Anda di halaman 1dari 396

Prediksi UKMPPD

Periode November 2020


151
Perempuan usia 48 tahun mengeluhkan nyeri pada sudut dalam mata kanan sejak 4 hari
yang lalu. Keluhan serupa sudah pernah dialami sebelumnya dan tersisa benjolan kecil
yang dibiarkan. Pada pemeriksaan fisik diperoleh AVODS 6/6, sakus lakrimalis mata
kanan bengkak, kemerahan, teraba hangat dan nyeri pada penekanan ringan.
Mekanisme yang mendasari keluhan pasien tersebut adalah?
A. Deposit lemak di sekitar kelopak mata
B. Peradangan akibat sumbatan duktus lakrimalis
C. Peradangan kelenjar lakrimal
D. Sumbatan kelenjar meibom akibat peradangan kronik
E. Peradangan kelopak mata akibat infeksi
Jawaban

B. Peradangan akibat sumbatan


duktus lakrimalis
Pembahasan
Mekanisme penyakit ?

• Perempuan, 48 tahun

– Nyeri pada sudut dalam mata kanan sejak 4 hari yang lalu → bayangkan
struktur-struktur yang terletak di bagian medial mata

– Keluhan serupa sudah pernah dialami sebelumnya dan tersisa benjolan kecil
yang dibiarkan → menandakan adanya proses kronik sebelum keluhan saat
ini

– Pada pemeriksaan fisik diperoleh AVODS 6/6, sakus lakrimalis mata kanan
bengkak, kemerahan, teraba hangat dan nyeri pada penekanan ringan.

• Inflamasi terjadi di sakus lakrimalis


Dakriosistitis pada Dewasa
• Inflamasi pada sakus lakrimalis.
Biasanya terjadi karena ada
sumbatan pada duktus
nasolakrimalis
• 2 bentuk: akut dan kronik A B
– Akut: akibat infeksi
stafilokokus atau streptokokus.
Klinis: benjolan merah, nyeri,
teraba hangat. Bisa disertai
selulitis, abses, maupun C
terbentuknya fistula.
Tatalaksana awal berupa A: Dakriosistitis dengan selulitis
kompres hangat dan B: Dakriosistitis dengan abses
antibiotik. Insisi drainase C: Dakriosistitis dengan fistula
bisa dipertimbangkan

Kanski, Khurana Ophtalmology


Dakriosistitis pada Dewasa
• 2 bentuk: akut dan kronik
– Kronik: terbentuk karena ada adanya infeksi ringan dan statis
untuk waktu yang lama
• Karena terjadinya stagnansi, sakus lakrimalis akan mengalami
distensi sehingga tampak ada benjolan yang tidak teraba
nyeri di kantus medial yang disebut mukokel. Mata
pasien akan terus berair (epifora). Jika benjolan ditekan,
dapat keluar sekret mukoid.
• Dakriosistitis kronik bisa mengalami
eksaserbasi sehingga muncul
kembali fase akut
• Tatalaksana: dacryocystorhinostomy
Mukokel

Kanski, Khurana Ophtalmology


Pilihan Lain
• Deposit lemak di sekitar
kelopak mata → xantelasma
• Peradangan kelenjar lakrimal
→ dakrioadenitis – tampilan Xantelasma Dakrioadenitis
Pembengkakan membuat
serupa dengan dakriosistitis ptosis. Sering disebut
namun berbeda letak: di dengan ptosis S-shaped
(seperti S terbalik).
lateral mata
• Sumbatan kelenjar meibom
akibat peradangan kronik →
kalazion
• Peradangan kelopak mata
akibat infeksi → blefaritis
Kalazion
Blefaritis
Tepi kelopak tampak
berkerak, berwarna
kekuningan
A. Deposit lemak di sekitar kelopak mata

B. Peradangan akibat sumbatan duktus lakrimalis

C. Peradangan kelenjar lakrimal

D. Sumbatan kelenjar meibom akibat peradangan kronik

E. Peradangan kelopak mata akibat infeksi


152
Seorang Perempuan usia 60 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan kedua mata
terasa mengganjal dan terus-terusan berair. Riwayat DM dan hipertensi disangkal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, N 68 kali/menit, suhu 36,5˚C.
Pemeriksaan ODS 6/6 dengan koreksi +2.00. pada pemeriksaan tear meniscus 0,2 mm,
Schirmer test (+). Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah ...

A. Konjungtivitis alergi

B. Keratitis

C. Dry eyes syndrome

D. Uveitis

E. Konjungtivitis vernal
Jawaban

C. Dry eyes syndrome


Pembahasan
• Perempuan, 60 tahun
– Kedua mata terasa mengganjal dan
terus-terusan berair
• Pemeriksaan oftalmologi
– Pemeriksaan ODS 6/6 dengan koreksi +2.00.
Pada pemeriksaan tear meniscus 0,2 mm,
Schirmer test (+)
• Diagnosis?
Lapisan Air Mata
• Lipid →
disekresikan
kelenjar meibom
• Akuos →
disekresikan
kelenjar lakrimalis
• Mukus →
disekresikan sel
goblet di
konjungtiva

Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology A Systematic Approach 8th ed. Australia: Elsevier; 2016
Dry Eye Syndrome
• Manifestasi klinis
– Blefaritis posterior

– Injeksi konjungtiva

– Rasa mengganjal di mata

Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology Pewarnaa fluoresensi (A) dan rose Bengal (B) pada
A Systematic Approach 8th ed. Australia:
Elsevier; 2016 mata kering
Tes Schrimer
• Kertas Schrimer dilipat sedikit dan diselipkan
pada sela antara konjungtiva dan kelopak mata
bagian bawah. Jangan sampai kertas menyentuh
kornea atau bulu mata
• Minta pasien untuk menutup mata
• Baca hasil setelah 5 menit/6 menit
– 6 menit bila menggunakan anestesi topikal
• Interpretasi abnormal bila:
– Kertas basah <10 mm tanpa anestesi topikal
– Kertas basah < 10 mm dalam 6 menit dengan
anestesi topikal

Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology A Systematic Approach 8th ed. Australia: Elsevier; 2016
Tear Meniscus Height (Meniscometry)

• Tumpukan air mata yang terakumulasi pada


bulbar conjungtiva junction pada margin kelopak
inferior
• Normal: 0,3-0,4 mm
• Penurunan dari TMH sugestif untuk defisiensi
lakrimal seperti pada dry-eye syndrome
Pilihan Lain
A. Konjungtivitis alergi → konjungtivitis yang terjadi karena
reaksi alergi

B. Keratitis → infeksi pada kornea

D. Uveitis → inflamasi pada uvea, dapat berupa uveitis anterior


atau posterior. Banyak disebabkan oleh penyakit autoimun

E. Konjungtivitis vernal → salah satu bentuk konjungtivitis


alergi
A. Konjungtivitis alergi

B. Keratitis

C. Dry eyes syndrome

D. Uveitis

E. Konjungtivitis vernal
153
Laki-laki usia 50 tahun datang ke dokter karena mengeluh penurunan tajam
penglihatan. Visus mata kanan 6/30 dikoreksi dengan S -1 D menjadi 6/6, mata
kiri visus 6/12 dikoreksi S - 1 D menjadi 6/6. Dokter ingin menambahkan
koreksi addisi lensa sesuai umur,Berapakah addisi lensa yang dipakai?
A. S + 0,5 D
B. S + 1,0 D
C. S + 1,5 D
D. S + 2,0 D
E. S + 2,5 D
Jawaban

D. S + 2,0 D
Pembahasan
Lensa adisi ?
• Laki-laki 50 tahun
– Penurunan tajam penglihatan
– Visus
• OD 6/30 koreksi S -1 D menjadi 6/6
• OS 6/12 koreksi S - 1 D menjadi 6/6
– Presbiopia
Presbiopia
• “Mata tua” akibat kelemahan daya akomodasi
• Ditambahkan lensa sferis (+) sesuai usia untuk membaca dekat
• Kekuatan lensa tambahan berdasarkan usia (atau penglihatan terbaik
di Jaeger chart)

+1 • 40-44 tahun +1D Mulai


sejak usia 40
tahun!
+1,5 • 45-49 tahun Setiap +5
tahun,
+2 • 50-54 tahun tambah juga
+0,5 D

(+0,5) • Setiap +5 tahun


A. S + 0,5 D

B. S + 1,0 D

C. S + 1,5 D

D. S + 2,0 D

E. S + 2,5 D
154
Perempuan usia 28 tahun datang ke IGD dengan mengeluh perih pada
mata kanannya setelah terkena pemutih baju ketika mencuci. Pada
pemeriksaan fisik mata didapatkan konjungtiva hiperemis dan kornea
edema. Tatalaksana awal apa yang harus segera dilakukan?
A. Irigasi 500 cc NaCl
B. Irigasi >15 menit dengan air steril
C. Tes lakmus
D. Antibiotik dan anti-inflamasi
E. Obat oral anti nyeri
Jawaban

B. Irigasi >15 menit dengan air


steril
Pembahasan

Tatalaksana awal segera?

• Perempuan 28 tahun
– Perih pada mata kanan setelah terkena pemutih
baju → trauma kimia

– Hiperemis konjungtiva dan edema kornea


Penanganan Trauma Kimia
• Irigasi secepatnya dengan cairan salin steril minimal 15-30 menit; jika
tidak ada, gunakan air keran sebanyak mungkin hingga tidak ada pewarnaan pada
kertas lakmus
• Instruksikan pasien untuk membuka kelopak mata selebar mungkin Eversi kelopak
mata selama irigasi
• Rujuk ke dokter mata setelah kondisi umum stabil
• Trauma basa lebih berbahaya! Karena menembus lapisan mata lebih
dalam daripada asam yang akan menggumpal
• Prinsip terapi: mengurangi inflamasi, nyeri, dan risiko infeksi (obat yang sering
digunakan: midriatik sikloplegik, antibiotik mata, analgesik, dan toksoid).
Trauma Kimia Mata
• Definisi: Masuknya zat kimia ke jaringan mata
dan adneksa sekitarnya
• Zat kimia bisa bersifat asam atau basa.
• Membedakan sifat asam atau basa:
– Menggunakan kertas lakmus
• Merah → asam
• Biru → basa
A. Irigasi 500 cc NaCl

B. Irigasi >15 menit dengan air steril

C. Tes lakmus

D. Antibiotik dan anti inflamasi

E. Obat oral anti nyeri


155
Laki-laki usia 25 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa mengganjal sejak 1
hari yang lalu. Mata terlihat merah dan nyeri. Pasien bekerja menggunakan sepeda
motor dengan helm tanpa penutup kaca dan tidak memakai kaca mata. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan ODS: visus 6/6, injeksi konjungtiva (+), injeksi silier (+),
dan erosi kornea parasentral (+). Pemeriksaan yang selanjutnya dilakukan
adalah…
A. Gonioskopi
B. USG mata
C. Eversi kelopak mata
D. Tes sensibilitas kornea
E. Cek Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)
Jawaban

C. Eversi kelopak mata


Pembahasan
Pemeriksaan selanjutnya?
• Laki-laki 25 tahun
– Kedua mata terasa mengganjal sejak 1 hari
– Mata terlihat merah dan nyeri
– Bekerja menggunakan sepeda motor dengan helm tanpa penutup kaca dan
tidak memakai kaca mata
• ODS: visus 6/6
• Injeksi konjungtiva (+)
• Injeksi silier (+)
• Erosi kornea parasentral (+)
Diskusi

• Pemeriksaan fisik sederhana yang perlu


dilakukan pada kasus benda asing di
konjungtiva adalah eversi kelopak mata untuk
mengeksplorasi letak benda asing.
Benda Asing di Konjungtiva
• Keluhan: ada benda yang masuk ke dalam konjungtiva atau
matanya
• Gejala: nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing,
dan fotofobia
• Faktor Risiko: Pekerja di bidang industri yang tidak memakai
kacamata pelindung, seperti: pekerja gerinda, pekerja las,
pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-
bahan kimia (asam-basa)
Benda Asing di Konjungtiva
• Komplikasi:
1. Ulkus kornea
2. Keratitis
– Terjadi bila benda asing pada konjungtiva tarsal
menggesek permukaan kornea dan menimbulkan
infeksi sekunder. Reaksi inflamasi berat dapat terjadi
jika benda asing merupakan zat kimia.
Tatalaksana Awal Corpus Alienum pada Mata

1. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan


2. Anestesi topical
3. Ambil benda asing dengan (dilakukan urut)
1. Coba irigasi dengan NaCl 0,9% steril
2. Coba ambil dengan cotton bud
3. Coba ambil dengan jarum spuit 23G
4. Antibiotik topikal 4x1 hari
5. Evaluasi 24 jam untuk infeksi dan ulkus kornea
Pilihan Lain
• Gonioskopi: untuk melihat sudut drainase antara kornea dan iris
pada kecurigaan glaukoma
• USG mata: untuk melihat posterior mata ketika segmen anterior
terhalang
• Tes sensibilitas kornea: untuk mengecek cabang oftalmikus dari
nervus trigeminus pada kecurigaan keratopati neurotrofik
• Cek Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD): untuk
mengecek perbandingan pengecilan pupil kedua mata pada
kecurigaan defek saraf optik
A. Gonioskopi

B. USG mata

C. Eversi kelopak mata

D. Tes sensibilitas kornea

E. Cek Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)


156
Anak laki-laki usia 19 tahun dibawa keluarganya karena nampak gelisah dan tidak bisa
diam. Dalam 2 bulan terakhir, berat badannya menurun drastis. Ia juga muntah dan
berkeringat banyak. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 160/110 mmHg,
nadi 130 kali/menit, napas 20 kali/menit, dan pupil dilatasi. Dugaan zat yang
menyebabkan gejala tersebut adalah...

A. Kokain

B. Opioid

C. Benzodiazepin

D. Organofosfat

E. Morfin
Jawaban

A. Kokain
Pembahasan
Zat apa?
• Pada pasien ditemukan:
– Gelisah
– Takikardi
– Takipnea
– Dilatasi pupil

• Tanda tersebut adalah gejala dari zat stimulan (kokain,


amfetamin, kafein)
Zat Psikoaktif
• Stimulan
– Membuat sesorang bersemangat (berdebar-debar,tidak bisa tidur, dll)
– Kafein,Amfetamin, Kokain

• Benzodiazepin
– Menenangkan (laju napas turun)
– Diazepam

• Opioid
– Mengurangi nyeri dan menenangkan
– Morfin, kodein, heroin

• Halusinogen
– Membuat halusinasi
– Ganja, kanabis,LSD
Antidotum
KERACUNAN ANTIDOT
Kokain Benzodiazepin

Opioid Nalokson

Benzodiazepin Flumazenil

Sianida Tiosulfat

Organofosfat (pupuk) Atropin


A. Kokain
B. Opioid
C. Benzodiazepin
D. Organofosfat
E. Morfin
157
Seorang wanita berusia 20 tahun dibawa ke poliklinik dikarenakan tidak mau mengurus
anaknya setelah melahirkan 1 bulan yang lalu. Anak tersebut merupakan anak pertama
dari perkawinan sejak 1,5 tahun yang lalu. Pasien tidak mau mengurus, menyusui dan
menggendong anaknya. Apabila anaknya menangis, pasien merasa kesal dan menjauhi
anaknya. Pasien juga tidak mau mandi, lebih banyak diam, tidak mau makan dan harus
dipaksa disuap. Apakah diagnosa kasus diatas?
A. Gangguan psikotik post partum
B. Baby blues syndrome
C. Gangguan stress akut
D. Depresi dengan gangguan psikotik
E. Gangguan depresi post partum
Jawaban

E. Gangguan depresi post


partum
Pembahasan
• Apakah diagnosa kasus tersebut?
– Wanita berusia 20 tahun
• Tidak mau mengurus anaknya setelah melahirkan 1 bulan
yang lalu

• Pasien tidak mau mengurus, menyusui dan menggendong


anaknya dan cenderung kesal dan menjauhi anaknya.
– Depresi postpartum
Psikiatri dalam Kehamilan
Postpartum blues
Gangguan mood yang terjadi dalam 2 minggu pasca-persalinan

Depresi postpartum
Depresi berat yang muncul saat kehamilan atau dalam kurun waktu 4 minggu
pasca-persalinan

Psikosis postpartum
Disertai gejala psikosis (halusinasi, waham)
A. Gangguan psikotik post partum

B. Baby blues syndrome

C. Gangguan stress akut

D. Depresi dengan gangguan psikotik

E. Gangguan depresi post partum


158
Seorang laki-laki, 19 tahun, ketika sedang menjalani perkuliahan sering mengganggu
teman sekelasnya dan berusaha membantu mengambil barang temannya yang terjatuh
namun sebagian diambil untuk disimpan sebagai keuntungan pribadi saat membantu
temannya. Tugas yang diberikan kepadanya juga tidak pernah dikerjakan sampai selesai.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
A. Ciri kepribadian anti sosial
B. Kleptomania
C. Gangguan pemusatan perhatian (ADHD)
D. Ciri kepribadian ambang
E.Autisme
Jawaban

A. Ciri kepribadian anti sosial


Pembahasan

• Diagnosis yang tepat?


– Anak laki-laki, 6 tahun
• Sering mengganggu teman sekelasnya

• Membantu temannya yang terjatuh namun mengambil


keuntungan pribadi dari temannya

• Tidak pernah mengerjakan tugas sampai selesai


– Ciri kepribadian anti sosial
Gangguan kepribadian
Kluster A Kluster B Kluster C

Paranoid Histrionic Dependen

Skizoid Antisosial Avoidant

Obsesif
Skizotipal Narsisistik
Kompulsif

Borderline
Gangguan Kepribadian
Gangguan Karakteristik
Paranoid Selalu curiga, takut terhadap kegagalan, menyimpan dendam
dan sangat sensitif
Skizoid Introvert, emosi dingin, tidak suka bergaul dengan orang
lain, tidak peduli terhadap pujian/kecaman
Skizotipal Perilaku eksentrik dan aneh
Histrionik Dramatis, suka mencari perhatian, afek dangkal dan labil,
suka penampilan yang merangsang
Anti Sosial Tidak peduli orang lain, sering marah-marah, sering
melanggar aturan
Gangguan Kepribadian
Gangguan Karakteristik
Narsistik Arogan,menganggap dirinya orang penting dan dikagumi.
Borderline Dependen, hubungan dengan orang lain tidak stabil,
impulsif
Avoidan Sering cemas, merasa tidak cukup
Dependen Butuh diperhatikan, sensitif terhadap perkataan negatif,
suka mengorbankan diri sendiri
Obsesif kompulsif Preokupasi dengan urutan,perfeksionis, ketelitian
berlebihan
Ciri Kepribadian → ABC

Aneh Berisik Cemas


Paranoid Antisosial Avoidan

Skizoid Borderline Dependen

Obsesif-
Skizotipal Narsisistik
kompulsif

Histrionik
Aneh
• Paranoid
– Tidak percaya
– Curiga orang lain akan menyakitinya
• Skizoid
– Tidak bersosialisasi
– Emosi terbatas
• Skizotipal
– Aneh, misalnya percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan supernatural
Berisik
• Antisosial
– Memberontak
– Melanggar peraturan dan hak orang lain

• Borderline/ambang
– Emosi tidak stabil
– Pacaran patologis dan ‘needy’
– Cepat akrab
– Sering mengancam bunuh diri dan suka melukai diri

• Histrionik
– Suka cari perhatian

• Narsisistik
– Merasa ingin dipuji
Cemas
• Avoidance/menghindar
– Merasa rendah diri
– Menghindari sosialisasi

• Dependen
– Bergantung pada orang lain
– Manja berlebihan

• Obsesif-kompulsif/Anankastik
– Suka dengan kerapian, perfeksionis, ‘ngotot’
Jawaban Lainnya
• ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)
– Sulit memusatkan perhatian, hiperaktif, impulsif, tidak sesuai anak seusia,
minimal 6 bulan
• Autisme
– Kondisi mental sulit untuk berkomunikasi dan membentuk relasi
dengan orang lain menggunakan bahasa dan konsep abstrak
• Kleptomania
– Tidak bisa menahan diri untuk mencuri, tapi bukan untuk keuntungan
pribadi atau motif finansial
A. Ciri kepribadian anti sosial

B. Kleptomania

C. Gangguan pemusatan perhatian (ADHD)

D. Ciri kepribadian ambang

E.Autisme
159
Pasien perempuan usia 41 tahun dibawa ke poliklinik dikarenakan sering
terbangun tengah malam dan dikatakan berjalan dalam tidur ke jalan raya
hingga hampir tertabrak mobil. Pasien mengatakan bahwa keesokan harinya
ketika bangun, dirinya tidak ingat dengan apa yang terjadi. Apakah diagnosis
yang tepat?
A. Night terror
B. Insomnia
C. Somnambulisme
D. Nightmare
E. Hipersomnia
Jawaban

C. Somnambulisme
Pembahasan

Terapi?

• Perempuan usia 41 tahun


– Sering terbangun tengah malam

– Pasien tidak ingat dengan apa yang terjadi


• Somnambulisme
Gangguan Tidur Non-organik
Disomnia Parasomnia
• Kondisi psikogenik primer • Peristiwa episodik abnormal
dengan gangguan pada kualitas, selama tidur
jumlah atau waktu tidur
• Contoh :
• Contoh :
– Somnabulisme
– Insomnia
– Nigh terror
– Hipersomnia
– Nightmare
– Gangguan jadwal tidur
Insomnia (F51.0)
• Kesulitan memulai / mempertahankan tidur atau
kualitas tidur yang buruk
• Berlangsung min. 3 malam/minggu selama min. 1 bulan
• Preokupasi tidak bisa tidur dan kekhawatiran terhadap
akibatnya
• Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas
tidur yang menyebabkan penderitaan dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan

PPDGJ-III
Klasifikasi Insomnia

Early • Kesulitan memulai tidur


• Masa laten tidur memanjang
Insomnia • Berkaitan dengan gangguan cemas

Middle • Kesulitan mempertahankan tidur


• Terbangun malam hari → tidak tidur lagi
Insomnia • Berkaitan dengan penyakit organik dan nyeri

Late • Bangun lebih pagi dari yang diperlukan terus


menerus
Insomnia • Berkaitan dengan depresi
Hipersomnia (F51.1)
• Bertambahnya waktu tidur sampai 25% dari pola tidur biasa
• Gejala
– Rasa kantuk siang hari yang berlebihan / serangan tidur / transisi
yang memanjang dari mulai bangun hingga sadar penuh
– Terjadi setiap hari, lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun
waktu lebih pendek
– Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang mendasari

PPDGJ-III
Parasomnia
• Somnabulisme (F51.3)
– Tidur sambil berjalan
– Sebab : kurang tidur, jadwal tidur kacau, demam, dll.
• Night Terror (F51.4)
– Kondisi terbangun sepertiga awal tidur malam, diikuti dengan teriakan dan
gejala cemas berlebihan disertai tanda-tanda otonom→ terjadi berulang
• Nightmare (F51.5)
– Terjaga dari tidur yang berulangan dengan ingatan terperinci akan mimpi yang
menentukan → setelah terbangun segera sadar dan mengenali lingkungan

PPDGJ-III
Terapi Insomnia
• Terapi lini utama : Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
– Edukasi sleep hygiene : mengurangi kafein/alkohol di malam hari, tidak
melakukan aktivitas lain selain tidur di tempat tidur
– Terapi kognitif
– Terapi relaksasi
• Apabila tidak membaik → diberikan terapi farmakologi
– Hipnotik sedatif (DOC) : zolpidem atau aprazolam diberikan maksimal
4 minggu
– Antidepresan : amitriptilin atau doksepin untuk insomnia kronik jenis
middle atau late

American Academy of Sleep Medicine (AASM),2008


A. Night terror

B. Insomnia

C. Somnambulisme

D. Nightmare

E. Hipersomnia
160
Seorang wanita, usia 23 tahun datang dengan berdebar-debar dan rasa seperti tercekik
dileher. Menurut adik pasien, hal tersebut terjadi ketika pasien mendapatkan
penghargaan di sebuah festival dan diminta untuk naik ke atas panggung. 6 bulan yang
lalu pasien juga pernah mengeluhkan hal serupa ketika sedang berjalan di pelaminan dan
harus dilihat oleh banyak orang. Apakah diagnosis yang tepat?
A.Agoraphobia
B. Fobia sosial
C. Cynophobia
D. Klaustrofobia
E. Glossophobia
Jawaban

B. Fobia sosial
Pembahasan

• Diagnosis yang tepat?


– Wanita, usia 23 tahun
• Berdebar-debar dan rasa seperti tercekik dileher

• Terjadi ketika pasien naik ke atas panggung didepan


orang banyak
– Social phobia
Fobia
Ketakutan irasional menetap dan berlebihan terhadap satu hal
spesifik/keadaan/situasi

• Arachnophobia: Laba-laba
• Agoraphobia:Tempat ramai
• Acrophobia: Ketinggian
• Cynophobia:Anjing
• Claustrophobia:Tempat sempit/tertutup
• Glossophobia: Berbicara depan umum
• Mysophobia: Kotoran dan bakteri
• Nyctophobia: Gelap
• Social Phobia: Interaksi dengan banyak orang
• Trypanophobia:Jarum suntik
A.Agoraphobia

B. Fobia sosial

C. Cynophobia

D. Klaustrofobia

E. Glossophobia
161
Perempuan usia 30 tahun, dibawa oleh suaminya ke poliklinik RS dengan keluhan banyak bicara sejak 2
minggu terakhirsuara – suara tanpa wujud yang memanggil namanya dan mengajaknya berbicara. Riwayat
4 bulan yang lalu pasien merasa sedih, putus asa, bahkan p. Keluhan ini berlangsung terus – menerus,
disertai aktivitas berlebih tanpa merasa lelah. Akhir – akhir ini pasien juga mendengar ernah memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Pemeriksaan vital dalam batas normal. Apakah diagnosis yang tepat
untuk kasus di atas?
A. Gangguan skizoafektif tipe manik
B. Gangguan skizoafektif tipe depresif
C. Gangguan campuran cemas dan depresi
D. Gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
E. Gangguan bipolar episode kini depresi dengan gejala psikotik
Jawaban

D. Gangguan bipolar episode


kini manik dengan gejala
psikotik
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 30 tahun
– 4 bulan lalu sedih putus asa, merasa ingin bunuh diri
– 2 minggu terakhir berbicara terus menerus, aktivitas
berlebih
– Akhir-akhir ini merasa sedih, putus asa dan memiliki
keinginan untuk bunuh diri
• Pemeriksaan fisik dalam batas normal
Gangguan Bipolar
• Merupakan gangguan mood dengan syarat
– 1 gejala mania/hipomania
– 1 gejala depresi (bisa juga tidak ada)
• Diagnosis + Episode kini (manik/depresi) +(Dengan/tanpa) ciri
psikotik
• Tipe Bipolar
– Tipe I : 1 atau lebih episode manik,dapat disertai gejala psikotik.
– Tipe II : Episode depresi berulang dan episode hipomanik, lebih sering
pada perempuan
Gangguan Bipolar (F31)
• Episode berulang (min. 2 epsiode) dimana afek dan tingkat
aktivitas pasien terganggu
– 1 waktu peningkatan afek, energi dan aktivitas (mania/hipomania)
– 1 waktu penurunan afek, energi dan aktivitas

• Terdapat periode penyembuhan sempurna


• Episode manik mulai dengan tiba-tiba, durasi 2 minggu-5
bulan
• Episode depresi rata-rata terjadi selama 6 bulan

PPDGJ-III
Mania dan Hipomania
Mania Hipomania
• Aktivitas berlebihan • Derajat gangguan lebih
• Percepatan dan kebanyakan ringan dari mania
bicara
• Kekacauan wajar
• Kebutuhan tidur yang
berkurang
• Waham kebesaran / grandiose
• Optimistik
• Kekacauan tidak wajar

PPDGJ-III
Depresi
• Gejala utama
– Afek depresif
– Anhedonia : hilang minat dan kegembiraan
– Anergia : mudah lelah dan menurunnya aktivitas
• Gejala lain : Konsentrasi menurun, harga diri & kepercayaan
berkurang, rasa bersalah& tidak berguna, merasa masa depan suram
& pesimis, gagasan bunuh diru, tidur terganggu, nafsu makan
terganggu
• Minimal terjadi selama 2 minggu

PPDGJ-III
Bipolar dengan ciri Psikotik vs
Skizoafektif
• Skizoafektif
– Gejala skizofrenia dan afektif menonjol di waktu yang
bersamaan
– Tidak ada periode waktu sehat yang jelas

• Bipolar dengan ciri psikotik


– Gejala psikotik muncul di puncak episode mania/depresi
– Periode waktu sehat yang jelas
A. Gangguan skizoafektif tipe manik
B. Gangguan skizoafektif tipe depresif
C. Gangguan campuran cemas dan depresi
D. Gangguan bipolar episode kini manik dengan
gejala psikotik
E. Gangguan bipolar episode kini depresi dengan gejala
psikotik
162
Laki-laki usia 35 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan perasaan sedih, murung, dan nafsu makan
menurun sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh gairah seksualnya menurun sejak 5 bulan terakhir.
Pasien menuturkan bahwa saat ini sedang tidak menghadapi masalah. Pasien merasa putus asa karena
perasaan tersebut. Pasien mengatakan bahwa terdapat memiliki perasaan bersalah kepada istrinya.
Pemeriksaan TTV dan status generalis dalam batas normal. Dari status mental didapatkan sikap
kooperatif, mood hipotimik, afek terbatas, dan halusinasi (-). Tatalaksana yang paling tepat untuk
kasus diatas adalah...
A. Methylphenidate
B. Diazepam
C. Asam valproat
D. Haloperidol
E. Fluoksetin
Jawaban

E. Fluoksetin
Pembahasan
Terapi?
• Laki-laki usia 35 tahun
– Perasaan bersalah kepada istrinya
– Perasaan sedih, murung, dan nafsu makan menurun sejak 6 bulan yang
lalu
– Gairah seksualnya menurun sejak 5 bulan terakhir.
• Status mental → sikap kooperatif, mood hipotimik, afek terbatas,
dan halusinasi (-)
– Depresi
Psikofarmaka
• Antipsikosis (dosis per hari)
– Generasi 1 (tipikal)
• Haloperidol 5-20 mg/hari (2-3 dosis)
• Klorpromazin 100-400 mg/hari (2 dosis)

– Generasi 2 (atipikal)
• Risperidon 8 mg (1-2 dosis)
• Olanzapine 10-20 mg (1 dosis)
• Quetiapine 200-800 mg (2 dosis)
• Aripriprazole 10-30 mg
Psikofarmaka
• Mood stabilizer (untuk bipolar)
– Litium 2-3 x 300mg
– Asam valproat 3 x 250mg

– Carbamazepine

• Antidepresan (untuk depresi dan bipolar episode depresi)


– Fluoksetin 1 x 10-20mg
– Sertralin 1x 25-50mg

• Antiansietas (untuk gangguan cemas)


– Diazepam 1 x 2-40 mg
– Clonazepam 1 x 0,5-2 mg
– Alprazolam 2-3 x 0,5-2 mg

– Lorazepam 1-2 x 0,5-2 mg


– Clobazam 2-3 x 5-10 mg
A. Methylphenidate

B. Diazepam

C. Asam valproat

D. Haloperidol

E. Fluoksetin
163
Laki-laki usia 30 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri kepala. Pasien meyakini
bahwa dirinya mempunyai tumor di kepalanya. Pasien meminta untuk dilakukan
pemeriksaan CT-scan kepala dan hasilnya masih dalam batas normal. Kemudian pasien
meminta untuk dilakukan CT-scan ulang. Pasien merasa sedih dengan keadaannya
sekarang. Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien kooperatif dengan mood
hipotim. Apa tindakan dokter yang tepat untuk pasien ini?
A. Mengikuti kemauan pasien untuk memeriksakan kembali CT-scan
B. Menolak keinginan pasien
C. Merujuk ke psikiater
D. Bersimpati
E. Memberikan analgetik dosis besar
Jawaban

C. Merujuk ke psikiater
Pembahasan

Tindakan?

• Laki-laki usia 30 tahun


– Nyeri kepala, meyakini bahwa dirinya mempunyai
tumor di kepalanya

– CT-scan normal
• Hipokondriasis
Gangguan Somatoform dan Factitious

Gangguan Deskripsi
Somatisasi Kombinasi gejala (nyeri, gastrointestinal, seksual, dan
pseudoneurologis)
Konversi Gejala fungsi motorik atau sensoris (neurologis)
Hipokondriasis Mempercayai bahwa sedang mengalami penyakit serius
hanya berdasarkan gejala ringan saja.
Factitious Sengaja atau membuat gejala fisik atau psikologis
agar terlihat sakit (contoh: sengaja minum antikoagulan
agar mengalami hematuria).
Malingering Seperti factitious, tetapi ada tujuan khusus di baliknya
(contoh: berpura-pura sakit karena mau menghindari
panggilan sidang pengadilan).
Tips Ingat

• Somatisasi: Semuatisasi: Semua gejala ada,


mulai dari pusing, sakit perut, mual, pegal-pegal

• Konversi: konvert: berubah, mengubah suatu kejadian buruk


menjadi penyakit motorik atau sensorik. Cerita klasiknya, tangan lumpuh saat
ngerjain skripsi yang ga kelar-kelar, jadi buta setelah lihat suami selingkuh.

• Hipokondriasis: Hebohkandriasakitsesuatu,
merasa menderita penyakit tertentu meski hasil pemeriksaan normal. Misalnya,
merasa sakit jantung karena suaminya sakit jantung atau sakit kanker karena perut
membuncit.
A. Mengikuti kemauan pasien untuk memeriksakan
kembali CT-scan
B. Menolak keinginan pasien
C. Merujuk ke psikiater
D. Bersimpati
E. Memberikan analgetik dosis besar
164
Laki-laki usia 38 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan
disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan tidak nafsu makan. Keluhan ini dirasakan setelah berpisah dari
istri dan anaknya sejak 6 bulan lalu. Pada pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83
kali/menit, napas 20 kali/menit. Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan. Diagnosis
pada pasien ini adalah ....

A. Gangguan cemas

B. Gangguan somatisasi

C. Gangguan depresi

D. Gangguan hipokondriasis

E. Gangguan cemas menyeluruh


Jawaban

B. Gangguan somatisasi
Pembahasan
Diagnosis ?
• Laki-laki 38 tahun
– Sesak napas 6 bulan yang lalu, mual, muntah, nyeri
kepala, dan tidak nafsu makan.
– Sejak berpisah dari istri dan anaknya sejak 6 bulan lalu.

• TTV dan hasil lab rutin dalam batas normal


– Banyak gejala → somatisasi
Gangguan Somatoform dan Factitious

Gangguan Deskripsi
Somatisasi Kombinasi gejala (nyeri, gastrointestinal, seksual, dan
pseudoneurologis)
Konversi Gejala fungsi motorik atau sensoris (neurologis)
Hipokondriasis Mempercayai bahwa sedang mengalami penyakit serius
hanya berdasarkan gejala ringan saja.
Factitious Sengaja atau membuat gejala fisik atau psikologis
agar terlihat sakit (contoh: sengaja minum antikoagulan
agar mengalami hematuria).
Malingering Seperti factitious, tetapi ada tujuan khusus di baliknya
(contoh: berpura-pura sakit karena mau menghindari
panggilan sidang pengadilan).
Tips Ingat

• Somatisasi: Semuatisasi: Semua gejala ada,


mulai dari pusing, sakit perut, mual, pegal-pegal

• Konversi: konvert: berubah, mengubah suatu kejadian buruk


menjadi penyakit motorik atau sensorik. Cerita klasiknya, tangan lumpuh saat
ngerjain skripsi yang ga kelar-kelar, jadi buta setelah lihat suami selingkuh.

• Hipokondriasis: Hebohkandriasakitsesuatu,
merasa menderita penyakit tertentu meski hasil pemeriksaan normal. Misalnya,
merasa sakit jantung karena suaminya sakit jantung atau sakit kanker karena perut
membuncit.
A. Gangguan cemas
B. Gangguan somatisasi
C. Gangguan depresi
D. Gangguan hipokondriasis
E. Gangguan cemas menyeluruh
165
Anak perempuan 12 tahun datang ke praktik dokter dibawa ibunya karena sering melihat pasien
mencabuti rambutnya sendiri. Ibunya mengatakan bahwa lahir dan tumbuh kembang anaknya normal, tapi
memang anaknya selalu menyendiri, lebih suka di kamar dan jarang bermain dengan teman sebayanya.
Prestasi di sekolah juga biasa-biasa saja. Pasien mengatakan jika tidak mencabuti rambut maka ia merasa
gelisah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak gelisah dan menarik-narik bajunya berulang kali.
Pada kepala tampak rambut tipis dengan bagian pitak di beberapa tempat. Apakah terapi psikososial yang
dapat dilakukan?
A.Terapi perilaku
B.Terapi keluarga
C. Interpersonal therapy
D.Terapi suportif
E. Konseling
Jawaban

A.Terapi prilaku
Pembahasan
Diagnosis?
• Anak perempuan 12 tahun
– Mencabuti rambutnya sendiri
– Lahir dan tumbuh kembang normal, tapi selalu menyendiri, lebih
suka di kamar dan jarang bermain dengan teman sebayanya.
– Prestasi di sekolah juga biasa
– Jika tidak mencabuti rambut, merasa gelisah

• Rambut tipis dengan bagian pitak di beberapa tempat


Triko (thrix = rambut) – tilo
(tilo = mencabut) – mania
(maniac = senang)
Memiliki dorongan tak tertahankan untuk
mencabuti rambutnya
Psikoterapi
Ada berbagai macam jenis psikoterapi, berikut adalah jenis psikoterapi yang sering
diterapkan:
• Terapi suportif
– Memperkuat defense mechanism yang matur pada pasien

• Terapi kognitif
– Bertujuan untuk mengubah pola pikir (kognitif) pasien

• Terapi behavior/tingkah laku


– Bertujuan untuk mengubah tingkah laku (behavior) pasien

• Cognitive behavioral therapy


– Bertujuan untuk mengubah pola pikir (kognitif) dan perilaku (behavior) pasien
Tatalaksana
• Terapi prilaku (behavioural interventions):
– Awareness training: sadar keinginan dan tindakan mencabut
rambut
– Stimulus control: mengenali pencetus ketika akan mencabut
rambut
– Competing response training: kemampuan untuk mencegah
tindakan mencabut
• Farmakologis: SSRI, Clomipramine
Franklin ME, et al. Trichotillomania and its treatment: a review and recommendations. Expert Rev Neurother;
2012
A.Terapi perilaku

B.Terapi keluarga

C. Interpersonal therapy

D.Terapi suportif

E. Konseling
166
Laki-laki usia 74 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan lemah pada tubuh sisi kanan
sejak 1 jam lalu. Keluhan muncul saat pasien beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan
sakit kepala dan muntah. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran apatis,
tekanan darah 200/120 mmHg, nadi 120 kali/menit, suhu 36,7C kekuatan motorik
5555/2222. Tata laksana untuk menurunkan tekanan intrakranial pada
kasus adalah…
A. Mannitol
B. Steroid
C.Anti-hipertensi
D. Diuretik
E. Restriksi garam
Jawaban

A. Manitol
Pembahasan
Tatalaksana untuk menurunkan TIK ?
• Laki-laki 74 tahun
– Lemah pada tubuh sisi kanan sejak 1 jam lalu
– Keluhan muncul saat pasien beraktivitas
– Sakit kepala dan muntah
• Defisit neurologis mendadak

• Kesadaran apatis, tekanan darah 200/120 mmHg, nadi 120 kali/menit,


suhu 36,7 C kekuatan motorik 5555/2222 → stroke hemorhagik
Tatalaksana Stroke (Hemorhagik)
• Kontrol tekanan darah → mencegah perdarahan ulang pada orang yang
dasarnya normotensif (tensi normal) diturunkan sampai sistolik 160
mmHg
– Pada orang dengan hipertensi, target sedikit lebih tinggi

– Sistolik 150-220 turunkan menjadi 140

– Sistolik >220: turunkan agresif dengan antihipertensi IV

• Tekanan intrakranial → diturunkan dengan cara meninggikan posisi


kepala 15-30 derajat (satu bantal) sejajar dengan bahu dan manitol 1,5
g/kgBB dalam 1 jam
• Neuroprotektor → sitikolin 250mg (tidak wajib)

Guideline for the Management of Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. 2015 (AHA/ASA)


Tatalaksana Stroke (Umum)
1. Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC
2. Pertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau gagal
napas
3. Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9% dengan kecepatan
20 mL/jam (jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5%
dalam air dan SALIN 0,45% karena dapat memperhebat edema
otak)
4. Berikan O2 → 2-4 liter/menit via kanul hidung
5. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut
Tatalaksana Stroke (Iskemik)
1. Fibrinolitik
– Menggunakan rt-PA. Syarat TD <185/110mmHg, tidak sedang mengkonsumsi
antikoagulan, <80 tahun
– <3 jam: prognosis baik
– 3-4,5 jam: prognosis sedang
2. Kontrol TIK → elevasi kepala 30 derajat & manitol 1,5 g/kgBB dalam 1
jam
3. Kontrol tekanan darah → jika sistolik >220 atau diastolik >120, MAP
diturunkan perlahan sebesar 15% dalam 24 jam
4. Neuroprotektor → sitikolin 250 mg (tidak wajib)

Guideline for the Early Managements of Patients with Acute Ischemic Stroke. 2013 (AHA/ASA)
Terminologi
• Stroke
– Defisit neurologis fokal akibat faktor vaskular yang terjadi mendadak
(berlangsung >24 jam)
• Transient ischemic attack (TIA)
– Mirip stroke, tapi gejala <24 jam
• Reversible ischemic neurological attack (RIND)
– Mirip stroke, tapi gejala hilang <72 jam

Pembuluh darah yang paling sering tersumbat → arteri serebri


media
Stroke
• Keluhan berdasarkan pembuluh darah yang terlibat, seperti:
– Hemiparesis,hemiplegi

– Hemihipestesi,hemi-anestesi

– Gangguan bicara (disatria),gangguan berbahasa (afasia)

– Jalan sempoyongan (ataksia)

– Vertigo

– Kesulitan menelan (disfagia)


– Penglihatan ganda (diplopia),penyempitan lapang pandang (hemianopia)
Klasifikasi
Iskemik →trombus menutupi aliran darah → iskemik
Hemoragik → tensi tinggi → pembuluh darah otak pecah

Iskemik Hemorhagik
• Riwayat ateroma (DVT, PJK, • Gejala TIK ⇑ (muntah
AF, dll) proyektil, pusing, sakit kepala)
• Penurunan kesadaran (lebih
sering)
• Hipertensi
• Tatalaksana keduanya bertolak belakang, sehingga wajib CT-scan untuk
membedakannya
Skor Siriraj
• Iskemik vs hemorhagik
– Skor Siriraj = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x
sakit kepala) + (0,1 x diastol) – (3 x ateroma) - 12
– Nilai >1 → stroke hemoragik
– Nilai <-1 → stroke iskemik
– Nilai -1 s/d 1 → belum jelas dan harus lanjut ke CT-
scan
CT-scan (Gold Standard)
Stroke Iskemik Stroke Hemoragik
A. Manitol

B. Steroid

C. Antihipertensi

D. Diuretik

E. Restriksi Garam
167
Laki-laki, 50 tahun, datang dengan keluhan penglihatan ganda. Pasien mengeluhkan
kesulitan saat berjalan turun tangga dan membaca karena bayangan tangga dan
tulisan ganda. Keluhan tidak dirasakan saat jalan naik tangga. Riwayat trauma orbita
dan kepala disangkal. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM tidak terkontrol.
Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelemahan maupun gangguan sensori di
ekstremitas. Kemungkinan lokasi lesi yang menyebabkan gangguan visual pasien ini
adalah…
A. N. abducens
B. Fasikulus longitudinal medial
C. N. oculomotor
D. N. optic
E. N. troklear
Jawaban

E. N. troklear
Pembahasan
Lokasi lesi?
• Laki-laki 50 tahun
– Pandangan ganda
– Keluhan muncul terutama saat turun tangga dan
membaca

• Pemeriksaan fisis ekstremitas normal


Gerakan Bola Mata
• N. IV → m. superior oblik → arah inferomedial

• N.VI → m. lateral rectus → arah lateral

• N. III → otot dan gerakan selain di atas

Duus’ Topical Diagnosis in Neurology


Trochlear Palsy

• Pada posisi pandangan lurus ke depan, mata yang


terkena mengalami deviasi ke medial atas
karena tidak ada tahanan ke arah medial bawah
oleh m. superior oblik.

• Gambar di samping menunjukan bayangan yang


dilihat oleh penderita trochlear palsy mata
kanan. Dapat dilihat diplopia terberat terjadi saat
melirik ke kiri bawah (medial bawah) → lirikan
ke arah tersebut dilakukan saat membaca atau
melihat sisi bawah (turun tangga)
Pilihan lain
A. N. abducens → diplopia saat melihat ke lateral mata
yang terkena
B. Fasikulus longitudinal medial → internuclear
ophthalmoplegia
C. N. oculomotor → mata yang terkena mengalami ptosis,
deviasi ke lateral bawah, dan bisa disertai dilatasi pupil
D. N. optic → gangguan lapang pandang
A. N. abducens

B. Fasikulus longitudinal medial

C. N. oculomotor

D. N. optic

E. N. troklear
168
Perempuan usia 26 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan nyeri
seperti ditusuk-tusuk pada rahang bawah kanan sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan timbul ketika pasien meminum air dingin.
Pasien ke dokter gigi namun tidak ditemukan kelainan. Diagnosis yang
mungkin pada pasien ini adalah ?
A. Karies dentis
B. Bell’s palsy
C. Neuralgia trigeminal
D. Cluster headache
E. Classic migraine
Jawaban

C. Neuralgia trigeminal
Pembahasan
• Perempuan, 26 tahun,
– Nyeri ditusuk-tusuk pada rahang bawah kanan 3 hari
SMRS
• Nyeri wajah akut dengan karakteristik nyeri seperti ditusuk-
tusuk → dd nyeri wajah atipikal, neuralgia pasca herpes, nyeri
karena infeksi gigi, nyeri kepala klaster, neuralgia trigminal
– Keluhan timbul ketika pasien meminum air dingin
• Faktor pencetus → stimulus non nyeri
– Tidak ada kelainan gigi
• Diagnosis yang mungkin?
Anatomi N. Trigeminal

Baehr M, Frotscher M. Duus’ topical diagnosis in neurology anatomy, physiology, signs, symptoms. 5 th ed. Stuttgart: Thieme; 2012
Neuralgia Trigeminal
• Nyeri akibat lesi N.Trigeminal
• Perempuan > laki-laki → 2:1
• Pemicu → stimulus non nyeri → mengunyah, menyikat gigi, berbicara,
tersenyum, mencukur jenggot (semua aktivitas yang melibatkan area
tersebut)
• Gejala klinis
– Nyeri wajah unilateral, spontan, tidak menjalar ke sisi wajah lainnya,
karakteristik nyeri kuat, tajam, superfisial, lokasi nyeri pada area
wajah yang dipersarafi N. Trigeminal, tidak ditemukan defisit
neurologis
• Tatalaksana medikamentosa
– Karbamazepin 100-600 mg/hari

Aninditha T, Rasyid A. Nyeri Kepala. Aninditha T, Wiratman W, penyunting. Dalam: Buku Ajar Neurologi Jilid 2. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI-RSCM;
2017
Pilihan lain
A. Karies dentis → tidak ditemukan kelainan gigi
B. Bell’s palsy → paralisis N. VII unilateral akut. Tidak sesuai dengan deskripsi
soal
D. Cluster headache → Nyeri kepala hebat ditambah gejala otonom (injeksi
konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, edema palpebral, ptosis). Tidak sesuai
dengan keluhan pada soal
E. Classic migraine → Nyeri kepala 4-72 jam ditambah dua dari karakteristik
lain (unilateral; berdenyut; intensitas sedang-berat; memberat dengan
aktivitas) dan mual/muntah atau fotofobia dan fonofobia. Tidak sesuai
dengan keluhan pada soal

Aninditha T, Rasyid A. Nyeri Kepala. Aninditha T, Wiratman W, penyunting. Dalam: Buku Ajar Neurologi Jilid 2. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI-RSCM;
2017
A. Karies dentis

B. Bell’s palsy

C. Neuralgia trigeminal

D. Cluster headache

E. Classic migraine
169
Perempuan, 36 tahun, datang dengan keluhan benjolan di pipi kanan sejak 4
bulan terakhir. Tidak ada keluhan demam, pilek, nyeri tenggorokan, atau batuk.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan benjolan preaurikular. Pemeriksaan MRI
menunjukkan massa di kelenjar parotid dan biopsy menunjukkan keganasan.
Jika dibiarkan,pasien kemungkinan akan mengalami…
A. Hemianopia bitemporal
B.Wajah merot sesisi
C. Kebas wajah sesisi
D. Suara serak
E. Sindrom Horner
Jawaban

B. Wajah merot sesisi


Pembahasan

Gejala jika penyakit dibiarkan?

• Perempuan, 36 tahun
– Benjolan di pipi kanan

• Pemeriksaan fisis: benjolan preaurikular

• MRI: keganasan parotid


Bell’s Palsy
• Karakteristik: paresis flaksid seluruh otot fasial ipsilateral
(termasuk otot dahi).

• Sebagian besar Bell’s palsy idiopatik, tetapi perlu diperhatikan


diagnosis banding.

• Etiologi: herpes zoster otikus, otitis media, tumor (parotid,


neuroma, dkk)
Bell’s Palsy
• N. VII merupakan serabut saraf
motorik yang keluar melalui
foramen stylomastoid dan
melewati kelenjar parotid.

• Tumor kelenjar parotid dapat


menekan dan mengganggu n. VII
ipsilateral dan cabang-
cabangnya.
A. Hemianopia bitemporal → lesi di chiasma opticum
B.Wajah merot sesisi
C. Kebas wajah sesisi → lesi di n.V
D. Suara serak → lesi di n. larygeus recurens (cabang n. X),
biasanya akibat pembedahan tiroid
E. Sindrom Horner → lesi di sepanjang jaras simpatis
(hipotalamus lateral, traktus hipotalamospinal, atau ganglion
paravertebral)
A. Hemianopia bitemporal

B.Wajah merot sesisi

C. Kebas wajah sesisi

D. Suara serak

E. Sindrom Horner
170
Laki-laki usia 60 tahun dibawa ke RS oleh anaknya karena sering gemetaran saat
istirahat dan langkahnya kecil saat berjalan. Pada pemeriksaan didapatkan status
generalis dalam batas normal, namun terdapat tremor, bradikinesia, dan rigiditas.
Neurotransmiter apa yang mengalami penurunan kadar pada kasus ini?

A. Norepinefrin

B. Seritonin

C. Dopamin

D.Asetilkolin

E. Epinefrin
Jawaban

C. Dopamin
Pembahasan
Neurotransmitter yang terganggu ?
• Pria 60 tahun
– Sering gemetaran saat istirahat (Tremor at rest)
– Langkahnya kecil saat berjalan
• Status neurologis
– Tremor, bradikinesia,dan rigiditas (Ingat TRAP!)
• Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson
• Penyakit degeneratif yang menyerang sistem motorik
– Berkurangnya neuorn dopaminergik pada substansia nigra

• It’s a TRAP !
– Tremor
– Rigiditas
– Akinesia/Bradikinesia
– Postural imbalance
Penyakit Parkinson
• Patofisiologi
– Hilangnya neuron dopaminergik di pars kompakta
substansia nigra → penurunan kadar dopamin di striatum
→ disinhibisi indirect pathway dan mengurangi aktivasi direct
pathway yang nantinya menyebabkan inhibisi pada area
kortikal motorik
– α-sinukleinopati: α-synuclein terakumulasi di Lewy bodies
dan menyebabkan neurotoksisitas pada substansia nigra
Patofisiologi
Parkinson
Terapi
• Levodopa (+karbidopa) →
• Antikholinergik
– Levodopa adalah prekusor dopamin

– Karbidopa adalah inhibitor dekarboksilase perifer, – Benztropin mesilat, biperidin,


sehingga levodopa tidak diubah menjadi dopamin
di perifer.
trihexyphenidil
– Dosis awal 3 x 25/100 mg
• COMT inhibitor
• MAOI-inhibitor
– Bisa sebagai monoterapi di awal atau kombinasi – Entacapone,tolcapone
dengan levodopa

– Rasaglinin 1 x 0,5-1 mg • Anti-oksidan


• Agonis dopamin
– Glutamat antagonis, alfa
– Pramipeksol
tocoferol, asam
ascorbat,betacaroten
Pilihan Lain
• Norepinephrine → kadar menurun pada pasien
depresi

• Serotonin → pada pasien depresi kadar menurun

• Asetilkolin → pada penderita penyakit Alzheimer


kadar menurun

• Epinefrin → obat syok anafilaktik


A. Norepinephrine

B. Seritonin

C. Dopamin

D. Asetilkolin

E. Epinefrin
171
Perempuan 30 tahun datang dengan keluhan kelopak mata sering
menutup pada sore hari. Pada pagi hari mata kelopak mata membuka
sempurna. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ptosis. Pemeriksaan yang
tepat untuk menegakkan diagnosis kasus di atas adalah …
A.Tes Tensilon
B.Tes Warternberg
C.Arm drop
D. Flick sign
E. Tes Tinel
Jawaban

A. Tes Tensilon
Pembahasan
Pemeriksaan yang tepat ?

• Perempuan 30 tahun
– Kelopak mata sering menutup pada sore hari

– Pada pagi hari mata kelopak mata membuka sempurna

• PF: ptosis
– Khas untuk miasthenia gravis
Miasthenia Gravis
• Uji
– Uji tensilon (edrophonium chloride)
• Penyuntikan tensilon intravena akan memperbaiki otot-
otot yang lemah
– Uji prostigmin (neostigmin)
• Penyuntikan 3 cc atau 1.5 mg prostigmin metilsulfat IM
akan memperbaiki gejala
• Tatalaksana → plasma exchange, immunoglobulin intravena
(IVIG), kortikosteroid, piridostigmin bromide

ArieAAGAA,Adnyana MO,Widyadharma IPE. Diagnosis dan tatalaksana miastenia gravis. Universitas Udayana
Pemeriksaan Penunjang
• Endrophonium chloride (Tensilon) test → positif
• Tes Wartenberg (benda diletakkan di atas atau kedua
mata dan pasien tidak boleh berkedip) → positif jika
ptosis
• Elektrodiagnostik
Pada Soal! Biasanya dikatakan
• Ocular cooling/ ice pack gejala utama adalah kelopak mata
tidak dapat terbuka pada sore
• Antibodi hari. Harap bedakan dengan GBS
yang paralisis ascending bilateral
Miasthenia Gravis
• Penyakit autoimun pada neuromuscular junction →
sel B menyerang asetilkolin
• Wanita lebih sering terkena dibanding laki-laki
• Tanda dan gejala
– Kelemahan abnormal dan progresif jika digunakan
terus-menerus
– Kelemahan otot ekstraokular → ptosis
– Kelemahan otot pernapasan → gagal napas akut
– Setelah beristirahan,kekuatan otot pulih kembali

ArieAAGAA,Adnyana MO,Widyadharma IPE. Diagnosis dan tatalaksana miastenia gravis. Universitas Udayana
Terapi
• Cholinesterase (CHE) inhibitor
– Menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada sinap cholinergik ChE
• Pyrido stigmuno bromide (Mestinon) dan Neustigramin bromide (Prostigmin)
→ dosis sangat bervariasi
• Thymectomy
– Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang diharapkan muncul 2-5 tahun
post OP.Thymectomy pada usia > 60 th jarang menunjukkan kesembuhan.
• Kortikosteroid
– Prednison 1,5-2 mg/kg/BB
Arm drop
Tinnel & Flick
A. Tes Tensilon

B. Tes Warternberg

C. Arm drop

D. Flick sign

E. Tes Tinel
172
Laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan kedua tungkai mengalami
kelemahan gerak sejak 4 hari lalu. Kelemahan kemudian menyebar hingga ke
tangan. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Saat diperiksa, kekuatan
otot keempat ekstremitas adalah 3 dan refleks fisiologis menurun. Penyebab
kelemahan kedua tungkai pada pasien adalah...
A. Sindrom Guillain-Barre
B. Mielitis transversalis
C. Miastenia gravis
D. Paralisis akut
E. Poliomielitis
Jawaban

A. Sindrom Guillain-Barre
Pembahasan

Diagnosis?

• Laki-laki 30 tahun
– Kelemahan anggota tubuh dari kaki ke tangan →
ascending

– Refleks fisiologis menurun


Guillain-Barre Syndrome
• Mekanisme: proses autoimun yang menyerang sel Schwann melalui
inflamasi dan demielinisasi neuron (bisa motorik,sensorik, atau saraf tepi)

• Degenerasi akson motorik oleh sistem imun dimulai dari distal, sehingga
gejala yang muncul adalah paralisis yang dimulai dari kaki dan berlanjut ke
perut, dada, dan tangan. Jika otot paralisis terjadi di otot pernapasan, pasien
tidak bisa bernapas dan mati.

• Walaupun berhubungan dengan infeksi sebelumnya (misalnya bakteri


Campylobacter jejuni atau virus), belum ada hubungan kausal definitif.
Manifestasi Klinis
• Motorik (ascending) • Sensorik
– Anggota gerak bawah lebih dulu dari – Biasanya ringan
anggota gerak atas – Berupa parasthesia, baal, atau sensasi sejenis
– Otot proksimal lebih dulu terjadi dari otot – Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan
distal tungkai
– Akut dan progresif, bisa ringan sampai • Otonom
tetraplegia dan gangguan nafas
– Takikardi, bradikardi, flushing paroxysmal,
– Kranialis → facial drop, diplopia, disartria,
hipertensi ortostatik dan anhidrosis
disfagia
– Retensio urin dan ileus paralitik
– Gangguan pernafasan → dyspnoe, nafas
pendek, bicara serak, gagal nafas
– Sulit menelan
– Kelemahan otot trunkal, bulbar dan otot • Puncak defisit dicapai 4 minggu
pernafasan juga terjadi
• Recovery biasanya dimulai 2-4
minggu
Pemeriksaan LP pada GBS
• Pemeriksaan LP pada pasien GBS cukup
dibutuhkan dengan hasil peningkatan protein
(>0,55 g/dL) tanpa adanya peningkatan sel
darah
• Mengapa adanya peningkatan protein? Karena
adanya inflamasi pada dorsal root ganglion yang
membutuhkan banyak protein.
Tata Laksana Sindrom Guillain-Barre

• Waspada depresi napas → amankan jalan


napas

• Plasmapharesis

• IVIg

Tidak ada drug of choice


A. Sindrom Guillain-Barre

B. Mielitis transversalis

C. Miastenia gravis

D. Paralisis akut

E. Poliomielitis
173
Anak laki-laki, 12 tahun, dibawa ibunya ke IGD karena kelemahan tangan kanan.
Beberapa jam lalu, pasien memanjat pohon bersama teman-temannya. Saat memanjat,
pasien hilang keseimbangan dan saat akan jatuh ia berpegangan pada cabang pohon
dengan tangan kanannya. Setelah itu pasien berhasil turun pohon dengan selamat tanpa
trauma kepala. Pada pemeriksaan fisis ditemukan pasien sulit melakukan motorik halus
dengan tangan kanan. Kemungkinan letak lesi pasien ini adalah…
A. N. aksilaris
B. N. radialis
C. N. supraskapularis
D.Trunkus superior pleksus brakhialis
E.Trunkus inferior pleksus brakhialis
Jawaban

E. Trunkus inferior pleksus


brakhialis
Pembahasan
Topis?

• Laki-laki usia 12 tahun


– Saat akan jatuh ia berpegangan pada cabang
pohon dengan tangan kanannya Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan fisis
– Sulit melakukan motorik halus dengan tangan kanan
Pleksus Brakhialis
• Pleksus brakhialis merupakan sekumpulan saraf yang berasal dari C5-T1.
• Inervasi sensori dan motorik
• Lima saraf mayor dari pleksus brakhialis:
• N. musculocutaneus
• N. medianus
• N. ulnaris
• N. radialis
• N. axilaris
• Lesi pleksus brakhialis biasanya terjadi di dua tempat, yaitu C5-6 (Erb-Duchene Palsy) atau
C8-T1 (Klumpke Palsy)
Lesi Pleksus Brakhialis
A. N. aksilaris

B. N. radialis

C. N. supraskapularis

D.Trunkus superior pleksus brakhialis

E.Trunkus inferior pleksus brakhialis


174
Laki-laki usia 60 tahun mengeluh nyeri punggung menjalar ke paha kiri terutama saat mengangkat badan
berat. Pada kaki kiri terasa kesemutan dan terbakar hingga ke ibu jari. Riwayat trauma disangkal. Tidak ada
keluhan sulit buang air kecil dan buang air besar. Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis kaki kiri ditemukan tes Lasegue (+), tonus normal, tenaga tungkai kiri (+4),
refleks patella (+2), dan refleks Babinski (-). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
pasien ini adalah…
A. Foto polos torakolumbal
B. CT-scan
C. MRI
D. Elektromiografi
E. Foto polos lumbosakral
Jawaban

C. MRI
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang?
• Laki-laki 60 tahun
– Nyeri punggung menjalar ke paha kiri terutama saat angkat
badan berat
• Nyeri radikular → Radikulopati ec herniasi nukleus pulposus
– Kaki kiri terasa kesemutan dan terbakar hingga ke ibu
jari. Riwayat trauma disangkal. Tidak ada keluhan pada buang air
kecil/buang air besar.
• Pemeriksaan neurologis kaki kiri, ditemukan laseque (+), tonus
normal, tenaga kaki kiri +4, refleks +2, babinski (-)
Medula Spinalis, Radiks, dan Vetebra

Kesemutan hingga
ibu jari S1
Nyeri paha → L1-
3,S2-4

Netter FH, Craig JA, Perkins J. Atlas of neuroanatomy and neurophysiology. USA: Icon Custom Commmunications; 2002
C1-3 Tanda vital tubuh
C4-5 Otot pernapasan diafragma
C6-7 Otot lengan dan dada
(bermanfaat untuk fungsi
makan, memakai pakaian)
T1-3 Fungsi lengan bagus
T4-9 Mengontrol tungkai di bawah
umbilikus
T10-L1 Otot paha yang
memungkinkan seseorang
berjalan

Tortora GJ, Derrickson B. A principles of anatomy and physiology 13 th ed. USA: John Wiley and Sons, Inc; 2012
Analisis Soal

• Tes Lasegque (Straight Leg Raising


Test/SLR)
– Ekstensi sendi panggul pada
keadaan ekstensi lutut →
meregangkan radiks
– Hasil positif → nyeri pada
ekstremitas bawah saat
ekstensi < 70º (peregangan N.
ischiadicus dan radiksnya →
L4-S3)
– N. Pudendal → mengontrol
fungsi BAB dan BAK (S2-4) →
tidak terkena

Foto Polos L4-S1 → Lumbosakral


Indrawati LA, Wiratman W, Safri AY. Octaviana F, Hakim M. Radikulopati. In: Aninditha T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. P. 691-703
Tortora GJ, Derrickson B. A principles of anatomy and physiology 13 th ed. USA: John Wiley and Sons, Inc; 2012
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang yang dilakukan → MRI
(untuk konfirmasi HNP)

X-ray Mengevaluasi struktur tulang, kurvatura, ligamen, dan


kolumna vertebralis seperti spondilolistesis, kifosis,
lordosis, penyempitan celah sendi, fraktur (pemeriksaan
awal untuk eksklusi dd lain, bukan diagnosis HNP)
MRI Mengevaluasi jaringna lunak seperti diskus dan ganglion
akar dorsal (terpilih untuk HNP)
CT Mengidentifikasi osteofit, ekstensi fragmen tulang ke ara
scan neural
Indrawati LA, Wiratman W, Safri AY. Octaviana F, Hakim M. Radikulopati. In: Aninditha T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. P. 691-703
Pilihan Lain
• X-ray thorakolumbal → kurang tepat karena lesi teerletak di lumbosakral
• CT-scan → bukan pemeriksaan awal yang diindikasikan
• Elektromiografi → bukan diindikasikan untuk pemeriksaan nyeri punggung
bawah
• Foto polos lumbosacral → kalua soal menanyakan pemeriksaan awal,
memang tepat untuk eksklusi dd lain seperti fraktur kompresi. Namun soal
ini tampaknya menanyakan pemeriksaan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
DD pada kasus ini adalah HNP (gejala sciatica, terutama mengangkat benda
berat,tak ada riwayat trauma)
A. X-ray thorakolumbal

B. CT-scan

C. MRI

D. Elektromiografi

E. X-ray lumbosacral
175
Anak usia 3 tahun datang ke IGD dengan keluhan kejang sejak 3 hari.
Tipe kejang tonik-klonik, lidah tergigit, dan mata mendelik ke atas.
Tindakan awal di IGD adalah...
A. Fenitoin IV 20 mg/kgBB
B. Fenobarbital IV 10 mg/kgBB
C. Diazepam IV 0,5 mg/kgBB
D. Parasetamol rektal 10 mg/kgBB
E. Diazepam rektal 0,5/kgBB
Jawaban

C. Diazepam IV 0,5 mg/kgBB


Pembahasan
Tindakan awal di IGD?
• Anak 3 tahun
– Kejang sejak 3 hari
– Tonik klonik, lidah menggigit, dan mata mendelik ke
atas
• Saat ini masih berlangsung kejang, belum diberikan anti-
kejang di rumah → diazepam
Untuk neonatus, lini
pertama adalah
fenobarbital

Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus, 2016 (IDAI)


Pilihan Lain

• Pada soal ini tidak dipilih diazepam rektal


karena dosisnya tidak sesuai

• Fenitoin dan fenobarbital tidak dipakai sebagai


tatalaksana awal

• Parasetamol bukan anti-kejang


A. Fenitoin 20 mg/kgBB

B. Fenobarbital 10 mg/kgBB

C. Diazepam IV 0,5 mg/kgBB

D. Parasetamol 10 mg/kgBB

E. Diazepam rektal 0,5/kgBB


176
Perempuan usia 28 tahun datang ke dokter diantar suaminya dengan keluhan sering
terjatuh saat berjalan. Pasien sering jatuh ke arah kiri tanpa disertai dengan mual dan
muntah. Pasien juga mengeluhkan sering pusing berputar. Telinga berdenging (-) dan
penurunan pendengaran (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan nistagmus (+) dan pasien
jatuh saat tes Romberg buka dan tutup mata. Apa diagnosis yang mungkin?

A.Tumor parietal

B.Tumor mesensefalon

C Tumor temporal

D.Tumor serebelum

E.Tumor frontal
Jawaban

D.Tumor serebelum
Pembahasan
Kemungkinan diagnosis ?
• Perempuan 28 tahun
– Sering terjatuh saat berjalan → gangguan keseimbangan
– Sering jatuh ke arah kiri, tidak ada mual dan muntah, pusing berputar (+) →
vertigo
– Telinga berdenging (-) dan penurunan pendengaran (-) → gangguan
keseimbangan sentral (vertigo sentral)
• Nistagmus (+) dan tes Romberg (+) → konfirmasi kelainan serebelum
– Etiologi sentral → massa/gangguan vaskular serebelum
Anatomi Otak
Tumor Fossa Kranial Posterior
• Antara foramen magnum dan tentorium serebeli
– Batang otak (medulla oblongata, pons)
– Serebelum

• Jenis
– Astrositoma serebelum
– Neuroektoderm primer
– Medulloblastoma
– Ependimoma
– Ependimoblastoma
– Hemangioblastoma
– Metastasis
Gejala

• Tergantung lokasi
– Kompresi serebelar → gangguan keseimbangan

– Kompresi batang otak → defek nervus kranialis

– Hidrosefalus → muntah hebat, sakit kepala,


strabismus, papilledema karena TIK naik
Pemeriksaan Kelainan Serebelum
• Past pointing test
– Meminta pasien untuk
meletakkan ujung jarinya di
ujung jari pemerika dalam
beberapa titik
– Interpretasi
• Normal → jika gerakan halus dan
akurat
• Abnormal → jika gerakan tidak
halus dan tidak akurat/deviasi →
dismetria
Pemeriksaan Kelainan Serebelum

• Romberg → deteksi kelainan


proprioseptif
– Pasien dalam posisi berdiri dan
menutup mata
– Interpretasi
• Normal → jika tetap berdiri stabil
• Abnormal → jika terjatuh ke arah
ipsilateral
Pilihan Lain
• Tumor parietal → gangguan kontrol suhu, gerakan,
dan pengecap

• Tumor mesensefalon → gangguan nervus kranialis

• Tumor temporal → gangguan memori, intergrasi


sensorik

• Tumor frontal → gangguan perilaku/kognitif


A. Tumor parietal

B. Tumor mesensefalon

C. Tumor temporal

D. Tumor serebelum

E. Tumor frontal
177
Laki-laki usia 30 tahun mengeluhkan kelumpuhan tungkai bagian kanan sejak 2 minggu
lalu. Keluhan disertai dengan gangguan BAK dan BAB. Pasien memiliki riwayat batuk
lama. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan paraparesis UMN setinggi T5, teraba
gibus di vertebra torakal 5, dan retensi urin et alvi. Apakah diagnosis pasien di
atas?

A. Mielitis tuberkulosa

B.Trauma medulla spinalis

C. Spondilitis tuberkulosa

D. Fraktur kompresi vertebra T5

E.Tumor medulla spinalis


Jawaban

C. Spondilitis TB
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 30 tahun
– Kelumpuhan tungkai bagian kanan sejak 2 minggu lalu
– Gangguan BAK dan BAB
– Riwayat batuk lama

• PF → paraparesis UMN setinggi T5, teraba gibus


di vertebra torakal 5, retensi urin et alvi
Spondilitis TB

• Spondilitis lain = Pott’s disease

• InfeksiTB yang menyerang tulang belakang

• Penyebaran dari paru secara hematogen atau


limfogen
Gejala dan Tanda
• Gejala TB paru: Batuk lama, BB↓, keringat malam
• Nyeri punggung yang menjalar ke kaki
• Gangguan sensorik: hipoestesi
• Gangguan motorik: plegi, paresis
• Gangguan otonom: gangguan BAB dan BAK
• PF:
– Abnormalitas tulang belakang, misal: kifosis
– Gibus
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan untuk TB (sputum SPS, GeneXpert,
kultur sputum, dll)
• X-ray vertebra: gibus
• Lumbal pungsi: protein↑, glukosa↓
• Mielografi: filling defect sepanjang vertebra
• MRI vertebra
Radiologi Spondilitis TB
Tatalaksana

• OAT = (9-12 bulan OAT) 2RHZE/7-10RH

• Kortikosteroid

• Koreksi vertebra melalui prosedur operatif

PPK Neurologi 2016 (PERDOSI)


A. Mielitis tuberkulosa

B. Trauma medulla spinalis

C. Spondilitis tuberkulosa

D. Fraktur kompresi vertebraT5

E. Tumor medulla spinalis


178
Anak perempuan usia 3 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan kejang. Serangan berlangsung selama 5
menit, kejang seluruh badan, mata mendelik keatas, tangan dan kaki menghentak. Didapatkan riwayat
demam sejak 3 hari ini. Ini merupakan kejang pertama yang dialami pasien. Pemeriksaan fisik nadi 100
kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, dan suhu 39,8 C. Di IGD dokter sudah memberikan diazepam
rektal sebanyak 2 kali namun kejang belum berhenti. Apakah tata laksana selanjutnya untuk
pasien ini?

A. Diazepam IV 0,3 mg/kgBB

B. Fenobarbital IV 20 mg/kgBB diencerkan

C. Fenobarbital IV 20 mg/kgBB tanpa diencerkan

D. Fenitoin IV 20 mg/kgBB diencerkan

E. Fenitoin IV 20 mg/kgBB tanpa diencerkan


Jawaban

A. Diazepam IV 0,3 mg/kgBB


Pembahasan
Tata laksana selanjutnya?
• Anak perempuan 3 tahun
– Kejang, selama 5 menit, kejang seluruh badan, mata mendelik keatas,
tangan dan kaki menghentak
– Demam sejak 3 hari
– Kejang pertama yang dialami pasien
• Nadi 100 kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, dan suhu 39,8 C
• Sudah diazepam rektal sebanyak 2 kali namun kejang belum berhenti
– Diazepam maksimal 3 kali
Kejang Demam
• Definisi → kejang yang terjadi akibat kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal > 38 C) yang
penyebabnya berasal dari EKSTRAKRANIAL

• Biasanya pada usia 6 bulan – 5 tahun

• Bukan karena proses intrakranial (infeksi otak,


epilepsi, SOL, dll) ataupun gangguan elektrolit
Kejang Demam
• Kejang demam sederhana
– Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik
– Durasi <15 menit
– Kejang tidak berulang dalam 24 jam
• Kejang demam kompleks
– Kejang fokal atau fokal menjadi umum
– Durasi >15 menit
– Kejang berulang dalam 24 jam
Untuk neonatus, lini
pertama adalah
fenobarbital

Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus, 2016 (IDAI)


Profilaksis
• Antipiretik saat demam
– Parasetamol 10-15mg/kgBB/kali tiap 4-6 jam

– Ibuprofen 5-10mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam

• Antikonvulsan intermiten
– Diazepam oral 0,3 mg/kgBB/kali atau rektal 0,5 mg/kgBB/kali (dosis max 7,5 mg/kali), 3 kali sehari
dalam 24 jam pertama demam

– Indikasi
• Kelainan neurologis berat

• Kejang demam berulang >4 kali dalam setahun

• Usia <6 bulan


• Kejang terjadi saat suhu <39 C

• Pada kejang sebelumnya, suhu meningkat dengan cepat


Profilaksis
• Antikonvulsan rumatan
– Asam valproat (pilihan utama) atau fenobarbital selama 1 tahun
• Dosis as. valproat 15-40mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
• Dosis fenobarbital 3-4mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis

– Indikasi
• Kejang fokal
• Durasi kejang >15 menit
• Ada kelainan neurologis nyata sesudah atau sebelum kejang
(hidrosefalus, hemiparesis, serebral palsi)
Edukasi untuk Orang Tua
1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai
prognosis baik.

2. Memberitahukan cara penanganan kejang.

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.

4. Pemberian obat proflaksis untuk mencegah berulangnya kejang


memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat.

5. Tetap tenang dan tidak panik.

6. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.


7. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bersihkan muntahan atau
lendir di mulut atau hidung.
8. Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut. Meski lidah mungkin
tergigit (kemungkinannya sangat kecil)

9. Ukur suhu, observasi,dan catat bentuk dan lama kejang.

10. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.

11. Berikan diazepam rektal bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit.
Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh
diberikan 1x oleh orangtua.
12. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung >5 menit,
suhu >40oC, kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang
fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau ada kelumpuhan.

Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus, 2016 (IDAI)


A. Diazepam IV 0,3 mg/kgBB

B. Fenobarbital IV 20 mg/kgBB diencerkan

C. Fenobarbital IV 20 mg/kgBB tanpa diencerkan

D. Fenitoin IV 20 mg/kgBB diencerkan

E. Fenitoin IV 20 mg/kgBB tanpa diencerkan


179
Seorang laki laki 34 th datang dengan penurunan kesadaran. Tiga jam yang lalu demam
menggigil dan kejang selama 5 menit, kelojotan seluruh tangan dan kaki. Pasien seorang
pekerja tambang. Pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk (+), refleks tendon
meningkat, babinski (+/+). Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk
menegakkan diagnosis adalah?

A. Hapusan darah tepi

B. CT Scan kepala

C. Lumbal pungsi

D. Darah tepi

E. Rontgen kepala
Jawaban

C. Lumbal pungsi
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan?
• Anamnesis: Laki – laki 34 tahun penurunan
kesadaran.
– Demam, menggigil dan kejang.
– Pekerja tambang

• PF: kaku kuduk positif, refleks tendon meningkat


dan refleks babinski positif.
Pembahasan
• Pasien dicurigai mengalami proses infeksi intrakranial.
• Pemeriksaan fisik yang menunjang infeksi intrakranial
– Penurunan kesadaran, demam, kaku kuduk positif, refleks
tendon meningkat dan refleks babinski positif.

• Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang yang perlu


dilakukan adalah lumbal pungsi.
A. Hapusan darah tepi

B. CT Scan kepala

C. Lumbal pungsi

D. Darah tepi

E. Rontgen kepala
180
Seorang bapak mengantar anak perempuannya yang berusia 3 tahun ke UGD RS
dengan kelemahan pada kedua kakinya. Di daerah tempat tinggal, tiba-tiba banyak
masyarakat yang mengalami kelumpuhan mendadak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
kelumpuhan pada kedua ekstremitas bawah tipe flaccid, Gowers’ sign (-). Apakah
etiologi dari keluhan pasien tersebut?

A. Genetik

B. Defisiensi protein ditrofin

C. Infeksi virus

D. Infeksi bakteri

E. Gangguan transmisi protein pada celah post sinaps


Jawaban

C. Infeksi virus
Pembahasan
Etiologi?
• Anak perempuannya 3 tahun
– Kelemahan pada kedua kaki → paralisis
– Di daerah tempat tinggal, tiba-tiba banyak masyarakat yang
mengalami kelumpuhan mendadak → bukan kongenital,
namun infeksi
• Kelumpuhan pada kedua ekstremitas bawah tipe flaccid,
• Gower sign (-)
Poliomielitis
• Infeksi virus polio
• Penularan fecal-oral route
• Virus polio masuk melalui saluran pencernaan.
Kemudian menyerang:
– Anterior horn medula spinalis: paling sering
– Batang otak
– Korteks motorik
Gejala dan Tanda
• GI: sakit tenggorokan, mual,
muntah,diare, nyeri perut

• Neurologi: parestesia,
paralisis, gangguan saraf
otonom, refleks dalam dan
superfisial hilang,meningitis

• Demam

• Sakit kepala

Centers for Disease Control and Prevention, 2017


Gowers’ Sign
• Pemeriksaan kekuatan motorik otot-otot proksimal
tungkai bawah
• Positif → pasien menggunakan tangan dan lengan bawah
untuk berubah posisi dari jongkok ke posisi berdiri
• Pada semua kelainan gelang panggul dan tungkai bawah,
antara lain distrofi Duchenne, distrofi Becker
Gowers’ Sign
A. Genetik

B. Defisiensi protein ditrofin

C. Infeksi virus

D. Infeksi bakteri

E. Gangguan transmisi protein pada celah post sinaps


181
Perempuan usia 35 tahun mengeluh pusing berputar sejak pagi tadi. Pusing dirasakan ketika bangun tidur
terutama ketika melakukan perubahan posisi kepala. Selain pusing, pasien juga mengeluhkan mual, dan
sudah muntah sebanyak 3 kali. Tidak dirasakan penurunan pendengaran maupun tinitus. Pasien tidak
mengonsumsi obat apapun dan keluhan lumpuh disangkal. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah 100/70
mmHg, laju nafas 20 kali/menit, dan laju nadi 92 kali/menit. Hasil tes Romberg (+), pasien jatuh ke sisi kiri.
Pemeriksaan Dix-Hallpike (+). Diagnosis yang tepat adalah...
A.Vertigo sentral
B. Hipotensi ortostatik
C. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
D. Stroke non-hemorhagik serebelum
E. Penyakit Meniere
Jawaban

C. BPPV
Pembahasan
Diagnosis ?
• Perempuan 35 tahun
– Pusing berputar sejak pagi → vertigo → perifer/sentral?

– Dirasakan ketika bangun tidur terutama ketika kepala berubah posisinya →


perifer → BPPV

– Mual dan muntah 3 kali → perifer lebih berat

– Penurunan pendengaran (-), tinitus (-) → bukan Meniere’s disease → trias


Meniere’s: vertigo, penurunan pendengaran, tinitus

– Kelemahan tubuh (-) → eksklusi kelainan sentral


Pembahasan
• Tanda vital normal
– Tekanan darah tinggi sering ditemukan pada kasus stroke. Stroke dapat
menyebabkan vertigo sentral apabila mengenai jaras pada refleks
vestibulookular, salah satunya adalah serebelum

• Romberg (+) ke sisi kiri → kelainan di telinga atau proprioseptif


– Input keseimbangan → visual, organ vestibular, proprioseptif. Dalam uji
Romberg, input visual dihilangkan. Jika pasien terjatuh, berarti saat itu organ
vestibular atau sistem proprioseptifnya sedang bermasalah

• Dix-Hallpike (+) → pemeriksaan untuk memicu BPPV kanalis


semisirkularis posterior
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV)
• Salah satu jenis vertigo perifer
• Terjadi karena otokonia (kalsium
karbonat yang terbentuk di
makula utrikulus) terlepas, lalu
masuk ke dalam kanalis
semisirkularis
– Menimbulkan sensasi berputar
ketika ada perubahan posisi
kepala
– Paling sering: masuk ke dalam
kanalis posterior → kanal yang
paling dipengaruhi gravitasi → – Kanalis lainnya: horizontal, diperiksa
yang diperiksa dalam Dix Hall-
pike dengan log-roll test atau head-roll test
Pemeriksaan Dix-Hallpike (1)
• Pemeriksaan Dix Hall-pike
Pemeriksaan Dix-Hallpike (2)
• Pemeriksaan Dix Hall-pike
Pemeriksaan Head-roll test
• Pasien dibaringkan
• Kepala lalu ditengokkan
ke satu arah, cek apakah
ada nistagmus
• Secara perlahan, kepala
kembalikan dalam posisi
anatomisnya
• Lalu secara cepat,
tengokkan ke arah
satunya, cek apakah ada
nistagmus
Tata laksana BPPV
• Reposisi kanalith
– Kanalis posterior
• Manuver Epley
– Bila tidak membaik dengan Epley, bisa dipraktikkan di rumah: manuver Brandt-
Daroff
• Manuver Semont → bisa dilakukan secara mandiri di rumah
– Kanalis horizontal
• Manuver Lempert
• Obat antivertigo
– Hanya untuk kondisi akut atau profilaksis,bukan jangka panjang
– Contoh:
• Betahistine, dosis: 24 mg/12 jam
Manuver
Epley
Kepala ditolehkan ke
sisi yang sakit (dari
hasil Dix Hall-pike)

Setiap posisi
dipertahankan 30 detik
Manuver Semont
• Kepala dimiringkan 450
• Jatuhkan badan ke sisi yang sakit terlebih dahulu
• Posisi 1 dan 3 dipertahankan selama 1 menit
Manuver Lempert
• Kepala ditolehkan 450 ke arah yang sakit, kemudian sehat, lalu berguling
secara bertahap (sesuai gambar)
• Setiap gerakan 15 detik
Manuver Brandt-Daroff
• Serupa dengan
Semont,
namun
seluruh badan
dijatuhkan
• Dilakukan 3x
sehari, masing-
masing 5
siklus selama
2 minggu
Pilihan Lain
• Vertigo sentral → perbedaan dengan perifer: gejala ringan, mual
muntah ringan, jarang ditemui gangguan pendengaran sering ditemui
defisit neurologis, nistagmus bidireksional, vertikal, atau rotatoar

• Hipotensi ortostatik → harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan


tekanan darah pada 3 posisi

• SNH serebelum → salah satu vertigo tipe sentral

• Penyakit Meniere → trias: penurunan pendengaran, tinitus, vertigo


A. Vertigo sentral

B. Hipotensi ortostatik

C. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)

D. Stroke non-hemorhagik serebelum

E. Penyakit Meniere
182
Laki-laki usia 27 tahun datang ke IGD setelah terjatuh dari pohon. Pasien
mengeluh tidak dapat menahan BAB dan BAK, serta nyeri pada pinggang dan
paha. Pemeriksaan fisik apa yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pasien ini?
A. Gores ringan pada skrotum

B. Gores ringan pada paha bagian dalam setinggi L1-L2

C. Gores ringan pada paha bagian dalam setinggi L2-L3

D. Gores ringan pada lateral paha setinggi L1-L2

E. Gores ringan pada paha bagian dalam setinggi L3-L4


Jawaban

B. Gores ringan pada paha


bagian dalam setinggi L1-L2
Pembahasan

Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan?

• Seorang laki-laki jatuh dari pohon


– Tidak dapat menahan BAB dan BAK

– Nyeri pada pinggang dan paha


Jaras Saraf
Otonom
Miotom
Diskusi

• Pada kasus ini, lesi kemungkinan ada di pusat


kontrol BAB dan BAK, karena gejalanya adalah
inkontinensia

• Salah satu pemeriksaannya adalah refleks


kremaster
Refleks Kremaster

• Refleks kremaster: miotom L1-L2


A. Gores ringan pada scrotum
B. Gores ringan pada paha bagian dalam setinggi
L1-L2
C. Gores ringan pada paha bagian dalam setinggi L2-L3
D. Gores ringan pada lateral paha setinggi L1-L2
E. Gores ringan pada paha bagian dalam setinggi L3-L4
183
Seorang laki-laki, 45 tahun datang ke RS dengan keluhan tiba-tiba dapat
berbicara tidak memiliki makna namun lancar. Tidak mengerti apa yang
dibicarakan orang lain. Dapat mengulang kata dengan baik. Jenis afasia
pada pasien adalah….
A. Global
B. Motorik
C. Sensorik
D.Anomi
E.Transkortikal sensorik
Jawaban

E. Transkortikal sensorik
Pembahasan
• Laki-laki, 45 tahun
– Tiba-tiba dapat berbicara tidak memiliki makna
namun lancar
• Lancar berbicara tidak memiliki makna→
Fluensi → Afasia sensorik
– Tidak mengerti apa yang dibicarakan orang lain.
Dapat mengulang kata dengan baik
• Jenis afasia pada pasien?
Afasia
• Fluensi → Ya
• Pengulangan → Ya
• Pemahaman → Tidak

Goetz CG. Textbook of clinical


neurology 3rd ed. Philadelphia:
Elsevier Inc; 2007
Pilihan Lain
A. Global → Tidak lancar berbicara, pemahaman
terganggu, tidak dapat mengulang
B. Motorik → Sulit berbicara, bicara sangat lambat,
pasien terlihat sangat berusaha untuk
berbicara, pasien mengerti dan memahami
percakapan sehari-hari. Ketika bicara banyak jeda.
C. Sensorik → Pasien dapat berbicara namun tidak
memahami yang dibicarakan
D. Anomi → Pasien lancar berbicara, pemahaman baik,
pengulangan baik, sulit mengingat nama benda
A. Global

B. Motorik

C. Sensorik

D. Anomi

E. Transkortikal sensorik
184
Laki-laki usia 25 tahun dibawa ke UGD oleh polisi karena kesadaran menurun setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Awalnya pasien masih sadar, lalu kesadaran pasien mulai turun
sampai tidak sadar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/90mmHg, nadi 120 kali/menit,
napas 28 kali/menit, dan suhu 36C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan GCS E2V2M5, pupil
anisokor, pupil kiri dilatasi, dan kelumpuhan tubuh sebelah kanan. Pada CT-scan kepala didapatkan area
bikonveks hiperdens pada duramater area frontotemporal sebelah kiri. Apakah diagnosis pasien
tersebut?

A. Perdarahan subdural

B. Perdarahan intrakranial

C. Perdarahan epidural

D. Komosio serebri

E. Kontusio serebri
Jawaban

C. Perdarahan epidural
Pembahasan
Diagnosis?
• Pria 25 tahun
– Kesadaran menurun, post-KLL 30 menit lalu.
– Awalnya pasien masih sadar, lalu kesadaran pasien mulai turun sampai tidak sadar

• PF → tekanan darah 170/90mmHg, nadi 120 kali/menit, napas 28 kali/menit, dan


suhu 36o C.
– Pemeriksaan neurologi → GCS E2V2M5, pupil anisokor, pupil kiri dilatasi, hemiparesis dekstra

• CT-scan → area bikonveks hiperdens pada duramater area frontotemporal


sebelah kiri → perdarahan epidural
Perdarahan Intrakranial
• Perdarahan epidural:
– Pecahnya arteri meningeal media

– Interval Lucid (pingsan → sadar sebentar → pingsan lagi)

– Perdarahan epidural → mendesak struktur lain → TIK↑ & herniasi batang otak → mengancam nyawa

– CT-scan:bikonveks

• Perdarahan subdural
– Pecahnya bridging vein

– Penurunan kesadaran beberapa hari


– CT-scan:bulan sabit

• Perdarahan subarachnoid
– Pecahnya aneurisma

– Thunderclap headache: sakit kepala sangat hebat

– Tanda rangsang meningeal (+)


EPI SUB
Atas dura Bawah dura
Arteri Vena penghubung
Lucid interval (Sadar-tidak sadar Sakit kepala semakin parah,
sebentar-sadar lagi) penurunan kesadaran dalam
Bikonvex, tidak melewati sutura hitungan hari-minggu
Bulan sabit, melewati sutura
Gambaran CT-scan
CT-scan dengan ciri-ciri khusus:
• Perdarahan epidural : hiperdens berbentuk bikonveks
• Perdarahan subdural : hiperdens berbentuk bulan sabit /
crescent
• Perdarahan subarachnoid : girus akan menghilang, star
sign
Perdarahan Subdural

• Semilunar → bulan
sabit
Bisa bedain?

Epidural Subdural
Subarachnoid

Kontusio
Pilihan Lain
• Perdarahan intrakranial
– Gejala seperti stroke hemoragik
• Komosio serebri
– Cedera kepala yang menimbulkan gangguan fungsi otak, tapi
tidak menyebabkan kerusakan anatomi
• Kontusio serebri
– Cedera kepala yang menimbukan gangguan fungsi dan
anatomi otak
A. Perdarahan subdural

B. Perdarahan intrakranial

C.Perdarahan epidural

D. Komosio serebri

E. Kontusio serebri
185
Laki-laki usia 34 tahun datang dengan penurunan kesadaran. Pasien jatuh dari motor 20
jam yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 140/90 mmHg, N: 60 kali/menit, P: 25
kali/menit. Dari pemeriksaan CT-scan didapatkan gambaran lesi hiperdens bentuk bulan
sabit di regio temporoparietal. Diagnosis pasien adalah…

A. Hematoma subdural

B. Hematoma intraserebral

C.Hematoma subarakhnoid

D. Hematoma epidural

E. Hematoma intraventrikular
Jawaban

A. Hematoma subdural
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 34 tahun
– Penurunan kesadaran
– Jatuh dari motor 20 jam yang lalu

• TD: 140/90 mmHg, N: 60 kali/menit, P: 25 kali/menit


• CT-scan → lesi hiperdens bentuk bulan sabit di regio
temporoparietal
– Subdural
Perdarahan Intrakranial
• Perdarahan epidural:
– Pecahnya arteri meningeal media

– Interval Lucid (pingsan → sadar sebentar → pingsan lagi)

– Perdarahan epidural → mendesak struktur lain → TIK↑ & herniasi batang otak → mengancam nyawa

– CT-scan:bikonveks

• Perdarahan subdural
– Pecahnya bridging vein

– Penurunan kesadaran beberapa hari


– CT-scan:bulan sabit

• Perdarahan subarachnoid
– Pecahnya aneurisma

– Thunderclap headache: sakit kepala sangat hebat

– Tanda rangsang meningeal (+)


EPI SUB
Atas dura Bawah dura
Arteri Vena penghubung
Lucid interval (Sadar-tidak sadar Sakit kepala semakin parah,
sebentar-sadar lagi) penurunan kesadaran dalam
Bikonvex, tidak melewati sutura hitungan hari-minggu
Bulan sabit, melewati sutura
Gambaran CT-scan
CT-scan dengan ciri-ciri khusus:
• Perdarahan epidural : hiperdens berbentuk bikonveks
• Perdarahan subdural : hiperdens berbentuk bulan sabit /
crescent
• Perdarahan subarachnoid : girus akan menghilang, star
sign
Perdarahan Subdural

• Semilunar → bulan
sabit
Bisa bedain?

Epidural Subdural
Subarachnoid

Kontusio
Pilihan Lain

• Hematoma intraserebral → gejala stroke

• Hematoma subarakhnoid → gejala stroke

• Hematoma epidural → lesi konvergen

• Hematoma intraventrikular → peningkatan TIK


A. Hematoma subdural

B. Hematoma intraserebral

C. Hematoma subarakhnoid

D. Hematoma epidural

E. Hematoma intraventrikular
186
Seorang dokter puskesmas hendak melakukan promosi kesehatan dalam rangka Pekan
Imunisasi Nasional (PIN). Dokter tersebut berencana untuk mengajak warga yang
memiliki balita untuk pergi ke pusat pelayanan kesehatan. Dokter tersebut hendak
melakukan promosi kesehatan di wilayah kelurahan dengan total 41 kepala keluarga
dengan pendidikan SD-SMA. Apakah metode promosi kesehatan yang sesuai
untuk dilakukan dokter tersebut?
A. Metode Ceramah
B. Metode Massa
C. Metode Individual
D. Diskusi Kelompok
E. Curah Pendapat
Jawaban

A. Metode Ceramah
Pembahasan
Metode promosi kesehatan yang sesuai?
• Dokter puskesmas hendak melakukan promosi
kesehatan
– Lokasi: wilayah kelurahan dengan total 41 kepala
keluarga dengan pendidikan SD-SMA → Kelompok
Besar
– Materi: mengajak warga yang memiliki balita untuk pergi ke
pusat pelayanan kesehatan
Metode Promosi Kesehatan

• Konseling
Perseorangan • Wawancara

• Kelompok kecil (Diskusi, brain storming,


Kelompok role play, dll)
• Kelompok besar (Ceramah, Seminar)

• Media massa
Massa • Ceramah umum

Heri DJ. Maulana, M.Kes. "Promosi Kesehatan" EGC: 2009


Metode Promosi Kesehatan Kelompok
Besar
• Melibatkan lebih dari 15 orang
– Ceramah: dapat digunakan baik tingkat
pendidikan rendah maupun tinggi

– Seminar: digunakan terutama untuk tingkat


pendidikan tinggi

Heri DJ. Maulana, M.Kes. "Promosi Kesehatan" EGC: 2009


Pilihan Lain
B. Metode Massa → sifatnya untuk publik secara umum (tidak
ada populasi khusus)
C. Metode Individual → pendekatan secara perorangan dengan
dasar tiap individu memiliki permasalahan yang berbeda-beda
D. Diskusi Kelompok → metode untuk kelompok kecil
E. Curah Pendapat → brain storming, prinsipnya sama dengan
diskusi kelompok perbedaannya ada pada pemberian pemicu
A. Metode Ceramah

B. Metode Massa

C. Metode Individual

D. Diskusi Kelompok

E. Curah Pendapat
187
Seorang dokter yang bekerja di puskesmas bertugas dalam
melakukan pengumpulan data, analisis, dan diseminasi nyamuk
Aedes tiap tahun. Disebut apakah kegiatan tersebut?
A. Surveilans matra
B. Surveilans penyakit menular
C. Surveilans kesehatan lingkungan
D. Surveilans masyarakat global
E. Pencegahan dini KLB
Jawaban

C. Surveilans kesehatan
lingkungan
Pembahasan

• Kegiatan apa yang dilakukan dokter


tersebut?
– Pengumpulan data, analisis, dan diseminasi nyamuk
Aedes tiap tahun
• Surveilans
Apa itu Surveilans?
• Kegiatan pengamatan secara terus menerus
data dan informasi masalah kesehatan dan
faktor yang mempengaruhinya

• Tujuan: memberikan informasi untuk tindakan


pengendalian dan penanggulangan masalah
kesehatan

Permenkes RI No. 45 Tahun 2014


Permenkes RI No. 45 Tahun 2014

• Jenis surveilans berdasarkan sasaran:


– Surveilans penyakit menular

– Surveilans penyakit tidak menular

– Surveilans kesehatan lingkungan

– Surveilans kesehatan matra

– Surveilans masalah kesehatan lainnya


Surveilans Penyakit Menular
• Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
• Demam berdarah
• Malaria
• Penyakit infeksi lainnya seperti TB, diare, tifoid
→ Mudahnya surveilans ini mencakup kasus
INFEKSI

Permenkes RI No. 45 Tahun 2014


Surveilans Penyakit Tidak Menular
• Penyakit jantung dan pembuluh darah
• Metabolik
• Kanker
• Penyakit kronis dan degenerative
• Psikiatri
• Gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan
Surveilans Kesehatan Lingkungan
• Sarana air bersih
• Tempat umum
• Pemukiman
• Limbah industry
• Vektor dan binatang pembawa penyakit
• Kesehatan dan keselamatan kerja
• Infeksi terkait Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Surveilans Matra

• Kesehatan haji

• Bencana dan masalah sosial

• Kesehatan matra laut dan udara


Surveilans Masalah Kesehatan Lainnya

• Gizi dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi


• Masalah gizi: baik gizi kurang dan lebih
• Kesehatan ibu dan anak
• Kesehatan lanjut usia
• Penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika
• Kualitas makanan dan bahan makanan
A. Surveilans matra

B. Surveilans penyakit menular

C. Surveilans kesehatan lingkungan

D. Surveilans masyarakat global

E. Pencegahan dini KLB


188
Suatu komunitas X berisikan 100.000 penduduk. Dalam waktu setahun ada 4350
kematian dari semua penyebab. Kasus infeksi COVID-19 per 28 Oktober 2020 pada
daerah tersebut berkontribusi sebanyak 631 orang, yang terdiri dari 326 laki-laki dan
305 perempuan. Angka kematian akibat COVID-19 di daerah tersebut sebanyak 62
orang, yang terdiri dari 37 pasien laki-laki. Berapakah angka case fatality rate
untuk kasus COVID-19?
A. 100/100.000
B. 60/1000
C. 4350/1000
D. 4350/100.000
E. 100/1000
Jawaban

E. 100/1000
Pembahasan
Case Fatality Rate kasus COVID-19?
• 100.000 penduduk → 1000 kematian/tahun
• 631 kasus infeksi COVID-19 → 326 laki-laki +
305 perempuan
• 62 kematian terkait COVID-19 → 37 laki-laki
+ 25 perempuan
Pembahasan
• Spesific death rate
– Cause specific death rate → jumlah kematian pada sebuah
populasi (berbeda dengan case fatality rate dimana
denominatornya adalah mid term population)
– Age specific death rate → jumlah kematian per tahun per 1000
orang yang memiliki usia yang sama
• Misalnya kematian orang-orang yang sama-sama berusia 70 tahun

– Case fatality rate → Jumlah kematian pada populasi terjangkit


Pembahasan

• Soal ini ingin mengetahui case fatality rate pada


pasien COVID-19 dengan data tersebut. Maka
kita dapat menggunakan rumus:

Case Fatality Rate

Jawabannya adalah kurang lebih 100/1000


STATISTIK VITAL

• Insidens: jumlah kasus baru dalam satu periode/populasi berisiko


• Prevalensi: jumlah kasus baru dan lama dalam satu
periode/populasi berisiko

Angka Kematian Ibu Per 100 Ribu Bayi Lahir Hidup

Angka kematian neonatus (<28 hari)


per 1 ribu bayi lahir hidup
Angka kematian bayi (<1 tahun)

Angka kematian balita


A. 100/100.000

B. 60/1000

C. 4350/1000

D. 4350/100.000

E. 100/1000
189
Di suatu wilayah terdapat 32 orang yang berobat ke puskesmas karena gigitan
kera liar. Rata-rata 5 orang setelah tergigit menderita demam, 2 minggu setelah
kejadian seorang mengalami kejang kemudian 3 hari setelahnya meninggal.
Sebelumnya tidak pernah terdapat kejadian gigitan kera liar. Istilah yang
tepat untuk kasus diatas adalah…
A. Endemik
B. Epidemik
C. Pandemik
D. Outbreak
E. Sporadik
Jawaban

D. Outbreak
Pembahasan

Kondisi ini disebut apa?

• Ada kasus baru 32 kasus tergigit kera dimana


hingga ada yang meninggal dunia

• Sebelumnya tidak ada kasus tergigit kera


Kejadian Luar Biasa
• Sebelumnya tidak dikenal atau tidak ada
• Kejadian ATAU kematian meningkat terus menerus
selama 3 periode berturut-turut
• Kejadian ATAU kematian meningkat 2 kali lipat
dibanding periode sebelumnya
• Jumlah penderita baru dalam satu bulan naik 2 kali lipat
dibanding bulan sebelumnya
Pembahasan
• Endemi
– Kejadian penyakit yang berlangsung terus menerus di suatu tempat

• Epidemi
– Penyakit baru,meningkat secara cepat, atau insidensi yang tidak dapat diperkirakan

• Pandemi
– Penyakit yang menjalar secara luas (ke negara lain, benua,atau seluruh dunia)

• Wabah
– KLB dengan jumlah yang sangat besar, lebih luas persebarannya, durasi lebih lama, dampak lebih
berat

• Sporadik
– Berlangsung singkat,dapat di beberapa tempat,waktu tidak beraturan
A. Endemik

B. Epidemik

C. Pandemik

D. Outbreak

E. Sporadik
190
Seorang dokter sedang melakukan penelitian yang membandingkan efektivitas dari
penggunaan tes antigen COVID-19 dengan cara pengambilan swab nasoorofaring
dibandingkan pemeriksaan PCR. SARS COV-2 Dari 1000 pasien yang di tes antigen dan
PCR, 60% diantaranya positif keduanya. Dari total 200 pasien dengan hasil PCR negatif,
terdapat 50 pasien dengan hasil antigen positif. Berapa sensitivitas dari tes
antigen?
A. 600/650
B. 600/800
C. 150/200
D. 150/350
E. 600/1000
Jawaban

B. 600/800
Pembahasan
Berapa sensitivitas dari tes Antigen COVID-19?
• Membandingkan efektivitas dari penggunaan tes antigen
dibandingkan pemeriksaan PCR SARS COV-2
• Jumlah sampel 1000
– 60% diantaranya positif keduanya
– Dari total 200 pasien dengan hasil PCR SARS COV-2
negatif, terdapat 50 pasien dengan hasil tes antigen positif
Perhitungan untuk Uji
Diagnostik
Gold Standard
+ -
Uji
+ A B
Diagnostik
- C D

𝐴 𝐴
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 = 𝑃𝑃𝑉 =
𝐴+𝐶 𝐴+𝐵

𝐷 𝐷
𝑆𝑝𝑒𝑐𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑃𝑉 =
𝐵+𝐷 𝐶 +𝐷

Perhatikan letak kolom dan baris! Bikin tabel harus betul!


Perhitungan untuk Uji
Diagnostik
PCR
+ -
Tes
+ 600 50
antigen
- 200 150

600 600
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 = 𝑃𝑃𝑉 =
800 650

150 150
𝑆𝑝𝑒𝑐𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑃𝑉 =
200 350

Perhatikan letak kolom dan baris! Bikin tabel harus betul!


A. 600/650

B. 600/800

C. 150/200

D. 150/350

E. 600/1000
191
Seorang penelitian ingin mengetahui efek hepatotoksisitas etanol daun salam
terhadap hati mencit. Sampel mencit dibagi kedalam 4 kelompok, yakni
kelompok plasebo, 1g/kgBB, 2g/kgBB, dan tanpa terapi. Mencit diberi perlakuan
selama 14 hari. Setelahnya dicek ALT dan AST hepar mencit dalam u/L. Jenis
uji hipotesis apakah yang digunakan?
A. Uji T tidak berpasangan
B. Uji T tidak berpasangan
C. One way anova
D. Repeated Anova
E. Chi square
Jawaban

C. One way anova


Pembahasan
• Jenis uji hipotesis apakah yang digunakan?
– Tujuan: mengetahui efek hepatotoksisitas etanol daun salam
terhadap hati mencit
– Variabell independent: perlakuan dan dosis etanol (4
kelompok)
– Variabel dependen: ALT dan AST hepar mencit dalam u/L
• Penelitian komparatif kategorik-numerik tidak
berpasangan
A. Uji T tidak berpasangan

B. Uji T tidak berpasangan

C. One way anova

D. Repeated Anova

E. Chi square
192
Seorang dokter puskesmas hendak melakukan penelitian hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare di Kecamatan X. Dokter
tersebut mengambil 50 bayi diare dan 50 bayi sehat secara acak dan kemudian
melakukan wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat pemberian ASI
eksklusif. Apakah jenis penelitian yang digunakan dokter tersebut?
A. Kohort retrospektif
B. Kasus kontrol
C. Eksperimental
D. Potong lintang
E. Kohort prospektif
Jawaban

B. Kasus kontrol
Pembahasan

• Apakah jenis penelitian yang digunakan


dokter tersebut?
– Penelitian hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian diare di Kecamatan X

– Variabel independent (faktor risiko): ASI eksklusif

– Variabel dependen: Kejadian diare


Studi Observasional
• Case Reports → ini sama seperti presentasi kasus yang disajikan oleh koas. Derajat sangat
rendah karena hanya satu kasus

• Case SERIES → ya inget-inget aja namanya. Karena ada series → kumpulan beberapa kasus
yang poinnya sama

• Cross Sectional (potong lintang) → paling sering digunakan.


– Namanya potong lintang karena peneliti mengambil di satu potongan waktu tertentu.
– Ingat! Pengambilan data di waktu yang sama dan TIDAK DIBANDINGKAN DENGAN
WAKTU YANG BERBEDA!
– Biasanya untuk epidemiologi

– Tidak dapat digunakan sebagai sebab-akibat, hanya digunakan untuk ada tidaknya hubungan

– Nilai yang digunakan → prevalence ratio (PR)


Studi Observasional
• Case control → untuk kasus yang jarang
– Karena kasusnya jarang → pertama diambil yang sakit dan gak
sakit → kemudian dibandingin terhadap faktor risiko tertentu

– Kenapa harus nyari yang sakit dan gak sakit? Kalau nunggu kelompok
itu sampai sakit → lama bro!

– Karena kita ambil dua waktu yang berbeda → sekarang (sakit dan
nggak sakit) dan dulu (faktor risiko) → bisa untuk mencari
hubungan sebab akibat

– Nilai yang digunakan → Odds Ratio (OR)


Cara Pikir Case Control
Ada faktor risiko
Sakit

Tidak ada faktor


risiko

Ada faktor risiko


Tidak sakit
Tidak ada faktor
risiko
Studi Observasional
• Cohort → jenis yang paling tinggi di studi observasional

– Penelitian ini tidak liat belakang atau tidak lihat dulu, tapi
liat ke depan

– Jadi mulai dari orang yang punya faktor risiko dan


tidak punya faktor risiko, kemudian dilihat hingga
waktu tertentu dan dilihat sakit dan tidak sakit

– Bisa digunakan untuk melihat sebab akibat

– Nilai yang digunakan → Relative Risk (RR)


Cara Pikir Kohort
Sakit
Ada faktor risiko

Tidak sakit

Sakit
Tidak ada faktor
risiko
Tidak sakit
Ingat! Kohort prospektif dan restrospektif
hanya bergantung pada waktu
Lihat waktunya!
Saat Ini

Kohort
Retrospektif
Kohort
Propektif
Case
Control

Cross Sectional
A. Kohort retrospektif

B. Kasus kontrol

C. Eksperimental

D. Potong lintang

E. Kohort prospektif
193
Seorang kepala puskesmas ingin membuat penelitian mengenai TB
berhenti obat, dia mewancarai semua pasien TB dengan berhenti obat,
apa jenis sampling pengumpulan sampel yang digunakan?
A. Konsekutif sampling
B. Purposive sampling
C. Snowball sampling
D. Stratified sampling
E. Convinience sampling
Jawaban

B. Purposive sampling
Pembahasan

• Apa jenis sampling pengumpulan sampel


yang digunakan?
– Kepala puskesmas ingin membuat penelitian
mengenai TB berhenti obat,

– dia mewancarai semua pasien TB dengan berhenti


obat
Pengambilan sampel
• Sampel acak
– Simpel randomization/ acak sederhana → tutup mata terus pilih, simpel kan?
– Systematic randomization/ acak sistematik → setiap 3 nomor diambil→
sistematis kan?
– Stratification randomization/ acak startifikasi → kalau pengetahuan anak SD,
kelas mempengaruhi nggak?
– Cluster randomization/ acak kluster → gampangnya adalah per wilayah kerja

• Sampel tidak acak


– Consecutive → setiap ngeliat pasien yang masuk kriteria → lgsg masukin
– Judmental → ya menurut penilaian peneliti
– Convenient → seenak jidat peneliti
Diskusi

• Pada kasus, lebih tepat dikatakan sebagai


purposive sampling karena hanya mengambil
sampel pasien TB yang putus obat.
A. Konsekutif sampling

B. Purposive sampling

C. Snowball sampling

D. Stratified sampling

E. Convinience sampling
194
Seorang perempuan, 55 tahun, bersama dengan anak perempuannya, 20 tahun datang ke
sebuah klinik. Dikatakan bahwa anak tersebut baru kembali pulang setelah 2 minggu
pergi dengan pacarnya dan diantarkan oleh polisi. Ibunya meminta untuk melakukan
pemeriksaan virginitas. Tetapi anaknya menolak dengan berbagai alasan. Dokter setuju
untuk tidak memeriksa. Sesuai dengan kaidah bioetika apakah tindakan dari
dokter tersebut?
A. Beneficence
B. Non maleficence
C. Justice
D. Autonomy
E. Utilitarian
Jawaban

D. Autonomy
Kaidah Dasar Bioetik (Prima Facie)
• Beneficence (beneficence = benefit)
– Memberikan yang terbaik kepada pasien.
– Jika dokter tidak melakukan beneficence, pasien tidak celaka,
tetapi pasien tidak mendapat yang terbaik.

• Non-maleficence (non = tidak ; maleficence = jahat)


– Tidak menyakiti atau melakukan apa pun yang merugikan pasien
sama sekali.
– Jika dokter tidak melakukan non-maleficence, pasien akan
celaka
Kaidah Dasar Bioetik (Prima Facie)
• Autonomy
– Pasien menentukan terapi atas kehendaknya sendiri

• Justice (justice = adil)


– Memberikan perlakuan secara adil.Artinya adil:
• Tidak membeda-bedakan berdasarkan tua-muda, kaya-miskin, agama, suku, ras,
dan lain-lain.
• Melihat kepentingan bersama terlebih dahulu di atas kepentingan perorangan.
• Memberi sesuai kebutuhan,bukan membagi sama rata.
Diskusi

• Pada kasus ini, anak perempuan tersebut telah


dewasa (diatas 18 tahun) dan memiliki
kehendaknya sendiri untuk menolak dilakukan
pemeriksaan sehingga sejalan dengan kaidan
bioetika otonomi
A. Beneficence

B. Non maleficence

C. Justice

D. Autonomy

E. Utilitarian
195
Seorang perempuan, usia 30 tahun datang dengan keluhan sakit kepala sejak 1
hari yang lalu. Pasien diberikan obat paten yang diresepkan dokter dari sebuah
perusahaan dengan janji dokter tersebut akan mendapatkan imbalan dari hasil
peresepan obat tersebut. Kode etik apakah yang dilanggar oleh dokter
tersebut?
A. Menjaga rahasia
B. Kemandirian dalam praktik kedokteran
C. Menjaga privasi
D. Menghargai hak pasien
E. Kejujuran terhadap pasien
Jawaban

B. Kemandirian dalam praktik


kedokteran
Pembahasan

• Kode etik apakah yang dilanggar oleh


dokter tersebut?
– Pasien diberikan obat paten dari sebuah
perusahaan dengan perjanjian pemberian imbalan
KODEKI
Pasal 3: Kemandirian Profesi
Yang termasuk:
1. Boleh bekerja di industri farmasi/alat kedokteran, dll, tapi harus
memberitahukan posisinya kalau memberikan informasi mengenai produk
tersebut kepada orang lain.
2. Tidak menerima bantuan dari badan yang bertentangan dengan prinsip
kesehatan,misal perusahaan rokok, alkohol,dll.
3. Tidak mempromosikan/meresepkan barang/produk/jasa tertentu pada temu
ilmiah.
4. Dokter boleh menerima sponsor pada temu ilmiah, mencakup pendaftaran,
akomodasi,dan transportasi sewajarnya.
Yang melanggar kemandirian profesi:
1. Memberikan sesuatu (obat, alat, dll), anjuran, tindakan, dll yang belum memiliki bukti
ilmiah.
2. Membuat ikatan atau menerima imbalan dengan siapa pun, yang menurunkan
martabat profesi.
3. Melibatkan diri dalam kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan atau
mengiklankan dirinya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya
4. Upaya diagnostik atau pengobatan tanpa indikasi medik.
5. Menerima imbalan untuk melakukan pengiriman pasien ke dalam/luar negeri.
6. Menarik honorarium berlebihan
A. Menjaga rahasia

B. Kemandirian dalam praktik kedokteran

C. Menjaga privasi

D. Menghargai hak pasien

E. Kejujuran terhadap pasien


196
Seorang dokter sedang melakukan RJP pada pasien 76 tahun yang henti
jantung. Namun teknik yang ia gunakan kurang tepat, karena
menggunakan perbandingan 15:2 (harusnya 30:2). Termasuk
tindakan apa yang dilakukan oleh dokter tersebut?
A. Misconduct
B. Intentional
C. Nonfeasance
D. Misfeasance
E. Malfeasance
Jawaban

D. Misfeasance
Malpraktik medis dapat berupa:

• Tindakan disengaja (intentional/misconduct)

• Tindakan kelalaian (negligence)

NB: harus ada kerugian bagi pihak yang


mendapatkan tindakan (pasien)
Tindakan disengaja
(intentional/misconduct)
• Melanggar ketentuan etik,disiplin profesi,hukum administratif, hukum pidana, atau perdata.
• Contoh:
– Sengaja merugikan pasien
– Fraud (penipuan)
– Penahanan pasien
– Pelanggaran kewajiban simpan rahasia kedokteran
– Aborsi ilegal
– Eutanasia
– Penyerangan seksual
– Keterangan palsu
– Menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang belum teruji
– Praktik tanpa SIP
– Praktik di luar kompetensi
Tindakan kelalaian (negligence)
“Feasance” artinya “to do” atau “melakukan”.

• Nonfeasance (“non” artinya “tidak”): tenaga kesehatan tidak


melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan ATAU menunda
penanganan secara berlebihan.
• Misfeasance (“mis” artinya “salah”): penanganan dilakukan, tetapi
tidak dengan prosedur yang benar.
• Malfeasance (“mal” artinya “jahat”): penanganan yang diberikan salah
dan menyalahi aturan yang ada.
Misfeasance VS Malfeasance

Keadaan pasien makin buruk Keadaan pasien tanpa ditolong Keadaan pasien makin baik

MALfeasance Nonfeasance MISfeasance


A.Misconduct
B.Intentional
C.Nonfeasance
D.Misfeasance
E.Mallfeasance
197
Seorang laki-laki, 58 tahun, datang berobat ke sebuah rumah sakit tipe C atas
rujukan dari Puskesmas setempat atas indikasi terdapatnya retensio urine.
Ketika ingin melakukan pembayaran pasien tidak perlu membayar. Pasien
peserta BPJS. Sistem pembayaran apakah yang dianut oleh BPJS
Kesehatan untuk setting kasus tersebut?
A. Kapitasi
B. Premi
C. INA-CBGs
D. Non INA-CGBs
E. Non Kapitasi
Jawaban

C. INA-CGBs
Sistem Pembayaran Kesehatan
• Retrospektif → dilakukan berdasarkan pelayanan
kesehatan yang sudah diberikan kepada pasien,
semakin banyak jenis pelayanan semakin banyak biaya
yang dibayarkan
– Contoh → fee for service
• Prospektif → jumlah biaya yang harus dibayarkan
sudah ditetapkan sebelumnya
– Conoh → global budget, per diem, kapitasi, dan case-based
Sistem Pembayaran Kesehatan
• Fee for service
– Pasien membayar dengan mandiri jasa dokter dan pelayanan kesehatan yang didapatkan
langsung setelah selesai berobat
– Contoh →Ibu Ana membayar Rp 250.000,00 untuk satu kali kunjungan ke dokter
spesialis Jantung

• Kapitasi → prinsip pembiayaan faskes I dalam BPJS


– Dokter atau instansi menerima sejumlah uang untuk sekian pasien yang terdaftar dalam
wilayah kerja dokter atau instansi tersebut, meskipun pasien tidak berkunjung ke dokter
atau instansi tersebut.
– Contoh → Puskesmas A memiliki 1000 orang yang terdaftar di wilayahnya dengan
kapitasi Rp 10.000/orang. Setiap bulan, puskesmas A mendapat 10 juta berapa pun pasien
yang berobat ke puskesmas A. Semakin sedikit pasien, semakin baik.
Sistem Pembayaran Kesehatan
• Global budget
– Pemerintah atau badan asuransi memberikan dana kepada RS untuk membiayai seluruh
kegiatan untuk masa satu tahun
– Jumlah dana ditentukan dari jumlah pelayanan tahun sebelumnya, kemungkinan kegiatan lain, dan
kinerja RS
– RS harus mengelola dana tersebut dalam masa 1 tahun pelayanan seefektif mungkin

• Per diem
– Pembayaran yang disepakati di awal, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk per hari perawatan
tanpa mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit
– Contoh → Biaya perawatan kelas III di suatu RS dihargai sebesar Rp 250000/hari, harga ini
sudah mencakup semua fasilitas,tidak peduli berapa biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh RS
Sistem Pembayaran Kesehatan

• Case-based
– Pembayaran provider ke RS berdasarkan kategori
diagnosis yang di dalamnya sudah dimasukkan
perincian biaya yang dihabiskan untuk satu diagnosis.
– Contoh → RS A mendapatkan pembayaran sebesar
Rp. 10.000.000 untuk pelayanan satu pasien apendisitis
akut.
Pembayaran Prospektif
Kelebihan Kekurangan

Provider Pembayaran lebih adil Kurangnya kualitas Koding


sesuai dengan akan menyebabkan
kompleksitas pelayanan ketidaksesuaian proses
grouping
Proses klaim lebih cepat (pengelompokkan kasus)

Pasien Kualitas Pelayanan baik Pengurangan kuantitas


pelayanan

Dapat memilih provider Provider merujuk keluar


dengan pelayanan terbaik /RS lain
Pembayar Biaya administrasi lebih Memerlukan monitoring
rendah Pasca klaim

Mendorong peningkatan
sistem informasi
Pembayaran Retrospektif
Kelebihan Kekurangan

Provider Resiko keuangan sangat Tidak ada insentif untuk


kecil yang memberikan
pencegahan penyakit

Pendapatan Rumah Sakit Demand dipengaruhi


tidak terbatas supplier
Pasien Waktu tunggu yang lebih Jumlah pasien di klinik
singkat sangat banyak
(Overcrowded)

Lebih mudah mendapat Kualitas pelayanan kurang


pelayanan dengan
teknologi terbaru
Pembayar Mudah mencapai Biaya administrasi tinggi
kesepakatan dengan untuk proses klaim
provider
Sistem Pembayaran
Ada dua!
1. Kapitasi untuk
Pelayanan Primer
2. INA-CBGs
(INDONESIAN
CASE BASE
GROUPS) untuk
Pelayanan Sekunder
dan Tersier
Pilihan Lain
• Cash payment

– Pembayaran tunai
– Merupakan salah satu metode pembayaran, namun
definisi ini terlalu luas dan bukan yang dimaksudkan
dalam soal
A. Kapitasi

B. Premi

C. INA-CBGs

D. Non INA-CGBs

E. Non Kapitasi
198
Seorang laki-laki, usia 58 tahun datang ke IGD pasca tangan
kanannya tergilas mesin saat ditempat kerja. Pasien merupakan
seorang peserta BPJS. Jaminan apa yang dapat digunakan?
A. Jaminan hari tua.
B. BPJS Kesehatan
C. BPJS Ketenagakerjaan
D. Asuransi prabayar
E. Jasaraharja
Jawaban

C. BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan

• Menurut PP No. 44 tahun 2015


– Jaminan kecelakaan kerja (JKK) → manfaat yang
diberikan pada kondisi kecelakaan kerja atau
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja.
BPJS Kesehatan
Pelayanan yang tidak dijamin
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana dalam peraturan
berlaku
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/ atau estetik
6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan)
7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol
BPJS Kesehatan
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri

10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisinal, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic,
yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment/HTA)

11. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen)

12. Alat kontrasepsi,kosmetik, makanan bayi dan susu

13. Perbekalan kesehatan rumah tangga

14. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalulintas sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan

15. Pelayanan kesehatan akibat bencana,kejadian luar biasa/wabah

16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan
A. Jaminan hari tua.

B. BPJS Kesehatan

C. BPJS Ketenagakerjaan

D. Asuransi prabayar

E. Jasaraharja
199
Seorang laki-laki, usia 37 tahun datang ke rumah sakit dengan diare sejak 5 hari
SMRS. Setelah diperiksa, ditemukan adanya tanda dehidrasi dan pasien
dianjurkan untuk rawat inap. Pasien merupakan pegawai BUMN dan peserta
BPJS yang gaji tiap bulannya dipotong 5% untuk iuran BPJS. Berapa
pesentase yang harus dibayarkan oleh peserta per tahun 2020?
A. 1 %
B. 2 %
C. 3 %
D.4 %
E. 5 %
Jawaban

A. 1%
Jaminan kesehatan
• Diatur dalam UU No.40 Tahun 2004 pasal 19
dengan ketentuan pembayaran:
– 5% dari gaji per bulan
• Swasta, BUMN, BUMD: Terbagi menjadi 4% dibayar
pemberi kerja dan 1% dibayar peserta
• PNS: Terbagi menjadi 3% dibayar pemberi kerja dan 2%
dibayar peserta
Perubahan Pembayaran (Perpres No.75
2019)
• Iuran bagi peserta Pejabat Negara, pimpinan dan
anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, PNS,
Prajurit, Anggota Polri, kepala desa dan perangkat
desa, dan Pekerja/pegawai sebesar 5% dari gaji
atau upah per bulan
– 4% dari pemberi kerja
– 1% dari peserta
Kenaikan Iuran BPJS tahun 2020
Jaminan Hari Tua
• Iuran JHT sebesar 5,7% dengan ketentuan:
– 3,7% dibayar pemberi kerja dan 2% dibayar pekerja.

Jaminan Pensiun
• Iuran jaminan pensiun sebesar 3% dengan ketentuan:
– 2% dibayar pemberi kerja dan 1% dibayar pekerja
A. 1 %

B. 2 %

C. 3 %

D.4 %

E. 5 %
200
Laki-laki usia 62 tahun, seorang pensiunan Departemen Keuangan
Kabupaten Jawa Tengah, dirujuk ke RS yang bekerjasama dengan BPJS.
Apa jenis kepesertaan yang dimiliki oleh pasien tersebut?
A. PBI (Penerima Biaya Iuran) Bukan pekerja
B. Non-PBI Bukan Pekerja
C. PBI Pekerja Penerima Upah
D. Non-PBI Pekerja Penerima Upah
E. Non-PBI Bukan Penerima Upah
Jawaban

B. Non-PBI Bukan Pekerja


Pembahasan

• Keanggotaan BPJS Kesehatan pensiunan?


Kepesertaan

• JKN bersifat WAJIB bagi


setiap penduduk termasuk
orang asing yang bekerja
lebih dari 6 bulan di
Indonesia!
• Peserta JKN terdiri dari:
– PBI (Penerima Biaya Iuran)
– Bukan PBI
Kepesertaan (PBI)
• Fakir miskin
– Sama sekali tidak punya sumber mata pencaharian dan/atau

– Mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai


kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan
dirinya dan/atau keluarganya

• Orang tidak mampu


– Mempunyai sumber mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu
memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar
Iuran bagi dirinya dan keluarganya.

• Cacat total tetap dan tidak mampu


Kepesertaan (PBI)
BPJS PBI diberikan kepada masyarakat tidak mampu dengan kriteria berikut:
• Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m2/orang
• Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
• Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok
tanpa diplester.
• Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
• Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
• Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
• Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
Kepesertaan (PBI)
• Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
• Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
• Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
• Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
• Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
• Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
• Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-
seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.
Kepesertaan (Bukan PBI)
• Pekerja Penerima Upah dan anggota • Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya keluarganya

– PNS – Pekerja Mandiri/di luar hubungan kerja

– Anggota TNI – Pekerja lain yang bukan pekerja mandiri dan bukan
penerima upah
– Anggota Polri
– Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
– Pejabat Negara singkat 6 bulan
– Pegawai Pemerintah non PNS • Bukan Pekerja dan keluarganya
– Pegawai swasta – Investor

– Pekerja lain yang menerima upah – Pemberi kerja

– Penerima pensiun
– Veteran

– Perintis kemerdekaan
A. PBI (Penerima Biaya Iuran) Bukan pekerja

B. Non-PBI Bukan Pekerja

C. PBI Pekerja Penerima Upah

D. Non-PBI Pekerja Penerima Upah

E. Non-PBI Bukan Penerima Upah

Anda mungkin juga menyukai