Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

IDENTIFIKASI PEMBIAYAAN BERMASALAH NON


PERFORMING FINANCING (NPF)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah

DOSEN PENGAMPU :
Ahmad Mukhlisuddin, S.E.I., M.E
DISUSUN OLEH :
Kelompok VII
Dandi Yusup 20211700231009
Miftachur Rohmah 20211700231020
Sarif Hidayat 20211700231032

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
yang telah melimpahkan karunia, rahmat serta hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Identifikasi
pembiayaan bermasalah non performing financial (NPF) ”.
Ucapan terima kasih kami haturkan pula kepada dosen pembimbing kami
Bapak Ahmad Mukhlisuddin, S.E.I.,M.E yang telah membimbing kami dalam
penulisan makalah ini. Tidak lupa juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada
beberapa pihak yang membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi penulisan,susunan kata maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami mengharap kritik dan saran pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah wawasan pengetahuan pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Mojokerto, 27 September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan Penulisan............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Pembiayaan Bermasalah Non Performing Financing (NPF)..........................6

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah............................................................6

2. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah (NPF)........8

3. Kriteria Pembiayaan Bermasalah (NPF)....................................................10

4. Studi Kasus NPF Di Lapangan Dan NPF Paling Tinggi............................13

5. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah...........................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap lembaga keuangan pasti akan mengalami pembiayaan
bermasalah. Timbulnya pembiayaan macet tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor Character, Capacity, Capital, Collecteral, dan
Condition atau yang sering disebut dengan faktor 5 C. Dan didalam
pembiayaan bermasalah, bank berhak menjual benda agunan yang dibebani
dengan hak jaminan dan mengambil hasil penjualan atas benda tersebut
sebagai sumber pelunasan pembiayaan, dan Jaminan merupakan hal penting
untuk diperhitungkan bagi bank karena jaminan termasuk sumber pelunasan
bilamana nasabah mengalami kegagalan pembiayaan Syariah.1
Pada tahun 2015 ada 12 bank syariah yang NPF-nya melampaui 5%,
yakni. Dari jumlah tersebut, 5 diantaranya adalah bank umum syariah, dan 7
sisanya adalah unit usaha syariah. Maybank Syariah kembali mencatatkan
lonjakan kredit bermasalah sehingga NPF-nya melambung hingga 35,15%.
Angka tersebut jauh diatas ambang batas yang diperbolehkan regulator.
Selain Maybank Syariah, adalah Bank Victoria Syariah. Yang mana
NPF bank ini nyaris mendekati 10%, yakni mencapai 9,80%.
Selanjutnya ada Bank Muamalat 7,11%, Bank BJB Syariah 6,93%,
dan Bank Syariah Mandiri 6,06%. Jika dikelompokkan unit usaha syariah,
rasio NPF tertinggi dialami oleh unit usaha syariah Bank Sumut dengan rasio
NPF mencapai 16,59%. Kemudian ada unit usaha syariah Bank Kaltim
dengan rasio NPF mencapai 7,91%. Selanjutnya adalah unit usaha syariah
Bank Sumsel Babel dengan NPF 7,18%, Unit Usaha Syariah Bank Riau

1
Madona Khairunisa and Musrifah, “Penyelesian Pembiayaan Bermasalah Pada Bank
Syariah,” ISLAMIC BUSINESS and FINANCE 1, no. 1 (2020),
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/IBF/article/view/9368.

3
Kepri dengan NPF 6,68% dan Unit Usaha Syariah Bank DKI
dengan NPF 6,13%2.
Menurut data birI, rata-rata NPF Gross dari Unit Usaha Syariah bank
masih terkendali, yakni 3,03%. Sementara rata-rata NPF Gross bank umum
syariah lebih rendah lagi, yakni mencapai 2,18%. Dengan asumsi ekonomi
makro yang prospeknya diperkirakan membaik, diharapkan akan ada
perbaikan kualitas kredit dari bank-bank syariah, sehingga rapor kinerjanya
tahun ini diharapkan bisa lebih baik.3
Tingginya nilai NPF/NPL menunjukan indikator gagalnya perbankan
tersebut dalam mengelola dana yang disalurkan pada masyarakat untuk usaha
yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan itu sendiri. Dilihat dari
banyaknya masalah yang bisa muncul apabila nilai rasio NPF tinggi maka
sangatlah penting bagi sebuah perbankan untuk rasio NPF memenuhi rasio
NPF sesuai dengan ketentuan dari regulator. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
selaku badan pemerintah yang memiliki tugas mengatur dan mengawasi jasa
keuangan akan memanggil setiap bank yang memiliki rasio NPF yang tinggi.
Hal tersebut dilakukan guna untuk menjaga rasio NPF setiap bank tidak
melebihi 5%.4

2
Apriyani, Bank-Bank Syariah yang NPF-nya Diatas 5%, Salemba empat ( Jln. Raya
Lenteng Agung No. 101 Yogyakarta, Jakarta selatan 12610 ) 19 Agustus 2016, 231.
3
Ibid 68
4
Rindang Nuri Isnaini Nugrohowati, Syafrildha Bimo Fakultas Ekonomi, Universitas Islam
Indonesia, Analisis pengaruh faktor internal bank dan eksternal terhadap Non-Performing
Financing (NPF) pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi &
Keuangan Islam, Vol. 5 No. 1, January 2019: 42-49

4
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana definisi NPF ?
2. Apa faktor - faktor yang mempengaruhi pembiayaan macat ?
3. Bagaimana kriteria pembiayaan bermasalah dalam bank syariah ?
4. Bagaimana studi kasus NPF dilapangan dan NPF yang paling besar jatuh
pada bank apa ?
5. Bagaimana cara penyelesaian pembiayaan bermasalah dibank syariah ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi NPF
2. Untuk menjelaskan faktor - faktor yang mempengaruhi pembiayaan macat
3. Untuk mengetahui kriteria pembiayaan bermasalah dalam bank syariah
4. Untuk mengetahui studi kasus NPF dilapangan dan NPF yang paling
tinngi dibank syariah
5. Untuk mengetahui cara penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank
syariah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembiayaan Bermasalah Non Performing Financing (NPF)
Pada bab ini penulis akan menjelaskan definisi pembiayaan
bermasalah, bagaimana pembiayaan bermasalah di lapangan, faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah, pembiayaan bermasalah
dalam bank syariah yang paling besar milik bank siapa, kriteria
pembiayaan bermasalah dalam bank syariah, cara penyelesaian bermasalah
di bank syariah.
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Dalam setiap statistik perbankan syariah yang diterbistkan oleh
direktur perbankan syariah bank indonesia dapat dijumpai istilah Non
Performing financing (NPF) yang diartikan sebagai “pembiayaan non-
lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet”.5
Secara umum pengertian pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang diakibatkan oleh nasabah yang tdak menempati jadwal
pembayaran angsuran dan tidak memenuhi persyaratan yang tertuang
dalam akad.6
Dan pembiayaan bermasalah itu memiliki risiko yang melekat pada
dunia perbankan, karena bisnis utama perbankan pada dasarnya adalah
menghimpun dan menyalurkan dana. Dana yang terkumpul menimbulkan
risiko di satu sisi, sedangkan dana yang disalurkan sebagai pembiayaan
adalah risiko di sisi lain.7
Berdasarkan ketentuan pasal 9 PBI No. 8/21/PBI/2006 tentang
kualitas aktiva bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah sebagaimana di ubah dengan PBI

5
Prof. Dr. H .Faturrahman Djamil, M.A., Penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank
Syariah, Jl. Sawo Raya No. 18 Jakarta 13220, 66.
6
Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati, “Analisis Solutif Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah di Bank Syariah: Kajian Pada Produk Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Banda
Aceh” Iqtishadia, Vol. 10, No.1, 2017, 76
7
Edi susilo, Analisis pembiayaan dan risiko Perbankan Syariah, Celeban Timur UH
III/548 Yogyakarta 55167, 314.

6
No.9/9/PBI/2007 Dan PBI No. 10/24/PBI/2008, kualitas pembiayaan
dinilai berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut:8
a. Prospek usaha
b. Kinerja (performance) nasabah
c. Kemampuan membayar / kemampuan menyerahkan barang pesanan
Atas dasar penilaian aspek- aspek tersebut kualitas pembiayaan
ditetapkan menjadi 5 golongan yaitu :
1) Lancar
Apabila pembayaran angsuran dan margin tepat waktu, tidak
ada tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan
laporan keuagan secara teratur dan akurat, secara dokumentasi
perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.9
2) Dalam perhatian khusus
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dam
atau margin sampai dengan 90 hari. Akan tetapi selalu menyampaikan
laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi perjanjian
piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat, serta pelanggaran
terhadap persyaratan perjanjian piutang yang tidak prinsipil.
3) Kurang Lancar
Apabila terdapat tunggakan pembiayaan angsuran pokok dan
atau margin yang telah melewati 90 hari sampai 180 hari,
penyampaian laporan keuangan tidak secara teratur dan meragukan,
dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan
agunan kuat. Terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok
perjanjian piutang, dan berupaya melakukan perpanjangan piutang
untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

8
Prof. Dr. H .Faturrahman Djamil, M.A., Penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank
Syariah, Jl. Sawo Raya No. 18 Jakarta 13220. 67.
9
Prof. Dr. H .Faturrahman Djamil, M.A., Penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank
Syariah, Jl. Sawo Raya No. 18 Jakarta 13220. 69.

7
4) Diragukan
Apabila terjadi tunggakan pembiayaan angsuran pokok dan
atau margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari.
Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat
dipercaya, dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan
pengikatan agunan lemah serta terjadi pelanggaran yang prinsipil
terhadap persyaratan pokok perjanjian.
5) Macat
Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran pokok dan
atau marginyang telah melewati 270 hari, dan dokumentasi perjanjian
piutang dan pengikatan agunan tidak ada.10
2. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah (NPF)
Dalam menjalankan pembiayaan oleh pihak lembaga keuangan
seperti bank syariah, tentunya perlu diperhatikan dengan cermat oleh bank
bagaimana prosedur perjanjian pembiayaan itu dibuat dan dijalankan,
karena apabila tidak berjalan sesuai dengan prosedur, akan berakibat
negatif, dan akan menimbulkan permasalahan dalam pembiayaan. Dalam
menjalankan operasionalnya perbankan syariah dalam memberikan
pembiayaan kepada calon nasabah memiliki analisis- analisis penilaian
sesuai dengan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah pasal 23 menjelaskan bahwa bank syariah atau UUS wajib
melakukan penilaian dalam penyaluran dana (pemberian pembiayaan)
yaitu dengan menilai terhadap watak (caracter), kemampuan (capacity),
modal (capital), agunan/jaminan (collateral) serta prospek usaha dari calon
nasabah penerima pembiayaan.11
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan
terjadinya pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut.12

10
Prof. Dr. H .Faturrahman Djamil, M.A., Penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank
Syariah, Jl. Sawo Raya No. 18 Jakarta 13220, 70-71.
11
Udang-Undang Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Cet. ke-2, 68-69
12
Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),
Cet. ke-1, 123-125.

8
a. Faktor Internal Bank
1) Analisis tidak tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang
akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan.
Misalnya, pembiayaaan diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan,
sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi
kemampuan.
2) Adanya kolusi antara pejabat bank memutuskan pembiayaan yang
tidak seharusnya diberikan. Misalanya, bank melakukan over taksasi
terhadap nilai angunan.
3) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadp jenis usaha debitur,
direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan
pembiayaan.
4) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring
pembiayaan debitur.
b. Faktor Eksternal Bank
1) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah
a) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran
kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam
memenuhi kewajibannya.
b) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang
dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap
keuangan perusahan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja.
c) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan
dana pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan
(side streaming). Misalnya dalam pengajuan pembiayaan,
disebutkan pembiayaan untuk investasi, ternyata dalam
praktiknya setelah dana pembiayaan dicairkan, digunakan untuk
modal kerja.
2) Unsur ketidaksengajaan

9
a) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, akan
tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak
membayar angsuran.
b) Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga
volume penjualan menurun dan perusahaan rugi.
c) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak
pada usaha debitur.
d) Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.

3. Kriteria Pembiayaan Bermasalah (NPF)


Kriteria pembiayaan bermasalah yang telah disetujui oleh bank
syariah dan dinikmati oleh nasabah, maka peranan bank syariah lebih berat
dibandingkan pada saat dana tersebut belum mengucur di tangan nasabah.
Untuk menghindari terjadinya kegagalan pembiayaan maka bank syariah
harus melakukan pembinaan dan regular monitoring yaitu dengan cara
sebagai berikut 13:
a) Monitoring Aktif
Monitoring aktif yaitu mengunjungi nasabah secara regular,
memantau laporan keuangan secara rutin dan memberikan laporan
kunjungan nasabah/call report kepada komite pembiayaan/supervisor.
b) Monitoring Pasif
Monitoring pasif yaitu memonitoring pembayaran nasabah
kepada bank syariah setiap akhir bulan. Bersamaan pula diberikan
pembinaaan dengan memberikan saran, informasi maupun pembinaan
teknis yang bertujuan untuk menghindari kegagalan pembiayaan.
Contoh Kriteria Penilaian Kualitas Pembiayaan Dari Segi
Kemampuan Bayar berdasarkan kelompok produk pembiayaan.

13
Trisadini Prasastinah Usnanti, Restrukturasi pembiayaan sebagai salah satu upaya
penanganan pembiayaan bermasalah, Volume XI No.3 Tahun 2006 Edisi Juli, 259.

10
Jenis Lancar DPK Kurang Diraguka Macet
Pembiyaa Lancar n
n
Mudharab Pembayar Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat
ah & an tunggakan tunggakan tunggakan tunggakan
Musyaraka angsuran angsuran angsuran angsuran angsuran
h pokok pokok pokok pokok pokok
pembiayaa pembiaya pembiayaan pembiaya pembiaya
n tepat an sampai yang telah an yang an yang
waktu; dengan 90 melampaui 90 telah telah
dan atau hari; dan hari; dan atau melampau melampau
RP sama atau RP RP diatas 30% i 120 hari i 180 hari;
atau lebih sama atau PP s/d 80% s/d 180 dan atau
dari 80% lebih dari PP (30% hari; dan RP < 30%
PP 80% PP PP<RP<80%P atau PP lebih
P) RP<30% dari 3
PP s/d 3 periode
periode pembayar
pembayar an
an
Murabaha Pembayar Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat
h, Istisna, an tunggakan tunggakan tunggakan tunggakan
Qardh, angsuran pembayar pembayaran pembayar pembayar
Multijasa tepat an angsuran an an
waktu dan angsuran pokok dan angsuran angsuran
tidak ada pokok dan atau margin pokok dan pokok dan
tunggakan atau yang telah atau atau
serta margin s/d melewati 90 margin margin
sesuai 90 hari hari s/d 180 yang telah yang telah
dengan hari melewati melewati
persyarata 180 hari 270 hari
n akad s/d 270
hari
Ijarah Pembayar Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat
an sewa tunggakan tunggakan tunggakan tunggakan
tepat sewa s/d sewa yang sewa yang sewa yang
waktu 90 hari telah melewati telah telah
90 hari s/d melewati melampau
180 hari 180 hari i 270 hari
s/d 270
hari
Salam Piutang Piutang Piutang salam Piutang Piutang
salam salam telah jatuh salam salam
belum telah jatuh tempo s/d 60 telah jatuh telah jatuh
jatuh tempo s/d hari tempo s/d tempo
tempo 90 hari 90 hari melebihi

11
90 hari
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Kualitas Pembiayaan Dari Segi Kemampuan Bayar

12
4. Studi Kasus NPF Di Lapangan Dan NPF Paling Tinggi
Rasio NPF merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
nilai profitabilitas bank. Semakin tinggi rasio NPF maka akan semakin
buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan
bermasalah semakin besar. Maka, bisa dilihat apakah dengan jumlah
pembiayaan yang semakin besar itu akan berpengaruh terhadap
pendapatan aset atau tidak? Sebab, jika semakin kecil nilai ROA artinya
perusahaan tidak mampu dalam mengelola harta untuk menghasilkan laba,
dan sebaliknya jika semakin besar nilai ROA artinya semakin baik
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.14
Adapun rumus untuk mencari NPF adalah sebagai berikut:

NPF = Pembiayaan (KL,D,M) X 100%


Total Pembiayaan

Salah satu aspek yang harus dilihat adalah kemampuan dalam


mengatasi berbagai resiko pembiayaan bermasalah dapat di minimalisir
serta tingkat kenaikan NPF tidak bertambah dan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kesehatan NPF bank syariah
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti pada tabel berikut 15:
Tabel. Kriteria Kesehatan Non PerformingFinancing (NPF)
Nilai NPF Predikat
1. NPF > 2% Sehat
2. 2% ≤ NPF < 5% sehat

3. 5% ≤ NPF < 8% Cukup sehat

4. 8% ≤ NPF < 12% Kurang sehat

5. NPF ≥ 12% Tidak sehat


Sumber : SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 3 Mei 2017
14
Maulana and Febriyanti, “Pengaruh Pembiayaan Bermasalah (Npf) Terhadap
Profitabilitas Di Pt. Bprs Bogor Tegar Beriman.”, Vol. 9, No. 1. April 2021, 08.
15
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002), 33.

13
Di kelompokkan unit usaha syariah, rasio NPF tertinggi dialami
oleh unit usaha syariah Bank.
1) Berikut tabet tentang Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
(Financial Performance of Islamic Commercial Bank)
Nominal dalam Miliar Rp (Billion Rp) dan Rasio Kinerja (%)
202
Indikator 2020 2022 2023
1
apri
feb mar mei jun jul ags sef okto nov des jan feb
l
NPF (%) 3,13 2,59 2,65 2,59 2,58 2,67 2,63 2,63 2,64 2,57 2,54 2,50 2,35 2,41 2,37
NPF Net (%) 1,57 0,81 0,89 0,82 0,82 0,86 0,82 0,78 0,76 0,67 0,70 0,67 0,64 0,65 0,6

non ferfoming finarcing 7 713 6 624 6 830 6 884 6 924 7 235 7 417 7 453 8 082 7 997 7 973 7 952 7 576 7 719 7 656
non ferfoming finarcing
3 877 2 064 2 289 2 179 2 188 2 324 2 306 2 212 2 336 2 068 2 196 2 143 2 060 2 078 2 024
net
Total Pembiayaan kepada
Pihak Ketiga Bukan Bank /
Total
financing to Non Bank 246 532 256 219 257 482 265 296 267 874 271 278 281 652 282 989 305 851 310 727 313 744 318 583 322 599 320 609 323 589

2) Kinerja Keuangan Unit Usaha Syariah(Financial Ratios of Islamic


Business Unit )
Nominal dalam Miliar Rp (Billion Rp) dan Rasio Kinerja (%)
202
Indikator 2020 1 2022 2023
Apri okt
feb mar l mei jun jul ags sef o nov des jan feb
NPF (%) 3,01 2,55 2,62 2,57 2,55 2,51 2,36 2,35 2,38 2,33 2,33 2,29 2,23 2,33 2,31
NPF Net (%) 1,93 1,11 1,15 1,13 1,13 1,14 1,07 1,07 1,11 1,11 1,09 1,02 0,97 1,02 0,91
non ferfoming finarcing 4 131 3 916 4 032 4 024 4 087 4 040 3 959 4 019 3 909 3 887 3 900 3 879 3 767 3 905 3 905
non ferfoming finarcing
net
2 659 1 700 1 770 1 772 1 810 1 835 1 786 1 829 1 820 1 844 1 828 1 733 1 634 1 707 1 539
Total Pembiayaan kepada
Pihak Ketiga Bukan Bank /
Total
153
financing to Non Bank 137 412 659
153 618 156 459 160 019 160 726 167 587 171 071 164 437 166 778 167 114 169 234 168 890 167 944 169 34

NPF tertinggi yang masuk daftar CNBC NPF tertinggi yang


masuk daftar CNBC Indonesia pada maret 2018 adalah PT. BJB
Syariah. Bank yang merupakan anak dari PT. Bank Jabar Banten Tbk
ini memiliki NPF gross 21,81% dan NPF net 3,26% pada priode yang
sama. Adapun untuk CAR tercapat 17,54%.16
16
Gita Rossiana, Wah Bank-Bank ini Punya NPL di Atas 5%,
https://www.cnbcindonesia.com/market/201807120010-17-25694/wah-bank-bank-ini-punya-npl-
di-atas-5, diakses pada tanggal (30 desember 2023) 11: 11

14
5. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah
Untuk pembiayaan bermasalah atau non performing finance dapat
diselesaikan dengan dua cara yaitu penyelamatan pembiayaan dan
penyelesaian pembiayaan. Penyelamatan adalah suatu langkah
penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui perundingan kembali antara
kreditur dan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian
pembiayaan sehingga dengan memperingan syarat- syarat pengembalian
pembiayaan tersebut diharapkan debitur memiliki kemampuan kembali
untuk penyelesaian pembiayaan itu. Penyelesaian pembiayaan melalaui
tahap ini disebut penyelesaian melalui restrukturisasi pembiayaan.
Langkah penyelesaian melalui restrukturisasi pembiayaan ini diperlukan
syarat utama yaitu adanya kemauan dan etikad baik kooperatif dari debitur
serta bersedia mengikuti syarat-syarat yang ditentukan bank karena dalam
penyelesaian pembiayaan melalui restrukturisasi lebih banyak negosiasi
dan solusi yang ditawarkan bank untuk menentukan syarat dan ketentuan
restrukturisasi.17
Sedangkan yang dimaksud penyelesaian adalah penyelesaian
pembiayaan bermasalah melalui lembaga hukum. Yang dimaksud lembaga
hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan
Direktorat Jenderal Piutang Dan Lelang Negara (DJPLN), melalui Badan
Peradilan dan Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Penyelesaian pembiayaan bermasalah dilalukan dengan beberapa
metode, yaitu: 18

1) Rescheduling
Yaitu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang
jangka waktu pembiayaan dan penurunan jumlah yang harus diangsur
oleh debitur.
2) Reconditioning
17
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank, (Jakarta:Alfabeta, 2003), Cet. ke-1, 266.
18
Ibid, 125-129.

15
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat pembiayaan
yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, penundaan
pembayaran margin sampai waktu tertentu, penurunan margin dan
pembebasan margin.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembiayaan bermasalah merupakan suatu keadaan dimana nasabah
sudah tidak sanggup untuk membayar atau melunasi kewajibannya pada
bank. Pembiayaan pada lembaga keuangan syariah harus dijaga
kualitasnya berdasarkan prinsip kehatihatian. Prinsip kehati-hatian adalah
pedoman pengelolaan lembaga keuangan Syariah yang wajib dianut guna
mewujudkan lembaga yang sehat, kuat, dan efisien sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penerapan prinsip ini
diwujudkan saat melakukan analisa pembiayaan. Yaitu menganalisa
keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah untuk melunasi
seluruh kewajiban pada waktunya. Keyakinan tersebut diperoleh dari
penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan,
dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas (character,
capacity, capital, collateral, condition)

Pembiayaan bermasalah dapat terjadi dikarenakan oleh faktor


internal dan faktor eksternal. Dalam prakteknya, jika pembiayaan yang
diberikan semakin berkualitas atau layak untuk disalurkan, maka risiko
kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah akan semakin rendah.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia No.13/1988 tentang Kualitas
Aktiva Produktif, kualitas pembiayaan/kredit digolongkan menjadi lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

Dalam kriteria pembiayaan bermasalah untuk menghindari


terjadinya kegagalan pembiayaan maka bank syariah harus melakukan
pembinaan dan regular monitoring yaitu dengan cara monitoring aktif dan
monitoring pasif. Dan dalam jenis pembiayaannya seperti mudharabah,
musyarokah, murabbah, istisna, qordh, multijasa, ijarah, salam, itu sudah

17
memiliki kriteria penilaian kualitas pembiayaan dari segi kemampuan
bayar.

Studi kasus NPF dilapangan itu apabila nilai rasio NPF semakin
tinggi maka semakin buruk kualitas pembiayaan bank. Idealnya,
pembiayaan berjalan dengan lancar, pihak lembaga sudah melakukan
analisis dengan baik dan nasabah mematuhi apa yang telah disepakati
dalam perjanjian. Namun, jika terjadi kesalahan dalam analisis oleh
lembaga atau terjadi ketidakberdayaan pada nasabah, sehingga terjadi
masalah. Maka baik pihak lembaga atau nasabah bisa melakukan upaya
untuk menyelesaikannya, yaitu melakukan penyelamatan pembiayaan
bermasalah dengan upaya restrukturisasi apabila nasabah masih
mempunyai niat baik untuk menyelesaikannya, atau jika nasabah sudah
tidak ada lagi niat baik dalam (tidak dapat diajak kerjasama) dalam upaya
penyelamatan pembiayaan bermasalah, maka lembaga keuangan Syariah
bisa menyelesaikannya dengan cara non ligitasi dan ligitasi.

Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah pada Bank syariah,


Bank dapat melakukan upaya-upaya penyematan dan penyelesain
pembiayaan dengan cara Restrukturisasi. restrukturisasi yang dapat
dilakukan adalah Penjadwalan kembali (rescheduling), Persyaratan
kembali (reconditioning), Penataan kembali (restructuring), Penjadwalan
kembali (rescheduling) . Penyelesaian melalui jaminan. Collection Agent
dan Hapus Buku (write off).

18
DAFTAR PUSTAKA

Khairunisa Madona and Musrifah, “Penyelesian Pembiayaan Bermasalah Pada


Bank Syariah,” ISLAMIC BUSINESS and FINANCE 1, no. 1 (2020),
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/IBF/article/view/9368.
Apriyani, Bank-Bank Syariah yang NPF-nya Diatas 5%, Salemba empat ( Jln.
Raya Lenteng Agung No. 101 Yogyakarta, Jakarta selatan 12610 ) 19
Agustus 2016.
Nugrohowati Isnaini Nuri Rindang, Syafrildha Bimo Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Analisis pengaruh faktor internal bank dan
eksternal terhadap Non-Performing Financing (NPF) pada Bank
Perkreditan Rakyat Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi & Keuangan
Islam, Vol. 5 No. 1, January 2019.
Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, M.A., Penyelesaian pembiayaan bermasalah di
Bank Syariah, Jl. Sawo Raya No. 18 Jakarta 13220.
Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati, “Analisis Solutif Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah: Kajian Pada Produk Murabahah
di Bank Muamalat Indonesia Banda Aceh” Iqtishadia, Vol. 10, No.1, 2017.
Edi susilo, Analisis pembiayaan dan risiko Perbankan Syariah, Celeban Timur
UH III/548 Yogyakarta 55167.
Udang-Undang Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), Cet. ke-2.
Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana,
2010), Cet. ke-1.
Prasastinah Usnanti Trisadini, Restrukturasi pembiayaan sebagai salah satu
upaya penanganan pembiayaan bermasalah, Volume XI No.3 Tahun 2006
Edisi Juli
Febriyanti and Maulana, “Pengaruh Pembiayaan Bermasalah (Npf) Terhadap
Profitabilitas Di Pt. Bprs Bogor Tegar Beriman.”, Vol. 9, No. 1. April
2021.
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002).

19
Rossiana Gita, Bank-Bank ini Punya NPL di Atas 5%,
https://www.cnbcindonesia.com/market/201807120010-17-25694/wah-
bank-bank-ini-punya-npl-di-atas-5, diakses pada tanggal (30 desember
2023).
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank, (Jakarta:Alfabeta, 2003), Cet. Ke
1

20
21

Anda mungkin juga menyukai