Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan hubungan antara struktur
modal (kombinasi antara hutang dan ekuitas) dengan nilai perusahaan. Teori ini
bertujuan untuk menentukan struktur modal yang optimal yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan.
Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan hubungan antara struktur
modal (kombinasi antara hutang dan ekuitas) dengan nilai perusahaan. Teori ini
bertujuan untuk menentukan struktur modal yang optimal yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan.
Teori trade-off
Teori pecking order
Teori agency cost
Teori signaling
Teori Trade-off
Penjelasan
Teori trade-off didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan memiliki dua tujuan
utama, yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dan meminimalkan biaya modal.
Penggunaan hutang dapat meningkatkan pengembalian perusahaan karena biaya
hutang lebih rendah dari biaya ekuitas. Namun, penggunaan hutang juga dapat
meningkatkan risiko perusahaan karena perusahaan harus membayar bunga dan
pokok pinjaman.
Menurut teori trade-off, perusahaan akan memilih struktur modal yang optimal
yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya modal.
Struktur modal yang optimal ini akan berada di titik di mana trade-off antara risiko
dan pengembalian mencapai keseimbangan.
Risiko bisnis
Risiko keuangan
Tingkat bunga
Pajak
Kebijakan dividen
1. Laba ditahan
2. Utang jangka panjang
3. Utang jangka pendek
Penjelasan
Teori pecking order didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan memiliki preferensi
untuk menggunakan sumber pendanaan internal sebelum sumber pendanaan
eksternal. Hal ini dikarenakan sumber pendanaan internal tidak memerlukan biaya
bunga.
Menurut teori pecking order, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebagai
sumber pendanaan pertama. Jika laba ditahan tidak mencukupi, perusahaan akan
menggunakan hutang jangka panjang. Jika hutang jangka panjang juga tidak
mencukupi, perusahaan akan menggunakan hutang jangka pendek.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut teori pecking order, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
struktur modal perusahaan, yaitu:
Teori agency cost menyatakan bahwa terdapat biaya yang timbul akibat adanya
konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Biaya ini dapat
dikurangi dengan menggunakan hutang.
Penjelasan
Teori agency cost didasarkan pada asumsi bahwa manajer memiliki kepentingan
yang berbeda dengan pemegang saham. Manajer mungkin lebih mengutamakan
kepentingannya sendiri, seperti gaji yang tinggi atau kekuasaan, daripada
kepentingan pemegang saham, seperti memaksimalkan nilai perusahaan.
Penggunaan hutang dapat mengurangi biaya agency cost karena hutang dapat
memberikan insentif bagi manajer untuk bertindak hati-hati dalam mengelola
perusahaan. Hal ini dikarenakan manajer harus memastikan bahwa perusahaan
dapat menghasilkan cukup laba untuk membayar bunga dan pokok pinjaman.
Menurut teori agency cost, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
struktur modal perusahaan, yaitu:
Penjelasan
Teori signaling didasarkan pada asumsi bahwa investor memiliki informasi yang
terbatas tentang prospek perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan struktur
modalnya untuk memberikan sinyal kepada investor tentang prospek perusahaan
yang sebenarnya.
Misalnya, perusahaan yang memiliki prospek yang baik akan cenderung untuk
menggunakan lebih banyak ekuitas. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
prospek yang baik tidak perlu menggunakan hutang untuk meningkatkan
pengembalian.
Prospek perusahaan
Ketersediaan ekuitas
Ketersediaan hutang
Kesimpulan
Teori struktur modal yang relevan dengan kondisi saat ini adalah teori trade-off.
Teori ini menyatakan bahwa terdapat trade-off antara risiko dan pengembalian.
Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi yang tinggi, perusahaan cenderung untuk
mengurangi penggunaan hutang. Hal ini dikarenakan hutang dapat meningkatkan
risiko perusahaan yang pada akhirnya dapat menurunkan nilai perusahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, teori struktur modal yang paling relevan dengan
kondisi saat ini adalah teori trade-off. Teori ini menjelaskan bahwa dalam kondisi
ketidakpastian ekonomi yang tinggi, perusahaan cenderung untuk mengurangi
penggunaan hutang. Hal ini dikarenakan hutang dapat meningkatkan risiko
perusahaan yang pada akhirnya dapat menurunkan nilai perusahaan.