Anda di halaman 1dari 43

Case Report

SEORANG LAKI-LAKI USIA 17 TAHUN


DENGAN TONSILITIS KRONIS”
Oleh :
Putri Andansari J510181051
IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. T

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Karanganyar

Masuk RS : 10 April 2019


Keluhan Utama
• Tenggorokan terasa mengganjal

(Alloanamnesis)Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien datang ke poli klinik THT RSUD Karanganyar dengan keluhan
tenggorokan terasa mengganjal, pasien juga mengeluhkan suara serak 1
hari SMRS dan juga batuk, keluhan serupa diakui pasien sejak kecil,
biasanya pasien merasakan keluhan tersebut 1 bulan sekali. Pasien juga
mengeluh tenggorokannya semakin tidak nyaman, tidur mendengkur,
nyeri menelan dan pernafasan berbau. Riwayat nyeri menelan dirasakan
1 minggu yang lalu.
• Keluhan pada telinga berupa penurunan pendengaran (-), nyeri telinga (-
), keluar cairan (-), berdengung (-). Keluhan pada tenggorok: nyeri (+),
sulit menelan (+), batuk (+). Keluhan sistemik: demam (-), sesak nafas (-),
mual muntah (-), BAB dan BAK lancar.
Sakit
Serupa:
diakui

Hiperten Diabetes
si : Melitus :
disangkal RIWAYAT disangkal

PENYAKIT
DAHULU

Asma: Alergi:
disangkal disangkal
Keluhan
serupa:
disangkal

Alergi: Hipertensi:
disangkal disangkal
Riwayat
Penyakit
Keluarga

Diabetes
Asma:
Melitus :
disangkal
disangkal
Riwayat
Pemakaian Obat
• Pasien sudah
pernah berobat ke
poli sebelumnya.

Riwayat
Kebiasaan Sosial
• Pasien terkadang
minum es dan
sering makan
gorengan.
• Status Generalis
• Keadaan umum : Cukup
– • Kesadaran : Compos Mentis
• Vital Sign
• Tekanan darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 81 kali/ menit
• Suhu : 38,4 oC (sore)37,4(pagi)
PEMERIKSAAN
FISIK • RR : 20 kali/menit
• Berat badan : 41 kg
• Tinggi badan : 167 cm
Kepala/Leher

• normocephal, nafas cuping hidung (-), sianosis (-),


peningkatan JVP (-)

Mata

• konjungtiva anemis (-/-)


• Sklera ikterik (-/-)

Paru

• Inspeksi: gerakan nafas simetris (+), retraksi interkosta (-/-)


• Palpasi: fremitus normal (+/+), ketertinggalan gerak (-/-)
• Perkusi: sonor di seluruh lapang paru (+/+)
• Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Auskultasi
:suara Cor
Jantung I-II reguler
(+), murmur (-),
gallop (-)

Perkusi : batas Inspeksi: iktus


jantung kesan cordis tidak
tidak melebar terlihat (+)

Palpasi : iktus cordis


teraba di SIC V linea
midklavikularis
sinistra (+)
Status Lokalis
Pemeriksaan Rongga Mulut & Orofaring
Bibir & mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda

Gigi Karies (-) , gigi berlubang (-)

Lidah Pseudomembrane (-)

Uvula Berada ditengah, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)

Mukosa Mukosa hiperemi (-), lendir mengalir ditenggorokan (-)

Tonsila palatina Kanan: T3, hiperemi (-), kripte melebar (+), permukaan tidak
rata (+)
Kiri: T3, Hiperemi (-), kripte melebar (+), permukaan tidak rata
(+)
Laring (laringoskopi indirek)
• Epiglotis : dbn
• Aritenoid : dbn
• Plika vokalis : dbn
• Gerak plika vokalis : dbn
• Subglotis : dbn
• Tumor : tidak ada
Hidung
– Inspeksi : deformitas (-), bekas luka (-), sekret (-), edema (-)
– Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Hidung Kanan Hidung Kiri
Pemeriksaan Hidung
Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-), deformitas Bentuk normal, hiperemi (-), deformitas (-), nyeri
(-), nyeri tekan (-), krepitasi (-) tekan (-), krepitasi (-)
Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), hiperemia (-) Bentuk(normal), hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemis (-), sekret (-), massa (- Mukosa hiperemis (-), sekret (-), massa (-).
).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-), sekret Hipertrofi (-), mukosa hiperemi (-), sekret
mukopurulen (-) mukopurulen (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-) Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)
a. Rinoskopi Posterior Muara tuba eustachii tampak tidak ada oklusi
Tidak tampak pemebesaran kelenjar adenoid
Concha superior dalam batas normal
Tidak tampak ada massa
Telinga
Pemeriksaan Bagian Telinga
Telinga Kanan Telinga Kiri
Inspeksi Bentuk telinga normal, Bentuk telinga normal,
deformitas (-), bekas luka deformitas (-),bekas
(-), bengkak (-), luka (-), bengkak (-),
hiperemis (-),sekret (-) hiperemis (-),sekret (-)

Palpasi Tragus pain (-) Tragus pain (-)


Otoskopi Hiperemis (-), serumen Hiperemis (-), serumen
(-), membrana timpani (-), membrana timpani
intake, cone of light (+) intake, cone of light (+)
Darah Rutin Nilai Nilai Normal Satuan

Hematologi
Hemoglobin 13,8 14.0-17.5 g/Dl
Hematocrit 43,3 40-52 Vol%
Leukosit 5.83 4.4-11.3 10^3/uL
Trombosit 245 140-336 10^3/uL
Eritrosit 5,31 4.5-5.9 10^6/uL
Index
MCV 81.0 82.0-92.0 Fl
MCH 26,0 28.0-33.0 Pg
MCHC 32,1 32.0-37.0 g/dL
Hitung jenis
Neutrofil% 47,2 50-70 %
Limfosit% 43,5 25-40 %
Monosit% 4,7 3-9 %
Eosinofil% 4.2 0.5-5.0 %
Basofil% 0.4 0.0-1.0 %
Neutrofil# 2,75 2-7 10^3/uL
Limfosit# 2,45 1.25-4 10^3/uL
Monosit# 0.28 0.3-1 10^3/uL
Eosinofil# 0.24 0.02-0.5 10^3/uL
Basofil# 0.02 0.0-10 10^3/uL
CT 03,00 2-8 Menit
BT 02,00 1-3 Menit
GDS 98 70-150 Mmol/L
Ginjal
Diagnosis Banding
• Tonsilitis kronik
• Tonsilofaringitis
• Difteri

Diagnosis
• Tonsilitis kronik

A.Tatalaksana
 Medikamentosa
• Cefadroxil Tab 2x1
• Paracetamol Tab 3x1
• Dexamethasone 0,5 mg 3 x 1 tablet
 Pembedahan
• Tonsilektomi

A.PROGNOSIS
• Quo ad Vitam : dubia ad bonam
• Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
• Quo ad Functionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
– Anatomi Dan Fisiologi Tonsil
– Tonsil merupakan massa bulat yang kecil, khususnya jaringan
limfoid. Tonsil adalah bagian dari faring. Faring dibagi menjadi tiga
bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Tonsil
terdapat di bagian nasofaring dan orofaring. Nasofaring terletak di
belakang rongga hidung, di atas palatum molle sedangkan
orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari
palatum molle sampai pinggir atas epiglottis
Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi
Tonsil faringeal (adenoid)
Tonsil palatina (tonsil faucial)
Tonsil lingual (tosil pangkal lidah)
Tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring /
Gerlach’s tonsil
Definisi Tonsilitis

Tonsilitis adalah suatu reaksi peradangan tonsil palatina yang


merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis merupakan
peradangan yang terjadi pada tonsil yang disebabkan oleh virus atau
bakteri sehingga tonsil menjadi bengkak, merah, melunak, dan
memiliki bintik-bintik putih di permukaannya
Tonsillitis difteri

Tonsilitis Akut
Tonsillitis septik

Klasifikasi Tonsilitis membranosa


Angina Plaut Vincent
(Stomatitis Ulsero
Membranosa)
Tonsilitis kronis
Penyakit Kelainan
Darah
Etiologi
Tonsilitis Viral

• virus Epstein Barr

Tonsilitis Bakterial

• Disebabkan kuman grup A Streptokokus, βhemolitikus yang dikenal sebagai strep throat,
pneumokokus, Streptokokusviridan, Streptokokus piogenes.

Tonsilitis Membranosa

• Tonsillitis difteri
• Disebabkan Corynebacterium diphteriae yang termasuk dalam kelompok kuman gram positif
dan berada biasanya di aluran nafas atas, seperti hidung, faring dan laring.
• Tonsillitis septik
• Disebabkan streptokokus hemolitikus
• Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero Membranosa)
• Disebabkan bakteri jenis spirochaeta atau triponema yang terdapat pada penderita dengan
tingkat hygine mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
• Penyakit Kelainan Darah
• Tidak jarang tanda pertama dari leukimia akut, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan
dibawah kulit sehingga pada pemeriksaan akan tampak bercak kebiruan
Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronis merupakan peradangan tonsil yang menetap akibat
infeksi yang berulang. Peradangan tersebut biasanya diakibatkan oleh
pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai. Infeksi yang berulang
atau infeksi yang menetap pada hidung dan sinus paranasal
merupakan penyebab paling penting dan paling sering
mengakibatkan infeksi berulang pada tonsil
Epidemiologi

Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-


anak. Penyebab tonsilitis yang paling
banyak adalah golongan dari streptokokus
yang biasanya terjadi pada anak- anak
umur 5-15 tahun.
Organisme yang paling sering didapati dari
permukaan tonsil yang terinfeksi adalah
streptokokus beta hemolitikus grup A.
Organisme yang lain termasuk Haemophilus,
Etiologi Staphylococcus aureus, streptokokus alfa
hemolitikus, Branhamella sp., Mycoplasma,
Chlamydia, jenis bakteri anaerob dan virus pada
saluran pernapasan
Patofisiologi
Pada tonsillitis kronis karena proses radang
berulang yang bermula dari tonsillitis akut,
maka selain epitel mukosa juga jaringan
Detritus merupakan kumpulan leukosit,
limfoid terkikis, sehingga pada proses
bakteri dan epitel yang terlepas. Akibat dari
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
proses ini akan terjadi pembengkakan atau
jaringan parut yang akan mengalami
pembesaran tonsil ini, nyeri menelan,
pengerutan sehingga kripti melebar. Secara
disfagia. Kadang apabila terjadi pembesaran
klinik kripte ini tampak diisi oleh detritus.
melebihi uvula dapat menyebabkan
Proses berjalan terus sehingga menembus
kesulitan bernafas
kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan
perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa
tonsilaris.
Pembesaran adenoid mungkin dapat
Apabila kedua tonsil bertemu pada menghambat ruang samping belakang
garis tengah yang disebut kissing hidung yang membuat kerusakan
tonsils dapat terjadi penyumbatan lewat udara dari hidung ke
pengaliran udara dan makanan. tenggorokan, sehingga akan bernafas
Komplikasi yang sering terjadi akibat melalui mulut.Bila bernafas terus
disfagia dan nyeri saat menelan, lewat mulut maka mukosa membrane
penderita akan mengalami malnutrisi dari orofaring menjadi kering dan
yang ditandai dengan gangguan teriritasi, adenoid yang mendekati
tumbuh kembang, malaise, mudah tuba eustachus dapat meyumbat
mengantuk. saluran mengakibatkan
berkembangnya otitis media
Manifestasi Klinis
Tanda Gejala
• Napas berat dan lidah yang licin • Gejala lokal, yang bervariasi dari rasa tidak
• Hiperemis pada pilar, uvula dan palatum mole enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit
• Kemerahan dan bengkak pada tonsil disertai sampai sakit menelan.
dengan gambaran bintik bintik kuning yang • Gejala sistemis, seperti rasa tidak enak badan
merupakan gambaran material purulen pada atau malaise, nyeri kepala, demam subfebris,
kripta yang terbuka (acute folicular tonsilitis). nyeri otot dan persendian.
Pembesaran dari kelenjar getah bening. • Gejala klinis, seperti tonsil dengan debris,
edema atau hipertrofi tonsil (tonsilitis
parenkimatosa kronis), tonsil fibrotik dan kecil
(tonsilitis fibrotik kronis),plika tonsilaris
anterior hiperemis dan pembengkakan kelenjar
limfe regional. Pada pemeriksaan tampak tonsil
membesar dengan permukaanyang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kriptus terisi
oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di
tenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan
dan nafas berbau.
Diagnosis
Anamnesa

Penderita sering datang dengan


keluhan tenggorokan mengganjal, rasa
sakit pada tenggorok yang terus
menerus, sakit waktu menelan, nafas
bau busuk, malaise, sakit pada sendi,
kadang-kadang ada demam dan nyeri
pada leher
Pemeriksaan fisik

Pembesaran pada tonsil yang inflamasi

Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi


dan perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang
melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen

Rahang kaku, kesulitan membuka mulut serta nyeri


menjalar ke telinga

Warna kemerahan pada plika anterior bila


dibanding dengan mukosa faring
Ukuran tonsil:

T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai


¼ jarak pilar anterior – uvula

T2: batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior


– uvula sampai ½ jarak anterior – uvula

T3: batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior


– uvula sampai ¾ jarak pilar anterior – uvula

T4: batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior –


uvula sampai uvula atau lebih.
Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi


(sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil yaitu
Rapid Antigen Display Test (RADT) dikembangkan
untuk identifikasi streptokokus Grup A.
Diagnosis Banding

Hipertrofi tonsil

Tonsillitis difteri

GERD (Gastro Esophageal Reflux)

Limphoma of the head and neck

NPC (Nasopharingeal carcinoma)


Pengobatan tonsilitis kronis dengan
Dapat diatasi dengan menggunakan antibiotik oral perlu
menjaga higiene mulut yang diberikan selama sekurangnya 10
baik, obat kumur, obat hisap hari. Antibiotik yang dapat diberikan
dan tonsilektomi jika terapi adalah golongan penisilin atau
konservatif tidak memberikan sulfonamida, namun bila terdapat
hasil. alergi penisilin dapat diberikan
eritromisin atau klindamisin

Penatalaksanaan
Tonsilitis
Tonsilektomi merupakan prosedur
operasi yang praktis dan aman.
Indikasi tonsilektomi dulu dan
sekarang tidak berbeda, namun
terdapat perbedaan prioritas relatif
dalam menentukan indikasi
tonsilektomi pada saat ini. Dulu
diindikasikan untuk terapi tonsilitis
kronik dan berulang.
Komplikasi Sleep Apnea
Abses peritonsil
Abses parafaring
Abses intratonsilar
Laringitis
Tonsilitis kronis dengan serangan akut
Otitis Media Akut
Tonsilolith (kalkulus tonsil)
Kista tonsilar
Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonefritis.
Prognosis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam


beberapa hari dengan beristrahat
dan pengobatan suportif.
Menangani gejala-gejala yang
timbul dapat membuat penderita
Tonsilitis lebih nyaman.Bila
antibiotika diberikan untuk
mengatasi infeksi, antibiotika
tersebut harus dikonsumsi sesuai
arahan demi penatalaksanaan yang
lengkap, bahkan bila penderita
telah mengalami perbaikan dalam
waktu yang singkat
ANALISA KASUS

Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan bahwa pasien


mengeluhkan tenggorokan terasa mengganjal, pasien juga
mengeluh suara serak sejak 1 hari SMRS dan batuk, keluhan
serupa diakui pasien sejak kecil biasanya pasien merasakan
keluhan tersebut 1 bulan sekali. Pasien juga mengeluah
tenggorokannya semakin tidak nyaman, tidur mendengkur, sulit
menelan dan pernafasan berbau. Riwayat nyeri menelan
dirasakan 1 minggu yang lalu.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut, kemungkinan
diagnosa pada pasien ini adalah tonsillitis kronik. Dimana sesuai dengan
teori bahwa pasien dengan tonsillitis kronik ditandai dengan tenggorokan
terasa mengganjal dan tidak nyaman. Gejala yang dirasakan oleh pasien
berbeda-beda. Pada tonsilitis kronik, akan didapatkan keluhan yang lebih
spesifik seperti rasa mengganjal/penghalang di tenggorokan, tenggorokan
terasa kering dan pernafasan berbau (halitosis).
Untuk mengkonfimasi diagnosa pada
pasien, maka perlu dilakukan pemeriksaan
Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan fisik terutama pemeriksaan fisik pada
minum es dan memakan gorengan. Hal tenggorokan. Berdasarkan hasil
tersebut merupakan salah satu faktor pemeriksaan fisik pasien, didapatkan
pencetus terjadinya tonsillitis. Seseorang pembesaran tonsil T3-T3 permukaan
yang lebih sering mengkonsumsi makanan berbenjol-benjol, permukaan tidak rata dan
seperti goring-gorengan, makanan pedas, kripte melebar. Temuan klinis ini sering
dan juga minum minuman dingin dan ditemukan pada penderita tonsillitis kronis.
kurangnya hygine mulut dapat terkena Adanya infeksi berulang pada tonsil
tonsillitis. menyebabkan tonsil tidak dapat
membunuh semua kuman sehingga kuman
kemudian bersarang di tonsil.
Apabila tonsillitis tidak ditangani secara tepat, maka akan menimbulkan
komplikasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Komplikasi yang
dapat terjadi yaitu Sleep Apneu, abses peritonsil, abses parafaring, abses
intratonsilar, otitis media akut, dan tonsilolith. Agar semua komplikasi ini tidak
terjadi, maka diperlukan diagnose dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat

Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi cefadroxil sebagai antibiotik,


paracetamol untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam , dan
dexamethason sebagai anti inflamasi. Pilihan pengobatan ditentukan dengan
gejala klinis yang ada pada pasien. Tindakan operasi dapat dilakukan bila
pembengkakan tonsil menyebabkan obstruksi saluran nafas, gangguan tidur,
dan kompikasi kardiopulmoner, abses peritonsil yang tidak membaik dengan
pengobatan medis dan drainase, serta tonsillitis kronis yang berulang yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik.
KESIMPULAN

Tonsilitis kronis merupakan peradangan tonsil yang menetap akibat infeksi yang berulang.
Peradangan tersebut biasanya diakibatkan oleh pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai.
Infeksi yang berulang atau infeksi yang menetap pada hidung dan sinus paranasal merupakan
penyebab paling penting dan paling sering mengakibatkan infeksi berulang pada tonsil

Penyebab tersering pada tonsilitis ialah infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Kondisi ini
sebagian besar dialami oleh anak-anak. Penyakit ini dapat dicetus oleh beberapa hal, salah
satunya ada kebiasaan anak yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak
sehat dan kurang terjaganya kebersihan mulut.

Penegakkan diagnosis tonsilitis dari pemeriksaan fisik dan anamnesis. Penyakit ini memiliki prognosa
yang baik apabila didiagnosa dan diterapi secara cepat dan cepat dan juga bagian terpenting adalah
pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga agar penyakit ini dapat dicegah dan tidak terulang
kembali.

Anda mungkin juga menyukai