Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

Seorang Wanita Usia 71 Tahun Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis


Eksaserbasi Akut Dengan Cor Pulmonale Chronic Dan Bronkopneumonia

Dosen pembimbing klinik :


dr. Musdalifah, Sp.P., M.Kes

Penyusun
Victoria Berlian Friska P, S.Ked (J510185037)
Putri Andansari, S.Ked (J510185051)
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang dianggap penting karena PPOK menjadi
salah satu penyumbang terbanyak morbiditas
kronis dan mortalitas di seluruh dunia.

Pada saat ini PPOK merupakan penyebab kematian terbanyak


peringkat keempat di dunia dan diperkirakan pada tahun 2020,
PPOK akan menjadi penyebab kematian terbanyak peringkat
ketiga di dunia. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena kasus
PPOK pada tahun 2012. Jumlah tersebut merupakan enam
persen dari total seluruh kematian di dunia pada tahun
tersebut. Secara global, beban PPOK diperkirakan akan
meningkat pada dekade selanjutnya disebabkan paparan faktor
resiko yang bekelanjutan dan polpulasi yang semakin menua.
Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) sendiri
merupakan salah satu dari
kelompok penyakit tidak
menular yang telah
menjadi masalah
kesehatan masyarakat
diIndonesia.

Hal ini disebabkan oleh semakin


tingginya pajanan faktor risiko,
seperti faktor pejamu yang diduga
berhubungan dengan kejadian PPOK,
semakin banyaknya jumlah perokok
khususnya pada kelompok usia muda,
serta pencemaran udara di dalam
ruangan maupun di luar ruangan dan
di tempat kerja.
Pada penyakit ini terjadi
Menurut Global kelainan paru sebagai
Initiative for Chronic respon inflamasi kronis
Obstructive Lung terhadap partikel gas
Disease (GOLD), PPOK yang menyebabkan
sebenarnya merupakan terjadinya hambatan
penyakit yang jalan nafas yang tidak
preventable dan sepenuhnya bisa
treatable. reversibel dan bersifat
progresif.

Proses inflamasi juga


Hambatan jalan nafas menyebabkan hilangnya
tersebut terjadi akibat alveolar attachment
terhadap jalan nafas
obstruksi jalan nafas
kecil dan menurunnya
kecil (obstructive
elastic recoil paru
bronchiolitis) dan sehingga kemampuan
destruksi parenkim jalan nafas tetap
(emfisema). membuka saat ekspirasi
menjadi terganggu.
Dampak PPOK pada setiap individu
tergantung derajat keluhannya (khususnya
sesak dan penurunan kapasitas latihan), efek
sistemik dan gejala komorbid lainnya.
PPOK akan berdampak negatif dengan kualitas
hidup penderita, termasuk pasien yang
berumur > 40 tahun akan menyebabkan
disabilitas penderitanya.

Padahal mereka masih dalam kelompok usia


produktif namun tidak dapat bekerja
maksimal karena sesak napas yang kronik.
Penyakit paru obstruktif
kronik merupakan penyakit
sistemik yang mempunyai
hubungan antara
keterlibatan metabolik, otot
rangka dan molekuler
genetik.
Keterbatasan aktivitas
merupakan keluhan utama
penderita PPOK yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup.
Disfungsi otot rangka
merupakan hal utama yang
berperan dalam keterbatasan
aktivitas penderita PPOK.
Inflamasi sistemik, penurunan
berat badan, peningkatan
risiko penyakit kardiovaskuler,
osteoporosis, dan depresi
merupakan manifestasi
sistemik PPOK.
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny.S
• Usia : 71 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Karanganyar
• Agama : Islam
• Tanggal Pemeriksaan : 6 Agustus 2019
KELUHAN UTAMA
• Pasien mengeluh mengalami sesak nafas.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


• Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar pada tanggal 6
Agustus 2019 dengan keluhan sesak napas sejak ± 3 hari
yang lalu memberat sejak HMRS, sesak dirasakan
memberat pada malam hari hingga pasien sering
terbangun dari tidurnya, saat siang hari sesak yang
dirasakan lebih ringan, hanya terasa saat melakukan
aktivitas berat, kemudian akan sedikit berkurang bila
pasien beristirahat. Keluhan sesak nafas disertai batuk
dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar dahak
berwarna kuning, badan terasa meriang dirasakan sejak ±
3hari SMRS, Penurunan berat badan drastis (-), nafsu
makan menurun (-), keringat malam (-), nyeri dada (+) saat
batuk. BAK dan BAB tidak ada kelainan.
• Pasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya dan
sudah dirasakan bertahun-tahun yang lalu, sedangkan
dalam 1 tahun ini pasien di rawat inap di RSUD
Karanganganyar sebanyak 3 kali dengan keluhan yang
sama. Namun, ketika sudah terasa membaik pasien tidak
melakukan kontrol rutin ke poli paru.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat penyakit serupa : diakui
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat konsumsi OAT : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Riwayat penyakit serupa : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis
• Keadaan Umum : sakit
sedang, compos mentis, gizi cukup
• Tanda Vital
• Tekanan darah:120/80 mmHg
• Nadi : 96 x/menit
• Pernapasan : 30 x/menit
• Suhu : 36,7° C
normocephal, nafas
Kepala/Leher cuping hidung (-),
pembesaran KGB (-)

konjungtiva anemis (-
Mata
/-), Sklera ikterik (-/-)

Inspeksi: gerakan nafas


simetris (+), retraksi
interkosta (-/-)

Palpasi : fremitus taktil


simetris (+),
ketertinggalan gerak (-/-)

Paru
Perkusi : sonor di
seluruh lapang paru (+/+)

Auskultasi: suara dasar


vesikuler (+/+), rhonki
(+/+), wheezing (+/+)
Ekspirasi memanjang (+)
Inspeksi: iktus
cordis tidak
terlihat (+) Atas : SIC II dextra
di sisi lateral linea
parasternalis
Palpasi : iktus dextra
Batas kanan
cordis tidak jantung
teraba Bawah: SIC IV
dextra di sisi lateral
Jantung linea parasternalis
Perkusi : dextra
batas jantung
tidak Atas : SIC II sinistra
membesar, di sisi lateral linea
parasternalis
Auskultasi: sinistra
suara Jantung Batas kiri
jantung Bawah: SIC V
I-II reguler (+),
sinistra 1 jari di sisi
murmur (-),
medial linea
gallop (-)
midklavikularis
sinistra
Abdomen Ekstremitas

Inspeksi : distensi (-), Atas : edema (-/-),


massa (-) akral dingin (-/-), CRT <
2 detik (+/+)
Auskultasi :
peristaltik (+), bising Bawah: edema (-/-),
usus normal akral dingin (-/-), CRT <
2 detik (+/+)
Perkusi : timpani pada
semua regio (+), pekak
pada hepar(+)

Palpasi : supel (+),


nyeri tekan (-), defans
muscular (-), hepar dan
lien tak teraba
Pemeriksaan Penunjang
Komponen yang Dinilai Nilai Nilai Normal Satuan

Darah rutin
Hemoglobin 14.6 14.0-17.5 g/Dl
Hematocrit 42.1 40-52 Vol%
Leukosit 15.59 4.4-11.3 10^3/uL
Trombosit 329 140-336 10^3/uL
Eritrosit 4.54 4.5-5.9 10^6/uL
MCV 92.7 82.0-92.0 Fl
MCH 32.1 28.0-33.0 Pg
MCHC 34.6 32.0-37.0 g/dL
Neutrofil% 80.8 50-70 %
Limfosit% 13.8 25-40 %
Monosit% 4.4 3-9 %
Eosinofil% 0.9 0.5-5.0 %
Basofil% 0.1 0.0-1.0 %
Neutrofil# 80.8 2-7 10^3/uL
Limfosit# 3.55 1.25-4 10^3/uL
Monosit# 0.33 0.3-1 10^3/uL
Pemeriksaan Penunjang
Gula darah
Gula darah sewaktu 166 70-150 mg/100ml
Ginjal
Ureum 44 10-50 mg/dl
Creatinin 2.13 <1.4 mg/100ml
Ro Thoraks PA
EKG
RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar pada
tanggal 6 Agustus 2019 dengan keluhan sesak
napas sejak ± 3 hari yang lalu memberat sejak
HMRS, sesak dirasakan memberat pada malam
hari hingga pasien sering terbangun dari
tidurnya, saat siang hari sesak yang dirasakan
lebih ringan, hanya terasa saat melakukan
aktivitas berat, kemudian akan sedikit berkurang
bila pasien beristirahat.

Keluhan sesak nafas disertai batuk dengan


dahak yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar
dahak berwarna kuning, badan terasa meriang
dirasakan sejak ± 3hari SMRS.

Penurunan berat badan drastis (-), nafsu makan


menurun (-), keringat malam (-), nyeri dada (+)
saat batuk. BAK dan BAB tidak ada kelainan.
Riwayat keluhan serupa (+) riwayat konsumsi
OAT (-) Riwayat keluarga memiliki keluhan
serupa (+) ibu pasien meninggal karena
mengalami keluhan serupa.
DIAGNOSIS BANDING
• 1. Asma
• 2. SOPT

DIAGNOSIS KERJA
• Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Eksaserbasi Akut dengan Cor
Pulmonale Chronic dan
Bronkopneumonia
PENGOBATAN
• Fisioterapi Chest physical
therapy:
• breathing control
• deep breathing
Non- • latihan batuk
Farmakologis • chest expansion exercise
• postural drainage

• O2 3lpm
• Nebulisasi Combivent + Pulmicort/8jam
• Inf. Tutofusin OPS 20 tpm
Farmakologis • Inf. EAS pfimer 1 fl/24jam
• Inj. Solvinex 1amp/8jam
• Oral
• Nacetylsistein 3x200mg
• Digoxin 2x1
• Furosemide 1x40mg pagi hari
• Paracetamol 3x500mg
• Prorenal 3x1
Obat yang dibawa
pulang

• Cefixime 2x100mg
• Nacetylsistein 3x200mg
• Digoxin 2x1
• Paracetamol 3x500mg
• Prorenal 3x1
• Berotec
• Symbicort
FOLLOW UP
1. Rabu, 7 Agustus 2019
S/ Pasien mengatakan keluhan sesak napas berkurang, batuk masih dirasakan dan
dahak sulit keluar, pasien masih merasa meriang, pusing (+) mual (+) muntah (-)
O/KU : Cukup Kes: Composmentis
Tekanan Darah :120/70 mmHg Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit SpO2 : 97%
Suhu : 37 oC
A/ PPOK Eksaserbasi Akut dengan Cor Pulmonale Chronic dan Bronkopneumonia
P/ O2 3lpm
Nebulisasi Combivent + Pulmicort/8jam
Inf. Tutofusin OPS 20 tpm
Inf. EAS pfimer 1 fl/24jam
Inj. Solvinex 1amp/8jam
Oral
Nacetylsistein 3x200mg
Digoxin 2x1
Furosemide 1x40mg pagi hari
Paracetamol 3x500mg
2. Kamis, 8 Agustus 2019
S/ Pasien mengatakan keluhan sesak napas berkurang, batuk masih dirasakan dan
dahak sudah dapat dikeluarkan,keluhan lain pusing (+) mual (+) muntah (-)
O/ KU : Cukup Kes: Composmentis
Tekanan Darah:120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 24 x/menit Suhu : 36.8 oC
A/ PPOK Eksaserbasi Akut dengan Cor Pulmonale Chronic dan Bronkopneumonia
P/ O2 3lpm
Nebulisasi Combivent + Pulmicort/8jam
Inf. Tutofusin OPS 20 tpm
Inf. EAS pfimer 1 fl/24jam
Inj. Solvinex 1amp/8jam
Oral
Nacetylsistein 3x200mg
Digoxin 2x1
Furosemide 1x40mg pagi hari
Paracetamol 3x500mg
Prorenal 3x1
3. Jum’at, 9 Agustus 2019
S/ Pasien mengatakan keluhan sesak napas berkurang, batuk sudah berkurang
hanya muncul 1 kali pada malam hari,keluhan lain pusing (-) mual (-) muntah (-)
O/ KU : Cukup Kes: Composmentis
Tekanan Darah:120/80 mmHg Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit Suhu : 36.5 oC
A/ PPOK Eksaserbasi Akut dengan Cor Pulmonale Chronic dan
Bronkopneumonia
P/ O2 3lpm
NebulizerCombivent + Pulmicort/8jam
Inf. Tutofusin OPS 20 tpm
Inf. EAS pfimer 1 fl/24jam
Inj. Solvinex 1amp/8jam
Oral
Nacetylsistein 3x200mg
Digoxin 2x1
Furosemide 1x40mg pagi hari
Paracetamol 3x500mg
Prorenal 3x1
4. Sabtu, 10 Agustus 2019
S/ Pasien mengatakan keluhan sesak napas tidak dirasakan lagi, batuk sudah
sangat berkurang hanya muncul 1 kali pada pagi hari ini,keluhan lain
pusing (-) mual (-) muntah (-)
O/ KU : Cukup Kes: Composmentis
Tekanan Darah:120/70 mmHg Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 24 x/menit Suhu : 36.5 oC

A/ PPOK Eksaserbasi Akut dengan Cor Pulmonale Chronic dan


Bronkopneumonia
P/ Cefixime 2x100mg
Nacetylsistein 3x200mg
Digoxin 2x1
Paracetamol 3x500mg
Prorenal 3x1
Berotec
Symbicort
PROGNOSIS

• Qua ad Vitam : ad Bonam


• Qua ad Fungtionam :dubia ad Bonam
• Qua ad Sanationam : dubia ad Bonam
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, dapat ditegakkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi
Akut dengan CPC dengan klinis Bronkopneumonia.

Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang pada pasien.

Pada anamnesa didapatkan keluhan adanya napas sejak ± 3 hari yang lalu memberat sejak HMRS,
sesak dirasakan memberat pada malam hari hingga pasien sering terbangun dari tidurnya, saat
siang hari sesak yang dirasakan lebih ringan, hanya terasa saat melakukan aktivitas berat,
kemudian akan sedikit berkurang bila pasien beristirahat.

Keluhan sesak nafas disertai batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar
dahak berwarna kuning, badan terasa meriang, nyeri dada (+) saat batuk.
• tekanan darah pasien
Pemeriksaan normal 120/70 mmHg,
• Nadi 88x/menit
fisik • Respirasi rate 24x/menit
• Spo2 97%.
Pada pemeriksaan thoraks
normochets, pelebaran sela
inspeksi iga dan pengembangan paru
kanan dan kiri yang simetris.

vokal fremitus pada dada kiri


Palpasi
dan kanan sama

sonor pada kedua lapangan


Perkusi
paru.

suara nafas vesikuler diseluruh


lapangan paru,

wheezing pada kedua lapang


Pada auskultasi
paru

ekspirasi memanjang pada


pasien
• Ditemukan coracan
vaskuler meningkat,
tampak bercak pada
Pemeriksaan lapangan bawah
foto thoraks paru kanan dan
paradikal kiri
• sela costae melebar.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang faktor yang
mendukung penegakkan diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Eksaserbasi Akut dengan CPC dengan klinis Bronkopneumonia

perubahan
adanya infeksi
sesak nafas yang warna dahak
batuk kronis nafas berulang,
memberat dan menjadi
disertai dengan yang merupakan
sering kekuningan yang
peningkatan gejala dari
memburuk pada merupakan
produksi sputum penyakit paru
malam hari gejala
obstruktif kronis
eksaserbasi akut.
Pasien juga didiagnosis Cor Pulmonale Chronicum (CPC) karena dari gejala yang
dikeluhkan pasien dan adanya nyeri dada saat batuk akibat dilatasi arteri pulmonalis dan
iskemia ventrikel kanan.

Cor pulmonal adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal
yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak
berhubungan dengan kelainan jantung kiri

Defenisi lain berhubungan dengan hipertensi pulmonal maka cor pulmonal adalah
hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit yang mengenai struktur dan atau
pembuluh darah paru; hipertensi pulmonal menghasilkan pembesaran ventrikel kanan
(hipertrofi dan atau dilatasi) dan berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi gagal
jantung kanan

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab utama insufisiensi


respiratorik kronik dan cor pulmonal.
Nyeri dada seperti
diperburuk
dengan
pernafasan dan
batuk

pada
pemeriksaan
pemeriksaan Pada pasien juga terdapat
sesak
foto thoraks klinis bronkopneumoni
coracan vascular
meningkat

sputum purulen,
dan pada
pemeriksaan
penunjang nilai Al
15.59 yang
menunjukan
leukositosis
• O2 3lpm
• Nebulizer Combivent +
Pulmicort/8jam karena pasien
mengeluh sesak.
• Inf. Tutofusin OPS 20 tpm, Inf. EAS
pfimer 1 fl/24jam
• diberi mukolitik Inj. Solvinex
1amp/8jam karena peningkatan
produksi dahak.
• Pasien juga diberi obat oral yaitu
Terapi Pada Nacetylsistein 3x200mg sebagai
Pasien mukolitik oral yang diberikan pada
psien, pasien juga terdapat
gangguan pada ginjalnya karena
menderita DM dan Nacetylsistein
karena renoprotektif
• Digoxin 2x1 diberikan sebagai
antiaritmia
• Furosemide 1x40mg pagi hari
• Paracetamol 3x500mg
• Prorenal 3x1
Pasien ini memiliki faktor resiko untuk terjadinya PPOK
• memiliki riwayat infeksi saluran nafas berulang. Infeksi saluran nafas akut
yang banyak terjadi pada anak–anak memberikan kecatatan sampai
dewasa dimana hal ini memberikan hubungan dengan terjadinya PPOK
• Gender
• usia diatas 40 tahun
• kurangnya melakukan aktivitas fisik memberikan kontribusi terjadinya
PPOK.
Asma pada pasien dapat disingkirkan dari
anamnesis yang digali bahwa pasien sudah
merasakan sesak sudah bertahun-tahun yang lalu
dan ditambah dengan batuk dan juga produksi
dahak yang meningkat , sesak yang dirasakan
tidak berbunyi serta tidak mengkonsumsi obat –
obat asma
Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT)
juga disingkirkan karena pasien sebelumnya tidak
mengkonsumsi OAT meskipun gejala sisa yang
paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru
dengan kelainan obstruktif yang memiliki
gambaran klinis mirip Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK).
Penatalaksanaan pada pasien ini dapat dilakukan
secara farmakologis dan non farmakologis

Tujuan penatalaksanaan pada pasien untuk


melakukan penstabilan serangan dan
mempertahankan kondisi secardengana umum.
Pemberian kombinasi terapi antikolinergik agonis
Beta-2 dapat diberikan untuk mengurangi sesak
dan mengurangi sekresi lendir

Pasien mengalami eksaserbasi akut sehingga


dapat dilakukan pemberian secara inhalasi

Dilakukannya observasi setiap hari mengenai


keluhan sesak pada pasien.
KESIMPULAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah


penyakit yang ditandai dengan oleh hambatan aliran
udara di saluran nafas yang bersifat progresif non
reversibel atau reversibel parsial.

PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau


gabungan keduanya. Salah satu karakteristik dari
PPOK adalah terjadinya inflamasi kronis yang
dimulai dari saluran nafas, parenkim paru sampai
struktur vaskuler pulmonal.

Pada awalnya proses inflamasi terjadi dikarenakan


adanya proses kontak terhadap inhalan bahan yang
berbahaya, namun lama kelamaan inflamasi ini
terjadi terus menerus sehingga menjadi kronik.
Penatalaksanaan dilakukan secara
farmakologis dan non farmakologis. Tujuan
penatalaksanaan pada PPOK adalah untuk
mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi,
memperbaiki dan mencegah penurunan faal
paru serta meningkatkan kualitas hidup.

Pemberian kombinasi terapi antikolinergik


dengan agonis Beta-2 dapat diberikan untuk
mengurangi sesak dan mengurangi sekresi
lendir.

Pasien mengalami eksaserbasi akut sehingga


dapat dilakukan pemberian secara inhalasi
dan penatalaksaan pasien pada kasus ini
sudah tepat.

Anda mungkin juga menyukai