Anda di halaman 1dari 4

Mampukah Brand Local Indonesia Bersaing didalam MEA?

A. LATAR BELAKANG
Siapkah Brand Local Indonesia menghadapi persaingan di tahun 2016? Sudah
seharusnya kita bersiap menghadapi ketatnya persaingan di tahun 2016 ini. Indonesia
dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang
terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA
merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia
Tenggara.
Menurut Arya Baskoro (Associate Researcher), Terdapat empat hal yang akan
menjadi fokus MEA pada tahun 2016 yang dapat dijadikan suatu momentum yang baik
untuk indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan
sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Kedua, MEA akan dibentuk sebagai
kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu
kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property
Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai
kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan
pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh
terhadap perekonomian global.
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena
hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan
meningkatkan GDP Indonesia. Dalam kasus ini, muncul tantangan baru bagi Indonesia
berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, seperti pakaian,
makanan, dan atau properti. Dalam hal ini, resiko yang akan muncul adalah banyaknya
barang impor yang mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang mengancam
Brand lokal dalam bersaing dengan produk dari luar negri yang jauh lebih berkualitas.
Hal ini akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia
sendiri. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia.
Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan
tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri
yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di
ASEAN

B. PEMBAHASAN
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memang bisa menjadi momok yang
mengerikan sekaligus potensi pengembangan ekonomi yang luar biasa. Salah satu
bentuk persiapan menyambut MEA adalah dengan memperkuat sektor Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM). Indonesia memiliki prospek besar dalam konstelasi
MEA. Untuk itu, agar tidak menjadi objek maka pemerintah dan masyarakat perlu
menyiapkan diri. Sebab, Indonesia adalah pasar terbesar, income per kapita yang tinggi,
potensi kekayaan alam yang melimpah, dan negara paling demokratis di Asean. Nah,
salah satu cara untuk bertarung adalah dengan penguatan brand lokal seperti di bidang
kuliner. Ambil contoh saja di kota Yogyakarta. Potensi yang dapat dikembangkan untuk
dimasukan kedalam pasar Internasional, mulai dari sandang, pangan dan papan hampir
semua sektor berpotensi untuk bersaing dalam pasar Internasional. Sebetulnya, masih
banyak lagi brand lokal yang bisa dikembangkan, tinggal di-manage dan dipoles saja,
sehingga nantinya bisa menjadi brand internasional.
Di sisi lain, apabila masuknya barang dari negara ASEAN ke Indonesia
dipandang sebagai ancaman, maka memang Indonesia juga mengimpor dari negara
ASEAN. Thailand dan Malaysia adalah negara yang banyak mengirim produknya ke
Indonesia. Impor Indonesia dari Singapura cukup besar, namun hal itu disebabkan
karena memang Singapura memiliki peran dan posisi sebagai perantara dengan memberi
jasa perdagangan kepada banyak negara di dunia. Ancaman lain adalah tekanan yang
dihadapi produk Indonesia di negara tujuan ekspor. Produk Kopiko pernah dipalsukan
di Malaysia dan menimbulkan kerugian yang besar. Cukup lama kasus ini tidak
menemukan penyelesaian, baru awal tahun 2014 berhasil dimenangkan lewat
pengadilan dan diplomasi.
Permasalahan yang muncul dilapangan adalah saat ini Indonesia belum memiliki
Power House of Economy yang menjadi lokomotif ekonomi dalam pasar ASEAN
seperti jika di Korsel-Samsung, di Uni Emirate-Dubai Port World, di SingapuraTemasek. Dalam sektor UMKM pun, belum ada alih teknologi yang signifikan dalam
proses produksi. Selain itu juga struktur industri Indonesia juga lebih mengandalkan
bahan baku impor, termasuk pengadaan value chain yang dialihkan dari rekanan lokal
ke rekanan internasional.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para
pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan
akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam
rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan
tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Membuat konsumen mencintai produk sendiri Cinta produk sendiri, merupakan
tantangan paling berat buat UMKM. Sebenarnya jika pelaku UMKM di Indonesia mau
sedikit kreatif dengan menghasilkan karya yang unik, maka sangat mungkin sekali akan
menghasilkan brand yang kuat yang dapat menembus pasar Internasional. Cara
gampangnya adalah dengan tidak mencontek produk luar yang akan masuk Indonesia.
Siapkan produk yang lebih baik sehingga ketika mereka masuk jadi tak-in lagi.
MEA kini telah datang, dan memang kita menginginkannya karena akan
mendatangkan manfaat yang besar. Namun ada dua sikap yang harus diambil agar
manfaat besar itu memang dapat dirasakan. Pertama, harus lebih banyak melihat
peluang daripada hanya ketakutan dengan ancaman. Harus percaya diri dan lebih berani
menyerang, bukan hanya bertahan. Sangat jelas dan sudah terbukti bahwa pelaku usaha
Indonesia dapat bersaing di pasar ASEAN, dapat memasuki pasar negara-negara
ASEAN lainnya.
Kedua, bersikap sebagai konsumen yang cerdas. Keterbukaan selalu membawa
pilihan. Konsumenlah yang memilih produk mana yang mau dibeli dan dikonsumsi.
Maka kita harus cerdas. Pilih produk yang kita tahu produk itu produk Indonesia. Jika
ada keraguan sedikit saja terhadap produk impor -misalnya soal kehalalan, keamanan
pangan, aman bagi lingkungan- maka jangan beli. Jika ada layanan jasa, dokter
misalnya, yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik, jangan mau dilayani. Jika
praktik dokter itu ada di Jakarta atau di kota mana pun di Indonesia, bukan kita yang
harus belajar bahasa Inggris, tapi dokter itu yang harus belajar bahasa Indonesia, bahkan
harusnya juga bisa bahasa Jawa atau lainnya. Kekuatan kita ada pada konsumen, pahami
hak-hak konsumen serta lakukan konsumsi dan pembelian dengan cerdas.
Jika kedua sikap itu diterapkan, maka MEA benar-benar akan memberi peluang
jauh lebih besar dibandingkan dengan ancamannya.

C. KESIMPULAN
1. Indonesia adalah negara yang besar dan merupakan salah satu pasar dunia yang
sangat setrategis untuk memasarkan barangnya, dikarenakan di Indonesia sendiri
tingkat konsumtifnya sangat tinggi, maka bukan tidak mungkin Indonesia dapat
bersaing dalam MEA.
2. Mencintai dan memilih mengonsumsi brand lokal dalam negri dapat membantu
perekonomian Indonesia.
3. Jangan menganggap MEA sebagai hal yang mengerikan, semua bisa dipelajari
asal kita rajin dan tekun dalam belajar.
4.
5.
6.
7.

Anda mungkin juga menyukai