Anda di halaman 1dari 18

Tugas Stase Bedah

CASE REPORT

Tumor Mammae
Suspect Fibroadenoma Mammae
Pembimbing : dr. Budi Yuwono, Sp.B

Oleh :
Agus Sucianto, S.Ked (J500 050 038)

Disetujui : (dr. Budi Yuwono, Sp.B)

(..)

Dipersentasikan dihadapan:( dr. Budi Yuwono, Sp.B)

(..)

Disahkan Ketua Progam Profesi (dr.Yuni Kurniati P., M.Kes )

(.)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

Tugas Stase Bedah


CASE REPORT

Tumor Mammae
Suspect Fibroadenoma Mammae
Pembimbing : dr. Budi Yuwono, Sp.B

Oleh :
Agus Sucianto, S.Ked (J500 050 038)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
Tumor payudara hampir selalu memberi kesan menakutkan bagi wanita. Bahkan
banyak para pakar sependapat bahwa setiap nodul pada payudara dianggap sebagai
kanker terutama pads wanita golongan risiko tinggi walaupun kemungkinan tumor
jinak tidak dapat diabaikan. Pendapat yang "berlebihan" ini dapat dipahami,
mengingat insiden kanker payudara tinggi tidak hanya di negara sedang berkembang,
tapi juga di Negara maju. Di Indonesia kanker payudara berada pada urutan ke dua
dari jenis kanker yang ada dan lebih kurang 60 - 80% ditemukan pads stadium lanjut
yang berkaibat fatal.(1)
Tingkat pertumbuhan atau stadium kanker payudara ditentukaan tumor,
penyebaran pada kelenjar getah bening di daerah ketiak ataupun supraklavikuler dan
organ lain misalnya paru, hati dan tulang. Semakin kecil tumor, kemungkinan
penyebaran tumor semakin kecil dan tindakan bedah kuratif dapat diharapkan
walaupun sifatnya "sulit diramalkan" karena kemungkinan mikrometastasis tidak
dapat diabaikan. Oleh sebab itu penanggulangan kanker payudara dewasa ini
diprioritaskan pada upaya menemukan kankerpada ukuran sekecil mungkin.(1)
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita
muda. Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma
mammae membesar saat hamil atau menstruasi, biasanya terjadi pada usia 15 25
tahun, kurang dari 5 % terjadi pada usia diatas 50 tahun. (2)

BAB II
LAPORAN KASUS
3

I.

Identitas Pasien
Nama
: Ny. R.A
Umur
: 22 th
Alamat
: Pertekad, Makmur Joho, Mojolaban, Sukoharjo
Tanggal Masuk RS : 12 07 2011. Jam 11.30 wib

II.

Anamnesis
a) Keluhan Utama
Terdapat benjolan di payudara kiri
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Empat bulan yang lalu saat pasien melakukan pemijatan badan, tanpa
sengaja teraba benjolan berbentuk bulat, konsistensi keras dan mudah
di gerakkan di payudara kiri. Saat diraba agak terasa nyeri, tidak panas,
dan dari putting susu tidak keluar darah, nanah, susu atau cairan yang
lainnya.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa sebelumnya disangkal
- Kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
d) Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat dalam keluarga menderita tumor mamae disangkal.
e) Riwayat Reproduksi
- Sudah menikah
- Tidak dalam keadaan hamil
- Tidak dalam keadaan menstruasi
- Belum pernah menggunakan kontrasepsi hormonal
- Payu dara biasanya terasa kencang saat menjelang menstruasi

III.

Pemeriksaan Fisik
a) Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/mnt
S : 36,50C RR: 22x/mnt
b) Status Generalis
BB : 50 Kg
TB : 155 cm
- Keadaan Umum : Baik, Compos Mentis
- Kepala
: Mesochepal
- Mata
: Conjungtiva Anemis -/-, Skelera Ikterik -/- Hidung
: Deviasi septum (-), Sekret (-)
- Mulut
: Sianosis (-)
- Leher
: Tyroid tidak membesar, Pembesaran KGB (-)
- Thorak
: Ketinggalan Gerak -/-, Simetri +/+, Retraksi -/- Cor
: BJ 1 2, Intensitas Reguler, Bising (-)
4

- Pulmo
- Abdomen
- Ekstremitas
c) Status Lokalis

IV.
-

V.

: SDV +/+, Rhonki -/-, Whezing -/: Supel, Peristaltik (+) Normal
: Edema tungkai -/-

Inspeksi :
- Simetris
- Tidak terlihat terdapat tumor
- Tidak ada retraksi pada papilla mamae
- Tidak ada inversi papilla mamae
- Tidak ada Ulcerasi
- Tidak terlihat gambarn Peau d Orange
Palpasi
Teraba massa bulat : - konsistensi padat kenyal,
batas tegas, jumlah 1, agak nyeri saat di tekan,
ukuran 2x2x1 cm, dan mobille.
Tidak teraba pembesaran Limfonodi Axilla dan
Pemeriksaan Penunjang
supraklavikula
Laboratorium
darah,
nanah, ASI,
atau:cairan
AL : 8.100
MCV : 83,4 Tidak keluar
Limfosit
: 27,2
HbsAg
(-) lain dari
Er : 4,87
MCH : 28,3 papilla mamae
Monosit : 1,3
Gol : A
Hb : 13,8
MCHC : 34,0
Gronulosit : 81,83
BT: 3.00
Hct: 40,6%
AT : 295.000
CT : 2.30
Radiologi (Foto Thorax)
Cor : Tidak membesar
Pulmo : - Corakan bronkovaskuler normal
- Apek kedua pulmo tenang
- Tak tampak Gbr. Coin Lesion
- Tak tampak dekstruksi costae
Kesan : - Pulmo tenang
- Tak tampak gbr. Metastase
- Diafragma dan sinus baik.
Diagnosis
Tumor mamae, Suspek Fibroadenoma mamae Sinistra

VI.

Penanganan
- Infus RL 20 tpm
- Antibiotik Profilaksis : Inj. Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Inj.ketorolac 30 mg/8 jam
- Rencana Operasi Eksterpasi Tumor Mamae.
- Pemeriksaan Patologi Anatomi pada jarinag tumor

VII.

Follow Up
Tgl 14/7/2011
1. Pre operasi
o S : terdapat benjolan di payudara kiri sejak 4 bulan yang lalu, tidak
nyeri, tidak bengkak, tidak pusing, tidak batuk, tidak ada keluhan lain
serta BAB/BAK lancar.
o O : KU : Baik, CM
K : CA -/-, SI -/Thorax : - Cor
: BJ 1 2, Intensitas Reguler, Bising (-)
-Pulmo
: SDV +/+, Rhonki -/-, Whezing -/Abdomen
: Supel, Peristaltik (+) Normal
Status Lokalis
Inspeksi :
- Simetris
- Tidak terlihat terdapat tumor
- Tidak ada retraksi pada papilla mamae
- Tidak ada inversi papilla mamae
- Tidak ada Ulcerasi
- Tidak terlihat gambarn Peau d Orange
Palpasi
Teraba massa bulat : - konsistensi padat
kenyal, batas tegas, jumlah 1, agak nyeri
saat di tekan, ukuran 2x2x1 cm, dan
o A : Suspek FAM Sinistra
mobille.
o P : Rencana Ekstirpasi Tumor Mamae
Tidak teraba pembesaran Limfonodi
2. Durante Operasi
Axilla maka
dan supraklavikula
a. Setelah pasien dalam kondisi teranastesi
dilakukan toilet daerah
Tidak keluar darah, nanah, ASI, atau
operasi dengan desinfektan
cairan lain dari papilla mamae
b. Operasi dimulai dengan melakukan insisi pada margin medial areola
c.
d.
e.
f.

mammae sinistra
Melakukan ligasi perdarahan dengan kauterisasi
Membebaskan massa tumor dengan jaringan sekitar
Mengeluarkan massa tumor dari kelenjar mammae
Didapatkan massa tumor berbentuk bulat, berukuran 2x2x1 cm dengan
konsistensi padat kenyal dan warna putih kekuningan.

3. Post Operasi
o S : Terasa sedikit nyeri di bekas, tidak bengkak, pusing, tidak batuk,
sudah flatus, serta BAK lancar
o O : KU : Baik, CM
K : CA -/-, SI -/Thorax : - Cor
: BJ 1 2, Intensitas Reguler, Bising (-)
-Pulmo
: SDV +/+, Rhonki -/-, Whezing -/Abdomen : Supel, Peristaltik (+) Normal
Status Lokalis
Perban post op :
Bersih, Rembesan darah (-), Bengkak (-), Nyeri
Tekan (+)
o A : Post Op. Ekterpasi Tumor Mammae
Sinistra
o P : Infus RL 20 tpm
- Antibiotik Profilaksis : Inj. Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Inj.ketorolac 30 mg/8 jam
- Pemeriksaan Patologi Anatomi pada jarinag tumor
-

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara.
Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan
glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai
tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval,
bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita
gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat
mobil, sehingga sering disebut sebagai breast mouse.
B. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Kelenjar Payudara
Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus kelenjar tubuloalveolar yang
masing-masing mempunyai saluran ke puting susu yang disebut duktus
laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis serta diantara kulit dan
kelenjar payudara terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus terdapat ligamentum
Cooper yang memberi rangka untuk payudara. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel
asini yang terdiri dari sel epitel kubus dan mioepitel yang mengelilingi lumen.
Sel epitel mengarah ke lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara sel epitel
dan membran basalis.

Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes anterior dari


a.mammaria interna. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus
servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh
saraf simpatik. Aliran limfe dari payudara sekitar 75% menuju ke aksila, sisanya
ke kelenjar parasternal dan interpektoralis.

Secara fisiologis, payudara mengalami berbagai perubahan yang dipengaruhi


oleh hormonal. Pada saat pubertas, estrogen dan progesteron yang dihasilkan
oleh ovarium dan pengaruh hipofisa anterior menyebabkan berkembangnya
duktus dan asinus. Sesuai dengan

siklus

menstruasi, terjadi peningkatan

estrogen dan progesteron sehingga terjadi proliferasi sel dan retensi cairan. Pada
saat kehamilan, terjadi proliferasi sel akibat pengaruh estrogen, progesteron,
laktogen plasenta dan prolaktin. Pada saat menyusui terjadi peningkatan
produksi prolaktin dan penurunan estrogen dan progesteron, sedangkan pada saat
menopause terjadi involusi payudara diikuti dengan berkurangnya jumlah
kelenjar.(3)
C. Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma
mammae. Hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada
siklus menstruasi atau pada saat kehamilan.(1)
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga
kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia.(4)

D.

Epidemiologi
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada

usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats
Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25
tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih
dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western
Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara
15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami
fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula

10

wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya
dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.
E. Manisfestasi Klinik
Fibroadenoma mammae secara klinik diketahui sebagai suatu tumor di
payudara, dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan
sekitarnya, bentuk bulat lonjong, dan berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat,
tudak ada perubahan pada kulit. Tidak disertai rasa nyeri. Terdapat pada usia
muda (15 30 tahun). Dapat dijumpai bilateral atau multiple (15%). Dan sebagai
tumor jinak tidak ada metastase jauh atau pun metastase regional (pembesaran
kelenjar limfonodi axilla). (3)

F. Patologi Anatomi
1) Makroskopi : tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna
putih keabuan.

2) Mikroskopi : epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi


oleh stroma fibroblastic yang khas (intracanalicular fibroadenoma dan
pericanalicular fibroadenoma). Intracanalicular fibroadenoma, yaitu
fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur dibentuk dari
pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel.
11

Pericanalicular fibroadenoma, yaitu fibroadenoma pada payudara yang


menyerupai kelenjar atau kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada
satu atau banyak lapisan.(4)

G. Diagnosis
Walaupun kemajuan pengobatan kanker dengan sitostatika semakin
meningkat, namun penemuan tumor pada stadium dini merupakan faktor
penting dalam penanggulangan kanker payudara. Sebagian besar kanker
payudara ditemukan oleh pasien sendiri, artinya tumor dalam tingkat
pertumbuhan lanjut. Untuk menemukan tumor ini pads stadium awal
diperlukan inisiatif pasien dan pemeriksaan medis (1):
1) Pemeriksaan payudara sendiri (SARARI)
Pemeriksaan payudara sendiri ternyata terbukti dapat menemukan tumor
pada ukuran kecil. Dengan pola pemeriksaan tertentu payudara diperiksa
sendiri setiap bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti. Pemeriksaan payudara
sendiri waktu sedang mandi sangat efektif karena dengan mempergunakan
sabun benjolan lebih mudah teraba. Apabila teraba benjolan walaupun
kecil dan tidak sakit, apalagi pada wanita golongan risiko tinggi, segera
diperiksakan

pads

dokter

keluarga

ataupun

dokter

di

Rumah

Sakit/Puskesmas. Menurut penelitian para ahli, SARARI sangat bernilai


dalam deteksi kanker payudara sedini mungkin.

12

2) Pemeriksaan payudara oleh secara klinis (SARANIS)


SARANIS dilakukan sistematis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pasien duduk berhadapan dengan petugas medis, diamati simetrisasi
atau perubahan bentuk kedua payudara
b) Kedua tangan pasien diangkat ke atas kepala sambil memperhatikan
simetrisasi ataupun perubahan gerakan kedua payudara. Adanya
tarikan pada kulit merupakan pertanda kemungkinan keganasan
Untuk melihat lebih jelas, tarikan kulit yang menutup massa ditekan
di antara dua jari tangan dan terjadi dimpling sign.
c) Palpasi kelenjar getah bening di daerah aksiler dilakukan dengan
tangan penderita diletakkan santai di alas tangan pemeriksa.
d) Pada posisi fleksi kepala, daerah supraklavikuler dipalpasi dengan
cermat untuk melihat kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening.
e) Pada posisi supine, kedua payudara dipalpasi sistematis mulai daerah
pinggir sampai ke daerah areola payudara. Palpasi lebih intensif di
daerah kuadran lateral atas, karena di daerah ini lebih sering dijumpai

13

karsinoma. Nodul lebih jelas teraba apabila di atas kulit payudara


dilapukan sabun sambil dipalpasi.
3) Pemeriksaan Mammografi
Mamografi adalah foto payudara dengan mempergunakan alat khusus.
Teknik sederhana, tidak sakit dan tidak ada suntikan kontras. Dengan cara
ini kanker payudara ukuran kecil 0.5 cm dapat dideteksi; bahkan cara ini
dapat dipergunakan sebagai alat skrining massal terutama golongan risiko
tinggi walaupun tumomya tidak teraba.
Apabila pada SARARI atau pemeriksaan SARADIS ditemukan benjolan
pada payudara, pemeriksaan dilanjutkan dengan mamografi. Pemeriksaan
mamografi dilanjutkan dengan pemeriksaan patologik : sitologi biopsi
aspirasi ataupun biopsi bedah. Ketepatan diagnosis mamografi lebih
kurang 80%. Indikasi lain mamografi adalah para wanita golongan risiko
dengan keluhan bahwa dari puting susu keluar cairan coklat atau campur
darah. Akhir-akhir ini muncul alat mutahir xeromamografi yang
mempunyai kemampuan deteksi lebih akurat. USG sering dipergunakan
untuk diagnosis kista pada payudara. Akan tetapi dengan adanya sitologi
aspirasi pemakaian USG makin berkurang.
4) Biopsi Aspirasi
Pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum sering dipergunakan sebagai
prosedur diagnosis berbagai tumor termasuk tumor payudara dengan
indikasi:
a. Diagnosis preoperatif tumor yang klinik diduga maligna.
b. Diagnosis konfirmatif klinik tumor maligna ataupun tumor rekuren.
c. Diagnosis tumor nopnneoplastik ataupun neoplastik.
d. Mengambil bahan aspirat untuk kultur ataupun bahan penelitian.
Teknik dan peralatan sangat sederhana, murah dan cepat serta tidak ada
komplikasi yang berarti. Dengan mempergunakan jarum halus dan semprit
plastik 10 ml, bahan ekstrak jaringan diambil, dibuat sediaan hapus dan
diwarnai dengan MGG. Dalam beberapa menit (15-30 menit) diagnosis
preoperative dapat ditentukan dan dalam waktu yang singkat tindakan
lanjut dapat ditentukan. Akurasi diagnostik sitologi BAJAH 80-96% dan

14

dengan kombinasi mamografi akurasi diagnostic meningkat menjadi


98.7%.
Sitologi positif merupakan tanda untuk survai metastasis dan rencana
pengobatan. Akan tetapi sitologi negatif, belum dapat di pergunakan
sebagai petanda untuk menentukan terapi oleh karena kemungkinan
negatif palsu dapat terjadi. Pada kasus demikian perlu diperhatikan aspek
klinik. Apabila aspek klinik sesuai dengan sitologi negatif maka tindakan
bedah dapat dilakukan. Sebaliknya pada kasus di mana sitologi negatif
tidak sesuai dengan klinik harus dilakukan pemeriksaan biopsi bedah.
Aplikasi prosedur diagnosis sitologi aspirasi pada tumor payudara,
memungkinkan manajemen lebih sederhana. Kista merupakan salah satu
indikasi sitologi biopsy aspirasi. Cairan kista jernih biasanya jinak dan
apabila cairan dievakuasi seluruhnya, kista tidak teraba (kolaps) dan
sering tidak muncul kembali. Akan tetapi bila cairan kista coklat atau
campur darah dan cepat berulang, maka perlu dilakukan pemeriksaan lain
seperti mamografi dan biopsi.
5) True-cut
Jaringan diperoleh dengan mempergunakan jarum caliber besar yang
dilengkapi alat pemotong jaringan. Pengambilan jaringan dilakukan di
bawah anastesi lokal ataupun umum. Metode ini tidak banyak dipakai lagi
oleh karena adanya sitologi biopsi aspirasi.
6) Biopsi terbuka
Biopsi terbuka (open biopsy) adalah prosedur pengambilan jaringan
dengan jalan operasi kecil, eksisi ataupun insisi yang dilakukan sebagai
diagnosis preoperatif ataupun durante operationam. Di rumah sakit yang
tidak mempunyai fasilitas sitologi aspirasi atau mamografi, maka pads
setiap benjolan payudara terbuka dilakukan biopsi terbuka. Biopsi insisi
durante operationam dan pemeriksaan histopatologi jaringan dengan
teknik pemotongan beku (frozen section) dilakukan untuk mengetahui
sifat tumor jinak atau ganas. Dalam waktu yang singkat (5-10 menit) sifat

15

tumor dapat ditentukan dan tindakan bedah dapat dilakukan dalam satu
tahap.
H. Diagnosis Banding

16

I. Terapi
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan yang
dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan
adalah bentuk dan ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan
beberapa faktor yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan
lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien
maka diperlukan pengangkatan.
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada
operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya
akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh
jaringan normal secara perlahan.(5)
J. Prognosis
Fibroadenoma mamma tidak termasuk kanker kanker. Fibroadenoma mamma
dapat terulang hingga 20% pada perempuan. Sebuah jumlah kecil dapat hilang
dengan sendirinya.(5)
Daftar Pustaka
1. Soekimin, Lukito S. Joko, dan Tambunan W Gani. 1992. Strategi Deteksi
Kanker Payudara Stadium Awal. Medan : FK USU.
2. Wim de jong, Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
3. Baksoprodjo, Soelarto. 2003.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : FK UI.
4. Robbins, Stanley L. et al. 2007. Buku Ajar Payologi Robbins. Edisi 7.
Jakarta: EGC
5. Haderson, I. Craig. 1995. Kanker Payudara. Dalam buku Harrison Prinsipprinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Jakarta : EGC.

17

18

Anda mungkin juga menyukai