Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Keikutsertaan Indonesia

dalam ASEAN FreeTrade


Association (AFTA) terhadap
Perekonomian Indonesia

Sejarah Dibentuknya AFTA


ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari
kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan
regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai
basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar
regional bagi 500 juta penduduknya.
Kawasan bebas
AFTA dibentuk pada
perdagangan dalam rangka
waktu Konperensi
meningkatkan daya saing
Tingkat Tinggi (KTT)
ekonomi kawasan regional
ASEAN ke IV di
ASEAN dengan menjadikan
Singapura tahun
ASEAN sebagai basis
1992.
produksi dunia akan dicapai

Tujuan Dibentuknya AFTA


Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat
produksi yang kompetitif sehingga produk
ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar
global.
Menarik lebih banyakForeign Direct
Investment(FDI).
Meningkatkan perdagangan antar negara
anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade).

Beberapa istilah dalam


CEPT-AFTA
Fleksibilitasadalah suatu keadaan dimana ke-6
negara anggota ASEAN apabila belum siap untuk
menurunkan tingkat tarif produk menjadi 0-5% pada 1
Januari 2002, dapat diturunkan pada 1 Januari 2003.
Sejak saat itu tingkat tarif bea masuk dalam AFTA
sebesar maksimal 5%.

CEPT Produk List


Inclusion List(IL) : daftar yang memuat cakupan produk
yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Produk tersebut harus disertaiTarif Reduction Schedule.
Tidak boleh adaQuantitave Restrictions(QRs).
Non-Tarif Barriers(NTBs) lainnya harus dihapuskan
dalam waktu 5 tahun.

Temporary
Exclusion(TEL)

Sensitive List(SL) : daftar yang memuat


cakupan produk yang diklasifikasikan
sebagaiUnprocessed Agricultural Products
General Exception(GE)List: daftar yang memuat
cakupan produk yang secara permanen tidak perlu untuk
dimasukkan ke dalam CEPTSchemedengan alas an
keamanan nasional, keselamatan/kesehatan umat
manusia, binatang dan tumbuhan, serta pelestarian objek
arkeologi, dan sebagainya (Article 9b of CEPT Agreement).
Contohnya antara lain senjata, amunisi, da narkotika.
Produk Indonesia dalam GE List hingga saat ini sebanyak
96 pos tarif.

Skema Common
Effective
Preferential Tariffs
For ASEAN Free
Trade Area
( CEPT-AFTA)

1.penurunan tarif hingga


menjadi 0-5%,
2.penghapusan pembatasan
kuantitatif dan hambatanhambatan non tarif lainnya.
3.Perkembangan terakhir yang
terkait dengan AFTA adalah
adanya kesepakatan untuk
menghapuskan semua bea
masuk impor barang bagi
Brunai Darussalam pada tahun
2010, Indonesia, Malaysia,
Philippines, Singapura dan
Thailand, dan bagi Cambodia,
Laos, Myanmar dan Vietnam
pada tahun 2015.

Produk yang dikatagorikan dalam General


Exception adalah produk-produk yang secara
permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPTAFTA, karena alasan
keamanan nasional,
keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang
dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek
arkeologi dan budaya.

Indonesiamengkatagorikan produk-produk dalam


kelompok senjata dan amunisi, minuman
beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif
sebagai General Exception.

Jangka Waktu Realisasi AFTA


KTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8
Oktober 2003 di Bali, dimana
enam negara anggota ASEAN
Original Signatories of CEPT AFTA
sepakat untuk mencapai target
bea masuk dengan tingkat tarif
0% minimal 60% dari Inclusion
List (IL) tahun 2003; bea masuk
dengan tingkat tarif 0% minimal
80% dari Inclusion List (IL) tahun
2007; dan pada tahun 2010
seluruh tarif bea masuk dengan
tingkat tarif 0% harus sudah
100% untuk anggota ASEAN yang
baru, tarif 0% tahun 2006 untuk
Vietnam, tahun 2008 untuk Laos

Tahun 2000 :Menurunkan


tarif bea masuk menjadi 05% sebanyak 85% dari
seluruh jumlah pos tarif
dalam Inclusion List (IL).
Tahun 2001 :Menurunkan
tarif bea masuk menjadi 05% sebanyak 90% dari
seluruh jumlah pos tarif
dalam Inclusion List (IL).
Tahun 2002 :Menurunkan
tarif bea masuk menjadi 05% sebanyak 100% dari
seluruh jumlah pos tarif
dalam Inclusion List (IL),
dengan fleksibilitas.
Tahun 2003 :Menurunkan
tarif bea masuk menjadi 0-

Untuk ASEAN-4
(Vietnam, Laos,
Myanmar dan Cambodja.

Vietnam tahun
2006 (masuk
ASEAN tanggal 28
Juli 1995).
Laos dan Myanmar
tahun 2008 (masuk
ASEAN tanggal 23
Juli 1997).
Cambodja tahun
2010 (masuk
ASEAN tanggal 30
April 1999).

Kriteria Suatu Produk Untuk


Menikmati Konsesi CEPT
Produk terdapat dalam Inclusion List (IL) baik
di Negara tujuan maupun di negara asal,
dengan prinsip timbal balik (reciprosity). Artinya
suatu produk dapat menikmati preferensi tarif di
negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara
tujuan ekspor produk tersebut sudah ada dalam
IL), maka produk yang sama juga harus
terdapat dalam IL dari negara asal.
Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of
Origin), yaitu cumulative ASEAN Content lebih
besar atau sama dengan 40%.

Beberapa Protocol/Article yang


dapat dipakai untuk mengamankan
produk Indonesia
Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme
Temporary Exclusion List
Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk industri
yang telah dimasukkan ke dalam IL terakhir tahun 2000 atauLast
Tranche. Konsekuensi penarikan kembali suatu produk dari IL harus
disertai dengan kompensasi.

Article 6 (1) dari CEPT Agreement


Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk yang
telah dimasukkan ke dalam Skema CEPT-AFTA, karena adanya lonjakan
impor dari negara anggota ASEAN lainnya yang menyebabkan atau
mengancam kerugian yang serius terhadap industri dalam negeri.

Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly


Sensitive Products.
Dapat digunakan sebagai acuan untuk memasukkan produk yang
diklasifikasikan ke dalamHighly Sensitive(seperti beras dan gula bagi
Indonesia).

Jadwal Penurunan dan atau


Penghapusan Tarif Bea Masuk
Inclusion list
Negara Anggota
AFTA

ASEAN -6

Vietnam

Laos dan

Jadwal Penurunan/Penghapusan
2.

1.Tahun 2003 : 60% produk dengan


tarif 0%
2.Tahun 2007 : 80% produk dengan
tarif 0%
3.Tahun 2010 : 100% produk dengan
tarif 0%
1.Tahun 2006 : 60% produk dengan
tarif 0%
2.Tahun 2010 : 80% produk dengan
tarif 0%
3.Tahun 2015 : 100% produk dengan
tarif 0%
1.Tahun 2008 : 60% produk dengan
tarif 0%
2.Tahun 2012 : 80% produk dengan

Noninclusion list
TEL harus dipindah ke IL
GEL dapat dipertahankan apabila
konsisten dengan artikel 9
CEPTAgreement, yaitu untuk melindungi :
Keamanan Nasional
Moral
Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuhtumbuhan dan kesehatan
Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala

Manfaat bagi Indonesia


Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi
produk Indonesia, dengan penduduk sebesar
250 juta dan tingkat pendapatan masyarakat
yang beragam;
Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti
bagi pengusaha/produsen Indonesia yang
sebelumnya membutuhkan barang modal dan
bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN
lainnya dan termasuk biaya pemasaran;
Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang
tersedia di pasar domestik semakin banyak
dengan tingkat harga dan mutu tertentu;
Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin

Tantangan yang Dihadapi


Indonesia
Pengusaha/produsen Indonesia dituntut terus
menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam
menjalankan bisnis secara profesional guna dapat
memenangkan kompetisi dari produk yang
berasal dari negara anggota ASEAN lainnya baik
dalam memanfaatkan peluang pasar domestik
maupun pasar negara anggota ASEAN lainnya.
World Economic Forum: Indeks kompentensi
manusia Indonesia menempati posisi ke 50, masih
dibawah singapura (2), malaysia (24), thailand
(37).

AFTA, Peluang atau


Ancaman?
Bagaimana agar dapat siap untuk
mengadapi AFTA 2015?
Sumberdaya ManusiaPendidikan
(RnD yang kuat)
IndividuInstitusiIndonesia
(Pemerintah)
Kualitas, Produktivitas, inovasi
Tingkat ASEAN

Anda mungkin juga menyukai