Anda di halaman 1dari 18

PAJAK REKLAME

Tugas ini Diselesaikan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Pajak Daerah

Dosen Pengampu : Redaktur Wau S.E., M.Ak

Disusun Oleh :

KELOMPOK V

Daniel 1634030001

Rina Febriani 1634030017

Novrita 1434030027

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS

EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17

AGUSTUS 1945 JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa atas karunia-
Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini dapat diselesaikan
karena bantuan dan support pihak lain juga antara lain Redaktur Wau S.E.,
M.Ak selaku dosen pajak daerah, orang tua, teman, dan pihak lainnya yang turut
membantu menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang “Pajak Reklame” Dan penulis berusaha


menyusun dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan-kekurangan dari
cara pengupasan materinya.

Oleh karena itu, penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun
dari pihak manapun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Mudah-mudahan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang perpajakan,


khususnya bagi penulis dan umumnya bagi teman-teman di Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Kabupaten Natuna.

Terima Kasih,

Penulis.
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 3

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 3


1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................. 3

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................


4
2.1Pengertian Pajak Reklame ...................................................... 4
2.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame ........................... 4
2.3 Subjek, Objek, dan Wajib Pajak Reklame ............................. 4
2.4 Dasar Pengenaan Pajak, Tarif dan Cara Perhitungannya ....... 7
2.5 Masa Pajak, Sistem Pemungutan, Saat Terutang Pajak, Cara
Perhitungan, STPD serta Pengurangan dan Keringanan Pajak 11

2.6 Sanksi dan Ketentuan Pidana ................................................. 12

BAB 3 PENUTUP .................................................................................. 13


3.1 Kesimpulan ............................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini, reklame menjadi media promosi yang paling digemari bagi pengusaha diberbagai
daerah, hal ini dikarenakan reklame masih menjadi cara yang efektif untuk tujuan
memperkenalkan atau mempromosikan barang, jasa, orang atau badan yang dapat diketahui
oleh khalayak umum. Namun sayangnya, tidak semua orang mengetahui bagaimana cara
perhitungan pajak reklame serta tarif keseluruhan untuk memasang reklame tersebut. Oleh
sebab itu Pada makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang pajak reklame dan cara
perhitungannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka diperlukan sub-pokok bahasan yang saling berhubungan,
sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu pajak reklame?
2. Siapa saja yang termasuk subjek dan objek pajak reklame?
3. Berapa besar tarif untuk pajak reklame?
4. Bagaimana cara perhitungan pajak reklame?
5. Apa sanksi bagi wajib pajak yang tidak taat aturan pajak reklame?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pajak Daerah dan
menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang salah satu
pajak daerah yaitu pajak reklame.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab
penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas: latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan
manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan sub-bab yang berkaitan dengan peran permasalahan umum. Terakhir, bab
penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
PEMBAHASAN

a. Sejarah Perpajakan Zaman Nabi Muhammad SAW


Kota Yatsrib sebelum datangnya Islam tidak mempunyai pemimpin yang berdaulat. Kaum
Aus dan Khazraj dua kabilah terbesar di kota ini saling memperebutkan kekuasaan, sehingga
beberapa kelompok dari meminta Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin. Maka diadakanlah
dua kali pertemuan yaitu tahun 12 kenabian yang dikenal Bai’at Aqabah pertama dan tahun ke-13
Kenabian yang dikenal sebagai Bai’at Aqabah kedua. Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah nama
Yatsrib kemudian berganti menjadi Madinah. Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin bangsa di
Kota Madinah. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat (muamalah) banyak
turun di kota ini.1 Adapun yang telah dilakukan Nabi SAW dalam kota Yatsrib yaitu antara lain:

1) Membangun Masjid. Masjid nabawi berfungsi sebagai islamic centre. Seluruh aktifitas kaum
Mualimin dipusatkan ditempat ini, mulai dari tempat pertemuan parlemen, sekretariat
negara, makamah agung, markas besar tentara, pusat pendidikan dan pelatihan juru dakwah,
dan baitul mal. Sehingga Rasul berhasil menghindari pengeluaran untuk membangun
infrastruktur bagi negara Madinah yang baru terbentuk.
2) Merehabilitasi Kaum Muhajirin. Sekitar 150 keluarga yang hijrah dengan bekal yang sangat
minim. Kebijakan Nabi Muhammad SAW adalah dengan menanamkan persaudaraan
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah; ukhuwah ini juga
didasarkan pada prinsip-prinsip material individu/keluarga anshar diperintahkan memberikan
sebagian harta kepada muhajirin sampai mereka memperoleh pekerjaan yang dapat dijadikan
pegangan hidup.
3) Membuat konstitusi negara yang menyatakan kedaulatan Madinah sebagai sebuah negara.
Berisi hak-kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara, stabilitas dan pertahanan
negara. 2
Adapun dalam bidang ekonomi khususnya Nabi SAW melakukan beberapa hal di kota
Madinah antara lain yaitu:
1) Meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara. Seluruh paradigma berpikir di bidang
ekonomi serta aplikasinya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dihapus dan digantikan
dengan yang sesuai, yakni persaudaraan,  persamaan, kebebasan, dan keadilan.Sistem
ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah SAW berakar dari prinsip- prinsip Qur’ani. Al
quran yang merupakan sumber sumber utama ajaran Islam telah menetapkan berbagai aturan
1
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, h.22-23
2
Ibid., h.24-26
BAB 2
sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia dalam melakukan aktifitas disetiap aspek
kehidupannya, termasuk bidang ekonomi. Prinsip Islam yang sangat mendasar adalah
kekuasaan tertinggi hanya milik Allah dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya. Sebagai
khalifah, manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dan segalanya diperuntukan
untuk manusia.
2) Membuat Baitul Mal. Dalam negara Islam, tampuk kekuasaan dipandang sebagai sebuah
amanah yang harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Al quran. Hal ini telah diperaktikan
oleh Rasulullah saw. sebagai seorng kepala negara yang secara baik dan benar. Ia tidak
menganggap dirinya sebagai seorang raja atau pemerintah dari suatu negara, tetapi sebgai
orang yang diberikan amanah untuk mengatur urusan negara. Berkaitan dengan hal ini,
Rasulullah merupakan kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep baru dibidang
keuangan negara pada abad ketujuh, yakni semua hasil pengumpulan negara harus
dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan negara.
Status harta hasil pengumpulan itu adalah milik negara dan bukan milik individu. Meskipun
demikian, dalam batas-batas tertentu, pemimpin negara dan para para pejabat lainnya dapat
menggunakan harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan pribadinya. Tempat pengumpulan
itu disebut sebagai Baitul Mal (rumah harta) atau bandahara negara.
3) Membuat Kebijakan Fiskal. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mempengaruhi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kebijakan Fiskal dapat diartikan sebagai
langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam
pembelanjaan (dalam konsep makro disebut dengan goverment expenditure). Tujuan
kebijakan fiskal dalam perekonomian adalah tercapainya kesejahteraan sebagai adanya
benefit maksimal bagi individu dalam kehidupan, terutama ditujukan untuk mencapai alokasi
sumber daya secara efisien, stabilisasi ekonomi, pertumbuhan, dan distribusi pendapatan serta
kepemilikan.
Kebijakan fiskal dan keuangan mendapat perhatian serius dalam perekonomian Islam sejak
awal. Dalam negara Islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai
tujuan syari’ah yang di jelaskan Imam Al-Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan
dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Pada
masa Rasulullah hampir seluruh pekerjaan yang dikerjakan tidak mendapat upah, tidak ada
tentara formal. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, namun diperbolehkan mendapat bagian
dari rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta dan barang- barang bergerak lainnnya. Pada
tahun kedua setelah hijrah, sedekah dan fitrah diwajibkan, di mana dibayarkan setiap bulan
Ramadhan. Zakat mulai diwajibkan pembayaran pada tahun kesembilan hijrah. Dengan
BAB 2
adanya perintah wajib ini mulai ditentukan para pengelolaanya, dimana mereka tidak digaji
secara resmi, tetapi mendapatkan bagian tertentu dari zakat yang dikelola, yaitu maksimal
12,5% dari dana zakat yang ada.
Sumber penerimaan pada masa Rasulullah SAW, dapat digolongkan menjadi tiga
golongan besar, yaitu: dari kaum muslim sumber penerimaan negara, terdi dari:
a) Kharaj (pajak tanah)
b) Zakat
c) Ushr (bea impor)
d) Zakat fitrah
e) Wakafa
f) Infak dan shadaqah
g) Amwal fadhal (harta benda kaum Muslimin yang meninggal tanpa ahli waris, atau
berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan negerinya)
h) Nawib (pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebani kaum muslimin dalam
rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat, ini pernah terjadi pada
saat perang tabuk)
i) Khumus atas rikaz harta karun temuan pada periode sebelum islam
Sementara pendapatan kaum non-Muslim, yakni:
a) Jizyah
b) Kharaj
c) Ushr
Sedangkan dari sumber penerimaan yang lain, yakni:
a) Ghanimah (harta rampasan perang)
b) Fay (harta dari daerah taklukan)
c) Uang tebusan untuk para tawanan perang
d) Kaffarah atau denda
e) Hadiah
f) Pinjaman dari kaum muslimin dan non-Muslim
Berbeda dengan Negara sekuler, Negara Islam menjadikan agama sebagai dasar untuk mengeanakan
pajak bagi masyarakat. Dengan demikian zakat, kharaj, dan jizyah juga mempunyai dasar yang
sesuai dengan ajaran agama Islam, baik yang terdapat dalam alquran maupun sunnah Nabi
Muhammad SAW. Jadi, adalah jelas bahwa perintah membayar pajak pajak tersebut merupakan
tindakan religious menurut pandangan Islam.

2.1 Pengertian Pajak Reklame


BAB 2
Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut atas semua penyelenggaraan reklame.
Sedangkan pengertian reklame itu sendiri adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang
bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,
orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh
umum.

Secara garis besar reklame dibedakan menjadi dua jenis yaitu Reklame Produk dan
Reklame Non-Produk. Reklame Produk adalah reklame yang berisi tentang suatu barang atau
jasa dimana tujuan reklame tersebut semata-mata untuk keperluan promosi, sedangkan
Reklame Non Produk adalah jenis reklame yang semata-mata memuat nama
perusahaan/badan/nama profesi atau usaha, termasuk juga logo, simbol atau identitas
badan/perusahaan dan usaha yang dapat diketahui oleh khalayak umum.

2.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame

Dasar hukum pemungutan Pajak Reklame pada suatu kebupaten atau kota diatur dalam :

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-


Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
3. Peraturan daerah Kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Reklame. Seperti
Perda provinsi DKI Jakarta No. 12 Tahun 2011 tentang pajak reklame.
4. Keputusan Bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak reklame sebagai aturan
pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak reklame pada kabupaten/kota dimaksud.

2.3 Subjek, Objek, dan Wajib Pajak Reklame

2.3.1 Subjek Pajak Reklame

Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.
2.3.2 Objek Pajak Reklame

1. Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.

2. Objek pajak sebagaimana dimaksud pada angka (1), meliputi:

a. reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya adalah


penyelenggaraan reklame yang menggunakan layar monitor untuk menayangkan
iklan baik berupa gambar, rekaman video yang ditayangkan dalam bentuk
Compact Disc, Digital Video Disc dan sejenisnya, atau tulisan dalam bentuk
apapun yang dapat berubah-ubah secara terprogram dan difungsikan dengan
tenaga listrik atau tenaga lainnya.
b. reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan
kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu.
c. reklame melekat/stiker adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta untuk
ditempelkan, dilekatkan, dipasang dan digantungkan pada suatu benda dengan
ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 (dua ratus centimeter persegi) per
lembar.
d. reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan
ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang dan digantungkan pada
suatu benda lain :
e. reklame berjalan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada
kendaraan yang diselenggarakan dengan mempergunakan kendaraan atau dengan
cara dibawa oleh orang.
f. reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan
menggunakan gas, laser, pesawat udara atau alat lain yang sejenis.
g. reklame apung adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara terapung di
permukaan air.
h. reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-
kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh
perantaraan alat.
i. reklame film/slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara
menggunakan klise berupa kaca atau film, atau bahan-bahan yang sejenis, sebagai
alat untuk diproyeksikan dan/atau dipancarkan pada layar atau benda lain di dalam
ruangan.
j. reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara
memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

3. Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:

a. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;


b. penyelenggaraan reklame melalui internet, televise, radio, warta harian, warta
mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;
c. label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang
berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
d. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat
usaha atau profesi diselenggarakan dengan ketentuan yang mengatur nama
pengenal usaha atau profesi tersebut yang luasnya tidak melebihi 1 m² (satu meter
persegi), ketinggian maksimum 15 (lima belas meter dengan jumlah reklame
terpasang tidak lebih dari 1 (satu) buah;
e. penyelenggaraan reklame yang semata-mata memuat nama tempat ibadah dan
tempat panti asuhan;
f. penyelenggaraan reklame yang semata-mata mengenai pemilikan dan/atau
peruntukan tanah, dengan ketentuan luasnya tidak melebihi 1 m² (satu meter
persegi) dan diselenggarakan di atas tanah tersebut kecuali reklame produk;
g. diselenggarakan oleh perwakilan diplomatic, perwakilan konsulat, perwakilan
PBB serta badan-badan khususnya badan-badan atau lembaga organisasi
internasional pada lokasi badan-badan dimaksud.

2.3.3 Wajib Pajak Reklame

1. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
reklame.
2. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi
atau badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.
3. Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut
menjadi Wajib Pajak Reklame.
2.4 Dasar Pengenaan Pajak, Tarif dan Cara Perhitungannya.

2.4.1 Dasar Pengenaan Pajak

1. Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR).


2. NSR sebagaimana dimaksud pada angka (1), diatur sebagai berikut:
a. Reklame yang diselenggarakan oleh pihak ketiga, NSR ditetapkan berdasarkan
Nilai kontrak reklame.
b. Reklame yang diselenggarakan sendiri, NSR dihitung dengan memperhatikan
faktor-faktor:
1. jenis;
2. bahan yang digunakan;
3. lokasi penempatan;
4. waktu;
5. jangka waktu penyelenggaraan;
6. jumlah, dan
7. ukuran media reklame.
c. Dalam hal NSR sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak diketahui dan/atau
dianggap tidak wajar, NSR ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor
sebagaimana dimaksud pada huruf b.
d. Lokasi penempatan adalah lokasi peletakan reklame menurut kelas jalan yang
dirinci sebagai berikut:
1. Protokol A;
2. Protokol B;
3. Protokol C;
4. Ekonomi Kelas I;
5. Ekonomi Kelas II;
6. Ekonomi Kelas III;
7. Lingkungan.
3. Besaran Nilai kelas Jalan ditetapkan dalam table Hasil Perhitungan Nilai Sewa
Reklame sebagai berikut:

a. Hasil Perhitungan Nilai Sewa Reklame (NSR) Non Produk


No. Lokasi Ukuran Jangka Waktu Ketinggian Reklame NSR (Rp)

1. Protokol A 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 25.000

2. Protokol B 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 20.000

3. Protokol C 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 15.000

4. Ekonomi Kelas I 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 10.000

5. Ekonomi Kelas II 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 5.000

6. Ekonomi Kelas III 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 3.000

7. Lingkungan 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 2.000

b. Hasil Perhitungan Nilai Sewa Reklame Produk

No. Lokasi Ukuran Jangka Waktu Ketinggian Reklame NSR (Rp)

1. Protokol A 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 125.000

2. Protokol B 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 100.000

3. Protokol C 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 75.000

4. Ekonomi Kelas I 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 50.000

5. Ekonomi Kelas II 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 25.000

6. Ekonomi Kelas III 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 15.000

7. Lingkungan 1 M2 1 Hari s.d 15 Meter 10.000


c. Hasil perhitungan NSR untuk reklame Light Emitting Diode (LED) dan sejenisnya

HASIL PERHITUNGAN NILAI SEWA REKLAME (NSR)


NSR
NSR BERDASARKAN DURASI 30 DETIK/TAYANG/HARI PADA MASING-
Lokasi MASING PENGELOMPOKKAN (CLUSTER) UKURAN LUAS BIDANG
No Penempatan/ REKLAME/LAYAR
Ukuran di atas 8 di atas di atas di atas
di atas 24 di atas
s.d 8 m2 m2 s.d 16 m2 s.d 32 s.d 50 50 s.d Durasi/Tayangan
s.d 32 m2 100 m2
16 m2 24 m2 m2 100 m2
1 Protokol A 10.000 12.500 15.000 17.500 20.000 22.500 25.000 30 detik
2 Protokol B 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000 30 detik
3 Protokol C 6.000 7.500 9.000 10.500 12.000 13.500 15.000 30 detik
4 Ekonomi 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 30 detik
Kelas I
5 Ekonomi 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 30 detik
Kelas II
6 Ekonomi 1.500 1.750 2.000 2.250 2.500 2.750 3.000 30 detik
Kelas III
7 Lingkungan 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 30 detik

d. NSR untuk setiap penambahan luas bidang reklame Light Emitting Diode (LED) dan
sejenisnya setiap 100 m2 (seratus meter persegi) kedua dan seterusnya dikenakan
tambahan
25% (dua puluh lima persen) dari hasil perhitungan NSR.
e. Hasil perhitungan NSR untuk jenis reklame lainnya ditetapkan sebagai berikut:
1. reklame melekat : Rp 1.000,00/cm2 (seribu rupiah per centimeter persegi) (sekurang-
kurangnya Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap kali penyelenggaraan.
2. reklame selebaran : Rp 10.000,00/lembar (sepuluh ribu rupiah per lembar) sekurang-
kurangnya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) setiap kali penyelenggaraan.
3. reklame berjalan/kendaraan : Rp 50.000,00/m2/hari (lima puluh ribu rupiah) per meter
persegi per hari.
4. reklame udara : Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) untuk paling lama 1 (satu) bulan
penayangan.
5. reklame apung : Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk paling lama 1 (satu) bulan
penayangan.
6. reklame suara : Rp 5.000,00/30 detik (lima ribu rupiah per tiga puluh detik) bagian
waktu yang kurang dari 30 (tiga puluh) detik dihitung menjadi 30 (tiga puluh) detik.
7. reklame file/slide :Rp 10.000,00/30 detik (sepuluh ribu rupiah per tiga puluh detik),
bagian waktu yang kurang dari 30 (tiga puluh) detik dihitung menjadi 30 (tiga puluh)
detik.
8. reklame peragaan : Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per setiap penyelenggaraan
f. Untuk penyelenggaraan reklame di dalam ruangan (indoor) dihitung dan ditetapkan sebesar
50% dari NSR.
g. Untuk penyelenggaraan reklame rokok dan minuman beralkohol dikenakan tambahan
pajak sebesar 25% dari hasil perihutungan NSR.
h. Untuk setiap penambahan ketinggian sampai dengan 15 meter, dikenakan tambahan pajak
sebesar 20% dari Hasil Perhitungan NSR.

2.4.2 Tarif Pajak Reklame

Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling besar 25% (dua puluh lima persen) dan tarif ini
ditetapkan dengan peraturan daerah.

2.4.3 Cara Perhitungan

1. Besaran Pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak yaitu 25% dengan dasar pengenaan pajak yaitu Nilai Sewa Reklame (NSR).

PAJAK REKLAME = TARIF PAJAK X DASAR PENGENAAN


PAJAK (NSR)

PAJAK REKLAME = UKURAN X TARIF X MASA TAYANG X NSR

2. Hasil Perhitungan NSR sebagaimana dimaksud dalam dasar pengenaan pajak


ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

Contoh : Perusahaan A ingin memasang Baliho ukuran 3 X 6 meter di area Kuningan


(Protokol A) sebanyak 6 buah selama 7 hari maka perhitungannya adalah sebagai berikut

Pajak Reklame = 18 m x 6 buah x 125.000 x 7 hari x 25% = Rp. 23.625.000


2.5 Masa Pajak, Sistem Pemungutan, Saat Terutang Pajak, Cara Perhitungan,
STPD serta Pengurangan dan Keringanan Pajak

2.5.1 Masa Pajak

Masa Pajak Reklame adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
takwim.

2.5.2 Sistem Pemungutan

Sistem pemungutan pada pajak reklame adalah official assessment system yaitu
pengenaan pajak yang dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh
gubernur atau pejabat yang ditunjuk melalui SKPD.

2.5.3 Saat Terutang Pajak

Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan reklame atau
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak daerah (SKPD).

2.5.4 Tata Cara Pembayaran Pajak

 Wajib Pajak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ke Seksi


Pajak Bidang Pendapatan Dinas PPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah)
 Petugas Seksi Pajak Membuat Nota Perhitungan dan menetapkan pajak terutang dengan
SKPD dan ditanda tangani oleh Kepala Bidang/Kepala Seksi Pajak
 Petugas Seksi Pajak membuatkan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah)
 Wajib Pajak Membayar Pajak Daerah dengan SKPD dilampiri SSPD ke Bank.
Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja saat terutang pajak.

2.5.5 Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)

Bupati dapat menerbitkan STPD jika:

1. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;


2. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung.
2.5.6 Pengurangan dan Keringanan Pajak

Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan dan


keringanan pajak, dalam hal:

1. terjadi suatu bencana;


2. pemberian stimulus kepada masyarakat/Wajib Pajak dengan
memperhatikan kemampuan Wajib Pajak;
3. usaha pengentasan kemiskinan;
4. usaha peningkatan perekonomian masyarakat; dan
5. terdapat alasan lain dari Wajib Pajak yang dapat dipertanggung jawabkan.

2.6 Sanksi dan Ketentuan Pidana

2.6.1 Sanksi
1. Pihak pemesan reklame dan/atau pihak ketiga, yang menyampaikan Nilai Kontrak
Reklame yang tidak benar atau tidak sesuai dengan Nilai Kontrak Reklame yang
sebenarnya seperti mengurangi atau memalsukan Nilai Kontrak Reklame yang
berakibat terdapatnya kerugian Pajak Daerah dikenakan sanksi administrasi dan sanksi
pidana di bidang perpajakan atau sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa kenaikan sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari Pajak Reklame yang kurang dibayar ditambah
dengan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung sejak tanggal Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Pajak Reklame pertama kali diterbitkan.
3. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan cara menerbitkan
Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD).
2.6.2 Ketentuan Pidana
1. Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 tahun atau denda paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut atas semua penyelenggaraan reklame.
2. Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.
3. Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.
4. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
reklame.
5. Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR).
6. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling besar 25%
7. Cara perhitungan pajak reklame adalah dengan cara mengalikan tarif pajak yaitu 25%
dengan dasar pengenaan pajak yaitu Nilai Sewa Reklame (NSR).
8. Masa Pajak Reklame adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
takwim.
9. Sistem pemungutan pada pajak reklame adalah official assessment system
10. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan reklame atau
diterbitkan Surat Keteapan Pajak daerah (SKPD).
11. Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja saat terutang pajak.
12. Bupati dapat memberikan pengurangan dan keringanan pajak, dalam hal
terdapat alasan dari Wajib Pajak yang dapat dipertanggung jawabkan.
13. Bupati dapat menerbitkan STPD jika pajak dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar;
14. Sanksi bagi wajib pajak yang tidak patuh terhadap pajak reklame maka dikenakan
sanksi administrasi dan sanksi pidana.

3.2 Saran

Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi
para pembaca tentang pajak reklame.
DAFTAR PUSTAKA
http://bprd.jakarta.go.id/pajak-reklame/

https://www.cermati.com/artikel/pajak-reklame-apa-itu-dan-bagaimana-perhitungannya

http://konsultanreklame.com/tarif-harga-pajak-reklame-terbaru-tahun-2017-2018/

http://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15502

https://zulkiflisasaja.wordpress.com/2014/04/03/pajak-reklame/

Anda mungkin juga menyukai