Anda di halaman 1dari 13

EKONOMI INTERNASIONAL

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) DAN


ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

Oleh:

HASBI SAKA PRATAMA


05011281621072

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2018
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA)

I. GAMBARAN UMUM

1. Lahirnya AFTA
 Pada pertemuan tingkat kepala negara (ASEAN Summit) ke-4 di Singapore
pada tahun 1992, para kepala negara mengumumkan pembentukan suatu
kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun.
 CEPT Agreement, yang merupakan main mechanism dari AFTA,
ditandatangani oleh Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN pada tanggal 28 Januari
1992.
 Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam
anggota, yaitu, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Vietnam bergabung pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja
pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari sepuluh negara ASEAN. Keempat
pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk menandatangani persetujuan AFTA
untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk
memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA
2. Tujuan dari AFTA
 Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif
sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
 Menarik lebih banyak lagi Foreign Direct Investment
 Meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade)
3. Jangka Waktu Realisasi AFTA
ASEAN Summit ke-4 pada awalnya menargetkan realisasi AFTA dalam 15
tahun (1 Januari 1993 - 1 Januari 2008) dan hanya mencakup produk
manufaktur.
Kemudian Sidang ke-26 Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) pada
bulan September 1994 mempercepat realisasi AFTA menjadi 10 tahun (1
Januari 2003) dan memasukkan produk pertanian (processed atau unprocessed)
kedalam CEPT Scheme.
Selanjutnya ASEAN Summit ke-6, (Desember 1998), menetapkan untuk
mempercepat realisasi AFTA menjadi tahun 2002 dengan tarif 0 - 5%, dengan
beberapa "fleksibilitas".
Vietnam pada tahun 2006 (masuk ASEAN tanggal 28 Juli 1995)
Laos dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli 1997)
Cambodia tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999).
a. Fleksibilitas
Yang dimaksud dengan fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara
ASEAN apabila belum siap untuk menurunkan beberapa produk menjadi 0-5%
pada tahun 2002, maka bisa diturunkan pada tahun 2003. Tahun 2003 produk-
produk dalam AFTA tarifnya harus sudah maksimal 5%.
Fleksibilitas masing-masing negara sebagai berikut :
Brunei Darussalam = 16 items
Indonesia = 66 items (tarifnya masih 10% dan sebagian besar dari sektor
plastic dan chemicals)
Malaysia = 922 items
Philipina = 199 items
Thailand = 472 items
b. CEPT Product List
(i) Inclusion List (IL) : produk-produk yang dimasukkan pada kelompok IL
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
o Produk tersebut harus disertai tariff reduction schedule
o Tidak boleh ada quantitative restrictions (QRs)
o Non-Tariff Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.
Pada tahun 2001, enam negara ASEAN telah mempunyai tarif 0-5% sebesar
minimal 90% dari IL.
(ii) Temporary Exclusion List (TEL) : produk-produk yang termasuk dalam
kategori ini sementara dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif, penghapusan
QRs dan bentuk NTBs yang lain. Dan secara bertahap harus dimasukkan
kedalam IL.
TEL Indonesia ada sebanyak 14 pos tarif yang terdiri dari bunga potong segar,
bawang putih, buah apel, cengkeh, gandum dan kedelai yang tarifnya sudah 0-
5% kecuali bunga potong segar tarifnya 20%.
(iii) Sensitive List (SL) :
o Produk yang ada dalam kategori ini adalah unprocessed agricultural products.
Contohnya : beras, gula, produk daging, gandum, bawang putih, cengkeh dan
sebagainya.
o Produk-produk tersebut juga harus dimasukkan kedalam CEPT Scheme tetapi
dengan jangka waktu yang lebih lama :
o Brunei Darussalam, Indonesia, malaysia, Filipina dan Thailand harus telah
memasukkannya pada tahun 2010
o Vietnam pada tahun 2013
o Laos dan Myanmar pada tahun 2015
o Cambodia pada tahun 2017
o Sensitive (Highly Sensitive List) Indonesia terdiri dari beras dan gula, sebanyak
11 pos tarif (4 pos tarif dari beras dan 7 pos tarif dari gula)
(iv) General Exception (GE)
o Yang termasuk dalam kategori ini adalah produk-produk yang secara permanen
tidak perlu untuk dimasukkan kedalam CEPT Scheme dengan alasan-alasan
sebagai berikut : keamanan nasional; untuk keselamatan/kesehatan umat
manusia, binatang dan tumbuhan; serta untuk melestarikan objek-objek
arkeologi, dan sebagainya.
o Contoh : senjata dan amunisi, narkotik, dan sebagainya
o GE Indonesia ada sebanyak 68 pos tarif
4. Kriteria Suatu Produk Untuk Menikmati Konsesi CEPT
o Produk tersebut terdapat dalam Inclusion List (dalam Legal Enactment) di
negara tujuan maupun negara asal, dengan prinsip Reciprocity.
Prinsip Reciprocity artinya, agar suatu produk dapat menikmati preferensi tarif
di negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor produk tersebut
sudah berada di dalam IL), maka produk yang sama juga harus sudah berada di
dalam IL dari negara asal.
Prinsip timbal balik ini diberlakukan untuk memacu negara anggota agar segera
mengurangi tarif tanpa harus menunggu sampai tahun 2002.
o Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu cumulative ASEAN
Content lebih besar atau sama dengan 40%.
Rules of Origin adalah bahwa untuk dapat menikmati tarif CEPT, sebuah
produk harus memenuhi kriteria sebagai produk ASEAN : yaitu paling sedikit
40% dari kandungannya harus berasal dari satu atau lebih negara anggota
ASEAN. Perhitungan Rules of Origin adalah sebagai berikut :
Value of Imported
Value of Undetermined
Non-ASEAN
+ Origin Materials,Parts or
Material
Produce
Parts or Produce
--------------------------------------------------------------------------- x 100% < 60%
FOB Price
o Produk tersebut harus disertai Certificate of Origin Form D, yang diperoleh di
Kantor-kantor Dinas Perindag di seluruh Indonesia.
5. Aktivitas Lain Untuk Menunjang Pelaksanaan AFTA2
o Harmonisasi Bidang Paben (Customs) :
 Harmonisasi Tariff Nomenclature pada tingkat HS 8-digit
 Fasilitas mempercepat Customs Clearance melalui Green Lane
o Penghapusan bentuk NTBs yang lain :
 Penghapusan Customs Surcharges
 Harmonisasi Product Standards
 Mutual Recognition Arrangements

II. KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM AFTA


1. AFTA Diberlakukan Secara Bertahap
o Tahapan-tahapan AFTA sudah berjalan sejak tahun 1993, setelah KTT IV
ASEAN tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura, melalui CEPT yang disertai
dengan program penurunan tarif sampai tahun 2003.
o Pernyataan di atas dipertegas lagi pada AEM di Chiangmai tahun 1995, yaitu
produk-produk industri yang belum siap bersaing di pasar ASEAN akan
bertahap masuk kedalam cakupan CEPT-AFTA.
o Produk industri paling lambat masuk cakupan CEPT pada tahun 2000 dengan
maksimum tarif 20%.
o Produk pertanian yang belum diolah paling lambat masuk cakupan CEPT pada
tahun 2003 dengan maksimum tarif 5%.
Catatan :
Bagi Indonesia, produk pertanian yang belum diolah untuk masuk cakupan
CEPT-AFTA adalah sebanyak 14 pos tarif yaitu dari bunga potong segar,
cengkeh, kedelai, bawang putih dan sebagainya. Produk ini akan masuk CEPT
pada tahun 2002.
2. Memenuhi Komitmen Internasional berdasarkan sejarah
o Indonesia adalah salah satu sponsor dominan pembentukan ASEAN
o Indonesia merupakan barometer dari gerak gerik ASEAN (ASEAN move)
o Dunia usaha internasional dan investor asing melihat bahwa konstitusi dan
komitmen ASEAN ini merupakan hal yang mutlak agar mereka dapat
merencanakan program-program investasi dan relokasi industrinya.
3. Pemanfaatan Pasar Bersama ASEAN
o ASEAN merupakan pasar bersama dengan 500 juta penduduk
o Banyak yang bisa dimanfaatkan dari jumlah penduduk besar di luar Indonesia
dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari Indonesia.
o Untuk masa-masa pemulihan ekonomi Indonesia, pasar di luar Indonesia
dengan daya beli yang kuat tersebut merupakan daya penggerak ekonomi
Indonesia karena dapat menyerap hasil-hasil industri Indonesia.
4. Tarif 0-5% CEPT-AFTA Tahun 2001 Besarnya Sudah 90%
Pada tahun 2001 ini tarif CEPT-AFTA yang besarnya 0-5% sudah mencakup
minimal 90% dari seluruh produk-produk yang dimasukkan dalam Skema
CEPT. Keenam anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Philipina, Singapura dan Thailand) besarnya tarif 0-5% masing-masing
menunjukkan 97,3%; 90,1%; 90,88%; 92,7%; 100% dan 90%.
5. Tingkat Kompetisi Produk dan Posisi Perdagangan Indonesia di ASEAN
cukup baik
Neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN mulai tahun 1996 s/d 2000
mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 12,35% per
tahun, yaitu dari US$ 2.760,95 juta pada tahun 1996 meningkat menjadi US$
4.398,84 juta pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai neraca
perdagangan bagi Indonesia selalu mengalami surplus setiap tahunnya, yang
berarti ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN setiap tahunnya terus
meningkat dibanding dengan import dari negara-negara ASEAN.
6. Beberapa protocol/Article yang dapat dipakai untuk mengamankan
produk Indonesia
o Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme Temporary
Exclusion List.
Dapat dipakai dasar untukmenarik produk-produk yang telah dimasukkan ke
AFTA mulai tahun 2000 (misalnya produk otomotif Indonesia dengan HS 87)
untuk dikeluarkan/ditunda masuk AFTA. Dengan sendirinya penarikan suatu
produk tersebut, harus disertai dengan kompensasi.
o Article 6 (1) dari CEPT Agreement
Dapat dipakai dasar untuk menarik produk-produk yang telah dimasukkan ke
dalam Skema CEPT-AFTA, akibat adanya import yang banyak dari ASEAN
sehingga menyebabkan adanya kehancuran industri dalam negeri.
Bunyi lengkap article tersebut adalah sebagai berikut :
If, as a result of the implementation of this Agreement, import of a particular
product eligible under the CEPT Scheme is increasing in such a manner as to
cause or threaten to cause serious injury to sector producing like or directly
competitive products in the importing Member States, the importing Member
States may, to the extent and for such time as may be necessary to prevent or to
remedy such injury, suspend preferences provisionally and without
discrimination, subject to Article 6 (3) of this Agreement. Such suspension of
preferences shall be consistent with the GATT.
Interpretative Notes
1) Products included in the CEPT Scheme shall not be subjected to increase of
CEPT rates except under emergency situation as provided in Article 6 of the
CEPT Agreement.
2) The suspension of CEPT preferences under Article 6 of the CEPT Agreement
shall be consistent with Article XIX (Emergency Action Imports of Particular
Products) of the GATT.
o Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly Sensitive
Products
Memuat produk-produk Sensitive dan Highly Sensitive (beras dan gula)
Contoh
Indonesia telah menarik gula dari daftar CEPT, dimana sebelumnya gula akan
dimasukkan kedalam Skema CEPT-AFTA pada tahun 2002 dan pada tahun
2003 maksimal tarifnya 5%. Dengan adanya gula masuk ke HSL maka gula
akan masuk IL tahun 2003 dan ending year 2010 dengan tarif maksimal 20%.
o Ketentuan Local Content sebesar 40% merupakan salah satu instrumen utama
untuk mengamankan produk dalam negeri. Ketentuan local content ini justru
akan mendorong produsen untuk lebih meningkatkan nilai tambah dan
memancing investasi yang dibutuhkan.
7. Komitmen AFTA akan menarik investor
o Tarif rendah
o Resource Sharing diantara negara-negara ASEAN akan menghasilkan
"Economic of Scale".
8. ASEAN merupakan suatu kesatuan untuk maju dan tumbuh bersama
o Telah disepakati skema ASEAN Integration System of Preferences (AISP)
o AISP adalah pemberian keringanan tarif bea masuk sebesar 0% atau lebih baik
dari tarif CEPT oleh ASEAN-6 kepada ASEAN baru (Cambodia, Laos,
Myanmar dan Vietnam).

III. KESIAPAN PEMERINTAH MENGENAI AFTAR

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia adalah salah satu


instansi pemerintah yang mempunyai wewenang untuk memproses ekspor ke
negara-negara ASEAN dengan menggunakan fasilitas AFTA.
2. Indonesia mempunyai produk-produk yang tidak mengikuti program penurunan
tarif dalam AFTA (seperti GE, HSL).
3. Sejak ditandatangani AFTA pada bulan Januari 1992 di Singapura, pemerintah
telah mengadakan sosialisasi-sosialisasi baik kepada dunia usaha maupun
instansi pemerintah yang terkait di seluruh Indonesia.
4. Para Pejabat Senior Ekonomi ASEAN (SEOM) dalam sidang-sidangnya selalu
melibatkan ASEAN-CCI untuk mengadakan konsultasi.
ASEAN-CCI ini anggotanya adalah KADIN-KADIN yang ada di masing-
masing negara ASEAN.
5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan c/q Ditjen Kerjasama Industri dan
Perdagangan Internasional (KIPI) adalah sebagai "National AFTA Unit",
sehingga bila ada masalah-masalah tentang AFTA dapat berhubungan dengan
instansi tersebut.
6. Departemen Keuangan setiap tahun menerbitkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan (SK Menkeu) tentang CEPT-AFTA yang lampirannya berisi daftar
produk-produk yang memperoleh keringanan bea masuk. Sedangkan daftar
produk-produk yang akan diekspor dalam rangka AFTA diperoleh dari Dinas-
dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

Pengertian Pasar Bebas ASEAN Economic Community (AEC) 2015.

ASEAN Community 2015 atau dalam bahasa Indonesia disebut "Komunitas ASEAN 2015".
Mungkin istilah ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015

Asean Economic Community merupakan program kerjasama negara-negara Asean,


termasuk Indonesia, di bidang ekonomi. Program kerjasama yang rencananya akan
dilaksanakan pada tahun 2015 ini berbeda dengan program-program yang telah
dilaksanakan sebelumnya. Pasalnya, Asean Economic Community ini menekankan pada
pasar tunggal yang terbuka sesuai blueprint yang berisi empat patokan AEC. Keempat
patokan tersebut yaitu:

a single market and production base,


a highly competitive economic region,
a region of equitable economic development, and
a region fully integrated into the global economy

Intinya, jika Asean Economic Community berhasil dijalankan, maka negara-negara Asean
akan memiliki jangkauan pasar yang lebih luas. Arus ekspor-impor barang dan jasa maupun
inverstasi antar negara ASEAN akan lebih terbuka, sementara tarif dan non-tarif sudah tidak
diberlakukan lagi.

Dengan diberikannya kemudahan untuk bertransaksi antar negara di Asia Tenggara, sebagai
konsumen, kita akan mempunyai lebih banyak pilihan produk-produk berkualitas yang
berasal dari kesembilan negara Asean. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana
produsen lokal Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Asean tersebut.

Keterbukaan pasar ini akan membawa dampak positif jika kita mampu menghasilkan produk
berkualitas yang menembus pasar Asean. Namun, jika pada kenyataannya masyarakat
Indonesia cenderung menjadi konsumen, tentu hal tersebut tidak akan membawa dampak
positif bagi perekonomian negara kita. Terutama mengingat Indonesia memiliki jumlah
masyarakat yang terbesar di antara negara-negara ASEAN lainnya.


Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi Asean Economic Community ini?
Mengurangi budaya konsumerisme dan mengutamakan penggunaan hasil produksi
masyarakat Indonesia menjadi salah satu cara bagi kita sebelum terjun dalam masyarakat
ekonomi ASEAN. Selain itu, membekali diri dengan pengetahuan, keahlian dan keterampilan
tentu dapat membantu Indonesia dalam persaingan pasar bebas ASEAN.

Dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, para pemuda Indonesia diharapkan dapat
menjadi tunas-tunas pembangunan ekonomi bangsa yang mandiri dan mampu
menghasilkan produk-produk berkualitas dan dapat mengembangkan sayap hingga ke
negara-negara lainnya.

ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara kawasan
Asia Tenggara yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui deklarasi Bangkok oleh
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggotanya serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya. Dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi, ASEAN mendirikan ASEAN Economic Community
sebagai bentuk integrasi ekonomi.

Pada 2015, dengan AEC tersebut maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis
produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang
bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN. Dengan terbentuknya
pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk
meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN. Tujuan dari upaya pemberlakuan
Perdagangan Bebas ASEAN diantaranya untuk meningkatkan daya saing ASEAN sebagai
basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan halangan non-bea dalam
ASEAN dan menarik investasi asing langsung ke ASEAN. Meski tercatat sebagai negara yang
memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ruah dengan luas dan populasi terbesar
diantara negara-negara lainnya di ASEAN, Indonesia diperkirakan masih belum siap
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015. Alasannya, iklim investasi kurang
kondusif yang diindikasikan melalui masalah ruwetnya birokrasi, infrastruktur, masalah
kualitas sumber daya manusia dan kentenagakerjaan (perburuhan) serta korupsi merupakan
sebagian dari masalah Indonesia saat ini.

Pasar bebas tersebut tentu saja dapat menjadi hal positif bagi kita jika kita mampu bersaing.
Namun, sebaliknya dapat merugikan kita jika kita tidak mampu bersaing. Pasar bebas tentu
saja menguntungkan bagi para produsen yang target pasarnya internasional. Lalu untuk
produsen dalam negri, apakah sudah siap menghadapi persaingan dengan produk yang
ditawarkan asing. Sudahkah siap SDM kita bersaing dengan SDM asing yang mungkin lebih
berkompeten dari pada kita?
Taraf daya saing nasional ini perlu segera ditingkatkan karena berdasarkan Indeks Daya
Saing Global 2010, tingkat daya saing Indonesia hanya berada pada posisi 75 atau jauh
tertinggal dibanding Vietnam (posisi 53) yang baru merdeka dan baru bergabung ke dalam
ASEAN.

Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN adalah sebuah persetujuan oleh ASEAN mengenai
sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN.

Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota, yaitu,
Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada
1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari
sepuluh negara ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk
menandatangani persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi
kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA.
Dalam menghadapi pasar bebas 2015 nanti, masyarakat dan pemerintah perlu bebenah
untuk memperbaiki kualitas diri, agar mampu bersaing dengan asing dan mendapatkan
manfaat sebanyak-banyaknya dari pasar bebas 2015 nanti.

Anda mungkin juga menyukai