Tugas ini Diselesaikan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Pajak Daerah
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
Daniel 1634030001
Novrita 1434030027
2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa atas karunia-
Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini dapat diselesaikan
karena bantuan dan support pihak lain juga antara lain Redaktur Wau S.E.,
M.Ak selaku dosen pajak daerah, orang tua, teman, dan pihak lainnya yang turut
membantu menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun
dari pihak manapun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Terima Kasih,
Penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
Saat ini, reklame menjadi media promosi yang paling digemari bagi pengusaha diberbagai
daerah, hal ini dikarenakan reklame masih menjadi cara yang efektif untuk tujuan
memperkenalkan atau mempromosikan barang, jasa, orang atau badan yang dapat diketahui
oleh khalayak umum. Namun sayangnya, tidak semua orang mengetahui bagaimana cara
perhitungan pajak reklame serta tarif keseluruhan untuk memasang reklame tersebut. Oleh
sebab itu Pada makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang pajak reklame dan cara
perhitungannya.
Dari latar belakang diatas maka diperlukan sub-pokok bahasan yang saling berhubungan,
sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu pajak reklame?
2. Siapa saja yang termasuk subjek dan objek pajak reklame?
3. Berapa besar tarif untuk pajak reklame?
4. Bagaimana cara perhitungan pajak reklame?
5. Apa sanksi bagi wajib pajak yang tidak taat aturan pajak reklame?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pajak Daerah dan
menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang salah satu
pajak daerah yaitu pajak reklame.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab
penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas: latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan
manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan sub-bab yang berkaitan dengan peran permasalahan umum. Terakhir, bab
penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
PEMBAHASAN
1) Membangun Masjid. Masjid nabawi berfungsi sebagai islamic centre. Seluruh aktifitas kaum
Mualimin dipusatkan ditempat ini, mulai dari tempat pertemuan parlemen, sekretariat
negara, makamah agung, markas besar tentara, pusat pendidikan dan pelatihan juru dakwah,
dan baitul mal. Sehingga Rasul berhasil menghindari pengeluaran untuk membangun
infrastruktur bagi negara Madinah yang baru terbentuk.
2) Merehabilitasi Kaum Muhajirin. Sekitar 150 keluarga yang hijrah dengan bekal yang sangat
minim. Kebijakan Nabi Muhammad SAW adalah dengan menanamkan persaudaraan
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah; ukhuwah ini juga
didasarkan pada prinsip-prinsip material individu/keluarga anshar diperintahkan memberikan
sebagian harta kepada muhajirin sampai mereka memperoleh pekerjaan yang dapat dijadikan
pegangan hidup.
3) Membuat konstitusi negara yang menyatakan kedaulatan Madinah sebagai sebuah negara.
Berisi hak-kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara, stabilitas dan pertahanan
negara. 2
Adapun dalam bidang ekonomi khususnya Nabi SAW melakukan beberapa hal di kota
Madinah antara lain yaitu:
1) Meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara. Seluruh paradigma berpikir di bidang
ekonomi serta aplikasinya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dihapus dan digantikan
dengan yang sesuai, yakni persaudaraan, persamaan, kebebasan, dan keadilan.Sistem
ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah SAW berakar dari prinsip- prinsip Qur’ani. Al
quran yang merupakan sumber sumber utama ajaran Islam telah menetapkan berbagai aturan
1
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, h.22-23
2
Ibid., h.24-26
BAB 2
sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia dalam melakukan aktifitas disetiap aspek
kehidupannya, termasuk bidang ekonomi. Prinsip Islam yang sangat mendasar adalah
kekuasaan tertinggi hanya milik Allah dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya. Sebagai
khalifah, manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dan segalanya diperuntukan
untuk manusia.
2) Membuat Baitul Mal. Dalam negara Islam, tampuk kekuasaan dipandang sebagai sebuah
amanah yang harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Al quran. Hal ini telah diperaktikan
oleh Rasulullah saw. sebagai seorng kepala negara yang secara baik dan benar. Ia tidak
menganggap dirinya sebagai seorang raja atau pemerintah dari suatu negara, tetapi sebgai
orang yang diberikan amanah untuk mengatur urusan negara. Berkaitan dengan hal ini,
Rasulullah merupakan kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep baru dibidang
keuangan negara pada abad ketujuh, yakni semua hasil pengumpulan negara harus
dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan negara.
Status harta hasil pengumpulan itu adalah milik negara dan bukan milik individu. Meskipun
demikian, dalam batas-batas tertentu, pemimpin negara dan para para pejabat lainnya dapat
menggunakan harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan pribadinya. Tempat pengumpulan
itu disebut sebagai Baitul Mal (rumah harta) atau bandahara negara.
3) Membuat Kebijakan Fiskal. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mempengaruhi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kebijakan Fiskal dapat diartikan sebagai
langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam
pembelanjaan (dalam konsep makro disebut dengan goverment expenditure). Tujuan
kebijakan fiskal dalam perekonomian adalah tercapainya kesejahteraan sebagai adanya
benefit maksimal bagi individu dalam kehidupan, terutama ditujukan untuk mencapai alokasi
sumber daya secara efisien, stabilisasi ekonomi, pertumbuhan, dan distribusi pendapatan serta
kepemilikan.
Kebijakan fiskal dan keuangan mendapat perhatian serius dalam perekonomian Islam sejak
awal. Dalam negara Islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai
tujuan syari’ah yang di jelaskan Imam Al-Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan
dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Pada
masa Rasulullah hampir seluruh pekerjaan yang dikerjakan tidak mendapat upah, tidak ada
tentara formal. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, namun diperbolehkan mendapat bagian
dari rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta dan barang- barang bergerak lainnnya. Pada
tahun kedua setelah hijrah, sedekah dan fitrah diwajibkan, di mana dibayarkan setiap bulan
Ramadhan. Zakat mulai diwajibkan pembayaran pada tahun kesembilan hijrah. Dengan
BAB 2
adanya perintah wajib ini mulai ditentukan para pengelolaanya, dimana mereka tidak digaji
secara resmi, tetapi mendapatkan bagian tertentu dari zakat yang dikelola, yaitu maksimal
12,5% dari dana zakat yang ada.
Sumber penerimaan pada masa Rasulullah SAW, dapat digolongkan menjadi tiga
golongan besar, yaitu: dari kaum muslim sumber penerimaan negara, terdi dari:
a) Kharaj (pajak tanah)
b) Zakat
c) Ushr (bea impor)
d) Zakat fitrah
e) Wakafa
f) Infak dan shadaqah
g) Amwal fadhal (harta benda kaum Muslimin yang meninggal tanpa ahli waris, atau
berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan negerinya)
h) Nawib (pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebani kaum muslimin dalam
rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat, ini pernah terjadi pada
saat perang tabuk)
i) Khumus atas rikaz harta karun temuan pada periode sebelum islam
Sementara pendapatan kaum non-Muslim, yakni:
a) Jizyah
b) Kharaj
c) Ushr
Sedangkan dari sumber penerimaan yang lain, yakni:
a) Ghanimah (harta rampasan perang)
b) Fay (harta dari daerah taklukan)
c) Uang tebusan untuk para tawanan perang
d) Kaffarah atau denda
e) Hadiah
f) Pinjaman dari kaum muslimin dan non-Muslim
Berbeda dengan Negara sekuler, Negara Islam menjadikan agama sebagai dasar untuk mengeanakan
pajak bagi masyarakat. Dengan demikian zakat, kharaj, dan jizyah juga mempunyai dasar yang
sesuai dengan ajaran agama Islam, baik yang terdapat dalam alquran maupun sunnah Nabi
Muhammad SAW. Jadi, adalah jelas bahwa perintah membayar pajak pajak tersebut merupakan
tindakan religious menurut pandangan Islam.
Secara garis besar reklame dibedakan menjadi dua jenis yaitu Reklame Produk dan
Reklame Non-Produk. Reklame Produk adalah reklame yang berisi tentang suatu barang atau
jasa dimana tujuan reklame tersebut semata-mata untuk keperluan promosi, sedangkan
Reklame Non Produk adalah jenis reklame yang semata-mata memuat nama
perusahaan/badan/nama profesi atau usaha, termasuk juga logo, simbol atau identitas
badan/perusahaan dan usaha yang dapat diketahui oleh khalayak umum.
Dasar hukum pemungutan Pajak Reklame pada suatu kebupaten atau kota diatur dalam :
Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.
2.3.2 Objek Pajak Reklame
1. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
reklame.
2. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi
atau badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.
3. Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut
menjadi Wajib Pajak Reklame.
2.4 Dasar Pengenaan Pajak, Tarif dan Cara Perhitungannya.
d. NSR untuk setiap penambahan luas bidang reklame Light Emitting Diode (LED) dan
sejenisnya setiap 100 m2 (seratus meter persegi) kedua dan seterusnya dikenakan
tambahan
25% (dua puluh lima persen) dari hasil perhitungan NSR.
e. Hasil perhitungan NSR untuk jenis reklame lainnya ditetapkan sebagai berikut:
1. reklame melekat : Rp 1.000,00/cm2 (seribu rupiah per centimeter persegi) (sekurang-
kurangnya Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap kali penyelenggaraan.
2. reklame selebaran : Rp 10.000,00/lembar (sepuluh ribu rupiah per lembar) sekurang-
kurangnya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) setiap kali penyelenggaraan.
3. reklame berjalan/kendaraan : Rp 50.000,00/m2/hari (lima puluh ribu rupiah) per meter
persegi per hari.
4. reklame udara : Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) untuk paling lama 1 (satu) bulan
penayangan.
5. reklame apung : Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk paling lama 1 (satu) bulan
penayangan.
6. reklame suara : Rp 5.000,00/30 detik (lima ribu rupiah per tiga puluh detik) bagian
waktu yang kurang dari 30 (tiga puluh) detik dihitung menjadi 30 (tiga puluh) detik.
7. reklame file/slide :Rp 10.000,00/30 detik (sepuluh ribu rupiah per tiga puluh detik),
bagian waktu yang kurang dari 30 (tiga puluh) detik dihitung menjadi 30 (tiga puluh)
detik.
8. reklame peragaan : Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per setiap penyelenggaraan
f. Untuk penyelenggaraan reklame di dalam ruangan (indoor) dihitung dan ditetapkan sebesar
50% dari NSR.
g. Untuk penyelenggaraan reklame rokok dan minuman beralkohol dikenakan tambahan
pajak sebesar 25% dari hasil perihutungan NSR.
h. Untuk setiap penambahan ketinggian sampai dengan 15 meter, dikenakan tambahan pajak
sebesar 20% dari Hasil Perhitungan NSR.
Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling besar 25% (dua puluh lima persen) dan tarif ini
ditetapkan dengan peraturan daerah.
1. Besaran Pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak yaitu 25% dengan dasar pengenaan pajak yaitu Nilai Sewa Reklame (NSR).
Masa Pajak Reklame adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
takwim.
Sistem pemungutan pada pajak reklame adalah official assessment system yaitu
pengenaan pajak yang dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh
gubernur atau pejabat yang ditunjuk melalui SKPD.
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan reklame atau
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak daerah (SKPD).
2.6.1 Sanksi
1. Pihak pemesan reklame dan/atau pihak ketiga, yang menyampaikan Nilai Kontrak
Reklame yang tidak benar atau tidak sesuai dengan Nilai Kontrak Reklame yang
sebenarnya seperti mengurangi atau memalsukan Nilai Kontrak Reklame yang
berakibat terdapatnya kerugian Pajak Daerah dikenakan sanksi administrasi dan sanksi
pidana di bidang perpajakan atau sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa kenaikan sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari Pajak Reklame yang kurang dibayar ditambah
dengan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung sejak tanggal Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Pajak Reklame pertama kali diterbitkan.
3. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan cara menerbitkan
Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD).
2.6.2 Ketentuan Pidana
1. Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 tahun atau denda paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut atas semua penyelenggaraan reklame.
2. Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.
3. Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.
4. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
reklame.
5. Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR).
6. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling besar 25%
7. Cara perhitungan pajak reklame adalah dengan cara mengalikan tarif pajak yaitu 25%
dengan dasar pengenaan pajak yaitu Nilai Sewa Reklame (NSR).
8. Masa Pajak Reklame adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
takwim.
9. Sistem pemungutan pada pajak reklame adalah official assessment system
10. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan reklame atau
diterbitkan Surat Keteapan Pajak daerah (SKPD).
11. Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja saat terutang pajak.
12. Bupati dapat memberikan pengurangan dan keringanan pajak, dalam hal
terdapat alasan dari Wajib Pajak yang dapat dipertanggung jawabkan.
13. Bupati dapat menerbitkan STPD jika pajak dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar;
14. Sanksi bagi wajib pajak yang tidak patuh terhadap pajak reklame maka dikenakan
sanksi administrasi dan sanksi pidana.
3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi
para pembaca tentang pajak reklame.
DAFTAR PUSTAKA
http://bprd.jakarta.go.id/pajak-reklame/
https://www.cermati.com/artikel/pajak-reklame-apa-itu-dan-bagaimana-perhitungannya
http://konsultanreklame.com/tarif-harga-pajak-reklame-terbaru-tahun-2017-2018/
http://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15502
https://zulkiflisasaja.wordpress.com/2014/04/03/pajak-reklame/