Anda di halaman 1dari 8

1.

Teori Pendekatan Tradisional


Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang
optimal. Artinya struktur modal memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan, di mana struktur modal dapat berubah-ubah agar bisa
diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

Ini teori awalnya: untuk mencari struktur modal optimal. Maksudnya,


struktur modal yang membuat: harga saham naik paling tinggi. Struktur
modal perusahaan: fleksibel. Selalu bergerak. Persentase utang dan
modalnya: dibuat berubah. Tidak statis. Sampai ketemu ini: nilai
perusahaan yang paling tinggi. Dicari komposisi yang pas. Sampai ketemu:
stop. 

Tapi tidak dalam kenyataannya. Struktur modal yang optimal susah dicari.
Atau mungkin tidak bisa ketemu. Tidak ada yang bisa menentukan: titik
bahwa nilai perusahaan telah sampai di puncak. Tidak ada yang bisa
memastikan: nilai perusahaan ada di titik paling mahal. Mungkin saja
pemegang saham merasa: nilai sahamnya sudah dititik paling tinggi. Tapi
mungkin saja bisa lebih tinggi lagi jika: utangnya ditambah atau dikurangi.
kelemahan teori ini adalah tidak detail menjelaskan cara mengetahui
struktur modal yg optimal

2.Teori Pendekatan Modigliani & Miller


Dalam teori ini berpendapat bahwa struktur modal tidak memengaruhi
perusahaan. Selanjutnya, teori membagi struktur modal menjadi dua, yaitu:
a. Teori MM Tanpa Pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan
Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak
relevan atau tidak memengaruhi nilai perusahaan. Jelas yang mereka
katakan bertentangan dengan teori tradisional. Menurutnya: nilai
perusahaan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan itu sendiri yaitu
keuntungan yang dihasilkan dan resikonya. Tidak dipengaruhi oleh faktor
yang lain. Termasuk struktur modalnya. Kinerja perusahaan bagus: nilai
perusahaan naik. Kinerja perusahaan jelek: nilai perusahaan turun.
Asumsi tersebut dikritik. Hampir semua asumsinya: sulit ditemui. Di dunia
nyata. Hampir semua negara di dunia: terdapat pajak. Apalagi pajak yang
berkaitan dengan laba perusahaan. Hampir pasti ada.bMM mengajukan
beberapa asumsi untuk membangun teori mereka yaitu:

b. Teori MM dengan Pajak

Setelah banyak dikritik. Dan dipikirkan kembali. Tahun 1963: Modigliani


dan Miller merevisi teorinya. Tidak lagi mengabaikan pajak. Pajak
dimasukkan kedalam perhitungan teorinya. Hasilnya: hutang
bisa mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata lain: struktur modal
mempengaruh saham. Pajak dibayarkan kepada pemerintah yang berarti
merupakan aliran kas keluar. Utang bisa digunakan untuk menghemat
pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.
Kesimpulan teori MM dengan pajak: semakin banyak utang, semakin
tinggi nilai perusahaan. Untuk menaikkan nilai perusahaan, saran teori
MM ini: perbanyak hutang.
3. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001),
“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, di mana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan utang sama dengan biaya
kesulitan keuangan (financial distress)”

Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan


(bankruptcy costs) atau re-organization, dan biaya keagenan (agency
costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Inti dr teori tsb adalah perusahaan itu valuenya bisa naik dgn pake utang
tapi sampe batas tertentu aja. Kl udh lewatin batas optimumnya dia jadi
menanggung risiko tinggi kebangkrutan.
Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan
(probabilitas) kebangkrutan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal


memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency
costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information
sebagai imbangan dan manfaat penggunaan utang.

Tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax


shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan
keuangan (costs of financial distress).

Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir


dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan
keuangan dalam penentuan struktur modal.

Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan


berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio
hutangnya, sehingga tambahan utang tersebut akan mengurangi pajak.
Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.

Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur


modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi
cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan
pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan
korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio utang.

4. Teori Pecking Order
Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan
perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.”
Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Pada teori
pecking order, perusahaan akan memilih pendanaan berdasarkan
preferensi urutan. Dimulai dari mengutamakan pendanaan yang tidak
beresiko, minim risiko hingga yang beresiko tinggi:/

1.  perusahaan akan mengusahakan mendapatkan dana yang tidak


beresiko melalu pendanaan internal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba yang ditahan. Laba ditahan adalah opsi pertama
yang akan dipilih perusahaan karena tidak berisiko atau memiliki
risiko yang paling kecil diantara opsi pendanaan yang lain.. Laba
ditahan adalah sisa laba perusahaan pada periode sebelumnya.
Yang tidak dibagikan menjadi dividen.
2. Apabila laba ditahan tidak mencukupi kebutuhan, opsi kedua adalah
dengan pendanaan dari luar perusahaan. yaitu pendanaan
eksternal. Pendanaan eksternal dengan risiko rendah yang pertama
yaitu utang. Risiko hutang tidak besar. Tidak menyebabkan harga
saham turun. Alasannya:
 Hutang bisa jadi leverage (pengungkit) performa perusahaan.
 Jumlah dan persentase saham beredar tetap. Tidak berubah.
Jumlah saham milik investor: tidak akan berkurang.Bunga
menjadi pengurang pajak.
3. Jika utang juga tidak bisa diperoleh, maka opsi terakhir adalah
pendanaan dari ekuitas atau penerbitan saham baru. Pemegang
saham menilai, penerbitan saham baru lebih berisiko daripada
utang. Alasannya: menerbitkan saham baru: jumlah saham beredar
akan bertambah. Jika pemegang saham sebelumnya tidak membeli:
persentase kepemilikannya berkurang. Hal ini tidak diinginkan oleh
investor. Bisa jadi: mereka akan melepas sahamnya. Efeknya: harga
saham akan turun. Alasan lainnya: Investor mengira perusahaan
sedang tidak sehat. Dikiranya: perusahaan tidak berani mengambil
hutang. Karena takut tidak kuat bayar. Takut arus kasnya tidak
lancar. Kondisi ini membuat investor melepas sahamnya.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam


menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai
seperti skenario urutan (hirarki) yang disebutkan dalam pecking
order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid
(1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “perusahaan-
perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan
ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya”. Hal
ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan
bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan utang terlebih
dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan
pendanaan eksternal.

5. Teori Asimetri Informasi dan Signaling


Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan
perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan
risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari
pihak lainnya. Teori ini terdiri dari:
a. Myers dan Majluf

Menurut teori ini ada asimetri informasi atau ketimpangan informasi 


antara investor dengan manajemen.
b. Signaling
Mengembangkan model di mana struktur modal (penggunaan utang)
merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer
mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya
ingin agar saham tersebut meningkat, maka manajer akan 
mengomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manajer bisa
menggunakan hutang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih kredibel.
Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai
perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang.
Investor juga diharapkan akan menangkap sinyal tersebut dengan
pemahaman bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

Inti signaling theory (teori sinyal): manajemen memberikan informasi. Dan


informasi yang ditangkap oleh investor adalah sinyal. Sinyal apa? Jika
informasi yang diberikan: bagus. Maka investor akan menangkap sinyal
bagus: kenaikan harga saham. Bagaimana sinyal yang baik itu? Kabar
seperti apa? Menurut teori ini, kabar baik itu seperti ini: perusahaan
mencari utang. Atau memenuhi kebutuhannya dengan berhutang. Seperti
menerbitkan obligasi. Bukan dengan menerbitkan saham baru.

Lho.. kok bisa? menambah utang justru berita bagus? Bagus dari sisi
investor. Atau calon investor. Pemegang saham perusahaan. Bahkan bisa
menaikan nilai saham mereka. Karena perusahaan yang meningkatkan
hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek
perusahaan di masa mendatang. Investor juga diharapkan akan menangkap
sinyal tersebut dengan pemahaman bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik.
6. Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik
antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham
dengan manajer adalah konsep free cash flow. Ada kecenderungan
manajer ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai kontrol atas
sumber daya tersebut. Utang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi
konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan utang,
maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan
untuk membayar bunga.

Untuk melakukan perhitungan yang benar mengenai struktur modal,


perusahaan perlu menggunakan software akuntansi online semacam
Jurnal. Jurnal merangkum semua pencatatan keuangan perusahaan Anda
ke dalam sistem akuntansi yang bisa digunakan untuk menghasilkan
laporan keuangan sesuai kebutuhan perusahaan kapan pun dan di mana
pun. Dengan teknologi cloud dan sistem keamanan yang telah
tersertifikasi, Jurnal akan menjaga data keuangan Anda tetap aman tanpa
takut menghadapi resiko kehilangan. Dapatkan semua informasi tentang
Jurnal, sekarang juga di sini.

 
Grafik ini menggambarkan dampak perusahaan apabila mempunyai hutang terhadap value
perusahaan tersebut. Grafik hijau menunjukan apabila perusahaan tidak mempunyai hutang sama
sekali untuk menambah value dr perusahan tsb. Grafik warna merah menunjukan bahwa value
perusahahaan akan bertambah apabila perusahaan tersebut melakukan pendanaan dengan hutang.
D1 menunjukan tingkat hutang dimana sudah menimbulkan resiko kebangkrutan. Pada D1 resiko
kebangkrutan lebih kecil darpada tex benefit. Pada D2 resiko kebangkrutan sama dengan tax benefit
makanya itu optimal. Setelah

ada bukti yang menunjukkan ketidakkonsistenan dengan teori statis target optimal struktur capital
yang dijelaskan oleh teori trade off contohnya jika harga saham berubah dikarenakan sebuah
perusahaan menambah utangnya maka perusahaan tersebut tidak langsung mengambil tindakan
untuk melakukan penyesuaian atas struktur kapitalnya, tapi perusahaan itu akan melakukan
penyesuaian dengan cara bertahap tiap tahunnya, pada penelitian oleh prof flannery perusahaan
melakukan penyesuaian sebesar 30% setiap tahunnya untuk menyesuaikan kembali ke target
struktur kapitalnya sedangkan pada penelitian prof faulkender penyesuaian yang dilakukan
perusahaan bergantung pada arus kas yang dimiliki perusahaan itu, jika perusahaan dengan arus kas
besar mereka dapat melakukan penyesuaian menuju target struktur kapitalnya sebesar 50% tiap
tahunnya Dampak ini akan semakin terlihat jelas jika perusahaan memiliki utang yang melebihi
targetnya, jika perusahaan dengan arus kas yang besar dan berada pada situasi ini maka perusahaan
itu akan melakukan penyesuaian sebesar 70%.

Reserve Borrowing Capacity

Reserve borrowing capacity adalah kemampuan untuk meminjam uang dengan biaya yang wajar
ketika peluang investasi muncul. Semakin rendah tingkat utang saat ini, semakin besar kapasitas
untuk meminjam. Perusahaan sering berusaha untuk memiliki utang lebih sedikit dalam komposisi
struktur modal mereka. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa mereka dapat meminjam setiap
saat ketika ada peluang investasi. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki tingkat leverage yang tinggi
(komposisi utang yang relatif besar), maka kapasitas mereka untuk meminjam menjadi lebih
terbatas. Ini karena semakin tinggi tingkat hutang semakin besar pula potensi gagal bayarnya dan
semakin enggan kreditur untuk memberikan pinjaman.

Anda mungkin juga menyukai