Anda di halaman 1dari 18

EDOMAN KLINIS PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE

Oleh dr. Yenna Tasia

Pedoman klinis pada pemasangan nasogastric tube adalah sebagai berikut:


 Saat tindakan pemasangan, jika curiga nasogastric tube terletak di posisi yang salah,
minta pasien untuk berbicara. Jika pasien dapat berbicara, maka nasogastric tubetidak
melewati pita suara dan/atau paru-paru
 Nasogastric tube dapat menggulung di nasofaring atau orofaring
 Jika hal ini terjadi atau nasogastric tube susah untuk dimasukkan, gulung ujung
distal nasogastric tube dan sedikit bekukan di dalam gelas berisi es sehingga selang
akan menahan bentuk melengkung
 Masukan selang yang telah diberikan pelumas melalui lubang hidung dengan bentuk
lengkungan mengarah ke bawah. Saat ujung distal melalui hipofaring, ujung yang
melengkung akan menghadap anterior

 Putar nasogastric tube 180° sehingga ujung yang melengkung menghadap posterior
menghadap esofagus. Terus masukkan nasogastric tube seperti biasanya dengan
meminta pasien menelan
 Pada pasien yang tersedasi, dapat menggunakan teknik memasukkan 2 atau 3 jari ke
dalam mulut pasien ke orofaring. Jari ini digunakan sebagai panduan untuk
memasukkan nasogastric tube ke dalam hipofaring
 Mengangkat kartilago tiroid ke arah anterior dan atas dapat membuka esofagus,
sehingga memberikan akses ke bagian proksimal esofagus

 Laringoskopi direk atau laringoskopi video dapat membantu pemasangan nasogastric


tube pada pasien yang tersedasi dengan memberikan visualisasi ujung nasogastric
tube saat memasuki esofagus
 Sebaiknya seorang tenaga medis hanya mencoba melakukan pemasangan nasogastric
tube maksimal 3 kali pada pasien dan waktu yang sama
 Setelah nasogastric tube terpasang, jangan memasukkan apapun (cairan,
obat, flushselang) sampai posisi selang telah dipastikan benar
 Jika posisi selang di saluran pernafasan, dapat menyebabkan aspirasi pneumonia
 Jika posisi selang di saluran cerna, dapat mengkontaminasi cairan lambung (tes pH
dapat tidak akurat)

 Pemeriksaan pH, enzim, bilirubin dan karbon dioksida dapat membedakan


pemasangan nasogastric tube di saluran cerna dengan saluran pernafasan. Namun
pemeriksaan ini tidak dapat membedakan posisi nasogastric tube yang berada di
esofagus atau di junction Maka pemeriksaan yang disarankan untuk konfirmasi
posisi nasogastric tube adalah rontgen toraks
 Berbagai metode yang sudah tidak direkomendasikan untuk memeriksa
pemasangan nasogastric tube:
 Auskultasi lambung untuk suara udara (borborygmus) dengan
menggunakan syringe untuk injeksi udara ke dalam nasogastric tube
 Tidak adanya distress pernafasan. Nasogastric tube bisa saja masuk ke saluran
pernafasan tanpa menimbulkan gejala
 Tidak adanya batuk atau muntah setelah pemasangan selang. Pada kondisi di mana
refleks muntah dan batuk menurun (misalnya penurunan kesadaran), hal ini tidak
dapat digunakan sebagai petanda pemasangan nasogastric tube yang benar
 Kertas litmus biru untuk memeriksa asam dan basa dari cairan aspirasi. Kertas litmus
tidak sensitif untuk membedakan antara sekresi lambung dan bronkial

 Adanya gelembung udara. Ujung proksimal nasogastric tube diletakkan di dalam


gelas berisi air, jika ada gelembung yang keluar maka selang terpasang di saluran
pernafasan. Namun gelembung udara bisa juga berasal dari gas di lambung
 Munculnya aspirasi pada nasogastric tube. Tidak bisa membedakan cairan yang
berasal dari lambung, saluran pernafasan dan pleura hanya dari penampilan
 Saat memasukkan nasogastric tube, dapat menginduksi terjadinya muntah
dan gagging
 Sediakan mesin suction saat pemasangan nasogastric tube
 Terapkan kewaspadaan universal dan gunakan sarung tangan. Jika perlu gunakan
pelindung wajah dan mata, dan gaun[1,4,5,7,11]
NasoGastric Tubes
Posted on 24 Oktober 2013 by agustiara16

Pengertian
Pemasangan nasogastric tubes (NGT) Merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan
tujuan memasukkan makanan cair atau obat obatan, mengeluarkan cairan dalam lambung,
melakukan irigasi karena adanya pendarahan lambung atau keracuanan, mengurangi mual atau
muntah setelah pembedahan dan mengambil spesimen dalam lambung untuk bahan pemeriksaan.

Nasogastric tubes (NGT) sering digunakan untuk menhisap isi lambung, juga digunakan untuk
memasukkan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat (
Metheny dan Titler,2001 )
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga merupakan tindakan pada pasiean yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral. (Musrifatul Dan A.Azis A,2008).

Memasang nasogastrik adalah melakukan pemasangan selang dari rongga hidung ke lambung. (Eni
Kusyati,2006)

Inersi slang nasogastric adalah pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring ke dalam
lambung. (Anne Griffin dkk,2005 )

Tindakan ini dilakukan pada pasien tidak sadar, pasien tidak mampu menelan, pasca operasi mulut /
oesophagus, dan dan masalah saluran pencernaan atas, seperti tumor mulut, stenosis esophagus,
fraktur tulang rahang, tidak dapat menelan karena paralisis tenggorokan, bayi prematur yang terlalu
lemah untuk menelan, pasien yang tidak mau makan sendiri seperti psikose, pemasangan pada
hidung dilakukan pada pasien dengan pernafasan reguler, dengan menggunakan sonde ukuran
kecil, sedang pasien yang mengalami pernafasan irreguler biasanya dipasang dengan ukuran sonde
yang lebih besar dan lain lain

“Nasogastric” terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso adalah suatu
kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau moncong
hidung.
Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang
berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut
pada tahun 1942.

Sebagai pemasangan NGT , harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta memperhatikan
keunikan variasi didalam melaksanakan tindakan secara aman dan nyaman ( Walley dan
Wong,2001 ).

Memberikan makanan melalui sonde adalah memasukkan formula cairan makanan atau obat dalam
perut dengan cara memasukkan selang makanan lewat hidung atau mulut kedalam perut, pola
pasien yang tidak bisa menelan dan tidak sadar.

Memasang sonde adalah pemasangan selang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam
lambung. (Perry Dan Potter,2000)
Menurut Siti Bandiyah (2009) Pemberian makanan melalui selang penduga lambung (maagslang)
dilakukan pada pasien :

1) Pasien yang tidak dapat makan, menelan, atau pasien yang tidak sadar.

2) Pasien yang terus menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
pasien psikiatri (kelainan jiwa)

3) Pasien yang muntah terus menerus

4) Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), prematur, atau dismature.

3.2 Tujuan dan Manfaat Tindakan


1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu
recovery (pemulihan dari general anaesthesia)
Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan NGT
3.3.1 INDIKASi
~ Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan

~ Keracunan makanan minuman

~ Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT

~ Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung

3.3.2 KONTRAINDIKASI:
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien
predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:

¨ Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture.
Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan
menimbulkan penetrasi intracranial.

¨ Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko
untuk esophageal penetration.

¨ Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada
tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT

¨ Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang
kecil untuk membatasi asupan makanan
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus
kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi.

3.4 KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN OLEH NGT


3.4.1 Komplikasi mekanis
a) Agar sonde tidak tersumbat

perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh
sedikitnya tiap 24 jam. bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap
30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.

b) Agar sonde tidak mengalami dislokasi

sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa
menimbulkan rasa sakit. posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)

3.4.2 Komplikasi pulmonal: aspirasi


a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi

b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.

Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi
lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.

3.4.3 Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde


a) sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien)
panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum.

b) sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung

REPORT THIS AD

c) sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa
menimbulkan rasasakit

d) perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap
tidak berubah (tergeser).

3.4.4 Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain
3.4.4.1 Komplikasi yang terjadi di usus
 Diare
 Perut terasa penuh
 Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral
3.4.4.2 Komplikasi metabolik hiperglikemia
Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus. Pemberian nutrisi enteral harus
dilakukan secara bertahap.

Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa

Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari


Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari

Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat harus
ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).
Selanjutnya ada dua kemungkinan:
ü Kemungkinan I
Nutrisi enteral konsep 24 jam:
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400
ml/hari = 2400 kcal/hari.

ü Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari) Nutrisi enteral konsep 12 jam
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari. Maksud konsep 12
jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral selama 12 jam sehari.
Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur. Apabila timbul rasa mual atau diare,
pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40
ml/jam.

3.4.4.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


a) Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien

b) Sebelum dihidangkan, makanan diperiksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan daftar
makanan / diet pasien.

c) Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi

d) Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit

e) Peralatan harus bersih.

3.5 Persiapan
3.5.1 Persiapan Alat Dan Bahan Bagi Petugas
REPORT THIS AD

Baki dan alas berisi :


1. Slang nasogastrik (NGT) steril sesuai kebutuhan (Bayi : no.5-8, Anak : no.10-14, Dewasa
: no.16-18)
2. Handschoon steril 1 pasang
3. Pinset anatomi steril 1 buah
4. Spuit 5 cc
5. Jelly / vaselin
6. Stetoskop
7. Plester perekat dan gunting
8. Cucing berisi kertas lakmus
9. Lidi watten atau cutton bud
10. Mangkok berisi air matang (bila tidak ada stetoskop)
11. Makanan dalam bentuk cair
12. Spuit 20-50 ml
13. Corong makan (bila perlu)
14. Gelas berisi air matang untuk membilas
15. Obat-obatan (bila ada)
16. Waskom berisi larutan clorin 0,5%
17. Sampah medis dan non medis
18. Buku catatan dan alat tulis
3.5.2 Persiapan Pasien
1) beri tahu pasien / orang tua (pada pasien bayi atau anak-anak) tindakan yang akan dilakukan.
2) atur posisi pasien dengan posisi kepala lebih tinggi dari bidan atau posisi semi fowler dengan
bantuan bantal dibelakang dan dibahu, pasien yang gelisah / tidak tenang sebaiknya diikat kaki dan
tangannya.
3) bentangkan serbet atau pengalas di bawah dagu pasien
3.5.3 Persiapan Ruangan
1) pasang sampiran atau penutup tirai

2) ruangan harus bersih

3.6 prosedur kerja


3.6.1 Pemasangan sonde
1. Mengecek program terapi medik, Menyiapkan alat dan disusun secara ergonomis (secara
berurutan)
2. Bersihkan daerah hidung dengan cutton
3. Pasang pengalas di daerah dada
4. Letakkan bengkok di dekat pasien
5. Ukur selang untuk memperkirakan panjang pemasangan dan tandai titik dengan plater kecil /
klem. 2 metode standar pengukuran panjang adalah sebagai berikut :
A. Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke ujung prosesus xifoideus
B. Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik tengah antara prosesus
xifoideus dan umbilikus
C. Berikan jelly pada ujung selang dan tutp NGT / klem
D. Masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan untuk
menelan, dan perhatikan reaksi pasien (hentikan tindakan bila pasien batuk / bersin /
muntah)
E. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk kedalam lambung dengan
cara :
i. Masukkan ujung selang yang di klem ke dalam wascom berisi air, buka klem /
tutup NGT dan perhatikan jika ada gelembung berarti ujung NGT masuk ke
dalam paru, dan jika tidak ada gelembung berarti sudah masuk ke dalam
lambung. Setelah itu di klem/ dilipat kembali
ii. Masukkan udara dengan spuit 3cc ke dalam lambung melalui NGT dan
dengarkan dengan stetoskop, bila terdengar bunyi berarti sudah masuk ke
lambung, setelah itu tarik kembali spuit untuk mengekuarkan udara yang sudah
dimasukkan
F. Stabilkan selang dengan menahannya / memplesternya ke pipi, bukan ke dahi karena
kemungkinan terjadinya kerusakan pada lubang hidung. Untuk mempertahankan letak
yang tepat ukur dan catat panjang selangyang dimasukkan dari hidung/ mulut ke
lubang bagian distal saat selang di pasang untuk pertamakalinya. Perksa ulang
pengukuran ini setiap kali sebelum pamberian makan
G. Setelah selesai maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara pasang spuit
pada ujung pipa
H. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia dengan cara menghangatkan dulu
makanan cair sesuai suhu ruangan. Untuk memulai aliran, berikan dorongan lembut
dengan plunger, tetapi kemudian lepaskan plunger dan biarkan air mengalir ke dalam
lambung berdasarkan gravitasi
REPORT THIS AD

3.6.2 pelepasan sonde


1 Bilas selang dengan air steril (1/2 ml untuk selang kecil, 5-15 ml / lebih untuk selang yang
besar)

2 Tutup atau klem selang untuk mencegah hilangnya makanan


3 Catat reaksi pasien pasca pemberian makanan, rapikan alat, pasien dan lingkungan. Petugas
mencuci tangan dengan teknik 7 langkah dan dokumentasikan tindakan.

Dokumentasi :

 Tanggal dan waktu insersi selang


 Warna dan jumlah drainase
 ukuran dan tipe selang
 Toleransi klien terhadap prosedur

3.6.3 Hasil yang diharapkan


 Klien tidak mempunyai keluhan mual dan muntah
 Klien berkurang rasa nyeri dari distensi abdomen
 Distensi abdomen berkurang
 Kebutuhan nutrisi terpenuhi
 Tidak terjadi aspirasi
PERALATAN
• Spuid Catheter-tip (1)
• Stetoskop (1)
• Strip indicator pH (skala 0,0 – 14,0 ) (1)
• Handuk (1)
• Tisu wajah (1)
• Handscoon bersih (1)
• Nutrisi enteral sesuai dengan order dokter
• Air
• Bengkok (2)
- Bengkok yang berisi Lysol untuk bekas handscoon dan alat
- Bengkok untuk sampah

PENGKAJIAN
1. Kaji mengapa klien membutuhkan pemberian nutrisi enteral (mis: klien mengalami
gangguan menelan)
2. Kaji apakah klien ada alergi terhadap makanan
3. Auskultasi suara bising usus klien
4. Kaji BB dan nilai laboratorium seperti : kekurangan atau kelebihan volum cairan,
abnormalitas nilai elektrolit, dan abnormalitas metabolic
5. Cek waktu kadaluarsa formula, Siapkan formula dalam keadaan hangat
6. Kaji ulang order dokter terhadap formula dan frekuensi pemberian nutrisi enteral

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dapat ditegakkan karena beberapa masalah dibawah ini :
• Gangguan keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
• Gangguan menelan
• Resiko aspirasi

RENCANA KEPERAWATAN
1. Hasil yang diharapkan dari prosedur yang ada :
• Status nutrisi meningkat (terjadi pertambahan BB, perbaikan nilai laboratorium
serta intake dan output)
• Tidak menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan
2. Menjelaskan prosedur kepada klien

IMPLEMENTASI
1. Komunikasi & jelaskan tujuan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
4. Pertahankan privasi klien
5. Gunakan handscoon bersih
6. Cek kebenaran posisi selang NGT dengan cara :
• Masukkan ujung selang pada gelas berisi air, jika terdapat gelembung udara pada
air, menandakan pemasangan selang tidak tepat, karena selang masuk ke paru-paru.
• Masukkan udara 10 ml pada kateter tip, letakkan stetoskop di epigastrium, jika
terdengar bunyi, menandakan selang telah tepat letaknya.
• Masukkan kateter tip ke ujung selang, aspirasi dengan perlahan untuk
mendapatkan isi gastric lalu ukur PH dengan kertas pengukur PH.
7. Klem selang NGT saat melepas spuid penutup selang, ganti dengan spuid catheter-
tip
8. Cek volum residu lambung :
- Hubungkan spuid catheter-tip dengan ujung selang NGT, aspirasi cairan lambung
- Kembalikan cairan kelambung jika < 100 ml
9. Irigasi selang NGT dengan air sebanyak………ml
10. Isi spuid dengan jumlah formula yang telah diukur, lepas klem, angkat selang
hingga tidak lebih dari 45 cm
11. Alirkan formula secara bertahap sesuai gravitasi, ulangi pemberian formula
sampai jumlah yang di order
12. Ketika selang dalam keadaan kosong harus segera di klem
13. Bilas dengan cara irigasikan air hangat ke dalam selang NGT sebanyak……..ml
14. Berikan klien posisi yang nyaman
15. Rapikan alat dan cuci tangan

EVALUASI
1. Evaluasi perasaan klien setelah dilakukan pemberian nutrisi enteral
2. Monitor intake dan output setiap 8 jam
3. Monitor nilai laboratorium
4. Observasi status pernapasan klien
5. Observasi tingkat kenyamanan klien
6. Auskultasi bising usus

DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dan waktu pemberian nutrisi enteral
2. Catat nama nutrisi enteral dan jumlah yang dimasukkan, serta paraf perawat

Memasang, Perawatan, Pelepasan Selang Nasogastrik


(NGT) dan pemberian Nutrisi, di dalan Keperawatan
1. Pengertian Nasogastrik (NGT)
Melakukan pemasangan dari rongga hidung ke lambung
2. Tujuan
a. Memasukkan makanan cair atau obat-obat atau padat yang dicairkan atau padat yang
dicairkan
b. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
c. Mengirigasi karena perdarahan atau keracunan dalam lambung
d. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma.
e. Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium.
3. Dilakukan pada:
a. Pasien tidak sadar (koma)
b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas (stenosis esofagus, tumor mulut atau
faring atau esofagus, dan lainnya.)
c. Pasien pascaoperasi pada mulut atau faring atau esofagus.
4. Persiapan alat
Baki berisi:
a. NGT No.14 atau 16 (untuk anak lebih kecil)
b. Jeli
c. Sudip lidah
d. Sepasang sarung tangan
e. Senter
f. Spuit atau alat suntik ukuran 50-100 cc
g. Plester
h. Stetoskop
i. Handuk
j. Tisu
k. Bengkok
5. Prosedur pelaksanaan
a. Dekatkan alat ke samping klien
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan tujuannya.
c. Cuci tangan
d. Bantu klien pada posisi High Fowler. Meningkatkan kemampuan klien untuk menelan.
e. Pasang handuk pada dada klien, letakkan tisu wajah dalam jangkauan klien. Agar tidak
mengotori pakaian klien. Pemasangan slang dapat menyebabkan keluarnya air mata.
f. Memakai sarung tangan.
g. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernapas normal dengan
menutup satu hidung kemudian mengulanginya dengan menutup hidung yang lain. Slang
mudah masuk melalui slang hidung yang lebih paten.
h. Mengukur panjang slang yang akan dimasukkan dengan menggunakan:
1) Metode tradisional. Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telingah bawah dan
ke prosesus xifoideus di sternum.
2) Metode Hanson. Mula-mula tandai 50 cm pada slang kemudian lakukan pengukuran
dengan metode tradisional. Slang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan
tanda tradisional.
i. Beri tanda pada panjang slang yang sudah diukur dengan menggunakan plester.
j. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20cm. Pelumasan menurunkan friksi antarmembran
mukosa dengan slang.
k. Ingatkan klien bahwa slangakan segera dimasukkan dan instruksikan klien untuk
mengatur posisi kepala ektensi, masukkan slang melalui lubang hidung yang telah
ditentukan. Memudahkan masuknya slang melalui hidung dan memelihara agar jalan napas
tetap terbuka.
l. Lanjutkan memasukkan slang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak tertahan,
putarlah slang dan jangan paksakan untuk dimasukkan. Meminimalkan ketidaknyamanan
akibat pemasangan NGT. Dengan memasukkan slang dengan cara memutar dan sedikit
menarik, ujung slang akan mudah masuk ke faring.
m. Lanjutkan memasang slang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati nasofaring (3-
4cm) anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan.
n. Dorong klien untuk menelan dan memberikan sedikit air minum (jika perlu). Tekankan
pentingnya bernapas lewat mulut. Menelan memudahkan lewatnya slang melalui orofaring.
o. Jangan memaksakan slang untuk masuk. Jika ada hambatan atau klien tersedak, sianosis,
hentikan mendorong slang. Periksa posisi slang di belakang tenggorok dengan
menggunakan sudip lidah dan senter. Slang mungkin terlipat, menggulung di orofaring atau
masuk ke trakea.
p. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan klien
rileks dan bernapas normal.Memberi kenyamanan dan mengurangi kecemasan.
q. Periksa letak slang dengan
1) Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut dan
kuadran kiri atas klien (lambung) kemudian suntikan 10-20 cc udara bersamaan dengan
auskultasi abdomen.
2) Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung.
3) Memasukkan ujung bagian luar slang NGT ke dalam mangkuk yang berisi air. Jika
terdapat gelembung udara, slang masuk ke dalam paru-paru. Jika tidak terdapat
gelembung udara, slang masuk ke dalam lambung.
Posisi yang tepat penting untuk diketahui sebelum mulai memasukkan makanan
r. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai kering
s. Fiksasi slang dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
1) Potong 10 cm plester, belah menjadi dua sepanjang 5 cm pada salah satu ujungnya.
Memasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien dan silangkan plester pada
slang yang keluar dari hidung.
2) Tempelkan ujung NGT pada baju klien dengan memasang plester pada ujungnya dan
penitikan pada baju.
t. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
u. Rapikan alat-alat.
v. Cuci tangan.
w. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.
6. Perawatan Pasien saat dipasang selang NG
a. Nilai kembali pempatan selang sebelum memberikan bolus makanan, cairan, atau obat-
obatan dan pada setiap pergantian untuk pemberian makanan secara kontinu.
b. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap makan dan setelah setiap pemberian obat-
obatan
c. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit. Rekatkan ulang setiap hari dan pada lokasi yang
berlainan untuk menghindari penekanan konstan pada satu area hidung. Cuci dengan
lembut area sekitar hidung dengan sabun dan air. Berikan perawatan kebersihan nasal
setiap hari dan jika diperlukan.
d. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika dibutuhkan (cuci mulut, air, sikat gigi,
bersihkan lidah, gigi, gusi, pipi, dan membran mukosa). Jika pasien sedang membersihkan
mulut, ingatkan ia untuk tidak menelan air.
7. Pelepasan selang NG
a. Jelaskan prosedur kepada pasien. Perhatikan pencegahan standar.
b. Lepaskan plester dari hidung dan wajah.
c. Klem atau sumbat selang (untuk mencegah aspirasi), instruksikan pasien untuk menahan
napas dan keluaran selang pada sekali gerakan, namun cepat.
d. Nilai tanda-tanda aspirasi.
8. Jenis pemberian makanan melalui selang
a. Pemberian makanan inisial: lanjutkan sesuai yang ditoleransi dengan 10-25 mL/jam
setiap 8-12 jam sampai kecepatan yang diinginkan.
b. Intermiten: infus 200-400 mL formula enteral beberapa kali per hari selama 30 menit.
c. Kontinu: pemberian makanan dimulai dalam 24 jam dengan menggunakan pompa
infus.
(http://ithinkeducation.blogspot.co.id/2014/01/memasang-perawatan-pelepasan-
selang.html)
Tatalaksana penderita stroke yang mengalami stress ulcer/ perdarahan saluran cerna bagian
atas: (Guideline Stroke, 2011) Universitas Sumatera Utara - Pasien dipuasakan - Dilakukan
penatalaksanaan airway, breathing dan circulation yang adekuat. - Pada perdarahan yang banyak (lebih
dari 30% dari volume sirkulasi), penggantian dengan transfusi darah perlu dilakukan. Untuk mengganti
kehilangan volume sirkulasi, cairan pengganti berupa koloid atau kristaloid dapat diberikan sebelum
transfusi. - Lakukan irigasi melalui pipa nasogastrik dengan air es tiap 6 jam sampai darah berhenti. -
Pemberian penghambat pompa proton seperti omeprazol atau pantoprazol secara intravena dengan
dosis 80 mg bolus, kemudian diikuti pemberian infus 8 mg/ jam selama 72 jam berikutnya. - Hentikan
pemakaian aspirin atau klopidogrel. - Pemberian nutrisi makanan cair jernih diit paska hematemesis
sangat membantu percepatan proses penyembuhan stress ulcer. Pemberian nutrisi harus dengan kadar
serat yang tinggi dan dihindarkan dari makanan yang merangsang atau mengiritasi lambung.

STANDAR OPRSIONAL PROSEDUR PEMASANGAN NGT (CLINICAL NUTRISI


PROSEDUR)

Ada Sembilan SOP dalam pemasangan NGT, yaitu:

1. Kaji kebutuhan pemberian makan klien melalui slang: puasa 5 hari, fungsi saluran GI,
ketidak mampuan mengingeksi nutrisi yang cukup.

2. Periksa perintah dokter.

3. Elevsikan bagian kepala tempat tidur minimal 450atau dudkkan klian di kursi.
4. Cuci tangan.

5. Atur perlengkapan berikut:

a. Wadahslang dan slang sekali pakai

b. Spuit 60 ml (kateter tip atau luer-lock)

c. Tentukan jumlah formula

d. Pompa makan enteral pada pemberian yang terus menerus

e. Sarung tangan sekali pakai

6. Gunakan sarung tanga.

7. Tentukan penempatan slang makan

a. Aspirasikan sekresi lambung dan periksa residu lambung dalam perut

b. Aspirasikan sekresi intestinal

c. Bilas slang dengan 30 ml air setelah mengukur pH atau residu

d. Observasi adanya distensi andaomen dan kaji kenyamanan perut

8. Auskultasi bising usus.

9. Pemberian makan melalui slang.

a. Pemberian makanan secara berkala dengan spuit atau wadah pemberian makanan

a) Jepit slang makan di bawah ujung prosimal.

b) Hubungkan spuit dengan alat penyedot dipindahkan keujung slang

c) Isi syringe dengan formula. Biarkan spuit mengosongkan pengisian secara perlahan
hingga jumlah yang ditentukan telah dibirikan kepada klien.

d) Untuk pemberian makanan melalui wadah, mengisi wdah tersebut dengan jumlah yang
ditentukan dan udara bersih dari slang. Gantung wadah diatas saluran intravena.
Hubungkan ujung slang ke slang dan atur aliran untuk memompa makanan leboih dari
20 menit.

b. Metode drip yang terus menerus


a) Isi wadah pemberian makanan dengan formula yang cukup pada pompa selama
empat jam.

b) Gantung wadah di atas saluran intravena

c) Pasang slang di atas pompa sesuai petunjuk pabrik

d) Hubungkan slang pada ujung slang makan

e) Mulai pompa pada kecepatanyang ditentukan

10. Lepaskan dan buang sarung tangan dalam wadah yang tepat. Kemudian cuci tangan.

11. Ketika pemberian makan melalui slang tidak diberikan, maka jepit atau sumbat ujung
proksimal dari slang.

12. Pemberian air melalui slangmakanan sepertidiperintahkan, dengan atau diantara waktu
makan.

13. Catat jumlah, rute, formula, dan respons klien catat jumlah residu yang telah
dihasilkan. (Potter, 2006)

2.4. HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM PEMLIHARAAN DAN PEMBERIAN


NUTRISI MELALUI NGT

1. Mengurangi perpindahan mikroorganisme


2. Meningkatkan efesiensi
3. Kerja sama dengan perawat lain dan berpartisipasi
4. Selang yang dipakai agak lentur
5. Kurangi kontaminasi
6. Saat memasukkan selang kedalam hidung harus dengan pelan dan halus
7. Perawat harus pertahankan oksigen pasien
8. Mempertahankan penempatan selang sesui aktivitas pasien (Joyce Young Johnson,
2005)
2.5. ANALISIS JURNAL YANG TERKAIT PEMENUHAN NUTRISI DENGAN
NASIGASTRIC TUBE (NGT)
1. Judul
JANGKA PANJANG nasogastric TUBE PEMBERIAN DI STROKE LANSIA
PENDERITA - AN PENILAIAN KECUKUPAN GIZI DAN SIKAP UNTUK gastrostomi
FEEDING IN orang Asia
2. Penulis
Ø F. ZAHERAH MOHAMED SHAH, H.-S
Ø SURAIYA, P.J.-H. POI, K.S. TAN, P.S.M. LAI, K.
Ø RAMAKRISHNAN, S. MAHADEVA
3. Matode yang digunakan
Seorang calon perbandingan Subjektif global Assessment (SGA), dan antropometri
(otot pertengahan lengan lingkar, MAMC; triceps ketebalan lipatan kulit, TST) antara
pasien stroke usia lanjut pada jangka panjang NG makan dan kontrol cocok dilakukan.
dokter yang dipilih dan pengasuh pasien diwawancarai untuk menilai pengetahuan dan
sikap mereka untuk gastrostomi makan.

Anda mungkin juga menyukai