Anda di halaman 1dari 4

BAB 18

Berapa Banyak Yang Harus Dipinjam Perusahaan?


Costs of Financial Distress/Biaya Kesulitan Keuangan
Biaya Kesulitan Keuangan - Biaya yang timbul dari kebangkrutan atau keputusan bisnis yang
menyimpang sebelum kebangkrutan.

Kesulitan keuangan terjadi ketika janji kepada kreditur dilanggar atau dihormati dengan susah payah.
Terkadang kesulitan keuangan menyebabkan kebangkrutan.

Seperti yang akan kita lihat, kesulitan keuangan itu mahal. Investor tahu bahwa perusahaan yang
diungkit dapat jatuh ke dalam kesulitan keuangan, dan mereka mengkhawatirkannya. Kekhawatiran itu
tercermin dalam nilai pasar saat ini dari sekuritas perusahaan yang diungkit. Dengan demikian, nilai
perusahaan dapat dipecah menjadi tiga bagian:

Market value = value if all equity financed + PV tax shield - PV costs of financial distress

Nilai pasar = nilai jika semua ekuitas dibiayai + PV Perlindungan Pajak - Biaya PV dari kesulitan
keuangan

Gambar 18.3 membandingkan kemungkinan pembayaran tahun depan kepada kreditur dan
pemegang saham dari kedua perusahaan ini. Satu-satunya perbedaan terjadi ketika nilai aset
tahun depan ternyata kurang dari $1.000. Misalkan tahun depan aset setiap perusahaan hanya
bernilai $500. Dalam hal ini Ace Limited defaults. Pemegang sahamnya pergi; imbalan mereka
adalah nol. Pemegang obligasi mendapatkan aset senilai $500. Tapi pemegang saham Ace
Unlimited tidak bisa pergi begitu saja. Mereka harus membayar $ 500, selisih antara nilai aset
dan klaim pemegang obligasi. Hutang dibayar apa pun yang terjadi. Misalkan Ace Limited benar
- benar bangkrut. Tentu saja, para pemegang sahamnya kecewa karena nilai perusahaan
mereka sangat kecil, tetapi itu adalah masalah operasional yang tidak ada hubungannya dengan
pembiayaan. Mengingat kinerja operasi yang buruk, hak untuk bangkrut—hak untuk gagal
bayar adalah hak istimewa yang berharga. Seperti yang ditunjukkan Gambar 18.3, para
pemegang saham Ace Limited berada dalam kondisi yang lebih baik daripada pemegang saham
Unlimited.
Menurut Brigham dan Houston (2009) mengemukakan bahwa penggunaan hutang memiliki
keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan sebagai berikut :
1. Keuntungan penggunaan hutang
a. Biaya bunga yang dibayarkan perusahaan dapat mengurangi penghasilan kena pajak sehingga
dapat menurunkan biaya efektif atas hutang yang digunakan perusahaan tersebut.
b. Pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengambilan yang tetap atas biaya bunga yang
relative tetap sehingga kelebihan keuntungan merupaka klaim pemilik perusahaan.
2. Kelemahan penggunaan hutang
a. Semakin tinggi rasio hutang yang dimiliki perusahaan maka akan semakin tinggi pula risiko
yang dihadapi perusahaan atas penggunaan hutang tersebut.
b. Bila bisnis perusahaan dalam kondisi tidak baik, pendapatan operasinya rendah, dan tidak
cukup untuk menutup biaya bunga maka akan menyebabkan pemegang saham harus menutup
kekurangan itu dan pada kondisi ekstrimperusahaan dapat terancam kebangkrutan.
c. Bila perusahaan menggunakan hutang terlalu banyak maka dapat meningkatkan kemungkinan
terhambatnya pertumbuhan perusahaan. Kondisi ini dapat mendorong pemegang saham berpikir
dua kali untuk dapat menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Trade Off Theory
Teori ini dikembangkan oleh Haugen, Papas, dan Rubenstain pada tahun 1969 dan dikenal juga
sebagai Balancing Theory. Trade Off Theory ini menjelaskan adanya hubungan antara pajak,
risiko kebangkrutan dan penggunaan utang yang disebabkan keputusan struktur modal yang
diambil perusahaan (Brealey dan Myers, 1991)
Teori ini membandingkan manfaat dan biaya atau keseimbangan antara keuntungan dan kerugian
atas penggunaan utang. Pada teori ini juga dijelaskan bahwa sebelum mencapai suatu titik
maksimum, utang akan lebih murah dari pada penjualan saham karena adanya tax shield.
Implikasinya adalah semakin tinggi utang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan
(Mutamimah, 2003). Namun, setelah mencapai titik maksimum, penggunaan utang oleh
perusahaan menjadi tidak menarik, karena perusahaan harus menanggung biaya keagenan,
kebangkrutan serta biaya bunga yang menyebabkan nilai saham turun (Hermendito Kaaro,
2001).
Teori Trade-off merupakan teori yang menjelaskan struktur modal ditentukan berdasarkan
keseimbangan antara manfaat dan (keunggulan) dan biaya (kelemahan) yang ditimbulkan dari
kebijakan hutang (laksana 2009). Teori ini menjelaskan mengenai struktur modal perusahaan
yang optimal menggambarkan keseimbangan antara manfaat pajak dan biaya kebangkrutan
karena perusahaan memiliki hutang.

Pecking Order Theory


Pecking Order Theory menekankan pada permasalahan asimetri informasi. Permasalahan
asimetri informasi timbul karena pihak manajemen memiliki informasi lebih banyak dari pada
para pemegang saham. Perusahaan yang memiliki financial slack yang cukup tidak perlu
menerbitkan risky debt atau saham untuk mendanai proyek-proyek barunya sehingga tidak akan
menimbulkan masalah informasi. Perusahaan akan dapat menerima seluruh proyek bagus tanpa
harus merugikan para pemegang saham. Teori ini merupakan penjelasan sari prilaku perusahaan
yang menahan sebagian laba dan membuat cadangan kas dalam jumlah yang cukup besar .
( Meister, 2012 dalam weka natasia 2015). Penggunaan dana internal menjadi prioritas utama
karena merupakan suatu wujud upaya manajer untuk meminimalkan masalah dan biaya yang
ditimbulkan dari penggunaan hutang. Pecking Order Theory menunjukkan bahwa perusahaan
akan memilih pendanaan internalndari pada pendanaan eksternal. Dalam teori ini menunjukkan
urutan dalam pendanaan yaitu laba ditahan, dan penerbitan saham. Dana internal berupa laba
ditahan, sedangkan dana eksternal berupa hutang dan penerbitan saham.

Asumsi Pecking Order Theory oleh Myres ( dalam weka natasia, 2015) adalah :
1. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal, dimana dana internal didapat dari laba yang
dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
2. Perusahaan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi,
dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran deviden yang terlalu besar.
3. Pembayaran deviden yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh
mengakibatkan dana internal kadang berlebih ataupun kurang untuk berinvestasi.
4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas
yang paling aman terlebih dahulu dimulai penerbitan obligasi, obligasi yang dapat dikonversikan
menjadi modal sendiri, akhirnya menerbitkan saham baru.

Menurut keputusan pendanaan tersebut dapat diketahui bahwa sumber pendanaan pertama kali
yang akan diambil perusahaan adalah dana internal perusahaan yaitu laba ditahan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat laba ditahan yang tinggi akan cenderung
memiliki kebijakan hutang yang rendah. Begitupun juga perusahaan yang memiliki tingkat free
cash flow yang tinggi akan cenderung memiliki kebijakan hutang yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai