KOMPETITIF
DALAM
OPERASIONAL PERUSAHAAN
{ Oktober 23, 2009 @ 3:53 am } { Uncategorized }
TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis
untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah
data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses
secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk
kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk
profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal
batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat
menghambat bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai
sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah
dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan
berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e, seperti e-commerce, e-government, e-education, elibrary, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis
elektronika.
EMPAT ERA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMPUTER:
Tidak dapat disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang datangnya
lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat teknologi informasi.
Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine,
intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara
teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem
informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk
diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.
Tidak berlebihan jika salah satu pakar IBM menganalogikannya dengan perkembangan otomotif
sebagai berikut: seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini
telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan
maximum 10,000 km/jam, dengan harga beli hanya sekitar 1 dolar Amerika !. Secara mikro, ada hal
cukup menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang ada
secara signifikan mempengaruhi persaingan antara perusahaan-perusahaan di dunia, khususnya yang
bergerak di bidang jasa. Secara garis besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem
informasi, yang dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era
tersebut (Cash et.al., 1992) terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer
yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan
modern. Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat
mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era modern. Oleh karena itu dapat
dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang
masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi
informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang mempengaruhi
behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui perusahaan
dengan peralatan komputer yang tercanggih,
administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun
1960-an.
ERA
KOMPUTERISASI
Periode ini dimulai sekitar tahun 1960-an ketika mini computer dan mainframe diperkenalkan
perusahaan seperti IBM ke dunia industri. Kemampuan menghitung yang sedemikian cepat
menyebabkan banyak sekali perusahaan yang memanfaatkannya untuk keperluan pengolahan data
(data processing). Pemakaian komputer di masa ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, karena
terbukti untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, mempergunakan komputer jauh lebih efisien (dari segi
waktu dan biaya) dibandingkan dengan mempekerjakan berpuluh-puluh SDM untuk hal serupa. Pada
era tersebut, belum terlihat suasana kompetisi yang sedemikian ketat. Jumlah perusahaan pun masih
relatif sedikit. Kebanyakan dari perusahaan perusahaan besar secara tidak langsung memonopoli
pasar-pasar tertentu, karena belum ada pesaing yang berarti. Hampir semua perusahaan-perusahaan
besar yang bergerak di bidang infrastruktur (listrik dan telekomunikasi) dan pertambangan pada saat
itu membeli perangkat komputer untuk membantu kegiatan administrasinya sehari-hari. Keperluan
organisasi yang paling banyak menyita waktu komputer pada saat itu adalah untuk administrasi back
office, terutama yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan. Di pihak lain, kemampuan
mainframe untuk melakukan perhitungan rumit juga dimanfaatkan perusahaan untuk membantu
menyelesaikan problem-problem teknis operasional, seperti simulasi-simulasi perhitungan pada
industri
pertambangan
ERA
dan
manufaktur.
TEKNOLOGI
INFORMASI
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah membawa komputer memasuki
masa-masa revolusi-nya. Di awal tahun 1970-an, teknologi PC atau Personal Computer mulai
diperkenalkan sebagai alternatif pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yang dapat
ditaruh di meja kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau informasi
yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan mini
computer, bahkan mainframe). Kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan
efisiensi, namun lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak seperti
halnya pada era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi milik pribadi Divisi EDP (Electronic
Data
Processing)
perusahaan, di era kedua ini setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer,
seperti untuk mengolah database, spreadsheet, maupun data processing (end-user computing).
Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama didukung dengan alam
kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar bebas. Secara tidak langsung,
perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien dan efektif dibandingkan
perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola secara manual. Pada era inilah komputer
memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetitif
bagi
perusahaan,
terutama
yang
bergerak
di
bidang
pelayanan
atau
jasa.
Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an.
Salah satu teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan
(change management). Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahan ditekankan
pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan yang ingin menang dalam persaingan bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya
yang lebih menekankan pada unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih
ditekankan adalah sistem informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen
dari sistem tersebut. Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah penciptaan
dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi di dalam perusahaan dianalogikan
sebagai darah dalam peredaran darah manusia yang harus selalu mengalir dengan teratur, cepat,
terus-menerus, ke tempat-tempat yang membutuhkannya (strategis). Ditekankan oleh beberapa ahli
manajemen, bahwa perusahaan yang menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di
dalam lingkungan makro regulated free market. Di dalam periode ini, perubahan secara filosofis dari
perusahaan tradisional ke perusahaan modern terletak pada bagaimana manajemen melihat kunci
kinerja perusahaan. Organisasi tradisional melihat struktur perusahaan sebagai kunci utama
pengukuran kinerja, sehingga semuanya diukur secara hirarkis berdasarkan divisi-divisi atau
departemen. Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas telah menyebabkan customers
harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di pasaran, proses penciptaan produk atau
pelayanan (pemberian jasa) kepada pelanggan merupakan kunci utama kinerja perusahaan. Keadaan
ini sering diasosiasikan dengan istilah-istilah manajemen seperti market driven atau customer base
company yang pada intinya sama, yaitu kinerja perusahaan akan dinilai dari kepuasan para
pelanggannya. Sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan komputer dan teknologi
informasi, yang digabungkan dengan komponen lain seperti proses, prosedur, struktur organisasi,
SDM, budaya perusahaan, manajemen, dan komponen terkait lainnya, dalam membentuk sistem
informasi yang baik, merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan secara strategis.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada kualitas pelayanan. Pada
dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau jasa yang dibutuhkannya, akan mencari
perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut: cheaper (lebih murah), better (lebih baik), dan
faster (lebih cepat). Disinilah peranan sistem informasi sebagai komponen utama dalam memberikan
keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja perusahaan adalah pada proses
yang terjadi baik di dalam perusahaan (back office) maupun yang langsung bersinggungan dengan
pelanggan (front office). Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses (business process) yang
efisien, efektif, dan terkontrol dengan baiklah sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang handal.
Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an terlihat banyak sekali
perusahaan yang melakukan BPR (BusinessProcess Reengineering), re-strukturisasi, implementasi ISO9000,
implementasi
TQM,
instalasi
dan
pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN), dan lain sebagainya. Utilisasi teknologi
informasi terlihat sangat mendominasi dalam setiap program manajemen perubahan yang dilakukan
perusahaan-perusahaan
ERA
GLOBALISASI
INFORMASI
Belum banyak buku yang secara eksplisit memasukkan era terakhir ini ke dalam sejarah evolusi
teknologi informasi. Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an,
perkembangan dibidang teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) sedemikian pesatnya,
sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial. Ketika
sebuah seminar internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco pada tahun 1996,
para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalam penelitian untuk memperkenalkan
internet ke dunia industri pun secara jujur mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga
perkembangan internet akan menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam
adalah benih pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi menjulang.
Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi sejak awal tahun
1990-an
ini,
namun
fakta
yang
terjadi
dapat
disimpulkan
sebagai
berikut:
Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah
menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information. Tidak ada negara yang
mampu untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke luar negara lain, karena batasan antara
negara tidak dikenal dalam virtual world of computer. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN,
GlobalNet, Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat.
Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti efektif untuk
menangkal segala hal yang berhubungan dengan penciptaan dan aliran informasi. Perusahaanperusahaan pun sudah tidak terikat pada batasan fisik lagi. Melalui virtual world of computer,
seseorang dapat mencari pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan
jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas melalui
jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace
melalui
electronic
transaction
dengan
mempergunakan
electronic
money.
Tidak jarang perusahaan yang akhirnya harus mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya,
terutama yang bergelut di bidang pemberian jasa. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan perangkat
canggih teknologi informasi telah merubah mindset manajemen perusahaan sehingga tidak jarang
terjadi perusahaan yang banting stir menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau yang
sedang berkembang, dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di suatu sisi
banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau SDM-nya, sementara di pihak lain
investasi besar harus dikeluarkan untuk membeli perangkat teknologi informasi. Tidak memiliki
teknologi informasi, berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias
harus
gulung
tikar.
Hal terakhir yang paling memusingkan kepala manajemen adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis
yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang terjadi tidak
hanya sebagai dampak kompetisi yang sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor external
lain seperti politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara tidak langsung
menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi
dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang di tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi
perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun.
Dengan mencermati keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok
untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi negara
maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis objek,
seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management
System),
PERUBAHAN
Object
Technology,
POLA
Distributed
PIKIR
Object,
dan
SEBAGAI
lain
sebagainya.
SYARAT
Dari keempat era di atas, terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi informasi sejak
dipergunakannya komputer dalam industri hingga saat ini terkait erat satu dan lainnya. Memasuki
abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi informasi. Mempergunakan
teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus merubah mindset. Merubah mindset merupakan
hal yang teramat sulit untuk dilakukan, karena pada dasarnya people do not like to change. Kalau
pada saat ini dunia maju dan negara-negara tetangga Indonesia sudah memiliki komitmen khusus
untuk mengambil bagian dalam penciptaan komponen-komponen sistem informasi, bagaimana
dengan Indonesia? Masih ingin menjadi negara konsumen? Atau sudah mampu menjadi negara
produsen? Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahulu di setiap manusia Indonesia adalah
kemauan untuk berubah. Tanpa willingness to change, sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat
memanfaatkan teknologi informasi untuk membangun kembali bangsa yang hancur ditelan krisis saat
ini.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan implementasi TI(Teknologi Informasi)
di
perusahaan
Sejak pertengahan tahun 1990-an kita menyaksikan munculnya internet yang disebut media sebagai
lahirnya ekonomi baru (new economy). Lahirnya new economy itu telah mengubah secara mendasar
manajemen dari sebuah perusahaan besar yang ada didunia terutama dalam memberikan value
kepada pelanggan. Terutama pada Teknologi Informasi yang menggerakkan nilai ekonomi secara
cepat, informasi berjalan begitu hebat dengan produk-produk yang bahkan bisa dipajangkan secara
didigitalkan.
Kertas-kertas brosur yang masih laris di negara kita kini, di negara-negara maju telah berganti dengan
iklan-iklan elektronik yang biasanya dikirimkan secara serempak kepada ribuan bahkan jutaan pasar
potensial mereka lewat internet. Walaupun tindakan ini sekarang tengah mengalami polemik dan
dianggab menganggu privasi orang dan dikategorikan sebagai gangguan atau spammer, namun target
utama yang ingin dicapai oleh produsen yaitu informasi produk kepada konsumen telah tercapai
dengan
sukses.
Saat ini, penggunaan Teknologi Informasi di perusahaan semakin meningkat tidak hanya untuk proses
operasional sehari-hari, tetapi sudah pada proses membantu pengambilan keputusan. Bahkan, pada
beberapa sektor industri, ketergantungan terhadap Teknologi Informasi sudah sangat besar seperti
pada sektor perbankan dan keuangan. Namun demikian, perusahaan juga tidak bisa secara gegabah
mengeluarkan
investasi
untuk
implementasi
Teknologi
Informasi,
karena
tentu
saja
harus
memperhitungkan cost dan benefit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan
semacam blue print yang sering disebut sebagai IT Master Plan sebagai dasar perusahaan dalam
melakukan implementasi Teknologi Informasi. IT Master Plan pada intinya berisi rencana strategis
perusahaan dalam mengimplementasikan dan membangun sistem informasi di Perusahaan. Di
dalamnya berisi pedoman kebutuhan sistem informasi seperti apa yang diperlukan perusahaan. Maka
ditinjau dari aspek keuangan, langkah awal yaitu sdimulai dengan melakukan kajian biaya dan
manfaat
atau
yang
lebih
dikenal
sebagai
cost
and
benefit
analysis.
Pada masa-masa awal perkembangan komputer di dunia bisnis, memang sejumlah praktisi manajemen
merasa cukup puas dengan penggunaan instrumen analisa keuangan seperti ROI (Return On
Investment) dalam memperbandingkan biaya dan manfaat. Hal ini disebabkan karena pada saat itu,
value atau manfaat yang diberikan oleh komputer bagi dunia bisnis masih terbatas pada
peningkatan efisiensi proses kerja atau penggunaan sumber daya. Karena formula matematis
perhitungan efisiensi tersebut cukup mudah dengan memperbandingkan output dan input dari
sebuah proses tertentu maka dapat dilakukan komparasi antara kinerja perusahaan sebelum dan
sesudah aplikasi diterapkan. Selisih tingkat efisiensi itulah yang kemudian dianggap sebagai manfaat
yang diperoleh perusahaan karena perbedaannya dapat dengan mudah dikonversikan ke dalam
satuan finansial seperti mata uang rupiah atau dolar. Maka ROI dapat dengan mudah dihitung dengan
cara membandingkan hasil perhitungan tersebut dengan total biaya investasi pengembangan aplikasi
yang
dikeluarkan.
Dalam perkembangannya, ternyata teknologi informasi tidak sekedar memberikan manfaat efisiensi
semata, namun lebih jauh lagi menawarkan beragam jenis value yang lain, seperti: peningkatan
efektivitas, perbaikan kontrol internal, penciptaan keunggulan kompetitif, pembentukan citra atau
image usaha, pemutakhiran proses kerja, percepatan pengambilan keputusan, penghapusan
kesalahan operasional, dan lain sebagainya. Ketika aplikasi telah menyentuh manfaat yang
intangible dan unquantifiable inilah maka model analisis keuangan konvensional dirasa tidak
memadai lagi. Oleh karena itulah ditemukan dan diperkenalkan sejumlah pendekatan atau model lain
ke dalam dunia usaha untuk mengukur keberhasilan sekaligus manfaat dari penerapan sebuah aplikasi
teknologi informasi, seperti: Strategic Analysis and Evaluation, Value Chain Assessment, Relative
Competitive Performance, Proportion of Management Vision Achieved, Return On Management,
Information
Economics,
Multi-Objective
Multi-Criteria
Method,
dan
lain
sebagainya.
baik.
Yang diperlukan sebuah perusahaan diera new economy saat ini adalah satu solusi pengolahan data
yang terkoneksi satu dengan lainnya, atau dikenal sebagai Aplication Databased Driven Technology.
Dengan terintegrasinya data-data perusahaan antar unit yang satu dengan unit yang lainya, maka
data aktual dalam bentuk efile yang dibutuhkan secara cepat dapat dianalisa untuk kepentingan
perusahaan.
Untuk sebuah bisnis ritel misalnya, diperlukan Flow of Information untuk memenuhi kebutuhan data
mulai dari ketersediaan barang di setiap toko. Karena setiap barang material yang dibutuhkan oleh
satu gerai dengan gerai lainnya tidaklah sama. Kebutuhan barang setiap toko ditentukan oleh lokasi
toko tersebut. Misalnya toko anda yang berada di cabang toko 1 berbeda dengan toko yang berada di
cabang 2, karena target pasar dari kedua toko yang berada di dua mal tersebut berbeda.
Maka dengan solusi bisnis yang terintegrasi ini diharapkan tak akan pernah terjadi kekurangan stok
barang di dua toko tersebut. Sistem akan mengolah data sehingga kebutuhan barang disatu toko terus
terpantau yang artinya perusahaan dapat secara mudah perusahaan mengatur stok barang ke toko.
Jika sistem ini berjalan lancar, maka tak lagi diperlukan pengecekan berkali-kali dan gudang dalam
jumlah
banyak.
Sebagai enabler, TI memang kian dibutuhkan perusahaan. Tak heran jika semakin banyak perusahaan
yang rela merogoh koceknya lebih dalam lagi untuk melengkapi operasional perusahaannya dengan
dukungan TI. Tapi, dalam setiap investasi TI, sebuah pertanyaan sederhana hampir selalu muncul.
Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapat manfaat yang dijanjikan oleh implementasi TI
itu?
Banyak cara yang digunakan untuk menghitung besarnya investasi TI. Yang paling sering dan paling
mudah
dilakukan
adalah
mengkalkulasi
harga
pembelian
hardware
hingga
biaya
perijinan
baru.
Namun, cara yang sangat sederhana itu ternyata sangat tidak relevan dengan realita yang dihadapi.
Pasalnya, setelah seluruh proses pembelian dilakukan, perusahaan masih harus mengeluarkan biayabiaya tambahan, baik saat implementasi dilakukan maupun setelah proyeknya berjalan. Belum lagi
biaya
yang
harus
dikeluarkan
kala
terjadi
masalah
saat
atau
sesudah
implementasi.
Akhirnya, karena begitu banyaknya biaya (lanjutan) yang harus dikeluarkan, perusahaan pun merasa
bosan dan enggan untuk melanjutkan investasinya. Walhasil, investasi TI telah memakan banyak biaya
itu tidak memberikan manfaat sesuai dengan yang dijanjikan atau malah menjadi sia-sia.
Beberapa pakar mengajukan sejumlah metode yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan
implementasi TI. Yang tradisional antara lain return on investment, net present value, dan internal rate
of return. Pendekatan ini dikatakan tradisional karena menganggap investasi TI hanya sebatas
investasi infrastruktur. Dan bagi sebagian kalangan dianggap kurang pas karena mengabaikan berapa
nilai dari informasi (information value) yang diperoleh perusahaan, yang sifatnya intangible dan tidak
dapat
diukur
dengan
metode-metode
di
atas.
Pendekatan lain adalah Total Cost of Ownership (TCO). TCO adalah salah satu cara perhitungan yang
didisain untuk membantu baik konsumen maupun manajer perusahan dalam meng-evaluasi biaya
langsung dan tidak langsung, termasuk keuntungan yang terkait dengan pengadaan software atau
hardware.
Sejatinya TCO menghasilkan sebuah statement final yang merefleksikan tidak hanya nilai beli saja, tapi
mencakup semua aspek penggunaan dan pemeliharaan komponen pengadaan komputer. Dalam
kaitan itu termasuk pelatihan untuk teknisi dan pengguna sistem tersebut. Karena itu TCO acapkali
dikaitkan
dan
disebut
sebagai
Total
Cost
of
Operation.
Analisa TCO dibuat untuk pertama kalinya oleh Gartner Group pada tahun 1987, kemudian
dikembangkan menjadi sejumlah metodologi dan software tools yang beragam. Pengadaan sebuah
sistem komputer dapat diartikan kecuali pembelian produk diperhitungkan termasuk: repairs,
maintenance, upgrades, service and support, networking, security, user training, and software
licensing. Sayangnya banyak eksekutif TI di Indonesia yang tidak mempertimbangkan itu. Mereka
sudah terpesona oleh janji-janji yang diberikan oleh vendor, ungkap seorang konsultan TI yang enggan
disebut
namanya.
Sebenarnya support merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah proses implementasi TI.
Jadi, harga sebuah investasi TI tidak bisa dilihat dari mahal murahnya software atau hardware yang
dibeli perusahaan. Boleh jadi hardware yang harganya lebih murah akan memakan biaya yang lebih
besar
dikemudian
harinya.
Selain itu, TCO juga menyediakan analisa keuangan yang rinci dan dapat mengetahui pengeluaran
selama 3 tahun dalam berbagai skenario IT dan mengukur metrik investasi yang utama, termasuk
discounted return of investment, ketika mengupgrade dari satu versi ke versi berikutnya.
Namun, mengihitung TCO bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Perencanaan strategi tentang apa value
yang ingin dicapai dalam proses value creation dari investasi TI. Setidaknya ada empat value yang
bisa dipertimbangkan buat penentuan strategi bisnis berikut outcomes yang ingin diraih. Pertama,
economic value. Implementasi TI diharapkan menyumbang pada profitabilitas perusahaan dengan cara
menekan
biaya,
mendongkrak
kinerja
finansial
dan
tingkat
layanan.
Kedua, architectural value. Aplikasi peranti TI diharapkan mengatrol kapabilitas perusahaan dalam
kerangka memenuhi kebutuhan pelanggan di masa kini dan mendatang. Ketiga, operational value.
Sementara architectural value cenderung membicarakan aspek kapabilitas infrastruktur TI, operational
value lebih banyak menyoal aspek delivery. Tepatnya, kemampuan memenuhi persyaratan proses
bisnis mutakhir dalam operasional perusahaan sehari-hari. Keempat, regulatory and compliance value
artinya,
penerapan
TI
demi
memenuhi
regulasi
yang
berlaku.
Karenanya menjadi sangat penting untuk memilih vendor yang tepat sebelum memutuskan untuk
menerapkan aplikasi tertentu diperusahaan agar tidak terjebak pada biaya-biaya tambahan yang tidak
terdeteksi
sebelumnya.
adalah sistem lingkaran tertutup dalam arti dikendalikan oleh manajemen, menggunakan informasi
umpan balik untuk meyakinkan bahwa tujuan-tujuannya tercapai. Perusahaan juga merupakan suatu
sistem terbuka, dalam arti berhubungan dengan lingkunganya. Sebuah perusahaan mengambil
sumber daya dari lingkungannya, mengubah sumber daya tersebut menjadi barang dan jasa, dan
mengembalikan sumber daya yang telah diubah kepada lingkungannya.Lingkungan adalah alasan
utama
keberadaan
Delapan
perusahaan.
elemen
lingkungan
1. Pemasok : menyediakan material, jasa dan informasi yang digunakan perusahaan untuk
memproduksi
2.
3.
barang
Pelanggan
Serikat
buruh
dan
pemakai
organisasi
produk
bagi
jasa
dan
tenaga
calon
kerja
terampil
pemakai
maupun
tidak
4. Masyarakat keuangan : lembaga-lembaga yang mempengaruhi sumber daya uang yang tersedia
bagi
perusahaan
5.
Pemegang
6.
Pesaing
organisasi
saham/pemilik
pesaing
yang
berada
di
7.
8.
pasaran
Pemerintah
Masyarakat
global
wilayah
B.
geografis
dimana
perusahaan
KEUNGGULAN
itu
berdiri.
KOMPETITIF
Keunggulan kompetitif yang mengacu pada penggunaan komputer artinya perusahaan tidak hanya
mengandalkan sumber daya fisik namun mengandalkan sumber daya konseptual yaitu informasi untuk
mencapai
leverage
di
pasaran
untuk
Rantai
memcapai
tujuan
strategis
nilai
Pusat
teori
MARJIN
dari
nilai
Porter
lebih
PORTER
adalah
dari
perusahaan.
konsep
produk/jasa
tentang
dibandingkan
marjin
biayanya.
Perusahaan menciptakan nilai dengan melaksanakan aktivitas nilai.Aktivitas nilai dapat dibedakan
menjadi
dua,
yaitu
Aktivitas nilai utama (primary value activities) : aktivitas yang berhubungan dengan produksi dan
penawaran
(berhubungan
langsung
dengan
pelanggan)
Aktivitas nilai pendukung (support value activities) : menyediakan input dan infastruktur untuk
mendukung
Contoh
aktivitas
:
divisi
utama
akuntansi,
berlangsung.
divisi
personalia
Aktivitas nilai utama dan pendukung diintegrasikan oleh beberapa kaitan untuk membentuk rantai
nilai.
Memperluas
cakupan
rantai
nilai
Untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitif dapat dicapai dengan mengaitkan rantai nilai
perusahaan dengan rantai nilai organisasi lain. Hal ini disebut sebagai Sistem antar organisasi
system
IIS).
Perusahaan perusahaan yang berpartisipasi bekerja sama sebagai suatu unit tunggal yang
terkoordinasi, menciptakan sinergi yang tidak dapat dicapai dengan bekerja sendiri. SINERGI ini
disebut
sistem
C.
nilai.
SUMBER
Sumber
daya
DAYA
informasi
INFORMASI
terdiri
dari
Perangkat
keras
komputer
Perangkat
lunak
komputer
Spesialis
informasi
Analis
sistem
Pengelola
database
Spesialis
jaringan
Programer
Operator
Pemakai
Fasilitas
Database
Informasi
Chief Information Officer : yang mengelola sumber daya informasi yaitu manajer jasa informasi yang
menyumbangkan keahlian manajerialnya tidak hanya untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan
sumber
daya
D.
PERENCANAAN
informasi
tetapi
juga
STRATEGIS
berbagai
UNTUK
area
lain
dari
SUMBER
operasi
perusahaan.
DAYA
INFORMASI
Tiap perusahaan akan mengembangkan suatu rencana strategis sumber daya informasi yang
memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun kita dapat mengindetifikasikan sejumlah topik utama yang
harus
tercakup,
yaitu
1. Tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh tiap subsistem CBIS selama periode yang tercakup dalam
jangka
waktu
perencanaan.
END-USER
Tingkat-
tingkat
Pemakai
akhir
COMPUTING
kemampuan
tingkat
pemakai
menu
SBG
akhir
(Menu
MASALAH
dapat
STRATEGIS.
digolongkan
level
end
sbb
:
user)
Pada tingkat ini pemakai hanya mampu berkomunikasi dengan perangkat lunak jadi dengan
menggunakan menu-menu yang ditampilkan oleg perangkat lunak berbasis Window dan mac.
Pemakai
akhir
tingkat
perintah
(command
level
end
user)
Pada tingkat ini pemakai mampu menggunakan perangkat lunak jadi yang lebih sekedar memilih menu
(dapat menggunakan bahasa perintah dari perangkat lunak untuk melaksanakan operasi aritmatika
dan
logika
Pemakai
Pada
pada
akhir
tingkat
ini
(End
pemakai
Manfaat
mampu
user
menggunakan
end
data)
programmers)
bahasa-bahasa
user
Menyeimbangkan
computing
kemampuan
Mengurangi
pemograman.
:
dan
tantangan.
kesenjangan
Resiko
End
komunikasi.
user
Sistem
computing
yang
Sistem
yang
Penggunaan
buruk
buruk
sumber
:
sasarannya
rancangan
informasi
Hilangnya
dan
dokumentasinya.
yang
tidak
efisien.
integritas
data.
Hilangnya
keamanan
Hilangnya pengendalian.
F.
KONSEP
MANAJEMEN
SUMBER
DAYA
INFORMASI
Manajemen sumber daya informasi (Information resources management-IRM) adalah aktivitas yang
dijalankan oleh manajer pada semua tingkatan dalam perusahaan dengan tujuan mengidentifikasi,
memperoleh dan mengelola sumber daya informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai.
Elemen-elemen
IRM
yang
diperlukan
1. Kesadaran bahwa keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui sumber daya informasi yang unggul.
2.
Kesadaran
3.
bahwa
jasa
Kesadaran
informasi
bahwa
adalah
CIO
suatu
area
adalah
fungsional
utama.
eksekutif
puncak.
4. Perhatian pada sumber daya informasi perusahaan saat membuat perencanaan strategis.
5.
6.
Rencana
Strategi
G.
strategis
untuk
formal
mendorong
untuk
dan
PERDAGANGAN
sumber
mengelola
MELALUI
daya
informasi.
user
computing.
end
JARINGAN
ELEKTRONIK
Perdagangan melalui jaringan elektronik : penggunaan komputer untuk memudahkan semua operasi
perusahaan.
Manfaat
perdagangan
Pelayanan
Hubungan
Pengembalian
melalui
pelanggan
dengan
atas
pemasok
investasi
jaringan
elektronik
yang
dan
masyarakat
pemegang
saham
lebih
keuangan
dan
pemilik
baik.
yang
yang
lebih
baik.
meningkat.
Kendala
Biaya
tinggi
Masalah
keamanan
Perangkat
lunak
yang
belum
mapan
atau
belum
tersedia.
yang
Perusahaan-perusahaan
terkait
yang
sehingga
membentuk
mereka
IOS
Manfaat
Efisiensi
berfungsi
disebut
mitra
sebagai
dagang
sistem
atau
mitra
IOS
komparatif
tunggal.
bisnis.
:
internal
dan
antar
organisasi
Kekuatan tawar menawawar : kekuatan suatu perusahaan untuk menyelesaikan perselisihan dng
pemasok
dan
Kekuatan
pelanggannya
ini
berasal
Keistimewaan
Penurunan
yang
biaya
menguntungkan
dari
produk
yang
hal
yang
berhubungan
Peningkatan
dirinya.
dengan
biaya
:
unik
pencarian
peralihan.
b. Pertukaran data elektronik (Electronik data interchange EDI) adalah transmisi data dalam bentuk
yang terstruktur dan dapat dibaca mesin secara langsung dari komputer ke komputer di antara
beberapa
perusahaan.
Hubungan EDI yang umum membentuk kaitan antara perusahaan dan pemasoknya serta pelanggan.
Dalam EDI memungkinkan terjadinya transfer dana secara eleltronik (electronik funds transfer)
sehingga
memudahkan
Tingkat
Tiga
dalam
proses
transaksi.
penerapan
tingkat
EDI.
penggunaan
EDI
Pemakai tingkat satu : hanya satu atau dua set transaksi yang ditransmisikan ke sejumlah mitra
dagang
yang
terbatas.
Pemakai tingkat dua : banyak set transaksi yang ditransmisikan ke sejumlah mitra dagang.
Pemakai tingkat tiga : aplikasi komputer disesuaikan dengan standart EDI.Tujuan tingkat satu dan
dua adalah mengubah dokument kertas menjadi dokumen elektronik. Tingkat penggunaan ini
digambarkan sebagai pendekatan pintu ke pintu, karena hanya mempengaruhi komunikasi data dan
bukan
aplikasi.
Manfaat
EDI
Mengurangi
:
kesalahan
Mengurangi
Meningkatkan
Meningkatkan
biaya
efisiensi
kemampuan
opersional
bersaing
Meningkatkan
hubungan
dengan
Meningkatkan
Teknologi
perdagangan
melalui
mitra
dagang
pelayanan
Jaringan elektronik.Ada tiga
pelanggan.
pilihan
utama,
yaitu
Sambungan
langsung
Jaringan
bernilai
tambah
(Value
Added
Network
VAN)
Internet
RINGKASAN
1. Lingkungan perusahaan terdiri dari delapan elemen. Elemen-elemen tersebut menggambarkan
organisasi atau perorangan, serta mencakup para pemasok, pelanggan, serikat buruh, masyarkat
keuangan, pemegang saham atau pemilik, pesaing, pemerintah dan masyarakat global. Elemenelemen ini membentuk supersistem yang lebih besar yang disebut masyarakat. Sumber daya mengalir
antara
perusahaan
dan
elemen
lingkungan.
2. Suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif dengan memproduksi suatu marjin yang
lebih besar dari daripada pesaingnya. Marjin tersebut adalah nilai lebih produk atau jasa dibandingkan
biayanya.
3. Sumber daya informasi terdiri dari : perangkat keras dan lunak komputer, spesialis informasi (analis
sistem, pengelola database, spesialis jaringan, programer, operator), pemakai, fsailitas, data base dan
informasi.
4. Ada tiga tingkat kemampuan akhir komputer, yaitu : Pemakai akhir tingkat menu (menu level end
user)
Pemakai
akhir
tingkat
Pemakai
perintah
akhir
(command
(end
level
end
use
user)
programmers)
5. Manajemen sumber daya informasi (informa\tion resources management IRM) adalah aktifitas
yang
dijalankan
oleh
manajer
pada
semua
tingkatan
dalam
perusahaan
dengan
tujuan
mengidentifikasi, memperoleh dan mengeloila sumber daya informasi yang diperlukan untuk
memenuhi
6.
Manfaat
7.
kebutuhan
perdagangan
Pelayanan
Hubungan
Pengembalian
dengan
atas
pemakai.
elektronik
yang
pemasok
investasi
Kendala
dan
lebih
masyarakat
pemegang
saham
perdagangan
keuangan
dan
pemilik
baik
yang
yang
elektronik
Biaya
Masalah
lebih
baik
meningkat.
:
tinggi
keamanan
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis
untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah
data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses
secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk
kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk
profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal
batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat
menghambat bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai
sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah
dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan
berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e, seperti e-commerce, e-government, e-education, elibrary, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis
elektronika.
Evolusi Ekonomi Global
Sampai dua ratus tahun yang lalu ekonomi dunia bersifat agraris dimana salah satu ciri utamanya
adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Sesudah terjadi revolusi industri,
dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri
utamanya adalah modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Menjelang peralihan abad
sekarang inl, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi, karena tahap
ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus
pada informasi (information focused). Dalam hal ini telekomunikasi dan informatika memegang
peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology).
Kemajuan
teknologi
informasi
dan
telekomunikasi
begitu
pesat,
sehingga
memungkinkan
diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan
jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi. Masyarakat
baru ini juga sering disebut sebagai masyarakat pasca industri.
Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam
hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta
atau Global village. Sehingga sering kita dengar istilah jarak sudah mati atau distance is dead
makin lama makin nyata kebenarannya.
Peran Teknologi Informasi
Dalam kehidupan kita dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan
sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia akan menjadi
pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam bidang-bidang antara lain :
Bidang pendidikan(e-education)
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap
muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Sebagai
contoh kita melihat di Perancis proyek Flexible Learning. Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan
Illich awal tahun 70-an tentang Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy) yang secara
ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible),
terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia,
maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan
informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun,
teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila
digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi
kesejahteraan ekonomi.
Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan
bersifat Saat itu juga (Just on Time). Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan
inter-disipliner.
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut:
Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu
menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah
kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materimateri yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan
tentang materi yang diberikannya.
Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status
mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya.
Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang
bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa
belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning.
Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada
buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat
sebagai penunjang dan berbentuk database.
Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari
web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan
bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance
learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya
skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang
pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung
misalnya hardware, maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi
perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan
bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material. Di luar
negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang
cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu
rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi
dilakukan dengan surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Saat ini hampir
seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet.
Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan
bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu
lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah
mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra sebanyak 80
negara di dunia. Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5
kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murah.
Dalam era global, penawaran beasiswa muncul di internet. Bagi sebagian besar mahasiswa di dunia,
uang kuliah untuk memperoleh pendidikan yang terbaik umumnya masih dirasakan mahal. Amat
disayangkan apabila ada mahasiswa yang pandai di kelasnya tidak dapat meneruskan sekolah hanya
karena tidak mampu membayar uang kuliah. Informasi beasiswa merupakan kunci keberhasilan dapat
menolong mahasiswa yang berpotensi tersebut.
Dalam Bidang Pemerintahan (e-government)
E-government
mengacu
pada
penggunaan
teknologi
informasi
oleh
pemerintahan,
seperti
menghasilkan
hubungan
bentuk
baru
seperti:
G2C
(Governmet
to
Citizen),
G2B
tentang sekolah: jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya, dapat
ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk
anaknya.
Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference. Bagi Indonesia yang luas areanya sangat
besar, hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat
dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua harus
terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam saja.
Tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan oleh
aparatur pemerintah. Salah satu solusi yang diperlukan adalah keterpaduan sistem penyelenggaraan
pemerintah melalui jaringan sistem informasi on- line antar instansi pemerintah baik pusat dan daerah
untuk mengakses seluruh data dan informasi terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik.
Dalam sektor pemerintah, perubahan lingkungan strategis dan kemajuan teknologi mendorong
aparatur pemerintah untuk mengantisipasi paradigma baru dengan upaya peningkatan kinerja
birokrasi serta perbaikan pelayanan menuju terwujudnya pemerintah yang baik (good govermance).
Hal terpenting yang harus dicermati adalah sektor pemerintah merupakan pendorong serta fasilitator
dalam keberhasilan berbagai kegiatan pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan
harus didukung oleh kecepatan arus data dan informasi antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem
antara pemerintah dengan pihak penggunan lainnya. Upaya percepatan penerapan e- Government,
masih menemui kendala karena saat ini belum semua daerah menyelenggarakannya. Apalagi masih
ada anggapan e-Government hanya membuat web site saja sosialisasinya tidak terlaksana dengan
optimal. Namun berdasarkan Inpres, pembangunan sistem informasi pemerintahan terpadu ini akan
terealisasi sampai tahun 2005 mendatang. Kendati demikian yang terpenting adalah menghapus opini
salah yang menganggap penerapan e-Government ini sebagai sebuah proyek, padahal merupakan
sebuah sistem yang akan memadukan subsistem yang tersebar di seluruh daerah dan departemen.
Keunggulan
Kompetitif
Dalam
Konsep
E-Business
Dalam mengimplementasikan konsep e-business, terlihat jelas bahwa meraih keunggulan kompetitif
(competitive advantage) jauh lebih mudah dibandingkan mempertahankannya. Secara teoritis hal
tersebut
dapat
dijelaskan
karena
adanya
karakteristik
sebagai
berikut:
Pada level operasional, yang terjadi dalam e-business adalah restrukturisasi dan redistribusi dari bitbit digital (digital management), sehingga mudah sekali bagi perusahaan untuk meniru model bisnis
dari
perusahaan
lain
yang
telah
sukses;
Berbeda dengan bisnis konvensional dimana biasanya sebuah kantor beroperasi 8 jam sehari, di
dalam e-business (internet), perusahaan harus mampu melayani pelanggan selama 7 hari seminggu
dan 24 jam sehari, karena jika tidak maka dengan mudah kompetitor akan mudah menyaingi
perusahaan
terkait;
Berjuta-juta individu (pelanggan) dapat berinteraksi dengan berjuta-juta perusahaan yang terkoneksi
di internet, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk pindah-pindah perusahaan dengan biaya yang
sangat
murah
(rendahnya
switching
cost);
Fenomena jejaring (internetworking) memaksa perusahaan untuk bekerja sama dengan berbagai
mitra bisnis untuk dapat menawarkan produk atau jasa secara kompetitif, sehingga kontrol kualitas,
harga, dan kecepatan penciptaan sebuah produk atau jasa kerap sangat ditentukan oleh faktor-faktor
luar
yang
tidak
berada
di
dalam
kontrol
perusahaan;
dan
Mekanisme perdagangan terbuka dan pasar bebas (serta teori perfect competition) secara tidak
langsung telah terjadi di dunia internet, sehingga seluruh dampak atau dalil-dalil sehubungan dengan
kondisi
market
semacam
itu
berlaku
terjadi
di
dunia
maya.
Melihat kenyataan di atas, perusahaan harus memiliki kriteria-kriteria (critical success factors) dan
ukuran-ukuran (performance indicators) yang dapat dijadikan sebagai barometer sukses tidaknya
perusahaan dalam memiliki dan mempertahankan keunggulun kompetitif tertentu. Beberapa teori
keunggulan kompetitif di dunia maya menganjurkan agar paling tidak 7 (tujuh) aspek harus menjadi
perhatian
dari
sebuah
1.
perusahaan,
yaitu
Customer
masing-masing:
Service
2.
Price
3.
Quality
4.
Fulfillment
Time
5.
6.
7.
Agility
Time
to
Market
Market
Reach
Kondisi ketujuh aspek tersebut akan sangat menentukan posisi perusahaan di dalam kancah
persaingan di dunia maya.
ERA
TEKNOLOGI
INFORMASI
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah membawa komputer memasuki
masa-masa revolusi-nya. Di awal tahun 1970-an, teknologi PC atau Personal Computer mulai
diperkenalkan sebagai alternatif pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yang dapat
ditaruh di meja kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau informasi
yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan mini
computer, bahkan mainframe). Kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan
efisiensi, namun lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak seperti
halnya pada era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi milik pribadi Divisi EDP (Electronic
Data Processing) perusahaan, di era kedua ini setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan
kecanggihan komputer, seperti untuk mengolah database, spreadsheet, maupun data processing (enduser computing). Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama didukung
dengan alam kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar bebas. Secara tidak
langsung, perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien dan efektif
dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola secara manual. Pada era inilah
komputer memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan
kompetitif bagi perusahaan, terutama yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa.
Sumber:
James
Cash et.al.,
1992.Era
Sistem
Informasi
Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an.
Salah satu teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan
(change management). Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahan ditekankan
pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan yang ingin menang dalam persaingan bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya
yang lebih menekankan pada unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih
ditekankan adalah sistem informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen
dari sistem tersebut. Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah penciptaan
dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi di dalam perusahaan dianalogikan
sebagai darah dalam peredaran darah manusia yang harus selalu mengalir dengan teratur, cepat,
terus-menerus, ke tempat-tempat yang membutuhkannya (strategis). Ditekankan oleh beberapa ahli
manajemen, bahwa perusahaan yang menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di
dalam lingkungan makro regulated free market. Di dalam periode ini, perubahan secara filosofis dari
perusahaan tradisional ke perusahaan modern terletak pada bagaimana manajemen melihat kunci
kinerja perusahaan. Organisasi tradisional melihat struktur perusahaan sebagai kunci utama
pengukuran kinerja, sehingga semuanya diukur secara hirarkis berdasarkan divisi-divisi atau
departemen. Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas telah menyebabkan customers
harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di pasaran, proses penciptaan produk atau
pelayanan (pemberian jasa) kepada pelanggan merupakan kunci utama kinerja perusahaan. Keadaan
ini sering diasosiasikan dengan istilah-istilah manajemen seperti market driven atau customer base
company yang pada intinya sama, yaitu kinerja perusahaan akan dinilai dari kepuasan para
pelanggannya. Sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan komputer dan teknologi
informasi, yang digabungkan dengan komponen lain seperti proses, prosedur, struktur organisasi,
SDM, budaya perusahaan, manajemen, dan komponen terkait lainnya, dalam membentuk sistem
informasi yang baik, merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan secara strategis.
Sumber:
James
Cash et.al.,
1992.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada kualitas pelayanan. Pada
dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau jasa yang dibutuhkannya, akan mencari
perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut: cheaper (lebih murah), better (lebih baik), dan
faster (lebih cepat). Di sinilah peranan sistem informasi sebagai komponen utama dalam memberikan
keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja perusahaan adalah pada proses
yang terjadi baik di dalam perusahaan (back office) maupun yang langsung bersinggungan dengan
pelanggan (front office). Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses (business process) yang
efisien, efektif, dan terkontrol dengan baiklah sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang handal.
Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an terlihat banyak sekali
perusahaan yang melakukan BPR (Business Process Reengineering), re-strukturisasi, implementasi
ISO-9000, implementasi TQM, instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN),
dan lain sebagainya. Utilisasi teknologi informasi terlihat sangat mendominasi dalam setiap program
manajemen
perubahan
ERA
yang
dilakukan
perusahaan-perusahaan.
GLOBALISASI
INFORMASI
Belum banyak buku yang secara eksplisit memasukkan era terakhir ini ke dalam sejarah evolusi
teknologi informasi. Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an,
perkembangan di bidang teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) sedemikian pesatnya,
sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial. Ketika
sebuah seminar internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco pada tahun 1996,
para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalam penelitian untuk memperkenalkan
internet ke dunia industri pun secara jujur mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga
perkembangan internet akan menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam
adalah benih pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi menjulang.
Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi sejak awal tahun
1990-an
ini,
namun
fakta
yang
terjadi
dapat
disimpulkan
sebagai
berikut:
Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah
menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information. Tidak ada negara yang
mampu untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke luar negara lain, karena batasan antara
negara tidak dikenal dalam virtual world of computer. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN,
GlobalNet, Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat.
Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti efektif untuk
menangkal segala hal yang berhubungan dengan penciptaan dan aliran informasi. Perusahaanperusahaan pun sudah tidak terikat pada batasan fisik lagi. Melalui virtual world of computer,
seseorang dapat mencari pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan
jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas melalui
James
Cash et.al.,
1992.
Hal terakhir yang paling memusingkan kepala manajemen adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis
yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang terjadi tidak
hanya sebagai dampak kompetisi yang sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor external
lain seperti politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara tidak langsung
menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi
dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang di tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi
perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun.
Dengan mencermati keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok
untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi negara
maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis objek,
seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management
System),
PERUBAHAN
Object
Technology,
POLA
Distributed
PIKIR
Object,
dan
SEBAGAI
lain
sebagainya.
SYARAT
Dari keempat era di atas, terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi informasi sejak
dipergunakannya komputer dalam industri hingga saat ini terkait erat satu dan lainnya. Memasuki
abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi informasi. Mempergunakan
teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus merubah mindset. Merubah mindset merupakan
hal yang teramat sulit untuk dilakukan, karena pada dasarnya people do not like to change. Kalau
pada saat ini dunia maju dan negara-negara tetangga Indonesia sudah memiliki komitmen khusus
untuk mengambil bagian dalam penciptaan komponen-komponen sistem informasi, bagaimana
dengan Indonesia? Masih ingin menjadi negara konsumen? Atau sudah mampu menjadi negara
produsen? Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahulu di setiap manusia Indonesia adalah
kemauan untuk berubah. Tanpa willingness to change, sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat
memanfaatkan teknologi informasi untuk membangun kembali bangsa yang hancur ditelan krisis saat
ini.
Rekayasa
From
ulang
Wikipedia,
the
free
proses
encyclopedia
Dari
bisnis
Wikipedia,
ensiklopedia
bebas
Business process reengineering (BPR) is, in computer science and management , an approach aiming
at improvements by means of elevating efficiency and effectiveness of the business process that exist
within and across organizations. Rekayasa ulang proses bisnis (BPR) adalah, dalam ilmu komputer dan
manajemen, suatu pendekatan yang bertujuan perbaikan dengan cara menaikkan efisiensi dan
efektivitas dari proses bisnis yang ada di dalam dan di seluruh organisasi. The key to BPR is for
organizations to look at their business processes from a clean slate perspective and determine how
they can best construct these processes to improve how they conduct business. Kunci untuk BPR bagi
organisasi untuk melihat proses bisnis mereka dari yang bersih perspektif dan menentukan
bagaimana mereka dapat membuat proses-proses ini yang terbaik untuk meningkatkan cara mereka
menjalankan bisnis.
Business
Process
Reengineering
Cycle.
Business
Process
Reengineering
Siklus.
Business process reengineering is also known as BPR, Business Process Redesign, Business
Transformation, or Business Process Change Management. Rekayasa ulang proses bisnis juga dikenal
sebagai BPR, Business Process Redesign, Business Transformation, atau Business Process Change
Management. Reengineering is a fundamental rethinking and radical redesign of business processes to
achieve dramatic improvements in cost, quality, speed, and service. Reengineering adalah pemikiran
ulang yang fundamental dan radikal desain ulang proses bisnis untuk mencapai perbaikan dramatis
dalam biaya, kualitas, kecepatan, dan pelayanan. BPR combines a strategy of promoting business
innovation with a strategy of making major improvements to business processes so that a company
can
become
much
stronger
and
more
successful
competitor
in
the
marketplace.
BPR
menggabungkan strategi untuk mempromosikan inovasi bisnis dengan strategi membuat perbaikan
besar untuk proses bisnis sehingga perusahaan dapat menjadi jauh lebih kuat dan lebih sukses
pesaing
di
pasar.
The main proponents of reengineering were Michael Hammer and James A. Champy . Pendukung
utama rekayasa ulang adalah Michael Hammer dan James A. Champy. In a series of books including
Reengineering the Corporation , Reengineering Management , and The Agenda , they argue that far
too much time is wasted passing-on tasks from one department to another. Dalam serangkaian buku
termasuk Reengineering the Corporation, Reengineering Management, dan The Agenda, mereka
berpendapat bahwa terlalu banyak waktu yang terbuang lewat-on tugas dari satu departemen yang
lain. They claim that it is far more efficient to appoint a team who are responsible for all the tasks in
the process. Mereka mengklaim bahwa hal itu jauh lebih efisien untuk menunjuk sebuah tim yang
bertanggung jawab untuk semua tugas-tugas dalam proses. In The Agenda they extend the argument
to include suppliers, distributors, and other business partners. Dalam The Agenda mereka
memperpanjang argumen untuk menyertakan pemasok, distributor, dan mitra bisnis lainnya.
Re-engineering is the basis for many recent developments in management. Re-engineering merupakan
dasar bagi banyak perkembangan baru dalam manajemen. The cross-functional team , for example,
has become popular because of the desire to re-engineer separate functional tasks into complete
cross-functional processes. Para tim lintas-fungsi, misalnya, telah menjadi populer karena keinginan
untuk kembali insinyur terpisah ke dalam menyelesaikan tugas-tugas fungsional lintas proses
fungsional. Also, many recent management information systems developments aim to integrate a wide
number of business functions. Enterprise resource planning , supply chain management , knowledge
management systems, groupware and collaborative systems , Human Resource Management Systems
and customer relationship management systems all owe a debt to re-engineering theory. Selain itu,
banyak baru-baru ini sistem informasi manajemen perkembangan bertujuan untuk mengintegrasikan
berbagai fungsi bisnis sejumlah. Enterprise Resource Planning, manajemen rantai suplai, manajemen
pengetahuan sistem, groupware dan sistem kolaboratif, Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia dan
manajemen
hubungan
pelanggan
sistem
semua
berutang
Menciptakan
BERSAING
DENGAN
SECTION
kembali
-teori
Virtual
MENGGUNAKAN
Company
TEKNOLOGI
DASAR-DASAR
rekayasa.
INFORMASI
KEUNGGULAN
STRATEGI
Sistem informasi (SI) dipandang bukan sekedar sebagai pendukung bagi operasi bisnis yang efisien
dan pengambilan keputusan bisnis yang efektif. Teknologi informasi dapat mengubah cara persaingan
dalam bisnis. Oleh karenanya SI memiliki peran strategis dalam menentukan strategi bersaing untuk
membentuk keunggulan kompetitif, mengurangi faktor-faktor yang mereduksi keunggulan kompetitif,
dan mencapai tujuan-tujuan strategis lain perusahaan dalam lingkungan bisnis yang dinamis sekarang
ini.
Perusahaan hanya akan bertahan sukses dalam jangka panjang apabila berhasil membangun strategi
untuk
menghadapi
persaingan
dengan
ancaman
masuknya
tekanan
persaingan
kompetitor
yang
pendatang
ancaman
(competitive
sudah
barang
forces)
ada
ke
dalam
dalam
produk
posisi
tawar
(bargaining
yaitu:
industri
industri
pengganti
power)
konsumen
dasar
untuk
Cost
menghadapi
tekanan
Leadership,
persaingan
dengan
tersebut
adalah:
cara:
a.
Menjadi
Produsen
b.
Membantu
pemasok
c.
Meningkatkan
a.
b.
cara
memfokuskan
pada
(cost)
rendah
mengurangi
yang
dikeluarkan
biaya
kompetitor
dengan
men-diferensiasi
ceruk
biaya
kosumen
Differensiasi,
Mengembangkan
Dapat
dan
biaya
Strategi
dengan
pasar
produk
(niche
cara:
perusahaan
of
market)
dari
atau
kompetitor
segmen
Strategi
tertentu
Inovasi
Menemukan
cara
baru
Produk
dalam
atau
berbisnis,
dengan:
yang
unik
jasa
Pasar
yang
unik
Perubahan radikal pada proses bisnis untuk mengubah struktur fundamental industri, sebagai contoh
adalah
Amazon
menggunakan
Strategi
jasa
sistem
Pertumbuhan,
a.
ke
Diversikasi
produksi
pasar
produk
penuh
cara:
kapasitas
Ekspansi
c.
secara
dengan
Ekspansi
b.
online
atau
global
jasa
baru
Sebagai contoh adalah Wal-Mart menggunakan global satellite tracking untuk pemesanan barang
Strategi
Aliansi
Membangun ikatan dan aliansi dengan konsumen, pemasok, kompetitor, konsultan dan perusahaan
lain
misalnya
dengan
merger,
akuisisi,
KSO
(joint
ventures),
perusahaan
maya
Contoh: Wal-Mart memakai otomasi pengisian persediaan oleh pemasok secara otomatis
Penggunaan
Teknologi
Informasi
dalam
strategi
dasar
Bersaing
lain
disamping
strategi
dasar
Lainnya
yang
dapat
diterapkan
adalah:
1. Lock in customers and suppliers, mengunci konsumen dan pemasok yang juga mengunci masuknya
kompetitor. Hal ini dilakukan dengan cara menciptakan hubungan baru yang sangat bernilai, yang
akan mencegah berpindah ke kompetitor. SI yang digunakan menimbulkan switching costs jika
berpindah ke kompetitor. Konsumen dan pemasok dibuat tergantung pada SI yang iovatif.
Barriers to entry, TI yang memperbaiki operasi dan meningkatkan inovasi menciptakan penghalang
bagi kompetitor. Sehingga kompetitor akan enggan untuk masuk ke pasar atau mengharuskan
investasi yang besar dalam TI untuk mampu bersaing.
Membangun
bisnis
dengan
customer-focused
Perusahaan yang dapat membangun bisnis yang berfokus pada customer adalah bagaimana dia
dapat
Mempertahankan
Dapat
agar
mengantsisipasi
Mampu
Menyediakan
customers
kebutuhan
masa
merespon
pelayanan
loyal
yang
kan
datang
kekhawatiran
yang
berkualitas
tinggi
customer
kepada
customer
Perusahaan-perusahaan yang mempunyai fokus pada customer value, mengakui bahwa kualitas
adalah segala-galanya bukan pada harga. Perusahaan yang secara konsisten mampu menyediakan
kualitas
yang
Bagaimana
terbaik
akan
perusahaan
Mampu
memberikan
agar
dapat
Dapat
menyediakan
Mampun
menyediakan
produk
bagi
customernya.
customer
preferensi
Mengikuti
value
menyediakan
menelusuri
competitive
value
dari
pelanggan
trend
dan
pelayanan
service
kepada
kapan
customer
pasar
saja
sesuai
dan
dengan
dimana
yang
saja;
diinginkan
Memanfaatkan Customer Relationship Management (CRM) systems untuk dapat focus kepada
customer
Value
Chain
dan
Strategi
Information
System
Salah satu teori yang dikembangkan oleh Michael Porter adalah teori value chain. Teori ini
menggambarkan bahwa sebuah perusahaan adalah suatu rangkaian bentuk aktivitas dasar yang
mempunyai fungsi menambah value bagi produk dan jasa yang dihasilkan. Akitivitas yang dilakukan
oleh
perusahaan
terdiri
dari
Primary processes, yaitu suatu aktivitas proses yang berhubungan langsung dengan proses
manufaktur
atau
penyediaan
produk.
Support processes, yaitu aktivitas proses yang dari waktu ke waktu memberikan dukungan terhadap
perusahaan dan secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada produk dan jasa yang
dihasilkan.
Konsep value chain digambarkan sebagai berikut :
Dengan mengaplikasikan value chain dalam maka perusahaan dapat ikut serta dalam strategi
kompetitif untuk memberikan nilai yang terbaik pada produk atau jasa yang dihasilkan.
SECTION
II
PENGGUNAAN
TI
UNTUK
KEUNGGULAN
STRATEGIS
Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam penggunaan teknologi informasi. Banyak
perusahaan
yang
tangkas/gesit
(agile)
Agility dalam sebuah kinerja bisnis dapat diartikan sebagai keberhasilan perusahaan dalam
mengahadapi perubahan yang sangat cepat, dan pasar global yang semakin terpisah pisah sesuai
dengan tuntutan akan kualitas tinggi, kinerja baik dan semakin personal sesuai keinginan konsumen
Agile Company memperoleh penghasilan dengan strategi nemtang produk yang lebar, daur hidup
produk yang pendek, dan melakukan mass customization dengan cara memproduksi barang dengan
jenis
sedikit,
namn
dalam
jumlah
yang
banyak.
Perusahaan amat bergantung dengan teknologi internet untuk mengintegrasikan dan mengatur proses
bisnis dalam menyediakan kekuatan pengolahan data massal konsumen selayaknya data individu
Untuk
mewujudkan
Agile
company,ada
strategy
dasar
yang
harus
dilaksanakan:
Konsumen harus mengetahui bahwa produk perusahaan adalah solusi individu atas maalah yang
dihadapi, sehingga harga produk dapat ditetapkan dengan basis nilai (value) sebagai sebuah solusi,
dibandingkan
dengan
harga
produksi
semata
Bekerjasama dengan konsumen, suplier dan kompetitor agar dapat menyediakan produk di pasar
dengan
segera
dan
biaya
seefektif
mungkin
Mengatur perusahaan sehingga dapat berkembang pesat dalam keadaanyang selalu berubah dan
diliputi ketidakpastian. Cara yang dilakukan dengan menerapkan struktur organisasi fleksibel yang
mengacu
pada
kesempatan
di
pasar
Menciptakan
perusahaan
virtual
(VC-Virtual
Company)
aset
dan
gagasan/pikiran.
VC menciptakan jaringan informasi melaui jaringan internet, intranet dan ekstranet. Juga menciptakan
Interenterprise information systems dengan pemasok, konsumen, subkontraktor dan supplier.
Strategi
VC
A company facing a new market opportunity might not have the time or resources to develop the
manufacturing and distribution infrastructures, the competencies or the IT needed. By forming a virtual
company
with
an
alliance
with
others
it
Starategi
quickly
provide
the
solution
yang
Berbagi
infrastruktur
Menghubungkan
Meningkatkan
can
Memperoleh
akses
resiko
inti
efisiensi
Meningkatkan
diterapkan:
dan
kompetensi
waktu
pasar
dengan
persekutuan
saling
berhubungan
yang
&
fasilitas
kepada
kas
melalui
dan
baru
needed
dan
sharing
cakupan
share
market
atau
pasar
loyalitas
konsumen
Knowledge
Creating
Company
Untuk memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, perusahaan harus menjadi Knowledge
Creating
Companies
learning
organization.
Karakteristik
Secara
:
konsisten
menciptakan
Menyebarkannya
Mengaplikasikan
Ada
new
keseluruh
pengetahuan
macam
tersebut
business
knowledge
bagian
kedalam
knowledge
produk
yang
atau
perusahaan
jasa
dikembangkan
yang
dihasilkan.
perusahaan:
Explicit knowledge: data, dokumen, dan seluruh hal yang tertulis atau yang tersimpan didalam
komputer
Tacit
knowledge:
how-to
knowledge
yang
ada
dalam
pikiran
masing
masing
pekerja
Tacit Knowledge seringkali menggambarkan informasi terpenting dari sebuah organisasi, namun tidak
tercatat secara tertulis tetapi berada didalam akal/pikiran masing masing karyawan. Learning
organization menciptakan system yang memungkinkan Tacit knowledge dapat diakses seluruh
karyawan.
Dari diagram diatas, dijelaskan bahwa knowledge management yang sukses, menciptakan teknik,
teknologi, sistem dan reward/insentif yang mendorong karyawan untuk membagikan pengetahuan
yang dimiliki sehingga secara akumulasi meningkatkan workplace and enterprise knowledge.
Perusahaan membangun Knowledge Management System (KMS) untuk mengelola pembelajaran
organisasi dan bisnis. Tujuan dari KMS: Menciptakan sistem yang memfasilitasi karyawan untuk
menciptakan, mengelola secara sistematis dan membuat knowledge tersedia kapanpun dan
dimanapun dibutuhkan didalam organisasi. Dalam informasi ini termasuk proses, prosedur, paten,
referensi kerja, dan formula, best practise, peramalan dan kepastian. KMS didesain untuk menyediakan
imbal balik/feedback secara cepat kepada karyawan, mendorong perubahan perilaku, dan perubahan
kinerja bisnis secara signifikan. Knowledge yang ada akan diimplementasikan dalam proses bisnis,
produk dan jasa yang dihasilkan. Integrasi ini menjadikan perusahaan menjadi lebih innoovative dan
agile dalam menyediakan produk dan layanan pelanggan berkualitas.
Manajemen
Pengetahuan
(knowledge
management)
Pada tahun 1992, Bruce Kogut dan Udo Zander memperkenalkan kontribusi pemikirannya yang
memperkuat pemikiran Michael Polanyi (1966) tentang pengetahuan sebagai sumberdaya organisasi
yang paling menentukan kinerja organisasi. Polanyi (1966) membagi pengetahuan menjadi implicit
(yang terdapat pada manual, sistem dan prosedur dan sejenisnya) dan tacit (yang terdapat pada
pengalaman dan pengetahuan yang tidak tertulis lainnya). Menurutnya, ada dimensi yang tidak
tertulis di dalam sistem dan prosedur perusahaan yang melekat pada setiap individu di dalam
perusahaan. Kogut dan Zander (1992) menerjemahkan perlunya proses pembelajaran yang
mengintegrasikan pembelajaran internal dan eksternal kedalam sebuah konsep kapabilitas yang
dikenal dengan combinative capabilities. Keduanya membedakan pengetahuan dari sisi informasi dan
know-how.
Pemikiran Kogut dan Zander tersebut intinya menyatakan bahwa perubahan kondisi pasar harus
dihadapi organisasi dengan menjalankan pengelolaan teknologi yang berbasis prinsip manajemen
pengetahuan, baik yang berupa informasi maupun know-how, dimana pengetahuan menjadi
sumberdaya yang menentukan keunggulan perusahaan. Pemikiran ini selanjutnya diperkuat oleh
Senge (1990), Nonaka dan Takeuchi (1995) dan lain-lain. Oleh karena itu, pengetahuan baru harus
dikembangkan terus menerus agar perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif pada
lingkungan usaha masing-masing.
Meskipun resource-based view (RBV) telah berkembang tersendiri, sebagian peneliti berpandangan
bahwa manajemen pengetahuan ini merupakan pengembangan dari RBV (Teece et al., 1997) yang
merupakan perluasan dari kekuatan sumberdaya yang memiliki keunggulan penguasaan sumberdaya,
diantaranya
sumberdaya
pengetahuan.
Menurut
Nonaka
dan
Takeuchi
(1995),
manajemen
pengetahuan didefinisikan sebagai: proses penciptaan pengetahuan, teknologi dan sistem baru
secara kontinyu, penyebaran secara luas melalui organisasi dan mewujudkannya dalam bentuk produk
atau jasa baru dengan cepat, serta membuat perubahan dalam organisasi.
Penulis mencatat bahwa Nonaka dan Takeuchi (1995) memperkuat pandangan Polanyi (1966) dan
Kogut dan Zander (1992) yang menyatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu:
(i) pengetahuan eksplisit (explicit knowledge), diekspresikan dalam bentuk kata-kata, nomor, bunyi,
data, rumus, visual, audio visual, spesisfikasi produk, atau bentuk manual. Pengetahuan ini dapat
ditransfer
secara
formal
dan
sistematis
kepada
individu
dan
kelompok;
dan
(ii) pengetahuan implisit (tacit knowledge), tidak mudah dilihat dan diekspresikan. Tacit knowledge
cenderung lebih bersifat personal, sulit untuk diformalkan, sulit untuk dikomunikasikan atau
disebarkan kepada yang lain. Intuisi subyektif dan firasat merupakan bentuk tacit knowledge.
Pengetahuan ini merupakan pengetahuan mendasar dalam diri seseorang seperti cita-cita, nilai atau
emosi.
Suatu organisasi membuat dan menggunakan pengetahuan dengan mengkonversi pengetahuan
implisit
menjadi
eksplisit
dan
begitu
sebaliknya.
Selanjutnya
Takeuchi
and
Nonaka
(2004)
mengidentifikasi empat gaya konversi pengetahuan, yaitu: (i) socialization (sosialisasi) dari tacit
menjadi tacit. Merupakan pembuatan dan penyebaran tacit knowledge melalui pengalaman langsung,
dari individu ke individu; (ii) externalization (eksternalisasi) dari tacit menjadi eksplisit. Merupakan
artikulasi tacit knowledge melalui dialog dan refleksi, yaitu dari individu ke kelompok; (iii) combination
(kombinasi) dari eksplisit ke eksplisit. Merupakan sistematika dan aplikasi pengetahuan eksplisit dan
informasi, dari kelompok ke organisasi; dan (iv) internalization (internalisasi), dari eksplisit menjadi
tacit, mempelajari dan memenuhi praktek tacit knowledge yang baru, dari organisasi ke individu.
Perspektif manajemen pengetahuan inilah yang memperkuat pandangan RBV, dimana aset spesifik
perusahaan yang berupa sumberdaya dan kapabilitas yang unik dan sulit ditiru sebagai basis
keunggulan, memasukkan unsur pengetahuan sebagai sumberdaya spesifik yang terus-menerus dapat
dikembangkan di dalam perusahaan, dan potensial menjadi sumber inspirasi perubahan yang terus
menerus. Pengetahuan adalah sumber utama terjadinya proses inovasi terus-menerus (Drucker, 1998)
dan penguatan kompetensi (Sanchez dan Heine, 2004). Telah teruji bahwa menciptakan lingkungan
perusahaan yang responsif terhadap berbagai pengetahuan baru akan menciptakan kinerja
perusahaan yang lebih baik.