Anda di halaman 1dari 4

1

Nama : Putu Surya Mahardika

KEKUATAN HUKUM AKTA OTENTIK JUAL-BELI ONLINE DENGAN

VIDEO CONFERENCE DALAM PEMBAHARUAN LINGKUP JABATAN

NOTARIS

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era modern dan digitalisasi saat ini tentunya lalu lintas perdagangan

sangatlah kompleks dikarenakan saat ini transaksi bukan hanya transaksi melalui

tatap muka melainkan sudah ke tahap transaksi Jual-Beli Online, yang mana

berimplikasi pada perjanjian yang dibuat saat ini sangatlah kompleks dan

beranekaragam khususnya dalam media online. Transaksi Jual-Beli Online

memudahkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi dikarenakan tidak

diharuskannya penjual dan pembeli bertatap muka sehingga membuat transaksi

mudah dan instan

Jumlah Transaksi yang massif dalam Jual-Beli Online tidaklah seimbang

dengan aturan yang mengatur mengenai Transksi Jual-Beli Online tersebut

menyebabkan kebutuhan akan pembuatan akta Otentik Jual-Beli Online

khususnya pada Transaksi dengan nominal yang tinggi menuntut kemudahan

dalam pembuatan akta otentik di Notaris.

Berdasarkan pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.2 tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

memuat pengertian “Akta Notaris yang selanjutnya disebut Akta adalah akta

autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara

yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini”, sehingga dari rumusan pengertian


2

Akta Notaris ini frasa “di hadapan Notaris” juga tidak diharuskannya dibuatnya

Akta Notaris harus di kantor Notaris sehingga dimungkinkan untuk pembuatan

Akta Otentik dengan menghadap melalui video conference walaupun dalam

praktik sangat jarang ditemukan dan belum diakui tetapi video conference

bukanlah hal yang baru dalam peradilan di Indonesia sebagai contoh berdasarkan

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pengajuan Permohonan Elektronik (Electronic Filing) dan Pemeriksaan

Persidangan Jarak Jauh (Video Conference) serta dalam pemeriksaan saksi

melalui teleconference atau videoconference sudah lumrah dilakukan di lingkup

Peradilan di Mahkamah Agung sendiri dapat dilihat dari Putusan Mahkamah

Agung Republik Indonesia No. 572 K/Pid/2003, diamana dalam pemeriksaan

perkara, pengadilan menyalakan lampu hijau kepada mantan Presiden BJ Habibie

untuk memberikan kesaksian lewat teleconference pada 2002 kasus

penyimpangan dana non-budgeter Bulog atas nama terdakwa Akbar Tanjung.

Video conference di lingkup pengadilan baik di Mahkamah Konstitusi

dan Mahkamah Agung sudah diterapkan dan diakui, video conference ini

bukanlah hal yang baru sehingga kedepannya dalam pembaruan lingkup jabatan

Notaris sudah mulai memikirkan untuk adanaya aturan mengenai Notaris dalam

pembuatan akta otentik transaki online dan memungkinkan penghadap untuk

mengadap di hadapan Notaris melalui video conference serta harus adanya aturan

khsusus nantinya terkait Notaris dalam pembuatan Akta Otentik dengan video

conference serta kejelasan mengenai kekuatan pembuktiannya akta otentik dengan

video conference, untuk membahas permasalahan tersebut, diperlukan suatu


3

penelitian hukum yang bersifat normatif untuk mengkaji dan menuangkannya

dalam bentuk tesis dengan judul “KEKUATAN HUKUM AKTA OTENTIK

JUAL-BELI ONLINE DENGAN VIDEO CONFERENCE DALAM

PEMBAHARUAN LINGKUP JABATAN NOTARIS”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

dapat dirumuskan permasalahan yang timbul sebagai berikut:

1. Bagaimana keabsahan Akta Otentik Jual-Beli Online yang dilakukan

dengan media Video Conference ?

2. Bagaimana Kekuatan Hukum Akta Otentik Jual-Beli Online yang

dilakukan dengan media Video Conference sebagai alat bukti di

pengadilan?

1.3. Metode Penelitian

1.3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

hukum normatif dengan pendekatan masalah dan norma hukum yang berlaku,

dimana penelitian tersebut meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem

norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas, norma kaidah dari

peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin/ajar.1

1
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2015, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, cet. III, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 34.
4

Kerangka Penulisan

JUDUL TESIS
KEKUATAN HUKUM AKTA OTENTIK JUAL-BELI ONLINE
DENGAN VIDEO CONFERENCE DALAM PEMBAHARUAN
LINGKUP JABATAN NOTARIS

Rumusan Masalah I
Bagaimana keabsahan Akta Otentik
Jual-Beli Online yang dilakukan
dengan media Video Conference ?
Kerangka Teori
1. Teori & Asas
Perjanjian
2. Akta Otentik
3. Teori
Pembuktian
Rumusan Masalah II 4. Video conference
Bagaimana Kekuatan Hukum Akta
Otentik Jual-Beli Online yang
dilakukan dengan media Video
Conference sebagai alat bukti di
pengadilan?

Penjabaran :
Pengertian perjanjian, Asas kebebasan berkontrak, syarat sahnya
perjanjian .
Jenis-Jenis Akta, Pengertian Akta Otentik, Format Akta berdasarkan
UUJN.
Pengertian Pembuktian, Jenis-Jenis Alat Bukti, Kekuatan Alat Bukti Akta
Otentik (Pembuktian Sempurna).
Pengaturan Video Conference, Sebagai Alat Bukti Elektronik dalam UU
ITE.

Anda mungkin juga menyukai