Anda di halaman 1dari 4

PENGUJIAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN

(Flakiness and Elongation Indeks)

1. Tujuan Umum dan Sasaran Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk menilai secara kuantitatif distribusi agregat
yang berbentuk Flaky (pipih) dan elongated (lonjong) yang dinyatakan dengan Indeks
Kepipihan dan Indeks Kelonjongan.

Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu :


 Menentukan indeks kepipihan secara manual dari suatu contoh agregat
 Menentukan indeks kelonjongan secara manual dari suatu contoh agregat

2. Referensi

3. Dasar Teori
Pada batuan alam maupun hasil crushing plant terdapat fraksi-fraksi agregat yang
memiliki berbagai macam bentuk. British Standard Institution, BSI, (1975) membagi
bentuk-bentuk agregat dalam enam kategori, yaitu bulat (rounded), tidak beraturan
(irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (elongated), pipih dan lonjong
(flaky and elongated). Kategori bulat, tidak beraturan, dan bersudut untuk keperluan
tertentu dikelompokan dalam satu kategori, yaitu berdimensi seragam
(equidimensional atau cuboidal). Suatu agregat dikatakan pipih, lonjong, pipih dan
lonjong, atau berdimensi seragam ditentukan berdasarkan perbandingan antara
diameter terpendek, terpanjang dan rata-ratanya. Sebagai ilustrasi, untuk sebuah
agregat berbentuk balok maka diameter terpendek adalah tebalnya, diameter
terpanjang adalah panjangnya dan diameter rata-rata adalah lebarnya.

BSI menentukan jika perbandingan antara rata-rata diamater dengan diameter


terpanjang kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut adalah lonjong sedangkan
jika perbandingan antara diamater terpendek dengan rata-rata diameter kurang dari
0,60 maka bentuk agregat tersebut adalah pipih. Secara umum bentuk agregat dapat
digambarkan pada gambar berikut ini:
Bentuk Agregat

i (rounded); ii (irregular); iii (angular); iv (flaky); v (elongated); vi (flaky and


elongated)

Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih jika agregat tersebut
lebih tipis minimal 60% dari diametar rata-rata. Sedangkan agregat lonjong jika
ukuran terpanjangnya lebih panjang minimal 180% diameter rata-rata. Diameter
rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan. Misalnya untuk agregat yang lolos
saringan 14,0 mm dan tertahan di saringan 10,0 mm (14 – 10 mm) maka diameter
rata-ratanya adalah 11,125 mm.

Praktikum ini pada dasarnya adalah menentukan persentase jumlah agregat yang
pipih dan lonjong dan suatu sampel agregat. Prosedur kegiatan praktikum pada
modul ini mengikuti standar dari BSI (1975), yaitu BS 812, bagian 3.

4. Peralatan
 Alat pengukur kepipihan yang sesuai dengan standar BISA 812 (1975)
 Alat pengukur kelonjongan yang sesuai dengan standar BISA 812 (1975)

 Saringan dengan ukuran 50,0mm ; 37,5mm ; 25,0mm ; 19,0mm ; 12,5mm ;


10,0mm ; dan 6,3mm.
 Timbangan dengan ketelitian 0,1gr
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan mampu memanasi sampai
(1105)C
 Wadah agregat atau mangkok stainless sebanyak jumlah saringan yang ada.
Wadah ini sebaiknya cukup kuat untuk dimasukkan dalam oven sampai
(1105)C.

5. Bahan

6. Prosedur

Anda mungkin juga menyukai