Anda di halaman 1dari 32

TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN

KOMPETITIF
DALAM
OPERASIONAL PERUSAHAAN
{ Oktober 23, 2009 @ 3:53 am } { Uncategorized }
TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis
untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah
data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses
secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk
kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk
profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal
batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat
menghambat bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai
sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah
dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan
berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e, seperti e-commerce, e-government, e-education, elibrary, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis
elektronika.
EMPAT ERA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMPUTER:
Tidak dapat disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang datangnya
lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat teknologi informasi.
Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine,

intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara
teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem
informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk
diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.
Tidak berlebihan jika salah satu pakar IBM menganalogikannya dengan perkembangan otomotif
sebagai berikut: seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini
telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan
maximum 10,000 km/jam, dengan harga beli hanya sekitar 1 dolar Amerika !. Secara mikro, ada hal
cukup menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang ada
secara signifikan mempengaruhi persaingan antara perusahaan-perusahaan di dunia, khususnya yang
bergerak di bidang jasa. Secara garis besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem
informasi, yang dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era
tersebut (Cash et.al., 1992) terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer
yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan
modern. Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat
mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era modern. Oleh karena itu dapat
dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang
masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi
informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang mempengaruhi
behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui perusahaan
dengan peralatan komputer yang tercanggih,

namun masih dipergunakan sebagai alat-alat

administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun
1960-an.
ERA

KOMPUTERISASI

Periode ini dimulai sekitar tahun 1960-an ketika mini computer dan mainframe diperkenalkan
perusahaan seperti IBM ke dunia industri. Kemampuan menghitung yang sedemikian cepat
menyebabkan banyak sekali perusahaan yang memanfaatkannya untuk keperluan pengolahan data
(data processing). Pemakaian komputer di masa ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, karena
terbukti untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, mempergunakan komputer jauh lebih efisien (dari segi
waktu dan biaya) dibandingkan dengan mempekerjakan berpuluh-puluh SDM untuk hal serupa. Pada
era tersebut, belum terlihat suasana kompetisi yang sedemikian ketat. Jumlah perusahaan pun masih
relatif sedikit. Kebanyakan dari perusahaan perusahaan besar secara tidak langsung memonopoli
pasar-pasar tertentu, karena belum ada pesaing yang berarti. Hampir semua perusahaan-perusahaan
besar yang bergerak di bidang infrastruktur (listrik dan telekomunikasi) dan pertambangan pada saat
itu membeli perangkat komputer untuk membantu kegiatan administrasinya sehari-hari. Keperluan
organisasi yang paling banyak menyita waktu komputer pada saat itu adalah untuk administrasi back

office, terutama yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan. Di pihak lain, kemampuan
mainframe untuk melakukan perhitungan rumit juga dimanfaatkan perusahaan untuk membantu
menyelesaikan problem-problem teknis operasional, seperti simulasi-simulasi perhitungan pada
industri

pertambangan

ERA

dan

manufaktur.

TEKNOLOGI

INFORMASI

Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah membawa komputer memasuki
masa-masa revolusi-nya. Di awal tahun 1970-an, teknologi PC atau Personal Computer mulai
diperkenalkan sebagai alternatif pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yang dapat
ditaruh di meja kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau informasi
yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan mini
computer, bahkan mainframe). Kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan
efisiensi, namun lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak seperti
halnya pada era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi milik pribadi Divisi EDP (Electronic
Data

Processing)

perusahaan, di era kedua ini setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer,
seperti untuk mengolah database, spreadsheet, maupun data processing (end-user computing).
Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama didukung dengan alam
kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar bebas. Secara tidak langsung,
perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien dan efektif dibandingkan
perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola secara manual. Pada era inilah komputer
memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetitif
bagi

perusahaan,

terutama

yang

bergerak

di

bidang

pelayanan

atau

jasa.

Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an.
Salah satu teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan
(change management). Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahan ditekankan
pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan yang ingin menang dalam persaingan bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya
yang lebih menekankan pada unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih
ditekankan adalah sistem informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen
dari sistem tersebut. Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah penciptaan
dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi di dalam perusahaan dianalogikan
sebagai darah dalam peredaran darah manusia yang harus selalu mengalir dengan teratur, cepat,
terus-menerus, ke tempat-tempat yang membutuhkannya (strategis). Ditekankan oleh beberapa ahli
manajemen, bahwa perusahaan yang menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di
dalam lingkungan makro regulated free market. Di dalam periode ini, perubahan secara filosofis dari
perusahaan tradisional ke perusahaan modern terletak pada bagaimana manajemen melihat kunci

kinerja perusahaan. Organisasi tradisional melihat struktur perusahaan sebagai kunci utama
pengukuran kinerja, sehingga semuanya diukur secara hirarkis berdasarkan divisi-divisi atau
departemen. Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas telah menyebabkan customers
harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di pasaran, proses penciptaan produk atau
pelayanan (pemberian jasa) kepada pelanggan merupakan kunci utama kinerja perusahaan. Keadaan
ini sering diasosiasikan dengan istilah-istilah manajemen seperti market driven atau customer base
company yang pada intinya sama, yaitu kinerja perusahaan akan dinilai dari kepuasan para
pelanggannya. Sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan komputer dan teknologi
informasi, yang digabungkan dengan komponen lain seperti proses, prosedur, struktur organisasi,
SDM, budaya perusahaan, manajemen, dan komponen terkait lainnya, dalam membentuk sistem
informasi yang baik, merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan secara strategis.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada kualitas pelayanan. Pada
dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau jasa yang dibutuhkannya, akan mencari
perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut: cheaper (lebih murah), better (lebih baik), dan
faster (lebih cepat). Disinilah peranan sistem informasi sebagai komponen utama dalam memberikan
keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja perusahaan adalah pada proses
yang terjadi baik di dalam perusahaan (back office) maupun yang langsung bersinggungan dengan
pelanggan (front office). Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses (business process) yang
efisien, efektif, dan terkontrol dengan baiklah sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang handal.
Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an terlihat banyak sekali
perusahaan yang melakukan BPR (BusinessProcess Reengineering), re-strukturisasi, implementasi ISO9000,

implementasi

TQM,

instalasi

dan

pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN), dan lain sebagainya. Utilisasi teknologi
informasi terlihat sangat mendominasi dalam setiap program manajemen perubahan yang dilakukan
perusahaan-perusahaan
ERA

GLOBALISASI

INFORMASI

Belum banyak buku yang secara eksplisit memasukkan era terakhir ini ke dalam sejarah evolusi
teknologi informasi. Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an,
perkembangan dibidang teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) sedemikian pesatnya,
sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial. Ketika
sebuah seminar internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco pada tahun 1996,
para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalam penelitian untuk memperkenalkan
internet ke dunia industri pun secara jujur mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga
perkembangan internet akan menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam
adalah benih pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi menjulang.
Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi sejak awal tahun

1990-an

ini,

namun

fakta

yang

terjadi

dapat

disimpulkan

sebagai

berikut:

Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah
menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information. Tidak ada negara yang
mampu untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke luar negara lain, karena batasan antara
negara tidak dikenal dalam virtual world of computer. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN,
GlobalNet, Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat.
Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti efektif untuk
menangkal segala hal yang berhubungan dengan penciptaan dan aliran informasi. Perusahaanperusahaan pun sudah tidak terikat pada batasan fisik lagi. Melalui virtual world of computer,
seseorang dapat mencari pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan
jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas melalui
jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace
melalui

electronic

transaction

dengan

mempergunakan

electronic

money.

Tidak jarang perusahaan yang akhirnya harus mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya,
terutama yang bergelut di bidang pemberian jasa. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan perangkat
canggih teknologi informasi telah merubah mindset manajemen perusahaan sehingga tidak jarang
terjadi perusahaan yang banting stir menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau yang
sedang berkembang, dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di suatu sisi
banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau SDM-nya, sementara di pihak lain
investasi besar harus dikeluarkan untuk membeli perangkat teknologi informasi. Tidak memiliki
teknologi informasi, berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias
harus

gulung

tikar.

Hal terakhir yang paling memusingkan kepala manajemen adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis
yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang terjadi tidak
hanya sebagai dampak kompetisi yang sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor external
lain seperti politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara tidak langsung
menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi
dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang di tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi
perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun.
Dengan mencermati keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok
untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi negara
maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis objek,
seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management
System),
PERUBAHAN

Object

Technology,
POLA

Distributed
PIKIR

Object,

dan
SEBAGAI

lain

sebagainya.
SYARAT

Dari keempat era di atas, terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi informasi sejak
dipergunakannya komputer dalam industri hingga saat ini terkait erat satu dan lainnya. Memasuki
abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi informasi. Mempergunakan
teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus merubah mindset. Merubah mindset merupakan
hal yang teramat sulit untuk dilakukan, karena pada dasarnya people do not like to change. Kalau
pada saat ini dunia maju dan negara-negara tetangga Indonesia sudah memiliki komitmen khusus
untuk mengambil bagian dalam penciptaan komponen-komponen sistem informasi, bagaimana
dengan Indonesia? Masih ingin menjadi negara konsumen? Atau sudah mampu menjadi negara
produsen? Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahulu di setiap manusia Indonesia adalah
kemauan untuk berubah. Tanpa willingness to change, sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat
memanfaatkan teknologi informasi untuk membangun kembali bangsa yang hancur ditelan krisis saat
ini.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan implementasi TI(Teknologi Informasi)
di

perusahaan

Sejak pertengahan tahun 1990-an kita menyaksikan munculnya internet yang disebut media sebagai
lahirnya ekonomi baru (new economy). Lahirnya new economy itu telah mengubah secara mendasar
manajemen dari sebuah perusahaan besar yang ada didunia terutama dalam memberikan value
kepada pelanggan. Terutama pada Teknologi Informasi yang menggerakkan nilai ekonomi secara
cepat, informasi berjalan begitu hebat dengan produk-produk yang bahkan bisa dipajangkan secara
didigitalkan.
Kertas-kertas brosur yang masih laris di negara kita kini, di negara-negara maju telah berganti dengan
iklan-iklan elektronik yang biasanya dikirimkan secara serempak kepada ribuan bahkan jutaan pasar
potensial mereka lewat internet. Walaupun tindakan ini sekarang tengah mengalami polemik dan
dianggab menganggu privasi orang dan dikategorikan sebagai gangguan atau spammer, namun target
utama yang ingin dicapai oleh produsen yaitu informasi produk kepada konsumen telah tercapai
dengan

sukses.

Saat ini, penggunaan Teknologi Informasi di perusahaan semakin meningkat tidak hanya untuk proses
operasional sehari-hari, tetapi sudah pada proses membantu pengambilan keputusan. Bahkan, pada
beberapa sektor industri, ketergantungan terhadap Teknologi Informasi sudah sangat besar seperti
pada sektor perbankan dan keuangan. Namun demikian, perusahaan juga tidak bisa secara gegabah
mengeluarkan

investasi

untuk

implementasi

Teknologi

Informasi,

karena

tentu

saja

harus

memperhitungkan cost dan benefit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan
semacam blue print yang sering disebut sebagai IT Master Plan sebagai dasar perusahaan dalam
melakukan implementasi Teknologi Informasi. IT Master Plan pada intinya berisi rencana strategis
perusahaan dalam mengimplementasikan dan membangun sistem informasi di Perusahaan. Di
dalamnya berisi pedoman kebutuhan sistem informasi seperti apa yang diperlukan perusahaan. Maka

ditinjau dari aspek keuangan, langkah awal yaitu sdimulai dengan melakukan kajian biaya dan
manfaat

atau

yang

lebih

dikenal

sebagai

cost

and

benefit

analysis.

Pada masa-masa awal perkembangan komputer di dunia bisnis, memang sejumlah praktisi manajemen
merasa cukup puas dengan penggunaan instrumen analisa keuangan seperti ROI (Return On
Investment) dalam memperbandingkan biaya dan manfaat. Hal ini disebabkan karena pada saat itu,
value atau manfaat yang diberikan oleh komputer bagi dunia bisnis masih terbatas pada
peningkatan efisiensi proses kerja atau penggunaan sumber daya. Karena formula matematis
perhitungan efisiensi tersebut cukup mudah dengan memperbandingkan output dan input dari
sebuah proses tertentu maka dapat dilakukan komparasi antara kinerja perusahaan sebelum dan
sesudah aplikasi diterapkan. Selisih tingkat efisiensi itulah yang kemudian dianggap sebagai manfaat
yang diperoleh perusahaan karena perbedaannya dapat dengan mudah dikonversikan ke dalam
satuan finansial seperti mata uang rupiah atau dolar. Maka ROI dapat dengan mudah dihitung dengan
cara membandingkan hasil perhitungan tersebut dengan total biaya investasi pengembangan aplikasi
yang

dikeluarkan.

Dalam perkembangannya, ternyata teknologi informasi tidak sekedar memberikan manfaat efisiensi
semata, namun lebih jauh lagi menawarkan beragam jenis value yang lain, seperti: peningkatan
efektivitas, perbaikan kontrol internal, penciptaan keunggulan kompetitif, pembentukan citra atau
image usaha, pemutakhiran proses kerja, percepatan pengambilan keputusan, penghapusan
kesalahan operasional, dan lain sebagainya. Ketika aplikasi telah menyentuh manfaat yang
intangible dan unquantifiable inilah maka model analisis keuangan konvensional dirasa tidak
memadai lagi. Oleh karena itulah ditemukan dan diperkenalkan sejumlah pendekatan atau model lain
ke dalam dunia usaha untuk mengukur keberhasilan sekaligus manfaat dari penerapan sebuah aplikasi
teknologi informasi, seperti: Strategic Analysis and Evaluation, Value Chain Assessment, Relative
Competitive Performance, Proportion of Management Vision Achieved, Return On Management,
Information

Economics,

Multi-Objective

Multi-Criteria

Method,

dan

lain

sebagainya.

Bagaimana mungkin laporan-laporan perusahaan seperti keuangan dapat memberikan arahan


keputusan yang tepat apabila laporan yang disajikan masih berada dalam bentuk angka-angka baku
dan tidak up to date. Karena berbagai fungsi dan proses bisnis membutuhkan data/informasi, maka
bagaimana informasi tersebut diciptakan dan didistribusikan merupakan hal yang krusial untuk
dikelola perusahaan. Dilain pihak, perusahaan-perusahaan dinegara-negara maju bahkan beberapa
BUMN di Republik ini telah menjalankan budaya paperless dan pengolahan data elektronik (PDE)
secara

baik.

Yang diperlukan sebuah perusahaan diera new economy saat ini adalah satu solusi pengolahan data
yang terkoneksi satu dengan lainnya, atau dikenal sebagai Aplication Databased Driven Technology.
Dengan terintegrasinya data-data perusahaan antar unit yang satu dengan unit yang lainya, maka
data aktual dalam bentuk efile yang dibutuhkan secara cepat dapat dianalisa untuk kepentingan

perusahaan.
Untuk sebuah bisnis ritel misalnya, diperlukan Flow of Information untuk memenuhi kebutuhan data
mulai dari ketersediaan barang di setiap toko. Karena setiap barang material yang dibutuhkan oleh
satu gerai dengan gerai lainnya tidaklah sama. Kebutuhan barang setiap toko ditentukan oleh lokasi
toko tersebut. Misalnya toko anda yang berada di cabang toko 1 berbeda dengan toko yang berada di
cabang 2, karena target pasar dari kedua toko yang berada di dua mal tersebut berbeda.
Maka dengan solusi bisnis yang terintegrasi ini diharapkan tak akan pernah terjadi kekurangan stok
barang di dua toko tersebut. Sistem akan mengolah data sehingga kebutuhan barang disatu toko terus
terpantau yang artinya perusahaan dapat secara mudah perusahaan mengatur stok barang ke toko.
Jika sistem ini berjalan lancar, maka tak lagi diperlukan pengecekan berkali-kali dan gudang dalam
jumlah

banyak.

Sebagai enabler, TI memang kian dibutuhkan perusahaan. Tak heran jika semakin banyak perusahaan
yang rela merogoh koceknya lebih dalam lagi untuk melengkapi operasional perusahaannya dengan
dukungan TI. Tapi, dalam setiap investasi TI, sebuah pertanyaan sederhana hampir selalu muncul.
Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapat manfaat yang dijanjikan oleh implementasi TI
itu?
Banyak cara yang digunakan untuk menghitung besarnya investasi TI. Yang paling sering dan paling
mudah

dilakukan

adalah

mengkalkulasi

harga

pembelian

hardware

hingga

biaya

perijinan

penggunaannya. Harga proyek-proyek IT biasanya termasuk biaya konvegersi ke hardware atau


software

baru.

Namun, cara yang sangat sederhana itu ternyata sangat tidak relevan dengan realita yang dihadapi.
Pasalnya, setelah seluruh proses pembelian dilakukan, perusahaan masih harus mengeluarkan biayabiaya tambahan, baik saat implementasi dilakukan maupun setelah proyeknya berjalan. Belum lagi
biaya

yang

harus

dikeluarkan

kala

terjadi

masalah

saat

atau

sesudah

implementasi.

Akhirnya, karena begitu banyaknya biaya (lanjutan) yang harus dikeluarkan, perusahaan pun merasa
bosan dan enggan untuk melanjutkan investasinya. Walhasil, investasi TI telah memakan banyak biaya
itu tidak memberikan manfaat sesuai dengan yang dijanjikan atau malah menjadi sia-sia.
Beberapa pakar mengajukan sejumlah metode yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan
implementasi TI. Yang tradisional antara lain return on investment, net present value, dan internal rate
of return. Pendekatan ini dikatakan tradisional karena menganggap investasi TI hanya sebatas
investasi infrastruktur. Dan bagi sebagian kalangan dianggap kurang pas karena mengabaikan berapa
nilai dari informasi (information value) yang diperoleh perusahaan, yang sifatnya intangible dan tidak
dapat

diukur

dengan

metode-metode

di

atas.

Pendekatan lain adalah Total Cost of Ownership (TCO). TCO adalah salah satu cara perhitungan yang
didisain untuk membantu baik konsumen maupun manajer perusahan dalam meng-evaluasi biaya
langsung dan tidak langsung, termasuk keuntungan yang terkait dengan pengadaan software atau

hardware.
Sejatinya TCO menghasilkan sebuah statement final yang merefleksikan tidak hanya nilai beli saja, tapi
mencakup semua aspek penggunaan dan pemeliharaan komponen pengadaan komputer. Dalam
kaitan itu termasuk pelatihan untuk teknisi dan pengguna sistem tersebut. Karena itu TCO acapkali
dikaitkan

dan

disebut

sebagai

Total

Cost

of

Operation.

Analisa TCO dibuat untuk pertama kalinya oleh Gartner Group pada tahun 1987, kemudian
dikembangkan menjadi sejumlah metodologi dan software tools yang beragam. Pengadaan sebuah
sistem komputer dapat diartikan kecuali pembelian produk diperhitungkan termasuk: repairs,
maintenance, upgrades, service and support, networking, security, user training, and software
licensing. Sayangnya banyak eksekutif TI di Indonesia yang tidak mempertimbangkan itu. Mereka
sudah terpesona oleh janji-janji yang diberikan oleh vendor, ungkap seorang konsultan TI yang enggan
disebut

namanya.

Sebenarnya support merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah proses implementasi TI.
Jadi, harga sebuah investasi TI tidak bisa dilihat dari mahal murahnya software atau hardware yang
dibeli perusahaan. Boleh jadi hardware yang harganya lebih murah akan memakan biaya yang lebih
besar

dikemudian

harinya.

Selain itu, TCO juga menyediakan analisa keuangan yang rinci dan dapat mengetahui pengeluaran
selama 3 tahun dalam berbagai skenario IT dan mengukur metrik investasi yang utama, termasuk
discounted return of investment, ketika mengupgrade dari satu versi ke versi berikutnya.
Namun, mengihitung TCO bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Perencanaan strategi tentang apa value
yang ingin dicapai dalam proses value creation dari investasi TI. Setidaknya ada empat value yang
bisa dipertimbangkan buat penentuan strategi bisnis berikut outcomes yang ingin diraih. Pertama,
economic value. Implementasi TI diharapkan menyumbang pada profitabilitas perusahaan dengan cara
menekan

biaya,

mendongkrak

kinerja

finansial

dan

tingkat

layanan.

Kedua, architectural value. Aplikasi peranti TI diharapkan mengatrol kapabilitas perusahaan dalam
kerangka memenuhi kebutuhan pelanggan di masa kini dan mendatang. Ketiga, operational value.
Sementara architectural value cenderung membicarakan aspek kapabilitas infrastruktur TI, operational
value lebih banyak menyoal aspek delivery. Tepatnya, kemampuan memenuhi persyaratan proses
bisnis mutakhir dalam operasional perusahaan sehari-hari. Keempat, regulatory and compliance value
artinya,

penerapan

TI

demi

memenuhi

regulasi

yang

berlaku.

Karenanya menjadi sangat penting untuk memilih vendor yang tepat sebelum memutuskan untuk
menerapkan aplikasi tertentu diperusahaan agar tidak terjebak pada biaya-biaya tambahan yang tidak
terdeteksi

sebelumnya.

TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF PERUSAHAAN DALAM LINGKUNGANNYA


Perusahaan adalah suatu sistem fisik yang dikelola dengan menggunakan sistem konseptual.
Sistem fisik : manusia, material, mesin dan uangSistem konseptual : informasiSistem fisik perusahaan

adalah sistem lingkaran tertutup dalam arti dikendalikan oleh manajemen, menggunakan informasi
umpan balik untuk meyakinkan bahwa tujuan-tujuannya tercapai. Perusahaan juga merupakan suatu
sistem terbuka, dalam arti berhubungan dengan lingkunganya. Sebuah perusahaan mengambil
sumber daya dari lingkungannya, mengubah sumber daya tersebut menjadi barang dan jasa, dan
mengembalikan sumber daya yang telah diubah kepada lingkungannya.Lingkungan adalah alasan
utama

keberadaan

Delapan

perusahaan.

elemen

lingkungan

1. Pemasok : menyediakan material, jasa dan informasi yang digunakan perusahaan untuk
memproduksi
2.
3.

barang

Pelanggan
Serikat

buruh

dan

pemakai
organisasi

produk

bagi

jasa

dan

tenaga

calon

kerja

terampil

pemakai

maupun

tidak

4. Masyarakat keuangan : lembaga-lembaga yang mempengaruhi sumber daya uang yang tersedia
bagi

perusahaan

5.

Pemegang

6.

Pesaing

organisasi

saham/pemilik

pesaing

yang

berada

di

7.
8.

pasaran
Pemerintah

Masyarakat

global

wilayah

B.

geografis

dimana

perusahaan

KEUNGGULAN

itu

berdiri.

KOMPETITIF

Keunggulan kompetitif yang mengacu pada penggunaan komputer artinya perusahaan tidak hanya
mengandalkan sumber daya fisik namun mengandalkan sumber daya konseptual yaitu informasi untuk
mencapai

leverage

di

pasaran

untuk

Rantai

memcapai

tujuan

strategis

nilai

Pusat

teori

MARJIN

dari
nilai

Porter
lebih

PORTER

adalah
dari

perusahaan.

konsep

produk/jasa

tentang

dibandingkan

marjin
biayanya.

Perusahaan menciptakan nilai dengan melaksanakan aktivitas nilai.Aktivitas nilai dapat dibedakan
menjadi

dua,

yaitu

Aktivitas nilai utama (primary value activities) : aktivitas yang berhubungan dengan produksi dan
penawaran

(berhubungan

langsung

dengan

pelanggan)

Aktivitas nilai pendukung (support value activities) : menyediakan input dan infastruktur untuk
mendukung
Contoh

aktivitas
:

divisi

utama
akuntansi,

berlangsung.
divisi

personalia

Aktivitas nilai utama dan pendukung diintegrasikan oleh beberapa kaitan untuk membentuk rantai
nilai.
Memperluas

cakupan

rantai

nilai

Untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitif dapat dicapai dengan mengaitkan rantai nilai
perusahaan dengan rantai nilai organisasi lain. Hal ini disebut sebagai Sistem antar organisasi

(interorganizational system IOS) atau sistem informasi antar organisasi (interorganizational


information

system

IIS).

Perusahaan perusahaan yang berpartisipasi bekerja sama sebagai suatu unit tunggal yang
terkoordinasi, menciptakan sinergi yang tidak dapat dicapai dengan bekerja sendiri. SINERGI ini
disebut

sistem

C.

nilai.

SUMBER

Sumber

daya

DAYA
informasi

INFORMASI

terdiri

dari

Perangkat

keras

komputer

Perangkat

lunak

komputer

Spesialis

informasi

Analis

sistem

Pengelola

database

Spesialis

jaringan

Programer

Operator

Pemakai
Fasilitas
Database
Informasi
Chief Information Officer : yang mengelola sumber daya informasi yaitu manajer jasa informasi yang
menyumbangkan keahlian manajerialnya tidak hanya untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan

sumber

daya

D.

PERENCANAAN

informasi

tetapi

juga

STRATEGIS

berbagai

UNTUK

area

lain

dari

SUMBER

operasi

perusahaan.

DAYA

INFORMASI

Tiap perusahaan akan mengembangkan suatu rencana strategis sumber daya informasi yang
memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun kita dapat mengindetifikasikan sejumlah topik utama yang
harus

tercakup,

yaitu

1. Tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh tiap subsistem CBIS selama periode yang tercakup dalam
jangka

waktu

perencanaan.

2. Sumber daya informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tsb.


E.

END-USER

Tingkat-

tingkat

Pemakai

akhir

COMPUTING
kemampuan
tingkat

pemakai
menu

SBG
akhir
(Menu

MASALAH
dapat

STRATEGIS.

digolongkan
level

end

sbb

:
user)

Pada tingkat ini pemakai hanya mampu berkomunikasi dengan perangkat lunak jadi dengan
menggunakan menu-menu yang ditampilkan oleg perangkat lunak berbasis Window dan mac.

Pemakai

akhir

tingkat

perintah

(command

level

end

user)

Pada tingkat ini pemakai mampu menggunakan perangkat lunak jadi yang lebih sekedar memilih menu
(dapat menggunakan bahasa perintah dari perangkat lunak untuk melaksanakan operasi aritmatika
dan

logika

Pemakai
Pada

pada

akhir
tingkat

ini

(End

pemakai

Manfaat

mampu

user
menggunakan

end

data)
programmers)

bahasa-bahasa

user

Menyeimbangkan

computing

kemampuan

Mengurangi

pemograman.
:

dan

tantangan.

kesenjangan

Resiko

End

komunikasi.

user

Sistem

computing

yang

Sistem

yang

Penggunaan

buruk

buruk
sumber

:
sasarannya

rancangan
informasi

Hilangnya

dan

dokumentasinya.

yang

tidak

efisien.

integritas

data.

Hilangnya

keamanan

Hilangnya pengendalian.
F.

KONSEP

MANAJEMEN

SUMBER

DAYA

INFORMASI

Manajemen sumber daya informasi (Information resources management-IRM) adalah aktivitas yang
dijalankan oleh manajer pada semua tingkatan dalam perusahaan dengan tujuan mengidentifikasi,
memperoleh dan mengelola sumber daya informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai.
Elemen-elemen

IRM

yang

diperlukan

1. Kesadaran bahwa keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui sumber daya informasi yang unggul.
2.

Kesadaran

3.

bahwa

jasa

Kesadaran

informasi

bahwa

adalah

CIO

suatu

area

adalah

fungsional

utama.

eksekutif

puncak.

4. Perhatian pada sumber daya informasi perusahaan saat membuat perencanaan strategis.
5.
6.

Rencana
Strategi

G.

strategis
untuk

formal

mendorong

untuk
dan

PERDAGANGAN

sumber

mengelola

MELALUI

daya

informasi.

user

computing.

end

JARINGAN

ELEKTRONIK

Perdagangan melalui jaringan elektronik : penggunaan komputer untuk memudahkan semua operasi
perusahaan.
Manfaat

perdagangan

Pelayanan
Hubungan
Pengembalian

melalui

pelanggan
dengan
atas

pemasok
investasi

jaringan

elektronik

yang
dan

masyarakat

pemegang

saham

lebih
keuangan
dan

pemilik

baik.

yang
yang

lebih

baik.

meningkat.

Kendala

Biaya

tinggi

Masalah

keamanan

Perangkat

lunak

yang

belum

mapan

atau

belum

tersedia.

H. STRATEGI PERDAGANGAN MELALUI JARINGAN ELEKTRONIKStrategi perdagangan melalui jaringan


elektronik dapat dilakukan dengan :a. Sistem antar organisasai (IOS) adalah suatu kombinasi
perusahaan-peusahaan

yang

Perusahaan-perusahaan

terkait

yang

sehingga

membentuk

mereka

IOS

Manfaat
Efisiensi

berfungsi

disebut

mitra

sebagai

dagang

sistem

atau

mitra

IOS
komparatif

tunggal.
bisnis.
:

internal

dan

antar

organisasi

Kekuatan tawar menawawar : kekuatan suatu perusahaan untuk menyelesaikan perselisihan dng
pemasok

dan

Kekuatan

pelanggannya

ini

berasal

Keistimewaan
Penurunan

yang

biaya

menguntungkan

dari

produk
yang

hal
yang

berhubungan

Peningkatan

dirinya.

dengan

biaya

:
unik
pencarian
peralihan.

b. Pertukaran data elektronik (Electronik data interchange EDI) adalah transmisi data dalam bentuk
yang terstruktur dan dapat dibaca mesin secara langsung dari komputer ke komputer di antara
beberapa

perusahaan.

Hubungan EDI yang umum membentuk kaitan antara perusahaan dan pemasoknya serta pelanggan.
Dalam EDI memungkinkan terjadinya transfer dana secara eleltronik (electronik funds transfer)
sehingga

memudahkan

Tingkat
Tiga

dalam

proses

transaksi.

penerapan
tingkat

EDI.

penggunaan

EDI

Pemakai tingkat satu : hanya satu atau dua set transaksi yang ditransmisikan ke sejumlah mitra
dagang

yang

terbatas.

Pemakai tingkat dua : banyak set transaksi yang ditransmisikan ke sejumlah mitra dagang.
Pemakai tingkat tiga : aplikasi komputer disesuaikan dengan standart EDI.Tujuan tingkat satu dan
dua adalah mengubah dokument kertas menjadi dokumen elektronik. Tingkat penggunaan ini
digambarkan sebagai pendekatan pintu ke pintu, karena hanya mempengaruhi komunikasi data dan
bukan

aplikasi.

Manfaat

EDI

Mengurangi

:
kesalahan

Mengurangi
Meningkatkan
Meningkatkan

biaya
efisiensi
kemampuan

opersional
bersaing

Meningkatkan

hubungan

dengan

Meningkatkan

Teknologi

perdagangan

melalui

mitra

dagang

pelayanan
Jaringan elektronik.Ada tiga

pelanggan.
pilihan

utama,

yaitu

Sambungan

langsung

Jaringan

bernilai

tambah

(Value

Added

Network

VAN)

Internet
RINGKASAN
1. Lingkungan perusahaan terdiri dari delapan elemen. Elemen-elemen tersebut menggambarkan
organisasi atau perorangan, serta mencakup para pemasok, pelanggan, serikat buruh, masyarkat
keuangan, pemegang saham atau pemilik, pesaing, pemerintah dan masyarakat global. Elemenelemen ini membentuk supersistem yang lebih besar yang disebut masyarakat. Sumber daya mengalir
antara

perusahaan

dan

elemen

lingkungan.

2. Suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif dengan memproduksi suatu marjin yang
lebih besar dari daripada pesaingnya. Marjin tersebut adalah nilai lebih produk atau jasa dibandingkan
biayanya.
3. Sumber daya informasi terdiri dari : perangkat keras dan lunak komputer, spesialis informasi (analis
sistem, pengelola database, spesialis jaringan, programer, operator), pemakai, fsailitas, data base dan
informasi.
4. Ada tiga tingkat kemampuan akhir komputer, yaitu : Pemakai akhir tingkat menu (menu level end
user)

Pemakai

akhir

tingkat

Pemakai

perintah

akhir

(command
(end

level

end

use

user)

programmers)

5. Manajemen sumber daya informasi (informa\tion resources management IRM) adalah aktifitas
yang

dijalankan

oleh

manajer

pada

semua

tingkatan

dalam

perusahaan

dengan

tujuan

mengidentifikasi, memperoleh dan mengeloila sumber daya informasi yang diperlukan untuk
memenuhi
6.

Manfaat

7.

kebutuhan
perdagangan

Pelayanan
Hubungan
Pengembalian

dengan
atas

pemakai.
elektronik

yang
pemasok

investasi

Kendala

dan

lebih

masyarakat

pemegang

saham

perdagangan

keuangan
dan

pemilik

baik
yang
yang

elektronik

Biaya
Masalah

Perangkat lunak yang belum tersedia.


Sumber:http://mrzie3r.wordpress.com/2007/03/24/perkembangan-teknologi-informasi/

lebih

baik

meningkat.
:
tinggi
keamanan

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis
untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah
data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses
secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk
kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk
profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal
batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat
menghambat bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai
sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah
dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan
berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e, seperti e-commerce, e-government, e-education, elibrary, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis
elektronika.
Evolusi Ekonomi Global
Sampai dua ratus tahun yang lalu ekonomi dunia bersifat agraris dimana salah satu ciri utamanya
adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Sesudah terjadi revolusi industri,
dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri
utamanya adalah modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Menjelang peralihan abad
sekarang inl, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi, karena tahap
ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus
pada informasi (information focused). Dalam hal ini telekomunikasi dan informatika memegang
peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology).
Kemajuan

teknologi

informasi

dan

telekomunikasi

begitu

pesat,

sehingga

memungkinkan

diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan

jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi. Masyarakat
baru ini juga sering disebut sebagai masyarakat pasca industri.
Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam
hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta
atau Global village. Sehingga sering kita dengar istilah jarak sudah mati atau distance is dead
makin lama makin nyata kebenarannya.
Peran Teknologi Informasi
Dalam kehidupan kita dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan
sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia akan menjadi
pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam bidang-bidang antara lain :
Bidang pendidikan(e-education)
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap
muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Sebagai
contoh kita melihat di Perancis proyek Flexible Learning. Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan
Illich awal tahun 70-an tentang Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy) yang secara
ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible),
terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia,
maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan
informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun,
teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila
digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi
kesejahteraan ekonomi.
Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan
bersifat Saat itu juga (Just on Time). Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan
inter-disipliner.

Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan Computer-based Multimedia Communication


(CMC) yang bersifat sinkron dan asinkron.
Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya
pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam,
multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja saat itu juga dan kompetitif.
Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning). Kemudahan
untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama.
Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan.
Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber
informasi daripada sekedar rak buku.
Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan
secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini
sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk
menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online,
mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan
sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance learning yang selama
ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun
demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan
siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan
misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online
meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan
buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan
walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga
diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan
dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula
dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam
satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.

Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut:
Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu
menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah
kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materimateri yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan
tentang materi yang diberikannya.
Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status
mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya.
Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang
bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa
belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning.
Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada
buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat
sebagai penunjang dan berbentuk database.
Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari
web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan
bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance
learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya
skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang
pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung
misalnya hardware, maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi
perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan
bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material. Di luar
negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang
cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu
rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi
dilakukan dengan surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Saat ini hampir

seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet.
Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan
bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu
lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah
mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra sebanyak 80
negara di dunia. Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5
kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murah.
Dalam era global, penawaran beasiswa muncul di internet. Bagi sebagian besar mahasiswa di dunia,
uang kuliah untuk memperoleh pendidikan yang terbaik umumnya masih dirasakan mahal. Amat
disayangkan apabila ada mahasiswa yang pandai di kelasnya tidak dapat meneruskan sekolah hanya
karena tidak mampu membayar uang kuliah. Informasi beasiswa merupakan kunci keberhasilan dapat
menolong mahasiswa yang berpotensi tersebut.
Dalam Bidang Pemerintahan (e-government)
E-government

mengacu

pada

penggunaan

teknologi

informasi

oleh

pemerintahan,

seperti

menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan menghubungkan keperluan


penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa merupakan suatu proses transaksi bisnis antara publik
dengan pemerintah melalui sistem otomasi dan jaringan internet, lebih umum lagi dikenal sebagai
world wide web. Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. penggunaan teknologi informasi ini
kemudian

menghasilkan

hubungan

bentuk

baru

seperti:

G2C

(Governmet

to

Citizen),

G2B

(Government to Business), dan G2G (Government to Government).


Manfaat e-government yang dapat dirasakan antara lain:
Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari
dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah,
tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan.
Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya keterbukaan
(transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini
menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak.
Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi yang
mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data

tentang sekolah: jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya, dapat
ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk
anaknya.
Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference. Bagi Indonesia yang luas areanya sangat
besar, hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat
dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua harus
terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam saja.
Tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan oleh
aparatur pemerintah. Salah satu solusi yang diperlukan adalah keterpaduan sistem penyelenggaraan
pemerintah melalui jaringan sistem informasi on- line antar instansi pemerintah baik pusat dan daerah
untuk mengakses seluruh data dan informasi terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik.
Dalam sektor pemerintah, perubahan lingkungan strategis dan kemajuan teknologi mendorong
aparatur pemerintah untuk mengantisipasi paradigma baru dengan upaya peningkatan kinerja
birokrasi serta perbaikan pelayanan menuju terwujudnya pemerintah yang baik (good govermance).
Hal terpenting yang harus dicermati adalah sektor pemerintah merupakan pendorong serta fasilitator
dalam keberhasilan berbagai kegiatan pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan
harus didukung oleh kecepatan arus data dan informasi antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem
antara pemerintah dengan pihak penggunan lainnya. Upaya percepatan penerapan e- Government,
masih menemui kendala karena saat ini belum semua daerah menyelenggarakannya. Apalagi masih
ada anggapan e-Government hanya membuat web site saja sosialisasinya tidak terlaksana dengan
optimal. Namun berdasarkan Inpres, pembangunan sistem informasi pemerintahan terpadu ini akan
terealisasi sampai tahun 2005 mendatang. Kendati demikian yang terpenting adalah menghapus opini
salah yang menganggap penerapan e-Government ini sebagai sebuah proyek, padahal merupakan
sebuah sistem yang akan memadukan subsistem yang tersebar di seluruh daerah dan departemen.
Keunggulan

Kompetitif

Dalam

Konsep

E-Business

Dalam mengimplementasikan konsep e-business, terlihat jelas bahwa meraih keunggulan kompetitif
(competitive advantage) jauh lebih mudah dibandingkan mempertahankannya. Secara teoritis hal
tersebut

dapat

dijelaskan

karena

adanya

karakteristik

sebagai

berikut:

Pada level operasional, yang terjadi dalam e-business adalah restrukturisasi dan redistribusi dari bitbit digital (digital management), sehingga mudah sekali bagi perusahaan untuk meniru model bisnis
dari

perusahaan

lain

yang

telah

sukses;

Berbeda dengan bisnis konvensional dimana biasanya sebuah kantor beroperasi 8 jam sehari, di

dalam e-business (internet), perusahaan harus mampu melayani pelanggan selama 7 hari seminggu
dan 24 jam sehari, karena jika tidak maka dengan mudah kompetitor akan mudah menyaingi
perusahaan

terkait;

Berjuta-juta individu (pelanggan) dapat berinteraksi dengan berjuta-juta perusahaan yang terkoneksi
di internet, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk pindah-pindah perusahaan dengan biaya yang
sangat

murah

(rendahnya

switching

cost);

Fenomena jejaring (internetworking) memaksa perusahaan untuk bekerja sama dengan berbagai
mitra bisnis untuk dapat menawarkan produk atau jasa secara kompetitif, sehingga kontrol kualitas,
harga, dan kecepatan penciptaan sebuah produk atau jasa kerap sangat ditentukan oleh faktor-faktor
luar

yang

tidak

berada

di

dalam

kontrol

perusahaan;

dan

Mekanisme perdagangan terbuka dan pasar bebas (serta teori perfect competition) secara tidak
langsung telah terjadi di dunia internet, sehingga seluruh dampak atau dalil-dalil sehubungan dengan
kondisi

market

semacam

itu

berlaku

terjadi

di

dunia

maya.

Melihat kenyataan di atas, perusahaan harus memiliki kriteria-kriteria (critical success factors) dan
ukuran-ukuran (performance indicators) yang dapat dijadikan sebagai barometer sukses tidaknya
perusahaan dalam memiliki dan mempertahankan keunggulun kompetitif tertentu. Beberapa teori
keunggulan kompetitif di dunia maya menganjurkan agar paling tidak 7 (tujuh) aspek harus menjadi
perhatian

dari

sebuah

1.

perusahaan,

yaitu

Customer

masing-masing:
Service

2.

Price

3.

Quality

4.

Fulfillment

Time

5.
6.
7.

Agility
Time

to
Market

Market
Reach

Kondisi ketujuh aspek tersebut akan sangat menentukan posisi perusahaan di dalam kancah
persaingan di dunia maya.
ERA

TEKNOLOGI

INFORMASI

Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah membawa komputer memasuki
masa-masa revolusi-nya. Di awal tahun 1970-an, teknologi PC atau Personal Computer mulai
diperkenalkan sebagai alternatif pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yang dapat
ditaruh di meja kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau informasi
yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan mini
computer, bahkan mainframe). Kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan
efisiensi, namun lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak seperti

halnya pada era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi milik pribadi Divisi EDP (Electronic
Data Processing) perusahaan, di era kedua ini setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan
kecanggihan komputer, seperti untuk mengolah database, spreadsheet, maupun data processing (enduser computing). Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama didukung
dengan alam kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar bebas. Secara tidak
langsung, perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien dan efektif
dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola secara manual. Pada era inilah
komputer memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan
kompetitif bagi perusahaan, terutama yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa.
Sumber:

James

Cash et.al.,

1992.Era

Sistem

Informasi

Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an.
Salah satu teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan
(change management). Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahan ditekankan
pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan yang ingin menang dalam persaingan bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya
yang lebih menekankan pada unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih
ditekankan adalah sistem informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen
dari sistem tersebut. Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah penciptaan
dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi di dalam perusahaan dianalogikan
sebagai darah dalam peredaran darah manusia yang harus selalu mengalir dengan teratur, cepat,
terus-menerus, ke tempat-tempat yang membutuhkannya (strategis). Ditekankan oleh beberapa ahli
manajemen, bahwa perusahaan yang menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di
dalam lingkungan makro regulated free market. Di dalam periode ini, perubahan secara filosofis dari
perusahaan tradisional ke perusahaan modern terletak pada bagaimana manajemen melihat kunci
kinerja perusahaan. Organisasi tradisional melihat struktur perusahaan sebagai kunci utama
pengukuran kinerja, sehingga semuanya diukur secara hirarkis berdasarkan divisi-divisi atau
departemen. Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas telah menyebabkan customers
harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di pasaran, proses penciptaan produk atau
pelayanan (pemberian jasa) kepada pelanggan merupakan kunci utama kinerja perusahaan. Keadaan
ini sering diasosiasikan dengan istilah-istilah manajemen seperti market driven atau customer base
company yang pada intinya sama, yaitu kinerja perusahaan akan dinilai dari kepuasan para
pelanggannya. Sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan komputer dan teknologi
informasi, yang digabungkan dengan komponen lain seperti proses, prosedur, struktur organisasi,
SDM, budaya perusahaan, manajemen, dan komponen terkait lainnya, dalam membentuk sistem
informasi yang baik, merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan secara strategis.

Sumber:

James

Cash et.al.,

1992.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada kualitas pelayanan. Pada
dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau jasa yang dibutuhkannya, akan mencari
perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut: cheaper (lebih murah), better (lebih baik), dan
faster (lebih cepat). Di sinilah peranan sistem informasi sebagai komponen utama dalam memberikan
keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja perusahaan adalah pada proses
yang terjadi baik di dalam perusahaan (back office) maupun yang langsung bersinggungan dengan
pelanggan (front office). Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses (business process) yang
efisien, efektif, dan terkontrol dengan baiklah sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang handal.
Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an terlihat banyak sekali
perusahaan yang melakukan BPR (Business Process Reengineering), re-strukturisasi, implementasi
ISO-9000, implementasi TQM, instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN),
dan lain sebagainya. Utilisasi teknologi informasi terlihat sangat mendominasi dalam setiap program
manajemen

perubahan

ERA

yang

dilakukan

perusahaan-perusahaan.

GLOBALISASI

INFORMASI

Belum banyak buku yang secara eksplisit memasukkan era terakhir ini ke dalam sejarah evolusi
teknologi informasi. Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an,
perkembangan di bidang teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) sedemikian pesatnya,
sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial. Ketika
sebuah seminar internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco pada tahun 1996,
para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalam penelitian untuk memperkenalkan
internet ke dunia industri pun secara jujur mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga
perkembangan internet akan menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam
adalah benih pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi menjulang.
Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi sejak awal tahun
1990-an

ini,

namun

fakta

yang

terjadi

dapat

disimpulkan

sebagai

berikut:

Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah
menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information. Tidak ada negara yang
mampu untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke luar negara lain, karena batasan antara
negara tidak dikenal dalam virtual world of computer. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN,
GlobalNet, Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat.
Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti efektif untuk
menangkal segala hal yang berhubungan dengan penciptaan dan aliran informasi. Perusahaanperusahaan pun sudah tidak terikat pada batasan fisik lagi. Melalui virtual world of computer,
seseorang dapat mencari pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan
jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas melalui

jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace


melalui electronic transaction dengan mempergunakan electronic money. Tidak jarang perusahaan
yang akhirnya harus mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya, terutama yang bergelut di bidang
pemberian jasa. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan perangkat canggih teknologi informasi telah
merubah mindset manajemen perusahaan sehingga tidak jarang terjadi perusahaan yang banting stir
menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau yang sedang berkembang, dilema mengenai
pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di suatu sisi banyak perusahaan yang belum siap
karena struktur budaya atau SDM-nya, sementara di pihak lain investasi besar harus dikeluarkan untuk
membeli perangkat teknologi informasi. Tidak memiliki teknologi informasi, berarti tidak dapat
bersaing dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias harus gulung tikar.
Sumber:

James

Cash et.al.,

1992.

Hal terakhir yang paling memusingkan kepala manajemen adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis
yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang terjadi tidak
hanya sebagai dampak kompetisi yang sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor external
lain seperti politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara tidak langsung
menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi
dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang di tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi
perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun.
Dengan mencermati keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok
untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi negara
maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis objek,
seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management
System),
PERUBAHAN

Object

Technology,
POLA

Distributed
PIKIR

Object,

dan
SEBAGAI

lain

sebagainya.
SYARAT

Dari keempat era di atas, terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi informasi sejak
dipergunakannya komputer dalam industri hingga saat ini terkait erat satu dan lainnya. Memasuki
abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi informasi. Mempergunakan
teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus merubah mindset. Merubah mindset merupakan
hal yang teramat sulit untuk dilakukan, karena pada dasarnya people do not like to change. Kalau
pada saat ini dunia maju dan negara-negara tetangga Indonesia sudah memiliki komitmen khusus
untuk mengambil bagian dalam penciptaan komponen-komponen sistem informasi, bagaimana
dengan Indonesia? Masih ingin menjadi negara konsumen? Atau sudah mampu menjadi negara
produsen? Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahulu di setiap manusia Indonesia adalah
kemauan untuk berubah. Tanpa willingness to change, sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat

memanfaatkan teknologi informasi untuk membangun kembali bangsa yang hancur ditelan krisis saat
ini.
Rekayasa
From

ulang

Wikipedia,

the

free

proses

encyclopedia

Dari

bisnis

Wikipedia,

ensiklopedia

bebas

Business process reengineering (BPR) is, in computer science and management , an approach aiming
at improvements by means of elevating efficiency and effectiveness of the business process that exist
within and across organizations. Rekayasa ulang proses bisnis (BPR) adalah, dalam ilmu komputer dan
manajemen, suatu pendekatan yang bertujuan perbaikan dengan cara menaikkan efisiensi dan
efektivitas dari proses bisnis yang ada di dalam dan di seluruh organisasi. The key to BPR is for
organizations to look at their business processes from a clean slate perspective and determine how
they can best construct these processes to improve how they conduct business. Kunci untuk BPR bagi
organisasi untuk melihat proses bisnis mereka dari yang bersih perspektif dan menentukan
bagaimana mereka dapat membuat proses-proses ini yang terbaik untuk meningkatkan cara mereka
menjalankan bisnis.
Business

Process

Reengineering

Cycle.

Business

Process

Reengineering

Siklus.

Business process reengineering is also known as BPR, Business Process Redesign, Business
Transformation, or Business Process Change Management. Rekayasa ulang proses bisnis juga dikenal
sebagai BPR, Business Process Redesign, Business Transformation, atau Business Process Change
Management. Reengineering is a fundamental rethinking and radical redesign of business processes to
achieve dramatic improvements in cost, quality, speed, and service. Reengineering adalah pemikiran
ulang yang fundamental dan radikal desain ulang proses bisnis untuk mencapai perbaikan dramatis
dalam biaya, kualitas, kecepatan, dan pelayanan. BPR combines a strategy of promoting business
innovation with a strategy of making major improvements to business processes so that a company
can

become

much

stronger

and

more

successful

competitor

in

the

marketplace.

BPR

menggabungkan strategi untuk mempromosikan inovasi bisnis dengan strategi membuat perbaikan
besar untuk proses bisnis sehingga perusahaan dapat menjadi jauh lebih kuat dan lebih sukses
pesaing

di

pasar.

The main proponents of reengineering were Michael Hammer and James A. Champy . Pendukung
utama rekayasa ulang adalah Michael Hammer dan James A. Champy. In a series of books including
Reengineering the Corporation , Reengineering Management , and The Agenda , they argue that far
too much time is wasted passing-on tasks from one department to another. Dalam serangkaian buku
termasuk Reengineering the Corporation, Reengineering Management, dan The Agenda, mereka
berpendapat bahwa terlalu banyak waktu yang terbuang lewat-on tugas dari satu departemen yang
lain. They claim that it is far more efficient to appoint a team who are responsible for all the tasks in

the process. Mereka mengklaim bahwa hal itu jauh lebih efisien untuk menunjuk sebuah tim yang
bertanggung jawab untuk semua tugas-tugas dalam proses. In The Agenda they extend the argument
to include suppliers, distributors, and other business partners. Dalam The Agenda mereka
memperpanjang argumen untuk menyertakan pemasok, distributor, dan mitra bisnis lainnya.
Re-engineering is the basis for many recent developments in management. Re-engineering merupakan
dasar bagi banyak perkembangan baru dalam manajemen. The cross-functional team , for example,
has become popular because of the desire to re-engineer separate functional tasks into complete
cross-functional processes. Para tim lintas-fungsi, misalnya, telah menjadi populer karena keinginan
untuk kembali insinyur terpisah ke dalam menyelesaikan tugas-tugas fungsional lintas proses
fungsional. Also, many recent management information systems developments aim to integrate a wide
number of business functions. Enterprise resource planning , supply chain management , knowledge
management systems, groupware and collaborative systems , Human Resource Management Systems
and customer relationship management systems all owe a debt to re-engineering theory. Selain itu,
banyak baru-baru ini sistem informasi manajemen perkembangan bertujuan untuk mengintegrasikan
berbagai fungsi bisnis sejumlah. Enterprise Resource Planning, manajemen rantai suplai, manajemen
pengetahuan sistem, groupware dan sistem kolaboratif, Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia dan
manajemen

hubungan

pelanggan

sistem

semua

berutang

Menciptakan

BERSAING

DENGAN

SECTION

kembali

-teori

Virtual
MENGGUNAKAN

Company

TEKNOLOGI

DASAR-DASAR

rekayasa.

INFORMASI

KEUNGGULAN

STRATEGI

Sistem informasi (SI) dipandang bukan sekedar sebagai pendukung bagi operasi bisnis yang efisien
dan pengambilan keputusan bisnis yang efektif. Teknologi informasi dapat mengubah cara persaingan
dalam bisnis. Oleh karenanya SI memiliki peran strategis dalam menentukan strategi bersaing untuk
membentuk keunggulan kompetitif, mengurangi faktor-faktor yang mereduksi keunggulan kompetitif,
dan mencapai tujuan-tujuan strategis lain perusahaan dalam lingkungan bisnis yang dinamis sekarang
ini.
Perusahaan hanya akan bertahan sukses dalam jangka panjang apabila berhasil membangun strategi
untuk

menghadapi

persaingan

dengan

ancaman

masuknya

tekanan

persaingan

kompetitor

yang

pendatang

ancaman

(competitive

sudah
barang

forces)

ada
ke

dalam
dalam

produk

posisi

tawar

(bargaining

yaitu:
industri
industri
pengganti

power)

konsumen

posisi tawar (bargaining power) pemasok


Strategi
Strategi

dasar

untuk
Cost

menghadapi

tekanan

Leadership,

persaingan
dengan

tersebut

adalah:
cara:

a.

Menjadi

Produsen

b.

Membantu

pemasok

c.

Meningkatkan

a.
b.

cara

memfokuskan

pada

(cost)

rendah

mengurangi

yang

dikeluarkan

biaya
kompetitor

dengan

men-diferensiasi
ceruk

biaya

kosumen

Differensiasi,

Mengembangkan
Dapat

dan

biaya

Strategi

dengan

pasar

produk
(niche

cara:

perusahaan

of

market)

dari

atau

kompetitor

segmen

Strategi

tertentu
Inovasi

Menemukan

cara

baru

Produk

dalam

atau

berbisnis,

dengan:

yang

unik

jasa

Pasar

yang

unik

Perubahan radikal pada proses bisnis untuk mengubah struktur fundamental industri, sebagai contoh
adalah

Amazon

menggunakan

Strategi

jasa

sistem

Pertumbuhan,

a.

ke

Diversikasi

produksi
pasar

produk

penuh
cara:

kapasitas

Ekspansi

c.

secara

dengan

Ekspansi

b.

online

atau

global
jasa

baru

Sebagai contoh adalah Wal-Mart menggunakan global satellite tracking untuk pemesanan barang
Strategi

Aliansi

Membangun ikatan dan aliansi dengan konsumen, pemasok, kompetitor, konsultan dan perusahaan
lain

misalnya

dengan

merger,

akuisisi,

KSO

(joint

ventures),

perusahaan

maya

Contoh: Wal-Mart memakai otomasi pengisian persediaan oleh pemasok secara otomatis
Penggunaan

Teknologi

Informasi

dalam

strategi

dasar

Sumber: Introduction to Information System, Obrien/Marakas


Strategi
Strategi

Bersaing
lain

disamping

strategi

dasar

Lainnya
yang

dapat

diterapkan

adalah:

1. Lock in customers and suppliers, mengunci konsumen dan pemasok yang juga mengunci masuknya
kompetitor. Hal ini dilakukan dengan cara menciptakan hubungan baru yang sangat bernilai, yang
akan mencegah berpindah ke kompetitor. SI yang digunakan menimbulkan switching costs jika
berpindah ke kompetitor. Konsumen dan pemasok dibuat tergantung pada SI yang iovatif.
Barriers to entry, TI yang memperbaiki operasi dan meningkatkan inovasi menciptakan penghalang
bagi kompetitor. Sehingga kompetitor akan enggan untuk masuk ke pasar atau mengharuskan
investasi yang besar dalam TI untuk mampu bersaing.

Membangun

bisnis

dengan

customer-focused

Perusahaan yang dapat membangun bisnis yang berfokus pada customer adalah bagaimana dia
dapat

Mempertahankan

Dapat

agar

mengantsisipasi

Mampu

Menyediakan

customers

kebutuhan

masa

merespon
pelayanan

loyal

yang

kan

datang

kekhawatiran

yang

berkualitas

tinggi

customer
kepada

customer

Perusahaan-perusahaan yang mempunyai fokus pada customer value, mengakui bahwa kualitas
adalah segala-galanya bukan pada harga. Perusahaan yang secara konsisten mampu menyediakan
kualitas

yang

Bagaimana

terbaik

akan

perusahaan
Mampu

memberikan

agar

dapat

Dapat

menyediakan

Mampun

menyediakan

produk

bagi

customernya.

customer

preferensi

Mengikuti

value

menyediakan

menelusuri

competitive

value

dari

pelanggan

trend
dan

pelayanan

service

kepada

kapan

customer

pasar
saja

sesuai

dan

dengan

dimana
yang

saja;

diinginkan

Memanfaatkan Customer Relationship Management (CRM) systems untuk dapat focus kepada
customer
Value

Chain

dan

Strategi

Information

System

Salah satu teori yang dikembangkan oleh Michael Porter adalah teori value chain. Teori ini
menggambarkan bahwa sebuah perusahaan adalah suatu rangkaian bentuk aktivitas dasar yang
mempunyai fungsi menambah value bagi produk dan jasa yang dihasilkan. Akitivitas yang dilakukan
oleh

perusahaan

terdiri

dari

Primary processes, yaitu suatu aktivitas proses yang berhubungan langsung dengan proses
manufaktur

atau

penyediaan

produk.

Support processes, yaitu aktivitas proses yang dari waktu ke waktu memberikan dukungan terhadap
perusahaan dan secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada produk dan jasa yang
dihasilkan.
Konsep value chain digambarkan sebagai berikut :
Dengan mengaplikasikan value chain dalam maka perusahaan dapat ikut serta dalam strategi
kompetitif untuk memberikan nilai yang terbaik pada produk atau jasa yang dihasilkan.
SECTION

II

PENGGUNAAN

TI

UNTUK

KEUNGGULAN

STRATEGIS

Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam penggunaan teknologi informasi. Banyak

perusahaan memanfaatkan teknologi informasi sebagai keunggulan kompeititif yang membedakan


dengan perusahaan lainnya dalam satu pasar.
Salah satu dari implementasi yang sangat penting dari strategi kompetitif adalah bussiness process
reenginerring (BPR), yaitu suatu proses melakukan pemikiran ulang yang mendasar dan desain
kembali secara radikal dalam proses bisnis untuk menghasilkan perubahan yang luar biasa pada cost,
kecepatan, kualitas dan pelayanan. Apabila implementasi dari BPR ini berhasil maka yang akan
didapat adalah sesuatu yang luar bisa pula, namun apabila sebaliknya maka akan mengandung resiko
kegagalan yang berakibat pada cost yang besar pula.
BPR berbeda dengan business improvement, perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di atas.
Teknologi informasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam reenginerring perusahaan.
Kecepatan, kapabilitas proses informasi dan koneksivitas dengan komputer dan teknologi internet
dapat menjadi unsur untuk meningkatkan efisisensi proses bisnis seperti halnya komunikasi dan
kolaborasi dari pihak-pihak yang bertanggungjawab dari operasionalisasi perusahaan.
Menjadi

perusahaan

yang

tangkas/gesit

(agile)

Agility dalam sebuah kinerja bisnis dapat diartikan sebagai keberhasilan perusahaan dalam
mengahadapi perubahan yang sangat cepat, dan pasar global yang semakin terpisah pisah sesuai
dengan tuntutan akan kualitas tinggi, kinerja baik dan semakin personal sesuai keinginan konsumen
Agile Company memperoleh penghasilan dengan strategi nemtang produk yang lebar, daur hidup
produk yang pendek, dan melakukan mass customization dengan cara memproduksi barang dengan
jenis

sedikit,

namn

dalam

jumlah

yang

banyak.

Perusahaan amat bergantung dengan teknologi internet untuk mengintegrasikan dan mengatur proses
bisnis dalam menyediakan kekuatan pengolahan data massal konsumen selayaknya data individu
Untuk

mewujudkan

Agile

company,ada

strategy

dasar

yang

harus

dilaksanakan:

Konsumen harus mengetahui bahwa produk perusahaan adalah solusi individu atas maalah yang
dihadapi, sehingga harga produk dapat ditetapkan dengan basis nilai (value) sebagai sebuah solusi,
dibandingkan

dengan

harga

produksi

semata

Bekerjasama dengan konsumen, suplier dan kompetitor agar dapat menyediakan produk di pasar
dengan

segera

dan

biaya

seefektif

mungkin

Mengatur perusahaan sehingga dapat berkembang pesat dalam keadaanyang selalu berubah dan
diliputi ketidakpastian. Cara yang dilakukan dengan menerapkan struktur organisasi fleksibel yang
mengacu

pada

kesempatan

Melipatgandakan dampak dari sdm dan pengetahuan yang dimiliki

di

pasar

Menciptakan

perusahaan

virtual

(VC-Virtual

Company)

VC adalah perusahaan yang menggunakan teknologi informasi untuk menghubungkan manusia,


organisasi,

aset

dan

gagasan/pikiran.

VC menciptakan jaringan informasi melaui jaringan internet, intranet dan ekstranet. Juga menciptakan
Interenterprise information systems dengan pemasok, konsumen, subkontraktor dan supplier.
Strategi

VC

A company facing a new market opportunity might not have the time or resources to develop the
manufacturing and distribution infrastructures, the competencies or the IT needed. By forming a virtual
company

with

an

alliance

with

others

it

Starategi

quickly

provide

the

solution

yang
Berbagi

infrastruktur

Menghubungkan

Meningkatkan

can

Memperoleh

akses

resiko
inti

efisiensi

Meningkatkan

diterapkan:

dan

kompetensi
waktu

pasar

dengan

persekutuan

saling

berhubungan

yang
&

fasilitas

kepada

kas

melalui

dan

baru

needed

dan

sharing

cakupan

share

market

atau

pasar

loyalitas

konsumen

Beralih dari sekedar menjual produk menjadi menjual solusi


Membangun

Knowledge

Creating

Company

Untuk memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, perusahaan harus menjadi Knowledge
Creating

Companies

learning

organization.

Karakteristik
Secara

:
konsisten

menciptakan

Menyebarkannya
Mengaplikasikan
Ada

new

keseluruh
pengetahuan
macam

tersebut

business

knowledge

bagian
kedalam

knowledge

produk

yang

atau

perusahaan
jasa

dikembangkan

yang

dihasilkan.
perusahaan:

Explicit knowledge: data, dokumen, dan seluruh hal yang tertulis atau yang tersimpan didalam
komputer
Tacit

knowledge:

how-to

knowledge

yang

ada

dalam

pikiran

masing

masing

pekerja

Tacit Knowledge seringkali menggambarkan informasi terpenting dari sebuah organisasi, namun tidak
tercatat secara tertulis tetapi berada didalam akal/pikiran masing masing karyawan. Learning
organization menciptakan system yang memungkinkan Tacit knowledge dapat diakses seluruh
karyawan.
Dari diagram diatas, dijelaskan bahwa knowledge management yang sukses, menciptakan teknik,
teknologi, sistem dan reward/insentif yang mendorong karyawan untuk membagikan pengetahuan
yang dimiliki sehingga secara akumulasi meningkatkan workplace and enterprise knowledge.
Perusahaan membangun Knowledge Management System (KMS) untuk mengelola pembelajaran

organisasi dan bisnis. Tujuan dari KMS: Menciptakan sistem yang memfasilitasi karyawan untuk
menciptakan, mengelola secara sistematis dan membuat knowledge tersedia kapanpun dan
dimanapun dibutuhkan didalam organisasi. Dalam informasi ini termasuk proses, prosedur, paten,
referensi kerja, dan formula, best practise, peramalan dan kepastian. KMS didesain untuk menyediakan
imbal balik/feedback secara cepat kepada karyawan, mendorong perubahan perilaku, dan perubahan
kinerja bisnis secara signifikan. Knowledge yang ada akan diimplementasikan dalam proses bisnis,
produk dan jasa yang dihasilkan. Integrasi ini menjadikan perusahaan menjadi lebih innoovative dan
agile dalam menyediakan produk dan layanan pelanggan berkualitas.
Manajemen

Pengetahuan

(knowledge

management)

Pada tahun 1992, Bruce Kogut dan Udo Zander memperkenalkan kontribusi pemikirannya yang
memperkuat pemikiran Michael Polanyi (1966) tentang pengetahuan sebagai sumberdaya organisasi
yang paling menentukan kinerja organisasi. Polanyi (1966) membagi pengetahuan menjadi implicit
(yang terdapat pada manual, sistem dan prosedur dan sejenisnya) dan tacit (yang terdapat pada
pengalaman dan pengetahuan yang tidak tertulis lainnya). Menurutnya, ada dimensi yang tidak
tertulis di dalam sistem dan prosedur perusahaan yang melekat pada setiap individu di dalam
perusahaan. Kogut dan Zander (1992) menerjemahkan perlunya proses pembelajaran yang
mengintegrasikan pembelajaran internal dan eksternal kedalam sebuah konsep kapabilitas yang
dikenal dengan combinative capabilities. Keduanya membedakan pengetahuan dari sisi informasi dan
know-how.
Pemikiran Kogut dan Zander tersebut intinya menyatakan bahwa perubahan kondisi pasar harus
dihadapi organisasi dengan menjalankan pengelolaan teknologi yang berbasis prinsip manajemen
pengetahuan, baik yang berupa informasi maupun know-how, dimana pengetahuan menjadi
sumberdaya yang menentukan keunggulan perusahaan. Pemikiran ini selanjutnya diperkuat oleh
Senge (1990), Nonaka dan Takeuchi (1995) dan lain-lain. Oleh karena itu, pengetahuan baru harus
dikembangkan terus menerus agar perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif pada
lingkungan usaha masing-masing.
Meskipun resource-based view (RBV) telah berkembang tersendiri, sebagian peneliti berpandangan
bahwa manajemen pengetahuan ini merupakan pengembangan dari RBV (Teece et al., 1997) yang
merupakan perluasan dari kekuatan sumberdaya yang memiliki keunggulan penguasaan sumberdaya,
diantaranya

sumberdaya

pengetahuan.

Menurut

Nonaka

dan

Takeuchi

(1995),

manajemen

pengetahuan didefinisikan sebagai: proses penciptaan pengetahuan, teknologi dan sistem baru
secara kontinyu, penyebaran secara luas melalui organisasi dan mewujudkannya dalam bentuk produk
atau jasa baru dengan cepat, serta membuat perubahan dalam organisasi.

Penulis mencatat bahwa Nonaka dan Takeuchi (1995) memperkuat pandangan Polanyi (1966) dan
Kogut dan Zander (1992) yang menyatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu:
(i) pengetahuan eksplisit (explicit knowledge), diekspresikan dalam bentuk kata-kata, nomor, bunyi,
data, rumus, visual, audio visual, spesisfikasi produk, atau bentuk manual. Pengetahuan ini dapat
ditransfer

secara

formal

dan

sistematis

kepada

individu

dan

kelompok;

dan

(ii) pengetahuan implisit (tacit knowledge), tidak mudah dilihat dan diekspresikan. Tacit knowledge
cenderung lebih bersifat personal, sulit untuk diformalkan, sulit untuk dikomunikasikan atau
disebarkan kepada yang lain. Intuisi subyektif dan firasat merupakan bentuk tacit knowledge.
Pengetahuan ini merupakan pengetahuan mendasar dalam diri seseorang seperti cita-cita, nilai atau
emosi.
Suatu organisasi membuat dan menggunakan pengetahuan dengan mengkonversi pengetahuan
implisit

menjadi

eksplisit

dan

begitu

sebaliknya.

Selanjutnya

Takeuchi

and

Nonaka

(2004)

mengidentifikasi empat gaya konversi pengetahuan, yaitu: (i) socialization (sosialisasi) dari tacit
menjadi tacit. Merupakan pembuatan dan penyebaran tacit knowledge melalui pengalaman langsung,
dari individu ke individu; (ii) externalization (eksternalisasi) dari tacit menjadi eksplisit. Merupakan
artikulasi tacit knowledge melalui dialog dan refleksi, yaitu dari individu ke kelompok; (iii) combination
(kombinasi) dari eksplisit ke eksplisit. Merupakan sistematika dan aplikasi pengetahuan eksplisit dan
informasi, dari kelompok ke organisasi; dan (iv) internalization (internalisasi), dari eksplisit menjadi
tacit, mempelajari dan memenuhi praktek tacit knowledge yang baru, dari organisasi ke individu.
Perspektif manajemen pengetahuan inilah yang memperkuat pandangan RBV, dimana aset spesifik
perusahaan yang berupa sumberdaya dan kapabilitas yang unik dan sulit ditiru sebagai basis
keunggulan, memasukkan unsur pengetahuan sebagai sumberdaya spesifik yang terus-menerus dapat
dikembangkan di dalam perusahaan, dan potensial menjadi sumber inspirasi perubahan yang terus
menerus. Pengetahuan adalah sumber utama terjadinya proses inovasi terus-menerus (Drucker, 1998)
dan penguatan kompetensi (Sanchez dan Heine, 2004). Telah teruji bahwa menciptakan lingkungan
perusahaan yang responsif terhadap berbagai pengetahuan baru akan menciptakan kinerja
perusahaan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai