Pengujian Indeks Kepipihan Dan Kelonjongan
Pengujian Indeks Kepipihan Dan Kelonjongan
2. Referensi
3. Dasar Teori
Pada batuan alam maupun hasil crushing plant terdapat fraksi-fraksi agregat yang
memiliki berbagai macam bentuk. British Standard Institution, BSI, (1975) membagi
bentuk-bentuk agregat dalam enam kategori, yaitu bulat (rounded), tidak beraturan
(irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (elongated), pipih dan lonjong
(flaky and elongated). Kategori bulat, tidak beraturan, dan bersudut untuk keperluan
tertentu dikelompokan dalam satu kategori, yaitu berdimensi seragam
(equidimensional atau cuboidal). Suatu agregat dikatakan pipih, lonjong, pipih dan
lonjong, atau berdimensi seragam ditentukan berdasarkan perbandingan antara
diameter terpendek, terpanjang dan rata-ratanya. Sebagai ilustrasi, untuk sebuah
agregat berbentuk balok maka diameter terpendek adalah tebalnya, diameter
terpanjang adalah panjangnya dan diameter rata-rata adalah lebarnya.
Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih jika agregat tersebut
lebih tipis minimal 60% dari diametar rata-rata. Sedangkan agregat lonjong jika
ukuran terpanjangnya lebih panjang minimal 180% diameter rata-rata. Diameter
rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan. Misalnya untuk agregat yang lolos
saringan 14,0 mm dan tertahan di saringan 10,0 mm (14 – 10 mm) maka diameter
rata-ratanya adalah 11,125 mm.
Praktikum ini pada dasarnya adalah menentukan persentase jumlah agregat yang
pipih dan lonjong dan suatu sampel agregat. Prosedur kegiatan praktikum pada
modul ini mengikuti standar dari BSI (1975), yaitu BS 812, bagian 3.
4. Peralatan
Alat pengukur kepipihan yang sesuai dengan standar BISA 812 (1975)
Alat pengukur kelonjongan yang sesuai dengan standar BISA 812 (1975)
5. Bahan
6. Prosedur