Oleh
Bintang Nugraheka
12030117210002
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................. 2
(BCA) ............................................................................................ 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat penting. Hal ini karena bank mempunyai fungsi utama untuk
Dari kredit yang diberikan pada pihak yang membutuhkan (sektor usaha), maka
2003).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang
dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang
sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat,
beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk,
jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan penerapan manajemen
bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan (Allen dan Bali,
2007).
3
Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai bidang
kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan
meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama
seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga
harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para
nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri,
akan tetapi pihak lain. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena
Masyarakat pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat
dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap
yang ada di Indonesia. Karena usaha-usaha inilah yang menjadi ujung tombak
masyarakat (Hamid dan Anto, 2000). Untuk itu, agar bank tetap mampu eksis
dalam beroperasi, berperan dalam perekonomian nasional, dan tetap berada pada
memperhatikan aspek- aspek resiko yang terkait. Dengan kata lain, aspek resiko
4
perkembangan pesat sehingga mewajibkan bank untuk meningkatkan kebutuhan
manajemen risiko pada bank agar fungsi intermediari perbankan tetap konsisten
dan terpadu.
(inheren) di seluruh kegiatan bisnis dan operasional perbankan. Oleh karena itu,
risiko yang dihadapi BCA dapat dikenali, diukur, dipantau, dikendalikan dan
dilaporkan dengan tepat. BCA menerapkan manajemen risiko secara disiplin dan
Secara berkala, BCA melakukan stress testing dengan berbagai skenario serta
pelatihan manajemen risiko dan sertifikasinya serta program on the job training
jangka pendek.
5
1.2. Rumusan Masalah
1. Risiko apa saja yang dihadapi oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada
tahun 2017?
1. Mengetahui risiko apa yang dihadapi oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
6
BAB II
PEMBAHASA
2.1. Fokus Manajemen Risiko PT Bank Central Asia (BCA) Tbk pada
tahun 2017
Pada tahun 2017 manajemen risiko BCA diarahkan dalam menjaga kualitas
kredit, posisi likuiditas dan kecukupan permodalan, serta sebagai bank transaksi
Kualitas Kredit
meningkatkan risiko kredit industri perbankan, namun faktor kualitas kredit tetap
penurunan kualitas aset dan menerapkan early warning system untuk memantau
kinerja usaha maupun kinerja keuangan para debitur dan segera mengambil
7
melakukan proses
8
restrukturisasi kredit secara prudent bagi para debitur yang memiliki prospek
bisnis positif dalam jangka panjang. Di tahun 2017, aktivitas restrukturisasi kredit
appetite yang dapat ditoleransi, serta dalam koridor permintaan pasar yang riil dan
dan tidak terkonsentrasi pada sektor, grup dan segmen tertentu. Selanjutnya dalam
meminimalisasi risiko pergerakan nilai tukar, BCA mengelola eksposur valuta asing
nasabah bisnis dengan pendapatan utamanya dalam mata uang US Dollar. Secara
konsisten, BCA mengkaji sektor- sektor yang berpotensi menghadapi tekanan sejalan
tersebut dan difokuskan pada proyek-proyek dengan tingkat kelayakan yang baik.
Posisi Likuiditas
memadai diantaranya didukung oleh dana dari program tax amnesty dan
9
BCA memiliki posisi likuiditas yang solid bersumber dari penghimpunan
dana giro dan tabungan (Current Accounts and Savings Accounts - CASA)
Kondisi likuiditas BCA berada pada tingkat yang solid, guna menjaga posisi dana
Posisi Permodalan
modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) sebesar 23,1% dan di atas persyaratan
minimum sesuai profil risiko yang ditetapkan oleh regulator, sehingga sangat
memadai untuk mendukung rencana ekspansi usaha Bank yang diimbangi dengan
Otoritas Jasa Keuangan No. 26/POJK.03/2015, pada level konglomerasi, BCA dan
bisnisnya.
Sesuai dengan ketentuan regulator, BCA dengan seluruh anak usaha secara
terintegrasi telah melakukan stress test untuk melihat dampaknya terhadap posisi
permodalan (risiko kredit dan risiko pasar) serta likuiditas (risiko likuiditas).
Secara umum, hasil stress test tersebut menunjukkan bahwa posisi permodalan
kerugian dari
1
potensi risiko-risiko yang dihadapi, berdasarkan skenario yang disusun. Pada
pertumbuhan modal secara organik dengan didukung oleh profitabilitas Bank yang
sehat.
Risiko-risiko lainnya
transaksi valuta asing agar sesuai dengan ketentuan dan kebijakan internal Bank
maupun Peraturan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan terutama mengenai
Posisi Devisa Neto (PDN). Pengelolaan transaksi valuta asingdipusatkan pada Divisi
nilai tukar valuta asingnya pada setiap akhir hari kerja, dengan diberikan batas
eksposur valuta asing dengan menjaga PDN secara konservatif. Per Desember
2017, PDN BCA tercatat sebesar 0,5%, jauh di bawah batas maksimum sebesar
20% yang diterapkan oleh regulator, sehingga risiko pasar terkait valuta asing
Risiko Operasional
1
eksternal. BCA
1
memiliki Operational Risk Management Information System (ORMIS) yaitu
aplikasi berbasis web yang meliputi Risk Control Self-Assessment, Loss Event
Database, dan Key Risk Indicator yang dirancang untuk meningkatkan risk
melakukan evaluasi atau kajian terhadap proses, sistem dan prosedur untuk
dalam melayani nasabah. Manajemen risiko secara cermat dapat melindungi BCA
dari cyber-crime, seperti pencurian data nasabah, penggandaan kartu ATM dan
tersebut. Selain dua data center yang bekerja secara mirroring, BCA juga
1
sebagai Crisis & Command Center apabila terjadi gangguan atau bencana alam di
yang dirancang untuk memitigasi risiko-risiko yang dihadapi oleh BCA maupun
Otoritas Jasa Keuangan. Risiko-risiko ini terdiri dari 8 (delapan) risiko yang sudah
dikelola sebelumnya pada penerapan manajemen risiko Bank yaitu risiko kredit,
dengan 2 (dua) risiko lain yaitu risiko transaksi intra-grup dan risiko asuransi.
ringkasdijabarkandalambagandibawah ini.
1
4 Pilar Manajemen Risiko Terintegrasi
1. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris dari • Memastikan penerapan:
Entitas Utama terhadap Konglomerasi Keuangan BCA - Manajemen Risiko Terintegrasi telah sesuai dengan
karakteristik dan kompleksitas usaha Konglomerasi
Keuangan BCA.
- Manajemen Risiko di masing-masing anak-anak usaha.
2. Kecukupan Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit • Menyusun kebijakan dan prosedur,dan penetapanlimit
Manajemen Risiko Terintegrasi Manajemen Risiko Terintegrasi dengan memperhatikan tingkat
risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi
risiko (risk tolerance).
3. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, • Menerapkan Sistem Informasi Manajemen Risiko
dan Pengendalian Risiko secara Terintegrasi, serta Sistem Terintegrasiyang menghasilkan laporan atau informasi
Informasi Manajemen Risiko Terintegrasi mengenai:
- Eksposur risiko;
- Kepatuhan pelaksanaan Manajemen Risiko
Terintegrasi terhadap kebijakan dan prosedur yang
disusun;
- Kepatuhan terhadap penetapan limit.
4. Sistem Pengendalian Internal yang Menyeluruh • Sistem Pengendalian Internal disusun untukmemastikan:
terhadap Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi - Kepatuhan kebijakan atau ketentuan internal terhadap
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
- Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang
lengkap, akurat, tepat guna, dan tepat waktu;
- Efektivitas budaya risiko(riskculture) pada organisasi
Konglomerasi Keuangan secaramenyeluruh
Pengendalian Internal
tanggung jawab bersama seluruh manajemen dan karyawan BCA. Kesadaran akan
dimana pengelolaan risiko dilakukan oleh semua lini organisasi, dan dilakukan
• Sebagai risk owner, seluruh unit bisnis dan unit pendukung berfungsi
sebagai First Line of Defense yang mengelola risiko terkait unit kerjanya.
1
• Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Kepatuhan berfungsi
risiko di BCA.
manajemen risiko yang ditetapkan sesuai dengan risk appetite dan risk
tolerance BCA.
• Mengevaluasi:
tahun atau dengan frekuensi yang lebih sering apabila terdapat perubahan
1
- Pertanggungjawaban Direksi untuk memastikan bahwa Direksi
mengelola aktivitas dan risiko BCA secara efektif dan memberikan arahan
tertulis dan komprehensif termasuk limit risiko secara keseluruhan dan per
jenis risiko, dengan memperhatikan risk appetite dan risk tolerance sesuai
mengendalikan risiko.
manajemen risiko paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun atau dengan frekuensi
signifikan.
1
• Menetapkan struktur organisasi, termasuk wewenang dan tanggung jawab
yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan
manajemen risiko.
• Memastikan:
- Seluruh risiko yang material dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko
dilakukan.
Audit Internal.
risiko.
melakukan
1
dan menyelesaikan transaksi.
yang efektif.
Direksi.
risiko.
• Menyatakan bahwa BCA berada pada suatu kondisi darurat dan apabila
(KMR) atau Asset and Liability Committee (ALCO) atau Komite lain yang
dilakukan diantaranya:
undangan yangberlaku.
1
Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi, serta Komite Tata
Kelola Terintegrasi.
2
Komite Pengarah Teknologi Informasi, dan Komite Manajemen Risiko
Terintegrasi.
Risiko
penerapan manajemen risiko dan pengendalian internal yang baik antara lain
Divisi Audit Internal, Satuan Kerja Manajemen Risiko, Satuan Kerja Kepatuhan,
Rencana Bisnis Bank dan telah disusun sesuai dengan visi, misi, strategi bisnis,
Bank dan Rencana Kerja Anggaran Tahunan yang membahas strategi BCA
2
Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian
lima komponen:
maupun unit operasional yang merupakan first line of defense. Beberapa unit
2
Pengawasan Internal baik di kantor cabang, kantor wilayah, dan kantor pusat.
Pengendalian internal ini dilakukan oleh SKMR dan Satuan Kerja Kepatuhan
internal dikaji ulang secara berkala oleh Divisi Audit Internal yang merupakan
secara memadai.
3. Seluruh manajemen dan karyawan BCA memiliki peran dan tanggung jawab
internal BCA.
2
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
jenis risiko yang didefinisikan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Risiko-risiko ini
terdiri dari 8 (delapan) risiko yang sudah dikelola sebelumnya pada penerapan
manajemen risiko Bank yaitu risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum,
reputasi, stratejik dan kepatuhan, ditambah dengan 2 (dua) risiko lain yaitu risiko