Anda di halaman 1dari 2

Nama : Yemima Dwi Saputri

NIM : C1B018069

Analisis Kasus PHK Sepihak Alibaba Group Terhadap Karyawan Indonesia

Alibaba Group didirikan pada tahun 1999 oleh Jack Ma bersama 17 rekannya, sejak
awal, para pendiri memiliki keyakinan bahwa internet akan menghadirkan kesetaraan
dengan memampukan para pelaku UMKM untuk memanfaatkan inovasi dan teknologi
untuk tumbuh dan berkompetisi secara efektif di tingkat domestik dan global.

Berawal dari satu website untuk membantu eksportir, pabrik dan pengusaha
Tiongkok untuk menjangkau pasar internasional, kini Alibaba telah tumbuh menjadi
perusahaan teknologi terintegrasi dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia.
Lini usahanya demikian beragam hingga membentuk sebuah ekosistem yang dinamakan
ekosistem Alibaba.

Besarnya Alibaba Group yang akhirnya mendatangkan banyak pekerja dari berbagai
negara, tidak terkecuali dari Indonesia, tetapi pada tahun 2019 terdengar kabar tidak sedap
akan berita Pemberhentian Hari Kerja sepihak oleh Alibaba Group, hal ini menjadi
perhatian banyak pihak, tak pelak hal ini menjadi perbincangan yang berbuntut panjang.

Dilansir dari CNN Indonesia berita ini kemudian menyebar ke berbagai media,
berawal dari pengumuman Pemberhentian Hari Kerja itu disampaikan pada 20 Desember
2018. Satu per satu karyawan dipanggil untuk menghadap perwakilan tiga perusahaan yang
terkait dengan para pekerja, yaitu UCWeb Inc., Channel Beyond, dan CAD Solusindo.

Terkait status dan urusan kepegawaian para karyawan yang di-PHK, UCWeb Inc.
tidak mengalihkan kuasanya secara langsung kepada PT CAD Solusindo, melainkan melalui
perusahaan bidang sumber daya manusia, Channel Beyond, yang berkedudukan di
Guangdong, China. Namun, karena perusahaan tersebut tidak memiliki badan hukum di
Indonesia, maka harus bekerja sama dengan perusahaan berbadan hukum di Indonesia, dalam
hal ini PT CAD Solusindo. Setelah ada penetapan itu, maka 12 orang dianggap bukan lagi
karyawan UCWeb Inc. per 21 Januari 2019. Pihak perusahaan hanya memberikan gaji
Desember, upah Januari hingga tanggal 20, bonus kinerja karyawan pada 2018, serta uang
kerohiman dari pihak CAD Solusindo yang diklaim sebagai uang kompensasi.

Rizki salah satu korban PHK mengatakan 12 karyawan pada awalnya menolak
dikenakan PHK. Namun seorang karyawan akhirnya menerima PHK dengan alasan memiliki
tanggungan keluarga. Hingga kini, kesebelas karyawan lainnya tetap menolak PHK tersebut.
Mereka telah melaporkan kasus ini ke Suku Dinas Tenaga Kerja (Sudinaker) Jakarta Barat.

Dia mengatakan pihak PT CAD Solusindo hingga kini masih menahan gaji Januari,
bonus tahunan, dan kompensasi yang dijanjikan akan dibayar pada Kamis (7/2/2019). Alasan
perusahaan, kata Rizky, 11 karyawan tidak mau menandatangani surat perjanjian bersama.
Surat itu berisi perjanjian bahwa karyawan tidak boleh menuntut apapun. Sementara pihak
perusahaan, dalam hal ini PT CAD Solusindo, berkuasa untuk mencabut segala gugatan yang
dilayangkan oleh karyawan yang di-PHK secara sepihak dengan kata lain tidak adil.
Hal ini yang menjadi perhatian mengenai kompensasi yang seharusnya di terima oleh
pihak karyawan, mengingat perkataan awal yang di beritahukan adalah perubahan strategi di
mana bukan kesalahan karyawan sehingga apabila dilakukan PHK sekalipun tetap harus di
bayarkan kompensasi ynag semestinya, terhitung sesuai tahun kontrak dan tidak serta- merta
di berhentikan dan kompensasi di tahan sementara tidak ada kejelasan pekerjaan dan lainlain.

Anda mungkin juga menyukai