Oleh:
I. GAMBARAN UMUM
1. Lahirnya AFTA
Pada pertemuan tingkat kepala negara (ASEAN Summit) ke-4 di Singapore
pada tahun 1992, para kepala negara mengumumkan pembentukan suatu
kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun.
CEPT Agreement, yang merupakan main mechanism dari AFTA,
ditandatangani oleh Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN pada tanggal 28 Januari
1992.
Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam
anggota, yaitu, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Vietnam bergabung pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja
pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari sepuluh negara ASEAN. Keempat
pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk menandatangani persetujuan AFTA
untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk
memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA
2. Tujuan dari AFTA
Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif
sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
Menarik lebih banyak lagi Foreign Direct Investment
Meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade)
3. Jangka Waktu Realisasi AFTA
ASEAN Summit ke-4 pada awalnya menargetkan realisasi AFTA dalam 15
tahun (1 Januari 1993 - 1 Januari 2008) dan hanya mencakup produk
manufaktur.
Kemudian Sidang ke-26 Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) pada
bulan September 1994 mempercepat realisasi AFTA menjadi 10 tahun (1
Januari 2003) dan memasukkan produk pertanian (processed atau unprocessed)
kedalam CEPT Scheme.
Selanjutnya ASEAN Summit ke-6, (Desember 1998), menetapkan untuk
mempercepat realisasi AFTA menjadi tahun 2002 dengan tarif 0 - 5%, dengan
beberapa "fleksibilitas".
Vietnam pada tahun 2006 (masuk ASEAN tanggal 28 Juli 1995)
Laos dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli 1997)
Cambodia tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999).
a. Fleksibilitas
Yang dimaksud dengan fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara
ASEAN apabila belum siap untuk menurunkan beberapa produk menjadi 0-5%
pada tahun 2002, maka bisa diturunkan pada tahun 2003. Tahun 2003 produk-
produk dalam AFTA tarifnya harus sudah maksimal 5%.
Fleksibilitas masing-masing negara sebagai berikut :
Brunei Darussalam = 16 items
Indonesia = 66 items (tarifnya masih 10% dan sebagian besar dari sektor
plastic dan chemicals)
Malaysia = 922 items
Philipina = 199 items
Thailand = 472 items
b. CEPT Product List
(i) Inclusion List (IL) : produk-produk yang dimasukkan pada kelompok IL
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
o Produk tersebut harus disertai tariff reduction schedule
o Tidak boleh ada quantitative restrictions (QRs)
o Non-Tariff Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.
Pada tahun 2001, enam negara ASEAN telah mempunyai tarif 0-5% sebesar
minimal 90% dari IL.
(ii) Temporary Exclusion List (TEL) : produk-produk yang termasuk dalam
kategori ini sementara dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif, penghapusan
QRs dan bentuk NTBs yang lain. Dan secara bertahap harus dimasukkan
kedalam IL.
TEL Indonesia ada sebanyak 14 pos tarif yang terdiri dari bunga potong segar,
bawang putih, buah apel, cengkeh, gandum dan kedelai yang tarifnya sudah 0-
5% kecuali bunga potong segar tarifnya 20%.
(iii) Sensitive List (SL) :
o Produk yang ada dalam kategori ini adalah unprocessed agricultural products.
Contohnya : beras, gula, produk daging, gandum, bawang putih, cengkeh dan
sebagainya.
o Produk-produk tersebut juga harus dimasukkan kedalam CEPT Scheme tetapi
dengan jangka waktu yang lebih lama :
o Brunei Darussalam, Indonesia, malaysia, Filipina dan Thailand harus telah
memasukkannya pada tahun 2010
o Vietnam pada tahun 2013
o Laos dan Myanmar pada tahun 2015
o Cambodia pada tahun 2017
o Sensitive (Highly Sensitive List) Indonesia terdiri dari beras dan gula, sebanyak
11 pos tarif (4 pos tarif dari beras dan 7 pos tarif dari gula)
(iv) General Exception (GE)
o Yang termasuk dalam kategori ini adalah produk-produk yang secara permanen
tidak perlu untuk dimasukkan kedalam CEPT Scheme dengan alasan-alasan
sebagai berikut : keamanan nasional; untuk keselamatan/kesehatan umat
manusia, binatang dan tumbuhan; serta untuk melestarikan objek-objek
arkeologi, dan sebagainya.
o Contoh : senjata dan amunisi, narkotik, dan sebagainya
o GE Indonesia ada sebanyak 68 pos tarif
4. Kriteria Suatu Produk Untuk Menikmati Konsesi CEPT
o Produk tersebut terdapat dalam Inclusion List (dalam Legal Enactment) di
negara tujuan maupun negara asal, dengan prinsip Reciprocity.
Prinsip Reciprocity artinya, agar suatu produk dapat menikmati preferensi tarif
di negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor produk tersebut
sudah berada di dalam IL), maka produk yang sama juga harus sudah berada di
dalam IL dari negara asal.
Prinsip timbal balik ini diberlakukan untuk memacu negara anggota agar segera
mengurangi tarif tanpa harus menunggu sampai tahun 2002.
o Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu cumulative ASEAN
Content lebih besar atau sama dengan 40%.
Rules of Origin adalah bahwa untuk dapat menikmati tarif CEPT, sebuah
produk harus memenuhi kriteria sebagai produk ASEAN : yaitu paling sedikit
40% dari kandungannya harus berasal dari satu atau lebih negara anggota
ASEAN. Perhitungan Rules of Origin adalah sebagai berikut :
Value of Imported
Value of Undetermined
Non-ASEAN
+ Origin Materials,Parts or
Material
Produce
Parts or Produce
--------------------------------------------------------------------------- x 100% < 60%
FOB Price
o Produk tersebut harus disertai Certificate of Origin Form D, yang diperoleh di
Kantor-kantor Dinas Perindag di seluruh Indonesia.
5. Aktivitas Lain Untuk Menunjang Pelaksanaan AFTA2
o Harmonisasi Bidang Paben (Customs) :
Harmonisasi Tariff Nomenclature pada tingkat HS 8-digit
Fasilitas mempercepat Customs Clearance melalui Green Lane
o Penghapusan bentuk NTBs yang lain :
Penghapusan Customs Surcharges
Harmonisasi Product Standards
Mutual Recognition Arrangements
ASEAN Community 2015 atau dalam bahasa Indonesia disebut "Komunitas ASEAN 2015".
Mungkin istilah ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015
Intinya, jika Asean Economic Community berhasil dijalankan, maka negara-negara Asean
akan memiliki jangkauan pasar yang lebih luas. Arus ekspor-impor barang dan jasa maupun
inverstasi antar negara ASEAN akan lebih terbuka, sementara tarif dan non-tarif sudah tidak
diberlakukan lagi.
Dengan diberikannya kemudahan untuk bertransaksi antar negara di Asia Tenggara, sebagai
konsumen, kita akan mempunyai lebih banyak pilihan produk-produk berkualitas yang
berasal dari kesembilan negara Asean. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana
produsen lokal Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Asean tersebut.
Keterbukaan pasar ini akan membawa dampak positif jika kita mampu menghasilkan produk
berkualitas yang menembus pasar Asean. Namun, jika pada kenyataannya masyarakat
Indonesia cenderung menjadi konsumen, tentu hal tersebut tidak akan membawa dampak
positif bagi perekonomian negara kita. Terutama mengingat Indonesia memiliki jumlah
masyarakat yang terbesar di antara negara-negara ASEAN lainnya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi Asean Economic Community ini?
Mengurangi budaya konsumerisme dan mengutamakan penggunaan hasil produksi
masyarakat Indonesia menjadi salah satu cara bagi kita sebelum terjun dalam masyarakat
ekonomi ASEAN. Selain itu, membekali diri dengan pengetahuan, keahlian dan keterampilan
tentu dapat membantu Indonesia dalam persaingan pasar bebas ASEAN.
Dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, para pemuda Indonesia diharapkan dapat
menjadi tunas-tunas pembangunan ekonomi bangsa yang mandiri dan mampu
menghasilkan produk-produk berkualitas dan dapat mengembangkan sayap hingga ke
negara-negara lainnya.
ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara kawasan
Asia Tenggara yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui deklarasi Bangkok oleh
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggotanya serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya. Dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi, ASEAN mendirikan ASEAN Economic Community
sebagai bentuk integrasi ekonomi.
Pada 2015, dengan AEC tersebut maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis
produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang
bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN. Dengan terbentuknya
pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk
meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN. Tujuan dari upaya pemberlakuan
Perdagangan Bebas ASEAN diantaranya untuk meningkatkan daya saing ASEAN sebagai
basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan halangan non-bea dalam
ASEAN dan menarik investasi asing langsung ke ASEAN. Meski tercatat sebagai negara yang
memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ruah dengan luas dan populasi terbesar
diantara negara-negara lainnya di ASEAN, Indonesia diperkirakan masih belum siap
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015. Alasannya, iklim investasi kurang
kondusif yang diindikasikan melalui masalah ruwetnya birokrasi, infrastruktur, masalah
kualitas sumber daya manusia dan kentenagakerjaan (perburuhan) serta korupsi merupakan
sebagian dari masalah Indonesia saat ini.
Pasar bebas tersebut tentu saja dapat menjadi hal positif bagi kita jika kita mampu bersaing.
Namun, sebaliknya dapat merugikan kita jika kita tidak mampu bersaing. Pasar bebas tentu
saja menguntungkan bagi para produsen yang target pasarnya internasional. Lalu untuk
produsen dalam negri, apakah sudah siap menghadapi persaingan dengan produk yang
ditawarkan asing. Sudahkah siap SDM kita bersaing dengan SDM asing yang mungkin lebih
berkompeten dari pada kita?
Taraf daya saing nasional ini perlu segera ditingkatkan karena berdasarkan Indeks Daya
Saing Global 2010, tingkat daya saing Indonesia hanya berada pada posisi 75 atau jauh
tertinggal dibanding Vietnam (posisi 53) yang baru merdeka dan baru bergabung ke dalam
ASEAN.
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN adalah sebuah persetujuan oleh ASEAN mengenai
sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN.
Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota, yaitu,
Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada
1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari
sepuluh negara ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk
menandatangani persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi
kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA.
Dalam menghadapi pasar bebas 2015 nanti, masyarakat dan pemerintah perlu bebenah
untuk memperbaiki kualitas diri, agar mampu bersaing dengan asing dan mendapatkan
manfaat sebanyak-banyaknya dari pasar bebas 2015 nanti.