Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAFSIR AYAT EKONOMI

Ayat Ayat Tentang Konsumsi


dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 168 dan Ayat 172, Surat
al-A’raf ayat 31-33 dan surat al-an'am ayat 118-121

Di Susun Oleh Kelompok 10:

FEBRI FERNANDEZ

NURAZIMAH

Dosen Pengampuh:

H. NIKMAT SABLI. Lc

FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NATUNA
TAHUN 2020 M / 1441 H

KATA PENGANTAR
~1~
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Tafsir Ayat-Ayat
Isqtishadi ini dengan judul Ayat-Ayat tentang Konsumsi. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Ayat-Ayat tentang
Konsumsi

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Penulis

~2~
DAFTAR ISI Halaman

Cover Halaman ..................................................................................................1

Kata Pengantar ...................................................................................................2

Daftar Isi ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan ...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Konsumsi dalam Islam..............................................................5


B. Ayat-Ayat Tentang Konsumsi
a. Q.S al-Baqarah ayat 168 dan Ayat 172……………………..6
b. Q.S al-A’raf ayat 31-33…......................................................7
c. Q.S Al-An‟am (6) : 118-121 ................................................15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ..............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

~3~
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap

perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh

karena itu, kegiatan ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan

konsumsi bagi manusia. Sebab, mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan

kehidupan dan juga mengabaikan penegakan manusia terhadap tugasnya

dalam kehidupan. Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan

peranan penting. Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan

distribusi. Dengan demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian.

Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong

untuk beribadah kepada Allah. Dalam makalah ini kami akan memaparkan

mengenai konsumsi berdasarkan Al-Quran.

B. Rumusan Masalah

a. Teori Konsumsi dalam Islam

b. Ayat-Ayat Tentang Konsumsi

 QS. al-Baqarah ayat 168 dan Ayat 172


 QS. al-A’raf ayat 31-33
 QS. Al-An‟am (6) : 118-121
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Konsumsi Dalam Islam

Konsumsi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prilaku manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidup, yaitu sandang, pangan, dan papan. Jika di

pandang secara khusus, maka sering kali konsumsi hanya terbatas pada pola makan

dan minum. Namun, apabila cakupan konsumsi diperluas akan di temukan konsep

bahwa konsumsi merupakan segala aktifitas yang dilakukan untuk mendapatkan

kepuasan atas penggunaan suatu produk sehingga mengurangi atau menghabiskan


1
daya guna produk tersebut.

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen

untuk membeli (mengkonsumsi) di dalam Journal Stain Curup adalah sebagai

berikut:

 Faktor Pribadi

 Faktor Sosial

 Faktor Budaya

 Faktor Psikologis dan


2
 Harga Barang.

1
Hardi Vizon, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi (Curup: Lp2 STAINCurup. 2015) hal. 57
2
ISTAN, Muhammad. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam
Memilih Belanja Di Alfa Mart Curup. AL-FALAH : Journal of Islamic Economics, [S.l.], v. 1, n. 1, p.
66-87, dec. 2016. ISSN 2548-3102. Available at:
<http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alfalah/article/view/62/13>. Date accessed: 21 apr. 2017.
Prilaku konsumsi bukan terjadi pada hal-hal yang dapat di konsumsi saja

namun juga pada suatu kawasan yang dapat di rasakan manfaatnya, contohnya yang

paling sederhana adalah tanah. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, bertambah

pula kebutuhan akan tanah, baik untuk pemukiman maupun untuk tempat usaha.

Bagi pemerintah, tanah juga diperlukan guna pembangunan sarana yang akan
3
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Dan dalam hal itu juga Konsumsi berlebih – lebihan, yang merupakan ciri

khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam Islam dan disebut

dengan istilah isra (pemborosan) atau tabzir (menghambur – hamburkan harta tanpa

guna). Tabzir berarti menggunakan barang dengan cara yang salah, yakni, untuk

menuju tujuan – tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal – hal yang melanggar

hukum atau dengan cara yang tanpa aturan. Pemborosan berarti penggunaan harta

secara berlebih – lebihan untuk hal – hal yang melanggar hukum dalam hal seperti

makanan, pakaian, tempat tinggal, atau bahkan sedekah. Ajaran – ajaran Islam

menganjurkan pada konsumsi dan penggunaan harta secara wajar dan berimbang,

yakni pola yang terletak diantara kekikiran dan pemborosan. Konsumsi diatas dan

melampaui tingkat moderat (wajar) dianggap lisraf dan tidak disenangi Islam.

Salah satu ciri penting dalam Islam adalah bahwa ia tidak hanya mengubah

nilai – nilai dan kebiasaan – kebiasaan masyarakat tetapi juga menyajikan kerangka

legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat tujuan – tujuan ini dan

3
FALAHY, lutfi el. Alih Fungsi Tanah Wakaf Ditinjau Dari Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf. Al-ISTINBATH : Jurnal Hukum Islam, [S.l.], v. 1, n. 2, p. 121-140,
dec. 2016. ISSN 2548-3382. Available at:
<http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alistinbath/article/view/117/65>. Date accessed: 21 apr.
2017.

~6~
menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas Islam ini juga memiliki daya aplikatif

terhadap kasus orang yang terlibat dalam pemborosan atau tabzil..

Ajaran konsumsi pada arti khusus untuk pola makan dan minum dalam al qur‟an

yang diambil dari kata kulu dan isyrabu. Di antara ayat ayat yang membahas tentang

hal tersebut adalah:

b. QS. AL-AN‟AM,6: 118-121


             
   

           


      

           


    

           


      

      


    

Artinya :

118. Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika

menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.

119. Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang

disebut nama Allah ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya Allah telah

menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang

~7~
terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar

benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa

pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang

yang melampaui batas.

~8~
120. Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya

orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat),

disebabkan apa yang mereka telah kerjakan.

121. Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama

Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah

suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya

agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya

kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.

Asbabun nuzul

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang orang datang menghadap

Rasulullah dan berkata:”ya Rasulullah! Mengapa kita boleh makan yang kita

sembelih dan dilarang memakan yang dimatikan Allah?”maka Allah menurukan ayat

ini(Q.S.6 al-An‟am:118-121) menegaskan bahwa yang halal dimakan ialah

sembelihan yang saat menyembelihnya di baca Bismillah dengan nama Allah).


10
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At Tarmidzi, yang bersumber dari Ibnu „Abbas.

Kandungan ayat menurut mufassir

       


  

118. Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika

menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.

10
H.A.A. Dahlan, op. cit hal. 226
Dalam penafsiran al- Maraghi. Pada ayat pertama ini, apabila keadaan dari

kebanyakan orang itu sesat, seperti yang telah aku terangkan kepada kamu, maka

makanlah binatang binatang sembelihan menyabut nama Allah, jangan makan

binatang lain, jika kalian beriman kepada ayat Allah yang telah datang kepadamu,

dengan membawa petunjuk ilmu pengetahuan dan mendustakan hal hal yang
11
bertentangan dengan ayat al-Qur‟an.
       


Dan pada ayat selanjutnya (119) :” wa ma lakum alla’taiku lu mim maso

qirosmullahi ‘alaihi”, orang arab mengatakan: ma laka an la tafa’ala kaza, yang

artinya apakah yang menghalangi mu dari kelakuan yang begini.

Dalam hal ini juga sedang yang dimaksud dengan ayat sebelumnya, apakah

yang menghalangi kamu untuk memakan sembelihan yang ketika

menyembelihannya disebut nama Allah?

Padahal Allah telah menerangkan dengan rinci kepada mu, hal hal yang dia

haramkan atasmu dan dia jelaskan, dalam firmannya QS al-An‟am (6) ayat 145:
            
       

      


  

11
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi jilid 8, Terj. Bahrun Abubakar, Lc, Drs Hery
Noer, K. Anshori Umar ((Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang, 1992) hal.20
145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu,

sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau

makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena

Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain

Allah.

Adapun yang dimaksud dengan uhilla li gairillahi bihi ialah binatang yang ketika di

sembelih disebutkan nama selain nama Allah. Kata ini muncul pada ayat ke 121.

Pada ayat ini (119) ini puladijelaskan apabila kita dalam keadaan terdesak,

berikut yang ditafsirkan oleh al- Maraghi “kecuali bila kamu terdesak oleh keadaan

darurat untuk memakannya. Seumpama tidak ada makanan lagi ketika mengalami

lapar yang amat sangat, selain makanan yang diharamkan. Maka ketika itu tidak ada

12
lagi pengharaman.

Dan selain dalam hal ini pada ayat al-An‟am(6) :118-121 ini menjelaskan

tentang konsumsi selain dari al- Maraghi ada juga mufassir M. Quraish Shihab yang

menafsirkan tentang ayat konsumsi ini seperti:

Pada ayat ini M. Quraish Shihab mengatakan menurut al-biqa‟I, ada

kebiasaan al qur‟an, yaitu menyebutkan ke esaan Allah swt, sambil membuktikannya

dengan uraian tentang penciptaan langit dan bumi serta aneka manfaat yang

dihamparkannya untuk manusia. Setelah itu, disusul dengan ayat yang menunjukan

makna keheranan atas sikap oarng yang mempersekutukannya, kemudian yang ini

dilanjutkan dengan perintah makan, itu semua mengingatkan manusia akan aneka

nikmat ilahi agar mendorong mereka lebih banyak bersyukur.

12
Ibid., hal 22
Dan dari sini ayat diatas, datang mengingatkan bahwa, “ berpegang teguhlah

pada petunjuka Allah agar kamu tidak ikut sesat dan jangan benarkan dalih mereka

menyangkut semblihan dan lain-lain. Maka jika demikian atau jika kau jujur dalam

pengakuan iman kamu, makanlah dari apa, yakni binatang binatang yang halal, yang

disebut nama Allah atasnya ketika menyembelihnya dan tinggalkan apa yang mati

tanpa di sembelih, dan tinggal kan juga yang disembelih selain atas nama Allah. Jika

kamu terhadap ayat-ayatnya semuanya adalah benar benar orang mukmin yang telah

mantap keimanannya kepada semua tuntuan Allah swt.

Dan dari penggalan ayat diatas yang juga di sambungkan dengan penggalan

ayat selanjutnya, dan dalam ayat ke 120 ini mufassir berpendapat yang menyatakan

bahawa ayat lalu yang memrintahkan untuk memakan sembelihan yang disebut nama

Allah ketika menyembelihnya ditunjukan kepada kaum muslimin yang inin

mendekatkan diri kepada Allah melalui sikap menjauh dari kenikmatan walau yang

mubah, ayat ini seakan berkata kepada mereka: kalau kalian ingin mendekatkan diri

kepada Allah, lakukanlah itu dengan bukan meninggalkan amal amal mubah yang

dibolehkan Allah tetapi dengan meninggalkan dosa yang lahir dan yang batil.

Dan pada ayat 121 M. Quraish Shihab menafsirkan setelah ayat yang lalu

memerintahkan memakan apa yang bermanfaat untuk mereka didunia dan diakhirat,

sambil mengingatkan untuk menjauhi segala macam dosa, dan kini di tegaskan dosa

itu , yakni sembelihan yang tidak di sebut nama Allah sekaligus menjelaskan sebab

larangan itu, ayat ini menegaskan bahwa, dan jangan lah juga kamu memakan dari

apa, yakni walau sedikit pun dari binatang binatang halal yang tidak disebut nama

Allah atasnya ketika penyembelihan, dan sesungguhnya ia, yakni memakannya dan

atau sembelihan itu, sungguh adalah demikian ayat ini sekali lagi menguatkan
kesungguhan pesannya suatu kefasikan, yakni sikap dan perbuatan yang mengantar

keluarnya seseorang dari koridor agama.

Pada ayat ini terdapat kata musyrikin yang ada pada penutup ayat ini. Kata tesebut

dapat pula dipahami dalam arti kata pada suatu ketika akan menjadi musyrik. Ayat

ini merupakan peringatan bagi kita, jika kita mengikuti pandangan orang musyrik

13
maka tentulah kita akan menjadi musyrik.

Sehingga dari pembahasan yang kami sampaikan, maka dapat kami

simpulkan bahwanya Tujuan Konsumsi di dalam Islam bukan hanya sekedar

memenuhi kebutuhan para konsumen saja, namun juga di harapkan dengan konsumsi

maka itu dapat mengantarkan kita para konsumen menuju kemaslahatan.

Adapun Prinsip di dalam Konsumsi dalam Islam

 Jangan berlebihan

 Jelas

 Halal dan baik (halal dalam hal ini di pandang dari 2 aspek yaitu berdasarkan

zat yang dikandungnya dan bagaimana cara memperoleh nya).

 Mempengaruhi tubuh kita sebagai konsumen.

13
M. Quraish shihab, op. citI hal. 640
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan ayat konsumsi di atas dapat sedikit kami simpulkan yang
pertama di ayat al-ma‟idah : 3, dari penafsiran m.quraish shihab dan juga al- Maraghi
kedua mufassir ini hamper sama dalam menafsirkan ayat tersebut yang menyatakan
seperti ayat ini tidak menyebutkan siapa yang mengharamkan makanan makanan
yang disebutkan disini, hal itu juga bukan saja karena setiap muslim mengetahui
bahwa yang berwenang mengharamkan hanya Allah swt, tetapi juga untuk
mengisyaratkan bahwa apa yang akan di sebut berikut ini sedemikian buruk sehingga
siapa pun pasti akan jijik.

Dalam hal itu juga kedua mufassir ini menyatakan bahwa illah ma yutla
„alaikum, semuanya ada sepuluh macam antara lain seperti bangkai,darah,daging
babi, binatang yang di sembelih tidak atas nama Allah, binatang yang tercekik,
binatang yang mati dipukul,binatang yang mati jatuh, binatang yang mati ditanduk,
binatang yang mati karena terkaman binatang muas, binatang yang disembelih untuk
berhala.

Dan pada penafsiran ayat ke 2 surah, al-ana‟am 6: 118-121, kedua mufassir


menafsirkan larangan untuk tidak memakan binatang yang tidak dengan menyebut
nama Allah maka hal ini sangat berdosa, dan keluar dari koridor agama islam, dan
pada ayat ini mufassir khususnya al- Maraghi berpendapat bahwa yang perlu di garis
bawahi yang dimaksud dengan menyebut nama Allah, tidak mutlak dalam arti
membaca basmAllah, tetapi cukup dengan menyebut salah satu namanya. Dan pada
hal makanan yang dilarang kedua mufassir ini menjelaskan tentang ayat ini sedikit
sama dengan ayat lainnya seperti surah al-ma‟idah: 3, yang juga menjelaskan tentang
makanan yang halal dan cara menghalalkannya, dan tidak dengan cara yang
mengantarkan kan kita kepada kemusryikan.
DAFTAR PUSTAKA

Vizon, Hardi. Tafsir Ayat-ayat Ekonomi. Curup: Lp2 STAIN Curup

Al- Maraghi, Mustafa. Tafsir Al-Maraghi jilid 6. Semarang: PT. Karya Toha

Putra Semarang

Al- Maraghi, Mustafa. Tafsir Al-Maraghi jilid 8. Semarang: PT. Karya Toha

Putra Semarang

Shihab, Quraish M. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati

Dahlan, H.A.A; Alfarisi, Zaka M. Asbabun Nuzul Edisi Kedua. Bandung: CV

Penerbit Diponegoro

ISTAN, Muhammad. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen


Dalam Memilih Belanja Di Alfa Mart Curup. AL-FALAH : Journal of Islamic Economics,
[S.l.], v. 1, n. 1, p. 66-87, dec. 2016. ISSN 2548-3102. Available at:
<http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alfalah/article/view/62/13>. Date accessed:
21 apr. 2017.

FALAHY, lutfi el. Alih Fungsi Tanah Wakaf Ditinjau Dari Hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Al-ISTINBATH : Jurnal Hukum Islam, [S.l.], v. 1,
n. 2, p. 121-140, dec. 2016. ISSN 2548-3382. Available at:
<http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alistinbath/article/view/117/65>. Date accessed:
28 apr. 2017.

Anda mungkin juga menyukai