Menurut teori pecking order yang dipaparkan oleh Myres (1984), bahwa
urutan pemilihan sumber pendanaan dimulai dari pendanaan dalam perusahaan
seperti dari laba ditahan kemudian menggunakan hutang dengan risiko yang
rendah untuk urutan selanjutnya setelah dana dari dalam perusahaan tida
memenuhi kebutuhan perusahaan. Maka dari itu sesuai dengan teori pecking
order, perusahaan akan memilih pendanaan dari dalam perusahaan terlebih dahulu
dan akan menggunakan hutang untuk prioritas berikutnya (Husnan, 1996: 324).
Penelitian dari Chirinko dan Singha (2000) menunjukan hasil bahwa teori
pecking order merupakan teori yang tepat untuk menjelaskan keputusan
pendanaan dalam struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi dengan mengacu pada teori pecking order seharusnya
menggunakan pendanaan internal dari laba ditahan sebagai sumber pendanaan
utama daripada menggunakan hutang untuk kegiatan operasional perusahaan.
Sedangkan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan memiliki dana
berlimpah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga dengan
mengacu pada teori pecking order perusahaan akan menggunakan pendanaan dari
dalam perusahaan daripada menambah sumber pendanaan dari hutang. Tinggi
rendahnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva suatu perusahaan.
Semakin besar total aktiva suatu perusahaan maka kebutuhan perusahaan semakin
besar dan perusahaan memiliki asset yang besar sehingga perusahaan akan
mampu memaksimalkan asset yang dimiliki perusahaan dalam pembiyaannya
untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan dengan mengacu pada teori
pecking order.
1. industri dasar dan kimia yang terdiri dari sektor semen, sektor keramik, sektor
logam, sektor plastik, sektor kimia, sektor pakan ternak, dsb.
2. aneka industri yang terdiri dari sektor mesin, sektor otomotif, sektor
elektronik, sektor kabel, sektor tekstil dan sektor alas kaki.
3. industri barang konsumsi yang terdiri dari sektor makanan dan minuman,
sektor rokok, sektor farmasi, sektor rumah tangga, dan sektor kosmetik
(www.idx.co.id).
Semua sektor tersebut memiliki skala produksi yang cukup besar dan
dinikmati setiap hari oleh masyarakat Indonesia sehingga perusahaan akan
membutuhkan perkiraan pendanaan yang tepat. Penelitian mengenai struktur
modal dalam perusahaan manufaktur perlu dilakukan berkaitan dengan skala
produksi besar memerlukan dana yang besar pula, hal tersebut erat kaitannya
dengan penggunaan struktur modal perusahaan.
Dari tabel 1.1 dapat dilihat pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal.
Berdasarkan teori pecking order perusahaan lebih cenderung menggunakan
pendanaan dari internal daripada pendanaan eksternal yaitu hutang. Sesuai dengan
teori pecking order seharusnya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang
tinggi akan menggunakan pendanaan dari laba ditahan untuk membiayai
operasional perusahaan daripada menggunakan hutang. Perusahaan akan
mengurangi jumlah hutang saat nilai profitabilitas tinggi. Hal tersebut
menjelaskan bahwa seharusnya profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal.
Namun pada perusahaan manufaktur, tidak semua perusahaan menjelaskan
bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Data yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur dilihat dengan
membandingkan nilai DER dan ROE dengan jumlah perusahaan yaitu 104
perusahaan manufaktur, terdapat 44 perusahaan yang menyatakan profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal, dan 58 perusahaan menyatakan
profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal, serta 2 perusahaan
menyatakan tidak ada pengaruh dari profitabilitas terhadap struktur modal.
Nilai likuiditas sesuai dengan teori pecking order adalah semakin tinggi
nilai likuiditas maka nilai DER akan semakin rendah karena perusahaan memiliki
dana yang melimpah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan akan
menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan daripada pendanaan dari luar
perusahaan. Sesuai dengan teori pecking order maka likuiditas akan berpengaruh
negatif terhadap struktur modal. Berikut disajikan data tabel pengaruh likuiditas
terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di tahun 2006-2007 beserta
research gap dari hasil penelitian terdahulu:
Tabel 1.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur tahun 2006-2007 dan Research Gap dari Hasil Penelitian
Terdahulu
Profitabilitas Penelitian Terdahulu
Pengaruh Jumlah Nama Hasil
Perusahaan
(+) 40 Sabir & Malik Likuiditas berpengaruh
(2012) positif terhadap struktur
Struktu modal
r Modal (-) 62 Yuliati (2011) Likuiditas berpengaruh
negatif terhadap struktur
modal
Tidak 2 Indriani & Likuiditas tidak
Berpengaruh Widiyarti berpengaruh terhadap
(2013) struktur modal
Sumber: Data diolah oleh penulis tahun 2017
Tabel 1.2 menjelaskan pengaruh likuiditas terhadap struktur modal.
Hubungan likuiditas terhadap struktur modal sesuai dengan teori pecking order
adalah perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi berarti perusahaan
memiliki dana yang melimpah untuk membiayai operasional perusahaan dan
perusahaan akan menggunakan dana dari dalam perusahaan daripada
menggunakan dana dari luar perusahaan. Hal tersebut menyimpulkan bahwa
likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Tabel 1.4
Debt to Equity Ratio (DER)
Perusahaan-perusahaan Manufaktur
Periode tahun 2006-2008
Nama Perusahaan DER (X)
2006 2007 2008
PT. Astra International Tbk 1,40 1,16 1,21
PT. Astra Otopart Tbk 0,57 0,48 0,44
PT. Gajah Tunggal Tbk 2,40 2,54 4,28
PT. Goodyear Indonesia Tbk 0,61 0,93 2,44
PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 2,48 2,67 2,00
PT. Indo Kordsa Tbk 0,60 0,51 0,48
PT. Indospring Tbk 6,12 6,61 7,44
PT. Intraco Penta Tbk 1,67 1,82 2,46
PT. Multi Prima Sejahtera Tbk 0,76 0,78 1,21
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 0,98 0,39 0,85
PT. Nipress Tbk 1,40 2,17 1,63
PT. Polychem Indonesia Tbk 2,18 2,15 2,81
PT. Prima Alloy Steel Tbk 3,67 3,19 3,83
PT. Selamat Sempurna Tbk 0,52 0,65 0,62
PT. Tunas Ridean Tbk 3,30 2,90 2,49
PT. United Tractor Tbk 1,43 1,25 1,04
Rata‐rata 1,887 1,893 2,206
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2009
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata debt to
equity (DER) pertahun dari tahun 2006-2008 perusahaan manufaktur pada sektor
automotive and allied product yang terdaftar di BEI berada diatas satu, rata-rata
DER untuk tahun 2006 adalah sebesar 1,887; untuk tahun 2007 adalah sebesar
1,893 dan untuk tahun 2008 adalah sebesar 2,206. Sehingga perusahaan lebih
banyak menggunakan dana dari hutang untuk aktivitas investasinya daripada
modal sendiri. Rata-rata struktur modal pada 16 perusahaan manufaktur pada
sektor automotive and allied menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun, dimana
rata-rata tahun 2006 sebesar 1,887 kemudian pada tahun 2007 mengalami
kenaikan sebesar 0,006 menjadi 1,893 dan kemudian naik lagi pada tahun 2008 sebesar
2,206.
Faktor risiko bisnis (business risk) juga berpengaruh terhadap
struktur modal. Risiko bisnis berkaitan dengan ketidakpastian pendapatan karena
terdapatnya variabilitas dalam penjualan produk, pelanggan dan bagaimana
produk dihasilkan. Ketidakpastian tersebut membuat risiko bisnis yang ada pada
perusahaan berubah-ubah, begitu juga dengan struktur modal yang dihasilkan
bervariasi. Risiko bisnis atau risiko inheren dengan operasi risiko jika perusahaan
Bab ini menguraikan landasan teori, yang berisi jabaran teori-teori dan
menjadi dasar dalam perumusan hipotesis serta membantu dalam analisis hasil
penelitian. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Kerangka
pemikiran adalah skema yang dibuat untuk menjelaskan secara singkat
permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis adalah pernyataan yang disimpulkan
dari tinjauan pustaka, serta merupakan jawaban sementara atas masalah penelitian.
BAB V Penutup
Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran dari pembahasan. Saran yang diajukan berkaitan dengan
penelitian dan merupakan anjuran yang diharapkan dapat berguna bagi pihakpihak
yang memiliki kepentingan dalam penelitian.
Profitabilitas
H1 (-)
Likuiditas
H2 (-) STRUKTUR MODAL
PERUSAHAAN
Ukuran Perusahaan
H3 (-)
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan
singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian smetara
dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika
hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu
pula sebaliknya.
H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.
H2 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Profitabilitas
H1 (-)
Likuiditas
H2 (-) STRUKTUR MODAL
PERUSAHAAN
Ukuran Perusahaan
H3 (-)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis