Anda di halaman 1dari 35

HIV + TB

Disusun oleh :
dr. Dicky Auliansyah
Pendamping
dr. Arlani Sesantini, M. Kes

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD CIBABAT
2023
Keluhan Utama
ANAMNESIS
Lemas sejak 5 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


H- 2 H-3
bulan minggu H-5 RS

-Riwayat demam naik turun - Keluhan lemas sejak 5


-Mengeluhkan batuk berdahak aktif TB on OAT 3 minggu hari yang lalu.
- BB menurun sebesar 10 kg -Disertai sesak, Mual, dan
nyeri perut

H+1
PASIEN TERKONFIRMASI
HIV
Pasien laki-laki usia 28 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan lemas sejak 5 hari yang lalu.
disertai dengan riwayat demam naik turun selama kurang lebih dua bulan. Pasien juga mengeluhkan
batuk berdahak aktif sejak lebih dari dua bulan, Pasien juga berkeringat dingin, dengan berat badan
menurun sebesar 10 kg selama dua bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan mengalami diare hilang
timbul yang hampir menetap sepanjang dua minggu terakhir.

Pasien sudah mengkonsumsi OAT selama 3 minggu. Dimana keluhan batuk sudah jauh berkurang.
Pasien belum menikah,merupakan mahasiswa S1 di salah satu Universitas Swasta di Bandung.
Memiliki faktor resiko seks yang tidak sehat. Riwayat pemakaian obat terlarang, pemakaian tato dan
riwayat menerima transfusi darah disangkal.
Riwayat Kebiasaan : Sejak kelas 3 SD pasien sering dilecehkan oleh pamannya sampai lulus
SMA dengan cara dipaksa memainkan kemaluan pamannya. Ketika berkuliah D3 pasien sudah
tidak di lecehkan tetapi pasien mengaku di karenakan lingkungan yang memiliki kecendrungan
seks sesama jenis di jurusan pasien berkuliah yaitu designer, pasien mencoba dan mulai
melakuakan berhubungan dengan sesama jenis. Pasien mengaku sudah lama tidak
berkomunikasi dengan beberapa pasangannya dan lupa sudah berapa jumlah partner sesama
jenisnya. selain itu pasien juga memiliki 3 pacar wanita dimana juga melakukan berhubungan
badan. Pasien merasa lebih nyaman melakukan kegiatan seks dengan sesama jenis.

Pasien mengaku sudah tidak akif melakukan hubungan badan sejak berkuliah S1. Pasien
mengaku tidak tahu apakah ada pasangannya yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien
karena sudah tidak menjalin komunikasi lagi.
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS KESADARAN : COMPOS MENTIS


GENERALIS KEADAAN UMUM : TAMPAK SAKIT SEDANG

Tekanan darah : 109/67 mmHg


Nadi : 101x/menit, regular, isi cukup
TANDA TANDA
VITAL Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36o C
Sp02 : 99%

5
PEMERIKSAAN
FISIK
Kepala Hidung
normosefal
nafas cuping (-), konka hipertrofi
Rambut : hitam, jumlah banyak, distribusi
(-/-), mukosa hiperemis (-/-),
rata
discharge (-/-, epistaksis (-)
Axilla
Pembesaran llnn (-/-)
Mulut
Mata Sianosis (-), pucat (-), mukosa kering
Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, (-)
konjungtiva anemis (-/-), sklera Tremor lidah (-), perdarahan gusi (-)
ikterik (-/-)
Leher
Telinga Trakea di tengah, pembesaran nnll (-),
Discharge (-/-) JVP dbn, kaku kuduk (-)

Tenggorokan
Tonsil T1-T1, faring hiperemis
(-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V 2 cm medial linea
midklavikula sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar
• Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I- II normal, murmur (-), gallop
(-)
• Paru
• Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi (–)
• Palpasi : Stem fremitus menurun pada basal paru
• Perkusi : Sonor pada lapang atas dan redup pada
basal paru
• Auskultasi : SDV (+/+), ronkhi (+/+) basal paru,
wheezing (-/-)

7
PEMERIKSAAN
FISIK
Abdomen

Inspeksi : Soepel

Auskultasi : bising usus (+) normal, NTE (+)

Perkusi : timpani

Palpasi : hepar danSuperior


lien tidak teraba.
Inferior
Ekstremitas
Akral Dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
CRT (<2”/<2”) (<2”/<2”)

8
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Darah Rutin ( 15/09/2023) Kimia Klinik Darah (Ruangan 16/09/2023)

Pemeriksaan Hasil Rujukan


Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 13,6 12-14
Kalium 2,1 3.5-5.5
Hematokrit 39 36 – 45
Leukosit 7.900 4.000 – 10.000
150.000 –
Trombosit 213.000
440.000
Natrium 136 135-155
Kalium 1.90 3,5-5,5
Gula Darah
124 < 140
Sewaktu
AST (SGOT) 50 <37 9
ALY (SGPT) 24 <41
Rontgen Thorax ( Ruangan, 14 September 2023)
Cor
Cor tidak membesar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo
Hili normal
Corakan bronkovaskular normal
Tidak tampak infiltrate
Kesan:
- Tidak tampak lagi TB paru aktif
- Tidak tampak Kardiomegali
DIAGNOSIS KERJA

• Diagnosis masuk : TB Paru on OAT

• Diagnosis Ranap : TB Paru on OAT + HIV + Hipokalemi

11
Tatalaksana
• Tatalaksana awal

- Infus RL 1500 cc/24 jam

- Pantoprazole 3x 40mg iv

- Ondansentron 3x 4 mg iv

- Dexametasone 3x 5 mg iv

- Curcuma 3 x 1 tab

- Rifampisin 600m

- Isoniazid 400 mg

• cek sysmex, GDS, Na, Kalium, SGOT, SGPT, Anti HIV, RO thorax

• (Advice dr. Ade Sp. PD)


12
Prognosis

• Quo ad Vitam : Dubia

• Quo ad Functionam : Dubia

• Quo ad Sanationam : Dubia


Tinjauan Pustaka
HIV AIDS
• AIDS dapat diartikan kumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
sistem kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
termasuk dalam famili retroviridae.
• Penyakit ini ditandai oleh infeksi oportunistik dan
atau beberapa jenis keganasan tertentu. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
EPIDEMIOLOGI

• Secara epidemiologik yang penting


sebagai media perantara virus HIV
adalah semen, darah dan cairan vagina
atau serviks.

• Penularan virus HIV secara pasti


diketahui melalui hubungan seksual
(homoseksual, biseksual dan hetero-
seksual) yang tidak aman, yaitu berganti-
ganti pasangan.
ETIOLOGI
• Virus HIV termasuk virus RNA positif yang berkapsul.
• Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua salinan genom
RNA yang dilapisi oleh protein nukleokapsid
• Pada permukaan kapsul virus terdapat glikoprotein transmembran
gp41 dan glikoprotein permukaan gp120.
• Di antara nukleokapsid dan kapsul virus terdapat matriks protein.
• Selain itu juga terdapat tiga protein spesifik untuk virus HIV, yaitu
enzim reverse transkriptase (RT), protease (PR), dan integrase (IN).
HIV berikatan dg CD 4 mll GP120→RNA virus msk ke sitoplasma sel dan berubah
mjd DNA dg bantuan enzim RT→ DNA virus msk ke inti sel →mjd satu dg DNA
sel dg bantuan enzim integrase →pembentukan virus baru → virus yg blm
matang mendesak keluar sel (budding) → proses pematangan virus dibantu olh
enzim protease → virus baru yg aktif
PATOGENESIS
• Penyakit HIV/AIDS dimulai dengan infeksi akut (Gejala infeksi virus)
yang tidak dapat diatasi sempurna oleh respons imun adaptif dan
berlanjut menjadi infeksi jaringan limfoid perifer yang kronik dan
progresif.
• Fase kedua, KGB dan limpa jd tmpt replikasi HIV, sistem imun masih
kompeten shg blm muncul gjl (asimtomatik), namun
penghancuran CD4 terus berlanjut
Setelah beberapa tahun terjadi ketidakseimbangan destruksi sel
dengan infeksi baru yg berjalan terus-terusan shg terjadi penurunan
jumlah CD4
• Fase kronik progresif, semakin rentan dengan terjadinya infeksi
oportunistik
• Penyakit HIV berjalan terus ke fase akhir dan letal yang disebut
AIDS dimana terjadi destruksi seluruh jaringan limfoid perifer,
jumlah sel CD4+ dalam darah kurang dari 200 sel/mm3, dan
viremia HIV meningkat drastis.
DIAGNOSIS
• Dalam menentukan diagnosis awal dapat dilihat dari riwayat
penyakit-penyakit yang pernah diderita yang menunjukkan gejala
HIV dan pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda infeksi
opurtunistik. Selain itu riwayat pergaulan dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa AIDS karena dapat menjadi sumber
informasi awal penularan penyakit.
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan adanya antibodi spesifik dapat dilakukan dengan Rapid
Test, Enzime Linked Sorbent Assay (ELISA) dan Western Blot.
• diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis pemeriksaan Rapid
Test yang berbeda atau 2 jenis pemeriksaan Rapid Test yang
berbeda dan 1 pemeriksaan ELISA.
 Clinical Stage 1

 Asymptomatic
 Persistent generalized lymphadenopathy
 Clinical Stage 2
 Moderate unexplained  Herpes zoster
weight loss
(<10% of presumed or
measured body weight)



Angular cheilitis
Recurrent oral ulceration
Papular pruritic eruptions
STADIUM
 Recurrent respiratory
infections


Seborrheic dermatitis
Fungal nail infections
KLINIK

(sinusitis, tonsillitis, otitis
media, and pharyngitis)
Clinical Stage 3
HIV AIDS
 Unexplained severe weight  Severe presumed
loss bacterial infections (eg,
(>10% of presumed or pneumonia, empyema,
measured body weight) pyomyositis, bone or
 Unexplained chronic diarrhea joint infection,
for >1 month meningitis, bacteremia)
 Unexplained persistent fever  Acute necrotizing
for >1 month ulcerative stomatitis,
(>37.6°C, intermittent or gingivitis, or
constant) periodontitis
 Persistent oral candidiasis  Unexplained anemia
(thrush) (hemoglobin <8 g/dL)
 Oral hairy leukoplakia  Neutropenia (neutrophils
 Pulmonary tuberculosis <500 cells/µL)
(current)  Chronic
thrombocytopenia
(platelets <50,000
 Clinical Stage 4
 HIV wasting syndrome, as  Chronic cryptosporidiosis
defined by the CDC (with diarrhea)
 Pneumocystis pneumonia  Chronic isosporiasis
 Recurrent severe bacterial  Disseminated mycosis (eg,
pneumonia histoplasmosis,
 Chronic herpes simplex
infection (orolabial, genital,
or anorectal site for >1 
coccidioidomycosis,
penicilliosis)
Recurrent nontyphoidal
STADIUM

month or visceral herpes at
any site)
Esophageal candidiasis (or

Salmonella bacteremia
Lymphoma (cerebral or B-
cell non-Hodgkin)
KLINIK

candidiasis of trachea,
bronchi, or lungs)
Extrapulmonary


Invasive cervical
carcinoma
Atypical disseminated
HIV AIDS
tuberculosis leishmaniasis
 Kaposi sarcoma  Symptomatic HIV-
 Cytomegalovirus infection associated nephropathy
(retinitis or infection of  Symptomatic HIV-
other organs) associated cardiomyopathy
 Central nervous system  Reactivation of American
toxoplasmosis trypanosomiasis
 HIV encephalopathy (meningoencephalitis or
 Cryptococcosis, myocarditis)
extrapulmonary (including
meningitis)
 Disseminated
nontuberculosis
Mycobacteria infection
 Progressive multifocal
leukoencephalopathy
 Candida of the trachea,
bronchi, or lungs
PENATALAKSANAN

• Terapi anti-HIV yang dianjurkan


saat ini adalah HAART (Highly
Active Antiretroviral Therapy),
yang menggunakan kombinasi
minimal tiga obat antiretroviral.
ARV dapat diberikan apabila
infeksi HIV telah ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik dan dibuktikan secara
laboratoris.
Obat ARV
• nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) adalah analog
nukleosida. Obat golongan ini bekerja dengan menghambat
enzim reverse transkriptase selama proses transkripsi RNA virus
pada DNA host. Contoh golongan NRTI antara lain Abacavir
(ABC), Zidovudine (AZT), Emtricitabine (FTC), Didanosine (ddI),
Lamivudine (3TC) dan Stavudine (d4T), Tenofovir.
• non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), analog
NNRTI akan berikatan langsung dengan enzim reverse
transkriptase dan menginaktifkannya. Obat yang termasuk
NNRTI antara lain Efavirenz (EFV) Nevirapine (NVP),
Delavirdine.
• Protese Inhibitor (PI) bekerja dengan cara menghambat protease
HIV. Dengan pemberian PI, produksi virion dan perlekatan dengan
sel pejamu masih terjadi, namun virus gagal berfungsi dan tidak
infeksius terhadap sel. Yang termasuk golongan PI antara lain
Ritonavir (RTV), Atazanavir (ATV), Fos-Amprenavir (FPV), Indinavir
(IDV), Lopinavir (LPV) and Saquinavir (SQV).
Pada kegagalan terapi dianjurkan untuk
mengganti semua obat lini pertama dengan
rejimen lini kedua.
Terapi lini pertama yang direkomendasikan WHO
adalah kombinasi dua obat golongan NRTI dengan
Terapi lini kedua yang direkomendasikan WHO
satu obat golongan NNRTI.
terdiri dari kombinasi 2 regimen obat golongan
NRTI dengan regimen obat golongan PI dosis
rendah.
INFEKSI OPORTUNISTIK HIV
System Examples of Infection/Cancer
Respiratory system  Pneumocystis jirovecii Pneumonia (PCP)
 Tuberculosis (TB)
 Kaposi's Sarcoma (KS)
Gastro-intestinal system  Cryptosporidiosis
 Candida
 Cytomegolavirus (CMV)
 Isosporiasis
 Kaposi's Sarcoma
Central/peripheral Nervous  Cytomegolavirus
system  Toxoplasmosis
 Cryptococcosis
 Non Hodgkin's lymphoma
 Varicella Zoster
 Herpes simplex
Skin  Herpes simplex
 Kaposi's sarcoma
 Varicella Zoster
Gejala klinis TB paru pada ODHA seringkali tidak
spesifik. Gejala klinis yang sering ditemukan adalah demam
dan penurunan berat badan yang signifikan (lebih dari
10%). Di samping itu, dapat ditemukan gejala lain terkait
TB ekstra-paru.

Antiretroviral adalah obat yang menghambat


replikasi HIV. Rekomendasi terapi ARV pada Ko-Infeksi
Tuberkulosis adalah mulai terapi ARV pada semua ODHA
dengan TB aktif, berapa pun jumlah CD4 dan sesegera
mungkin setelah terapi TB dapat ditoleransi, secepatnya
2 minggu dan tidak lebih dari 8 minggu.

Pada ko-infeksi TB-HIV NRTI terpilih yang


direkomendasikan WHO adalah Zidovudine (AZT) atau
tenofovir disoproxil fumarate (TDF), dikombinasi dengan
lamivudine (3TC) atau emricitabine (FTC). Untuk NNRTI,
WHO merekomendasikan efavirenz (EFV) atau nevirapine
(NVP).
Efek samping
obat
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI 2014. Pedoman Nasional Pengendalian 6. Fauci, A., Braunwald, E., Kasper, D., Hauser, S., Longo, J., Jameson,
Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Loscalzo, J. 2018. Harrison's Principles of Internal Medicine, 20th Edition :
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Mcgraw-hill

7. Jawetz, Melnick dan Adelberg. (2001). Medical Microbiology. twenty


2. Kementerian Kesehatan RI 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
second Edition. USA : Mc. Graw-Hill Companies Inc.
2017. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
8. Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman nasional terapi antiretroviral.
3. Budi IS, Ardillah Y, Sari IP, Septiawati D 2018. Analisis Faktor Risiko Edisi kedua. Jakarta . Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Kejadian Penyakit Tuberkulosis Bagi Masyarakat Daerah Kumuh Kota
9. Read, Jenifer S. dan Committe on Pediatric AIDS. (2007). Pediatrics.
Palembang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 17(2):87–94
Diagnosis of HIV infected in children younger than 18 month in the United

4. Kementerian Kesehatan RI 2012. Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis State. USA : American Academy of Pediatrics.

Koinfeksi TB-HIV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit 10. Bratawidjaja, Karen G dan Rengganis Iris. (2009). Imunologi dasar. Edisi
dan Penyehatan Lingkungan. ke 8. Jakarta : FKUI

5. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Interna
Publishing; 2014

Anda mungkin juga menyukai