝑐𝑎𝑣 (1 + ) + 𝑎𝑣
𝐿 𝐵′
𝐹𝑆 =
𝛾𝑎 𝐻 + 𝑞

Dengan ketentuan 𝐵 ′ = 𝑇 jika 𝑇 ≤ 𝐵/√2 jika 𝑇 > 𝐵/√2;⁡𝐵 ′′ = √2𝐵′ dengan FS


= faktor keamanan base heave, T = tinggi lapisan base heave (m), 𝑐𝑎𝑣 = kohesi
undrained rata-rata, 𝛾 = berat jenis tanah, q = beban luar.
15

Dalam analisis galian tanah dan basement, kita menyederhanakan penggalian


sebagai masalah datar, menggunakan iterasi perpindahan untuk mengevaluasi gaya
dan deformasi pada struktur penahan. Ini berguna dalam memahami perilaku
struktur penahan tanah, termasuk penggunaan strutting modular pada galian dalam
dan konstruksi basement. Analisis ini membantu menentukan kemampuan struktur
penahan dalam kondisi kompleks. Dengan pemahaman yang dalam, proyek galian
tanah dan basement bisa direncanakan dan dijalankan dengan lebih efisien dan
aman. (Changjie Xu, dkk. 2013)
Melakukan penggalian tanah dan basement, di pusat kota besar membawa risiko
dampak yang ditimbulkan oleh penggalian pada sekitarnya. Perubahan tekanan di
tanah dapat menyebabkan pergeseran tanah, termasuk di bangunan-bangunan di
sekitarnya. Perhatian khusus perlu dilakukan pada struktur sensitif, seperti
bangunan yang berada di bawah pengawasan pelestari. Analisis yang dilakukan
selama tahap perancangan juga harus memperhitungkan perilaku bangunan di
sekitarnya, dan metode numerik bisa digunakan untuk tujuan ini. Seperti yang
ditunjukkan dalam makalah ini, metode yang digunakan untuk penyangga
penggalian di galian tanah dan basement seringkali bergantung pada persyaratan
yang dikenakan pada pergeseran maksimum, sementara skema dukungan yang
spesifik adalah kompromi antara memenuhi persyaratan skema statis yang dianggap
dan memastikan ruang yang cukup untuk menjalankan pekerjaan di dalam galian.
(Hubert Szabowicz, dkk. 2018)
Ada dua metode utama yang digunakan dalam penggalian tanah terkait dengan
pembangunan basement. Pertama, metode penggalian tanpa perkuatan, dan yang
kedua, metode penggalian dengan perkuatan, yang mencakup penggunaan Dinding
Penahan Tanah (DPT) atau Retaining Wall. Metode pertama, penggalian tanpa
perkuatan, adalah pilihan yang tepat ketika area pekerjaan memiliki luas yang
mencukupi dan kedalaman galian relatif dangkal, seperti yang umumnya ditemui
pada bangunan berlantai dua. Di sini, dasar basement dapat dicapai melalui
penggunaan ramp atau slope, atau bahkan dengan tangga, tanpa memerlukan
perkuatan tambahan seperti DPT. Namun, ketika kedalaman basement melebihi dua
lantai atau bangunan basement memiliki luas yang signifikan, penggunaan DPT
menjadi penting untuk mencegah kejadian longsor dan menjaga keamanan
konstruksi. Salah satu metode umum yang digunakan adalah metode bottom-up, di
mana konstruksi basement dilakukan setelah selesai pekerjaan penggalian. Dalam
penggunaan DPT dan metode perkuatan, elemen strutting seperti kolom, balok, dan
lantai juga seringkali menjadi pertimbangan penting dalam mendukung struktur
basement secara keseluruhan. (Krishna Mochtar, dkk. 2020)
Proyek konstruksi galian tanah dan basement membawa risiko tinggi yang harus
dikurangi selama tahap perencanaan dan dikendalikan selama pelaksanaan. Risiko
ini bervariasi tergantung pada kondisi lokasi proyek, tetapi semuanya memiliki
fokus utama, yakni faktor geoteknik. Dalam konstruksi, fondasi adalah elemen
utama yang harus diperhatikan, dan semakin dalam galian, semakin besar risiko
16

yang ada. Untuk mengurangi risiko ini sambil tetap berpegang pada prinsip
konstruksi berkelanjutan, dapat diambil pendekatan minimalisasi risiko yang terdiri
dari dua kategori utama: pendekatan langsung dan tidak langsung. Minimalisasi
risiko langsung mencakup metode pemantauan struktur. Pemantauan
memungkinkan pengawasan deformasi dan tegangan pada struktur secara langsung
dan real-time dengan menggunakan beragam sensor yang tersedia di pasaran. Ini
sangat penting dalam konteks penyangga galian, karena kestabilan konstruksi
sangat bergantung pada faktor ini. Dengan pemantauan yang cermat, tindakan
korektif seperti penambahan penyangga tambahan atau perkuatan tanah dapat
dilakukan dengan cepat demi keamanan proyek. (Mateusz Frydrych, dkk. 2022)
17

BAB 3
TAHAP PELAKSANAAN

Pelaksanaan aktivitas ini direncanakan dengan menerapkan langkah-langkah


plan-do-check-action (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindakan).
Perancangan metode tersebut ditunjukkan pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Alur pelaksanaan kegiatan


3.1 Plan (Perencanaan)
3.1.1 Research and Development
Pada fase ini, peneliti melakukan penelitian dan identifikasi terhadap
permasalahan yang muncul, selanjutnya melakukan perhitungan dan analisis data
yang terkumpul. Setelah itu, data tersebut diolah untuk pengembangan prototipe
sistem strutting modular pada galian tanah dan basement beserta fitur-fiturnya.
3.1.2 Identifikasi Alat dan Bahan
Untuk melaksanakan desain prototipe sistem strutting modular pada proyek
galian tanah dan basement, diperlukan sejumlah alat dan perangkat yang
mendukung. Meteran atau penggaris, mikrometer, dan alat pengukur lainnya untuk
mengukur dimensi yang tepat. Dan perekat kuat untuk menghubungkan komponen.
Dalam hal bahan, sejumlah material strategis menjadi fokus utama seperti logam
ringan atau polimer komposit, digunakan untuk membangun modul-modul pada
sistem strutting modular. Bahan penyangga dan penahan tanah, serta lapisan
pelindung, juga dipilih dengan hati-hati untuk memastikan keberlanjutan dan
keamanan struktur. Material tambahan seperti paku, mur, dan bahan penutup
permukaan untuk mengamankan dan menghubungkan bagian-bagian strutting
secara kuat dan stabil.
18

3.1.3 Perencanaan Desain


Pada fase ini, data yang telah terkumpul dan telah dianalisis akan diterapkan
dalam bentuk desain. Desain disusun dengan memperhatikan beberapa aspek,
seperti identifikasi kebutuhan pelanggan, pengembangan fungsi dan kualitas,
kemudahan produksi dan perakitan, serta manajemen biaya.
a. Perhitungan
Dalam proses perhitungan, peneliti mempertimbangkan sejumlah faktor,
termasuk ketersediaan alat dan bahan, aspek ergonomis, biaya bahan baku, dan
operasional alat. Setelah perhitungan ini, peneliti akan melanjutkan dengan
merancang prototipe yang mengintegrasikan hasil analisis tersebut.

b. Pembuatan Model dan Simulasi


Proses awal melibatkan pembuatan prototipe sistem strutting modular untuk
galian tanah dan basement, dengan dimensi yang telah dihitung pada tahap
sebelumnya. Prototipe ini kemudian disimulasikan untuk menganalisis model,
sehingga kesalahan pada tahap pembuatan prototipe dapat diminimalkan.
3.2 Do (Pelaksanaan)
3.2.1 Prototipe
Setelah menyelesaikan perancangan produk, langkah berikutnya adalah
menghasilkan prototipe secara manual menggunakan peralatan dan materi yang
telah dipersiapkan.

Gambar 3.2.1 Desain 2D sistem strutting modular dengan skala 1 : 1


19

Gambar 3.2.2 Percobaan pembuatan prototipe sistem strutting modular

3.2.2 Produksi Produk


Produksi produk strutting modular dilaksanakan melalui serangkaian tahap,
melibatkan proses perakitan dan penggunaan material-modular yang telah
dirancang secara cermat untuk menciptakan struktur yang kokoh dan efisien.
3.2.3 Pengujian
Pengujian untuk pembuatan sampel "Desain Prototipe Sistem Strutting Modular
pada Galian Tanah dan Basement" mencakup serangkaian evaluasi teknis yang
melibatkan uji kekuatan struktural, modularitas, adaptabilitas terhadap kondisi
tanah, beban dinamis, kestabilan terhadap beban tertentu, keamanan konstruksi,
perubahan suhu dan kelembaban, keandalan, umur pakai, dan kemudahan
pemasangan serta pembongkaran. Hasil pengujian tersebut memberikan gambaran
menyeluruh tentang kinerja prototipe dan potensi perbaikan yang mungkin
diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan kehandalan sistem strutting modular
dalam kondisi lapangan yang sesungguhnya.
3.3 Check (Evaluasi)
Evaluasi prototipe sistem strutting modular pada proyek galian tanah dan
basement mencakup sejumlah kriteria kinerja. Pertama, prototipe diuji untuk
menilai kekuatan strukturalnya, termasuk kemampuannya menahan tekanan dan
gaya tarik selama konstruksi. Selanjutnya, modularitas prototipe dievaluasi untuk
menentukan sejauh mana modul-modul dapat disusun ulang dan beradaptasi dengan
variasi kondisi tanah. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan kondisi tanah dan
respons terhadap beban dinamis juga menjadi fokus evaluasi. Aspek kestabilan
terhadap beban tertentu dan keamanan konstruksi diuji untuk memastikan kinerja
20

yang dapat diandalkan. Prototipe juga diuji dalam kondisi eksternal seperti
perubahan suhu dan kelembaban, serta untuk mengevaluasi keandalan dan umur
pakai. Keseluruhan, evaluasi mencakup kemudahan pemasangan dan
pembongkaran, memastikan bahwa sistem strutting modular dapat
diimplementasikan dengan efisien di lapangan.
3.4 Action (Tindakan ke Depan)
Berikut adalah serangkaian tindakan ke depan yang dapat diambil untuk
meningkatkan prototipe sistem strutting modular pada proyek galian tanah dan
basement yang dapat menghasilkan sistem strutting modular yang lebih efisien,
andal, dan sesuai dengan kebutuhan proyek konstruksi berdasarkan hasil evaluasi :
1. Optimasi Desain Modular
Mengidentifikasi area desain modular yang dapat dioptimalkan untuk
meningkatkan kemudahan perakitan dan adaptabilitas terhadap kondisi tanah
yang berbeda.
2. Peningkatan Kekuatan Struktural
Menerapkan perubahan desain atau pemilihan material tambahan untuk
meningkatkan kekuatan struktural prototipe dalam menanggapi beban yang
mungkin terjadi selama konstruksi.
3. Penyesuaian Terhadap Variasi Kondisi Tanah
Mengembangkan mekanisme penyesuaian yang lebih efektif untuk memastikan
bahwa sistem strutting modular dapat secara dinamis menyesuaikan diri dengan
variasi kondisi tanah.
4. Pengembangan Sistem Kontrol Dinamis
Menerapkan teknologi kontrol dinamis untuk meningkatkan respons prototipe
terhadap beban dinamis dan getaran, sehingga dapat mempertahankan stabilitas
struktural.
5. Uji Lanjutan dengan Prototipe yang Diperbarui:
Melakukan serangkaian uji lanjutan dengan prototipe yang telah diperbarui
untuk memvalidasi peningkatan kinerja dan mengidentifikasi potensi perbaikan
lebih lanjut.
6. Pelibatan Ahli dan Pihak Terkait
Melibatkan ahli konstruksi, insinyur struktural, dan pihak terkait lainnya dalam
evaluasi dan perbaikan berkelanjutan untuk memastikan berbagai perspektif dan
pengetahuan diakomodasi.
21

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Besaran
No. Jenis Pengeluaran Sumber Dana
Dana (Rp)
Belmawa 1.000.000
1 Bahan habis pakai
Perguruan Tinggi 1.600.000
Belmawa 585.000
2 Sewa dan jasa
Perguruan Tinggi 390.000
Belmawa 1.000.000
3 Transportasi lokal
Perguruan Tinggi 950.000
Belmawa 585.000
4 Lain-lain
Perguruan Tinggi 390.000

Jumlah 6.500.000
Belmawa 3.170.000
Rekap Sumber Dana
Perguruan Tinggi 3.330.000
Jumlah 6.500.000

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel 4.2 Jadwal kegiatan
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1 Riset/learning mengenai
sistem strutting modular
2 Perhitungan rencana RAB

3 Perakitan prototipe
strutting
4 Laporan
22

4.3 Justifikasi Anggaran Kegiatan


Tabel 4.3 Justifikasi Anggaran Kegiatan
Harga Satuan Total
No Jenis Pengeluaran Volume
(RP) (Rp)
1 Belanja Bahan Habis Pakai
Aluminium Ringan 2 lembar Rp 400.000,00 Rp 800.000,00
Klip 100 buah Rp 1.000,00 Rp 100.000,00
Baut dan Mur 50 set Rp 2.000,00 Rp 50.000,00
Panel Kisi Aluminium 2 lembar Rp 567.500,00 Rp 1.135.000,00
Batang Pengencang Fiberglass 3 batang Rp 116.000,00 Rp 350.000,00
Bahan Adhesif/Perekat Kuat 1 tabung Rp 250.000,00 Rp 250.000,00
Mistar 1 buah Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
Kertas 1 rim Rp 65.000,00 Rp 65.000,00
Map 5 buah Rp 10.000,00 Rp 50.000,00
SUB TOTAL Rp 2.600.000,00
2 Belanja Sewa dan Jasa
Sewa Pemotong Aluminium 1 hari Rp 335.000,00 Rp 335.000,00
Sewa Perlatan Pengelasan 1 hari Rp 245.000,00 Rp 245.000,00
Sewa Jasa Tenaga Ahli 1 hari Rp 395.000,00 Rp 395.000,00
SUB TOTAL Rp 975.000,00
3 Transportasi lokal
Transportasi Bahan Baku 1 kali Rp 750.000,00 Rp 750.000,00
Transportasi Peralatan dan
2 kali Rp 250.000,00 Rp 500.000,00
Alat Kerja
Transportasi Pribadi 5 kali Rp 650.000,00 Rp 500.000,00
Cadangan Biaya Tambahan 1 kali Rp 200.000,00 Rp 200.000,00
SUB TOTAL Rp 1.950.000,00
4 Lain-lain
Kuota Internet 3 bulan Rp 100.000,00 Rp 300.000,00
Akses Publikasi Jurnal 10 artikel Rp 20.000,00 Rp 200.000,00
Seminar/Workshop 2 kali Rp 237.500,00 Rp 475.000,00
SUB TOTAL Rp 975.000,00
GRAND TOTAL Rp 6.500.000,00
GRAND TOTAL (Terbilang Enam Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
23

DAFTAR PUSTAKA
L. Sebastian Bryson, M.ASCE, David G. Zapata-Medina, S.M.ASCE. (2012)
Method for Estimating System Stiffness for Excavation Support Walls.
Changjie Xu, Yuanlei Xu, Honglei Sun, & Qizhi Chen. (2013). Characteristics of
Braced Excavation under Asymmetrical Loads. Mathematical
Problems in Engineering.
Anil Joseph & Muralikrishna. (2015). Construction Practices of Deep Basements.
College of Engineering (Estd. 1854)
Mohamed A. Eid, Remon Isaac. (2016). Application of Genetics Algorithms to
Strutted Sheet Pile Wall Desgin Optimization. ECCOMAS Congress
Hubert Szabowicz, Tomasz Żyrek. (2018). Strutting systems for deep excavations
– technical challenges. Materials Science and Engineering 365
Renaldo Livando & Aksan Kawanda. (2020). Perancangan Dinding Penahan Tanah
Pada (Konstruksi) Basement Dengan Dukungan Strut-Beam. Vol. 3,
No. 3
Pisal Nova , Vachara Peansupapb, & Tanit Tongthong. (2021). Developing an
Automated System for Checking the Strut Arrangement in Deep
Excavation. Engineering Journal Volume 25 Issue 1
Mateusz Frydrych , Grzegorz Kacprzak & Paweł Nowak. (2022). Hazard Reduction
in Deep Excavations Execution.
24

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pendamping
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Talitha Diva Aurora
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi S1 Teknik Sipil
4 NIM 2211102443041
5 Tempat dan Tanggal Lahir Samarinda, 17 Juni 2005
6 Alamat E-mail talithaauroradv@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081649144520

B. Kegiatan Kemahasiswaam yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat
1 WEBINAR Peserta Via Zoom, 6
PENGGUNAAN Oktober 2023
SISTEM STRUTTING
MODULAR PADA
PEKERJAAN GALIAN
TANAH DAN
BASEMENT
2
3

C. Penghargaan yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RE.
Samarinda, 22 Januari 2024
Ketua Tim

Talitha Diva Aurora


25

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Kevin Caesar Orleando Rumuat
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi S1 Teknik Sipil
4 NIM 2211102443053
5 Tempat dan Tanggal Lahir Samarinda, 10 Mei 2003
6 Alamat E-mail ngaturngatur@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 083833171796

B. Kegiatan Kemahasiswaam yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat
1 WEBINAR Peserta Via Zoom, 6
PENGGUNAAN Oktober 2023
SISTEM STRUTTING
MODULAR PADA
PEKERJAAN GALIAN
TANAH DAN
BASEMENT
2
3

C. Penghargaan yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RE.
Samarinda, 22 Januari 2024
Anggota Tim

Kevin Caesar Orleando Rumuat


26

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Muhammad Erwin Triono
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi S1 Teknik Sipil
4 NIM 2211102443054
5 Tempat dan Tanggal Lahir Samarinda, 22 Mei 2004
6 Alamat E-mail erwintriono22@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081316144524

B. Kegiatan Kemahasiswaam yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat
1 WEBINAR Peserta Via Zoom, 6
PENGGUNAAN Oktober 2023
SISTEM STRUTTING
MODULAR PADA
PEKERJAAN GALIAN
TANAH DAN
BASEMENT
2
3

C. Penghargaan yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RE.
Samarinda, 22 Januari 2024
Anggota Tim

Muhammad Erwin Triono


27

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Adde Currie Siregar, S. T ., M. T
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknik Sipil
4 NIP/NIDN 1106037802
5 Tempat dan Tanggal Lahir Boyolali, 6 Maret 1978
6 Alamat E-mail Acs150@umkt.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 087779844224
B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Bidang Ilmu Institusi Tahun Lulus
1 Sarjana (S1) Teknik Sipil Strata – 1 2001
2 Magister (S2) Teknik Sipil Strata – 2 2017
3 Doktor (S3)
C. Rekam Jejak Tri Dharma PT
Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan sks
1 Analisa Struktur Baja Wajib 2
2 Tugas Perancangan Konstruksi Wajib 2
Portal
Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
1 Studi Pengaruh Air Sungai Mandiri 2022
Bendungan Benanga Terhadap
Stabilitas Perkerasan Jalan di
Daerah Bakungan
2 Kualitas Kayu Galam Hasil Mandiri 2023
Budidaya Kabupaten Paser
Pengabdian kepada Masyarakat
No Judul Pengabdian kepada Masyarakat Penyandang Dana Tahun
1 Pelatihan Pembuatan Perkerasan Dana Mandiri 3 2022
Beton Porous di GangJulak Gafur Juta
RT.04 Sungai Kota Pinang Kota
Samarinda
2 Pelatihan Pemanfaatan Software sap Dana Mandiri 3 2023
bagi Alumni Teknik Sipil di Juta
Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur
28

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RE.

Samarinda, 22 Januari 2024

(Adde Currie Siregar, S.T., M.T)


29

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


Harga Satuan Total
No Jenis Pengeluaran Volume
(RP) (Rp)
1 Belanja Bahan Habis Pakai
Aluminium Ringan 2 lembar Rp 400.000,00 Rp 800.000,00
Klip 100 buah Rp 1.000,00 Rp 100.000,00
Baut dan Mur 50 set Rp 2.000,00 Rp 50.000,00
Panel Kisi Aluminium 2 lembar Rp 567.500,00 Rp 1.135.000,00
Batang Pengencang Fiberglass 3 batang Rp 116.000,00 Rp 350.000,00
Bahan Adhesif/Perekat Kuat 1 tabung Rp 250.000,00 Rp 250.000,00
Mistar 1 buah Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
Kertas 1 rim Rp 65.000,00 Rp 65.000,00
Map 5 buah Rp 10.000,00 Rp 50.000,00
SUB TOTAL Rp 2.600.000,00
2 Belanja Sewa dan Jasa
Sewa Pemotong Aluminium 1 hari Rp 335.000,00 Rp 335.000,00
Sewa Perlatan Pengelasan 1 hari Rp 245.000,00 Rp 245.000,00
Sewa Jasa Tenaga Ahli 1 hari Rp 395.000,00 Rp 395.000,00
SUB TOTAL Rp 975.000,00
3 Transportasi lokal
Transportasi Bahan Baku 1 kali Rp 750.000,00 Rp 750.000,00
Transportasi Peralatan dan
2 kali Rp 250.000,00 Rp 500.000,00
Alat Kerja
Transportasi Pribadi 5 kali Rp 650.000,00 Rp 500.000,00
Cadangan Biaya Tambahan 1 kali Rp 200.000,00 Rp 200.000,00
SUB TOTAL Rp 1.950.000,00
4 Lain-lain
Kuota Internet 3 bulan Rp 100.000,00 Rp 300.000,00
Akses Publikasi Jurnal 10 artikel Rp 20.000,00 Rp 200.000,00
Seminar/Workshop 2 kali Rp 237.500,00 Rp 475.000,00
SUB TOTAL Rp 975.000,00
GRAND TOTAL Rp 6.500.000,00
GRAND TOTAL (Terbilang Enam Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
30

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas


Alokasi
Program Bidang
No Nama /NIM Waktu Uraian Tugas
Studi Ilmu
(jam/minggu)
1. Perencanaan
proyek dan
anggaran.
2. Koordinasi
tim melalui
pertemuan
reguler.
3. Pemecahan
S1 masalah dan
Talitha Diva Teknik
1 Teknik pengambilan
Aurora/2211102443041 Sipil
Sipil keputusan.
4. Pemantauan,
evaluasi
proyek, dan
umpan balik
kepada tim.
5. Penyusunan
Proposal.

1. Penelitian
dan analisis
literatur
terkait desain
prototipe.
2. Kontribusi
dalam
perancangan
S1
Kevin Caesar Orleando Teknik prototipe.
2 Teknik
Rumuat/2211102443053 Sipil 3. Implementasi
Sipil
prototipe
sesuai
spesifikasi.
4. Dokumentasi
dalam
laporan akhir
proyek.
31

1. Penelitian
dan analisis
literatur
terkait desain
prototipe.
2. Kontribusi
dalam
perancangan
S1
Muhammad Erwin Teknik prototipe.
3 Teknik
Triono/2211102443054 Sipil 3. Implementasi
Sipil
prototipe
sesuai
spesifikasi.
4. Dokumentasi
dalam
laporan akhir
proyek.
32

Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Pelaksana


SURAT PERNYATAAN KETUA TIM PELAKSANA

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Ketua Tim : Talitha Diva Aurora


Nomor Induk Mahasiswa : 2211102443041
Program Studi : S1 Teknik Sipil
Nama Dosen Pendamping : Adde Currie Siregar
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-RE saya dengan judul “Desain
Prototipe Sistem Strutting Modular Pada Galian Tanah Dan Basement” yang
diusulkan untuk tahun anggaran 2024 adalah asli karya kami dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Samarinda, 22 Januari 2024
Yang menyatakan,

Talitha Diva Aurora


2211102443041

Anda mungkin juga menyukai