Anda di halaman 1dari 1244

Prediksi UKMPPD

Februari 2017
1
Seorang laki-laki usia 17 tahun datang ke poliklinik RS
dengan keluhan pandangan kabur. Sejak 1 bulan yang
lalu. Pemeriksaan mata 1 tahun yang lalu menunjukkan
ODS plana C - 0,75 x 90. Pada saat ini didapatkan visus
20/20 dengan menggunakan kacamata yg lama. Apakah
diagnosis dari pasien tersebut?
A. Emetropia
B. Miopia
C. Astigmatism
D. Astigmatism miopia
E. Hipermetropia
Pembahasan
• ODS plana C - 0,75 x 90
– Lensa silindris (C) tanpa lensa sferis (S)
• Saat ini visus 20/20 dengan kacamata lama
– Koreksi tajam visus terbaik sudah tercapai
• Diagnosis?
– Pasti astigmat, tapi tipe yang mana?
Astigmat
• Ada 2 jenis klasifikasi besar, Reguler dan ireguler.
Sebagian besar untungnya reguler.
• Reguler ketika kornea berbentuk bola rugby
sehingga kedua meridien tegak lurus, ireguler
ketika bentuknya tidak beraturan.
• Tipe astigmat reguler tergantung dari bagaimana
letak dua bayangan meridien ini jatuh terhadap
retina.
Ada 5 Tipe Astigmat Reguler
Pembahasan
• Pada kasus ini, salah satu bayangan dari
meridien jatuh tepat di retina, sehingga yang
perlu dikoreksi hanya satu meridien (yang
bayangannya jatuh di depan retina sehingga
koreksinya dengan lensa negatif)
• Jadi, yang terjadi adalah astigmat miopia
simpleks
A. Emetropia
B. Miopia
C. Astigmatism
D. Astigmatism miopia
E. Hipermetropia
2
Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke poliklinik RS
dengan keluhan mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu.
Terdapat riwayat terkena lemparan bola kasti. Hasil
pemeriksaan fisik, visus OD 6/60, OS 6/6, conjungtiva bulbi
hiperemis, kornea jernih, pada camera oculi anterior
didapatkan darah yg mengisi 3/4 COA. Segmen anterior dan
segmen posterior mata dalam batas normal. Termasuk Grade
berapakah kasus tersebut?
A. Grade 1
B. Grade 2
C. Grade 3
D. Grade 4
E. Grade 5
Pembahasan
• Perempuan 19 tahun
• mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu
• Terkena lemparan bola kasti.
• Visus OD 6/60, OS 6/6
• Konjungtiva bulbi hiperemis, kornea jernih,
pada camera oculi anterior didapatkan darah
yang mengisi 3/4 COA
• Grade berapakah kasus tersebut?
Derajat Hifema
Cara mudah hafal!
Hafalkan batas atas
setiap derajatnya
saja (I II III - 321)
• I  seperTIGA
• II  seperDUA
• III  seperSATU
• IV  full darah

https://www.aao.org/detail/image.jpg?id=60a7ec99-8595-4fbb-a3d2-6eaeb8647ab0&t=635072501065430000
A. Grade 1
B. Grade 2
C. Grade 3
D. Grade 4
E. Grade 5
3
Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan mata merah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai rasa nyeri,
gatal, berair, terbentuk keropeng di kelopak mata setiap bangun tidur
di pagi hari, serta banyak kotoran kental berwarna putih di mata.
Keluhan juga disertai pandangan buram dan silau. Hasil pemeriksaan
fisik menunjukkan visus OD 5/6 OS 4/6, tampak sekret mukopurulen,
injeksi konjungtiva (+), dan injeksi silier (+). Apakah diagnosis dari kasus
ini?
A. Ulkus kornea
B. Abrasi kornea
C. Keratitis
D. Keratokonjungtivitis
E. Konjungtivitis
Pembahasan
• Perempuan 35 tahun, mata merah sejak 2 hari yang
lalu
• Nyeri, gatal, berair, terbentuk keropeng di kelopak
mata setiap bangun tidur di pagi hari, serta banyak
kotoran kental berwarna putih di mata
– Infeksi
• Keluhan juga disertai pandangan buram dan silau, visus
OD 5/6 OS 4/6
– Gangguan pada aksis visual atau media refraksi
• Injeksi konjungtiva (+), dan injeksi silier (+)
– Ini kuncinya, apa arti injeksi silier?
• Diagnosis?
Keratitis vs Konjungtivitis vs
Keratokonjungtivitis
• Kornea  Keratitis
• Konjungtiva  Konjungtivitis
• Kornea dan konjungtiva  Keratokonjuntivitis
• Inflamasi karena mata kering
Keratokonjuntivitis sicca (dry eyes)
Paham injeksi silier
Apakah sudah terjadi inflamasi pada
kornea jika terlihat injeksi silier?
A. Ulkus kornea
B. Abrasi kornea
C. Keratitis
D. Keratokonjungtivitis
E. Konjungtivitis
4
Seorang wanita 52 tahun datang dengan keluhan nyeri
mata. Keluhan disertai mata berair, kantung mata
bengkak dan merah, dan nyeri saat disentuh.
Pemeriksaan oftalmologis VODS 6/6, segmen anterior
dan posterior dalam batas normal, sakus lakrimalis
tampak edema, hiperemis, dan nyeri tekan disertai keluar
sekret mukopurulen. Apa diagnosis pasien ini?
A. Blefaritis
B. Episkleritis
C. Dakriosistitis
D. Blefarokonjungtivitis
E. Sinusitis ethmoidalis
Pembahasan
• Wanita 52 tahun, nyeri mata
• Mata berair, kantung mata bengkak dan merah,
dan nyeri saat disentuh
• VODS 6/6, segmen anterior dan posterior dalam
batas normal
– Visus masih baik
• Sakus lakrimalis tampak edema, hiperemis, dan
nyeri tekan disertai keluar sekret mukopurulen
– Masalah ada pada sakus lakrimalis: kantung air mata
• Diagnosis?
Soal Anatomi

Air mata
diproduksi di sini
(gland: kelenjar)
Jika terinfeksi:
dakrioadenitis Dan mengalir ke
sini (punctum-
ducts-sac)
Jika terinfeksi:
dakriosistitis
Pilihan lain
• Blefaritis: radang pada kelopak mata
• Episkleritis: injeksi pada episklera yang
pembuluh darahnya merespon dengan tetes
fenilefrin 2,5%
• Blefarokonjungtivitis: Blefaritis + injeksi
konjungtiva
• Sinusitis ethmoidalis: hidung tersumbat +
post nasal discharge + nyeri tekan di
antara/belakang bola mata
BAGAIMANA JIKA ADA PILIHAN
DAKRIOADENITIS?
Dakriosistitis ATAU Dakrioadenitis?
Bagaimana membedakan?
– Apa yang terinfeksi: Kelenjar
atau duktus?
– Lokasi anatomis: supratemporal
atau inframedial
A. Blefaritis
B. Episkleritis
C. Dakriosistitis
D. Blefarokonjungtivitis
E. Sinusitis ethmoidalis
5
Perempuan usia 35 tahun datang ke poli mata RS dengan
keluhan mata kanan seperti melihat benang berwarna hitam
berterbangan sejak 2 hari, disertai melihat kilatan cahaya dan
melihat bagian atas seperti tertutup bayangan, VOD 20/100,
tidak maju dengan pinhole, VOS 20/20, mata kanan vitreus
keruh, pada retina seperti terlihat lembaran yang terlepas di
bawah retina, mata kiri normal. Apa diagnosis pasien ini?
A. Vitritis
B. Floaters
C. Ablasio retina
D. Korioretinitis
E. Perdarahan vitreus
Pembahasan
• Perempuan 35 tahun
• Mata kanan seperti melihat benang berwarna hitam berterbangan sejak 2
hari
– Floaters
• disertai melihat kilatan cahaya
– Flashes of light
• melihat bagian atas seperti tertutup bayangan
– khas untuk ablasio retina
• VOD 20/100, tidak maju dengan pinhole, VOS 20/20
– Bukan kelainan refraksi
• Mata kanan vitreus keruh, pada retina seperti terlihat lembaran yang
terlepas di bawah retina, mata kiri normal
– Retinal detachment/ ablasio retina
• Diagnosis?
– Jangan terkecoh dengan pilihan jawaban lain yang merupakan tanda dan
gejala ablasio, diagnosisnya tetap ablasio
Ablasio Retina
Lepasnya LAPISAN RETINA dari RPE
dengan tanda:
• Floater
• Flashes of light (kilatan cahaya),
• Seperti tirai

TIGA Jenis:
1. Rhegmatogenous - cairan
masuk ke robekan retina
2. Traksional - tarikan jaringan
parut
3. Eksudatif - cairan di antara
retina dan RPE tanpa
robekan retina
A. Vitritis
B. Floaters
C. Ablasio retina
D. Korioretinitis
E. Perdarahan vitreus
6
Seorang laki-laki berusia 34 tahun datang ke puskesmas
mengeluh benjolan di kelopak mata kiri sejak 4 hari yang
lalu. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan benjolan
pada palpebra sinistra dengan konsistensi keras, nyeri,
pseudoptosis, dan hiperemis. Apakah diagnosis yang
paling tepat?
A. Kalazion
B. Hordeolum
C. Tumor palpebra
D. Folikulititis
E. Dakriosistitis
Pembahasan
• Laki-laki 34 tahun
• Benjolan di kelopak mata kiri sejak 4 hari lalu
• Konsistensi keras, nyeri, pseudoptosis, dan
hiperemis
• Diagnosis?
Hordeolum vs Chalazion
Variasi soal

BAGAIMANA MEMBEDAKAN
HORDEOLUM INTERNAL VS
EKSTERNAL?
“…benjolan pada tepi kelopak mata…” = Eksternal
Pilihan lain
• Kalazion: masa palpebra, keras, tidak nyeri
• Tumor palpebra: istilah terlalu umum,
biasanya bertambah besar dalam waktu
singkat
• Folikulititis: inflamasi pada folikel rambut
• Dakriosistitis: inflamasi pada saluran air mata,
bengkak dan nyeri pada regio inframedial, air
mata keluar berlebihan
A. Kalazion
B. Hordeolum
C. Tumor palpebra
D. Folikulititis
E. Dakriosistitis
7
Seorang perempuan usia 20 tahun datang dengan
keluhan mata merah sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluh mata gatal, sekret berair. Riwayat alergi bulu
kucing. Pada pemeriksaan terdapat injeksi konjungtiva
dan gambaran coble stone di palpebral. Terapi apa yang
akan anda diberikan?
A. Antihistamin
B. Antibiotik topikal
C. Anti jamur
D. Antiviral
E. Sikloplegik
Pembahasan
• Perempuan 20 tahun, mata merah sejak 1
minggu yang lalu.
• Mata gatal, sekret berair
• Riwayat alergi bulu kucing
• Injeksi konjungtiva dan gambaran coble stone
di palpebral.
– Diagnosis: konjungtivitis vernal
• Terapi?
Konjungtivitis Vernal
• Inflamasi kronik pada konjungtiva akibat reaksi
alergi (hipersensitivitas tipe I dan IV)
• Biasanya ada riwayat alergi pada individu
maupun keluarga
– Rinitis alergi, asma, eksim
– Paling sering pada laki-laki usia muda, pada musim
semi atau panas
Keratokonjungtivitis Vernal
3 Bentuk klinis:
Palpebral: bentuk jalan Bulbar: kongesti di limbus,
batu (cobblestone), jika muncul bulatan seperti
parah bisa hipertrofi dan tasbih (Tranta’s spots)
menjadi seperti bunga kol
(giant papillae)

Bisa juga bentuk Mix: gabungan Palpebral dan Bulbar


Penatalaksanan Konjungtivitis
(menurut PPK Fasyankes Primer)
Pemberian obat mata topikal
1. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol drops 6x1 atau salep
3x1 selama 3 hari.
2. Pada alergi: Flumetolon drops 2x1 selama 2 minggu.
3. Pada konjungtivitis gonore: Kloramfenikol drops 0,5-1% 1
tetes/jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000
U/kgBB tiap hari sampai tidak ditemukan kuman GO pada
sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
4. Pada konjungtivitis viral: Salep Acyclovir 3%, 5 kali sehari
selama 10 hari.

Flumetolon adalah kortikosteroid topikal. Penatalaksanaan


konjungtivitis vernal sebenarnya dapat menggunakan: antihistamin
topikal, NSAID, ataupun kortikosteroid. Bergantung pada keparahan
Pilihan lain
• Antibiotik: sekret masih jernih
• Anti jamur: tidak ada indikasi infeksi jamur
• Antiviral: masih akibat virus mungkin tapi
lebih mengarah pada etiologi alergi
• Sikloplegik: pelumpuh otot iris (midriatikum
atropin).
A. Antihistamin
B. Antibiotik topikal
C. Anti jamur
D. Antiviral
E. Sikloplegik
8
Seorang wanita 20 tahun datang dengan keluhan mata
kabur saat membaca jarak jauh. Pada pemeriksaan visus
mata kiri hasilnya 5/6 dan terkoreksi menjadi 6/6 dengan
lensa negatif. Kelainan yang terjadi adalah...
A. Bayangan difokuskan tepat di retina
B. Bayangan difokuskan di depan retina
C. Bayangan difokuskan di belakang retina
D. Bayangan difokuskan di depan dan belakang retina
E. Bayangan difokuskan pada beberapa titik
Pembahasan
• Wanita 20 tahun mata kabur saat membaca
jarak jauh
– Rabuh jauh
• Pada pemeriksaan visus mata kiri hasilnya 5/6
dan terkoreksi menjadi 6/6 dengan lensa
negatif
– Koreksi dengan lensa negatif  miopia
• Kelainan yang terjadi?
Pembahasan
“tidak mampu melihat benda di jarak jauh
dengan jelas”
• Ini jelas kasus rabun jauh (miopia)
Miopia
MIMI
MIopia=MInus
Bayangan jatuh di DEPAN retina

“Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang


menghasilkan tajam penglihatan terbaik”
Pilihan lain
• Bayangan difokuskan tepat di retina:
emetropia
• Bayangan difokuskan di belakang retina:
hipermetropia
• Bayangan difokuskan di depan dan belakang
retina: astigmat
• Bayangan difokuskan pada beberapa titik:
astigmat
A. Bayangan difokuskan tepat di retina
B. Bayangan difokuskan di depan retina
C. Bayangan difokuskan di belakang retina
D. Bayangan difokuskan di depan dan belakang
retina
E. Bayangan difokuskan pada beberapa titik
9
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke puskesmas
dengan kedua mata sering berair. Keluhan disertai dengan
mata pegal dan penglihatan kabur untuk melihat jauh. Pada
pemeriksaan fisik mata didapatkan segmen anterior tenang.
Hasil pemeriksaan visus didapatkan hasil sebagai berikut :
VOD 6/15 dengan koreksi S +0,75 menjadi 6/6 VOS 6/10
dengan koreksi S +0,50 menjadi 6/6. Apakah diagnosis yang
paling mungkin?
A. Hipermetropia
B. Anisometropia
C. Astigmatisme
D. Presbiopia
E. Miopia
Pembahasan
• Laki-laki 50 tahun kedua mata sering berair
• Mata pegal dan penglihatan kabur untuk
melihat jauh
• Segmen anterior tenang
• VOD 6/15 dengan koreksi S +0,75 jadi 6/6
• VOS 6/10 dengan koreksi S +0,50 jadi 6/6
• Diagnosis?
Pembahasan
• Jangan langsung buru-buru menjawab hipermetropia
jika visus membaik dengan lensa sferis positif
• Hipermetropia bisa terjadi pada semua usia karena
merupakan akibat dari panjang aksis bola mata
• Presbiopia mulai pada usia 40 tahun ketika lensa mata
tidak lagi seelastis usia muda
• Hipermetropia dan presbiopia bisa terjadi bersama-
sama dan gejalanya mirip (mata berair dan cepat lelah)
• Presbiopia juga tidak selalu simetris, tapi kanan kiri
harusnya tidak beda jauh
• Bagaimana membedakan Presbiopia dengan
Hipermetropia?
Membedakan Presbiopia dan
Hipermetropia
Hipermetropia butuh lensa sferis
positif untuk melihat jauh
-.-
Presbiopia butuh lensa sferis
positif untuk melihat dekat
-.-
Presbiopia
• “Mata tua” akibat kelemahan daya akomodasi
• Ditambahkan lensa sferis (+) sesuai usia untuk
membaca dekat
• Kekuatan lensa tambahan berdasarkan usia (atau
penglihatan terbaik di Jaeger chart)

+1 • 40-44 tahun +1D Mulai


sejak usia
+1,5 • 45-49 tahun 40 tahun!
Setiap +5
tahun,
+2 • 50-54 tahun
tambah
juga +0,5 D
(+0,5) • Setiap +5 tahun
A. Hipermetropia
B. Anisometropia
C. Astigmatisme
D. Presbiopia
E. Miopia
10
Seorang perempuan umur 35 tahun berobat ke Puskesmas
dengan keluhan pandangan mata kanan kabur secara tiba-tiba
sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai rasa nyeri saat mata
bergerak. Hasil pemeriksaan mata : visus mata kanan 20/80,
afferent papillary defect pada pupil OD, terdapat gangguan
pada penglihatan warna, dan defek pada lapang pandang
sentral. Apa diagnosis pasien ini?
A. Retinopati hipertensi
B. Retinal detachment
C. Optic neuritis
D. Hemianopsia unilateral
E. Maculopathy degenerative
Pembahasan
• Perempuan umur 35 tahun
• Pandangan mata kanan kabur secara tiba-tiba
sejak 3 hari yang lalu.
• Rasa nyeri saat mata bergerak
• Visus mata kanan 20/80
• Afferent papillary defect pada pupil OD,
• Gangguan penglihatan warna
• Defek lapang pandang sentral
• Apa diagnosis?
Pembahasan
• Sebagian besar pasti akan bingung dengan gejala soal ini
• Lakukan pendekatan eksklusi

A. Retinopati hipertensi
– Tidak ada riwayat HT
B. Retinal detachment
– Visus turun mendadak tapi tidak ada faktor risiko maupun gejala RD
(floaters, flashes of light, tirai)
C. Optic neuritis
– Mungkin
D. Hemianopsia unilateral
– Gangguan pada salah satu chiasma optic (perifer kiri atau kanan)
E. Maculopathy degenerative
– Usia pasien masih 35 tahun
Kita lihat gejala optic neuritis
1. Ada gejala penyakit viral sebelumnya
2. Visus turun mendadak, biasanya hanya pada satu mata
3. Dyschromatopsia: perubahan persepsi warna
4. Nyeri retro-orbital dan biasanya semakin para apabila mata
digerakkan
5. Afferent pupillary defect jika salah satu mata sehat
6. Skotoma sentral
7. Fotopsia
8. Papilitis, optic disc edema
9. Fenomena Uhthoff: visus semakin memburuk dengan aktivitas fisik
atau udara panas
10.Fenomena Pulfrich: benda yang bergerak lurus terlihat bergerak
melengkung (akibat konduksi asimetris antara nervus optikus)

Dan ternyata cocok!


A. Retinopati hipertensi
B. Retinal detachment
C. Optic neuritis
D. Hemianopsia unilateral
E. Maculopathy degenerative
11
Seorang perempuan 15 tahun datang ditemani ibunya,
keluhan keluar sekret kehijauan dan penciuman
berkurang sejak 3 hari lalu. Menurut ibu pasien, dari
hidung pasien tercium bau busuk. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan lubang hidung lapang tetapi terlihat banyak
krusta. Apa diagnosa yang tepat menurut anda?
A. Rinitis alergi
B. Rinitis medika mentosa
C. Rinitis ozaena
D. Rinitis vasomotor
E. Rinosinositis kronik
Pembahasan
• Perempuan 15 tahun keluar sekret kehijauan
dan penciuman berkurang sejak 3 hari lalu
• Dari hidung pasien tercium bau busuk
• Lubang hidung lapang tetapi terlihat banyak
krusta
• Diagnosa?
Rinitis Atrofik
Ozaena
• Kondisi kronik dengan penyebab yang belum diketahui
Tanda dan gejala:
• Krusta kering dan tebal di rongga hidung
• Atrofi mukosa hidung dan tulang di bawahnya
• Bau yang sangat busuk (foetor)
• Anosmia/cacosmia
• Perdarahan hidung (epistaksis)
• Obstruksi hidung
• Infeksi sekunder (deformitas, faringitis, otitis media)
Tatalaksana:
• Topikal – sistemik – pembedahan
Jenis Rinitis Lain
Rhinitis alergika
– Alergen
– Mukosa pucat
– Allergic shinner-salute-crease, dermatitis atopi
Rhinitis medikamentosa
– Riwayat vasokonstriktor topikal lama dan berlebihan
– Hidung tersumbat terus menerus
– Rhinoskopi: edema/hipertrofi konka
– Stop vasokonstriktor. Kortikosteroid PO dosis tinggi, tapp-off. Dekongestan PO.
Rhinitis vasomotor
– Keadaan idiopatik. Non-alergi/infeksi/hormonoal/obat-obatan
– Pencetus: bau menyengat, alkohol, makanan pedas, udara dingin, stres/emosi
– Hidung tersumbat bergantian sesuai posisi, sekret mukoid/serosa
Rhinitis akut (common cold, selesma)
– Durasi < 12 minggu (>12 minggu=kronik), etiologi: viral
– Hidung tersumbat, demam, bersin, sekret serosa
– Rhinoskopi: kavum nasi edema dan eritema, dan sekret (+).
A. Rinitis alergi
B. Rinitis medika mentosa
C. Rinitis ozaena
D. Rinitis vasomotor
E. Rinosinositis kronik
12
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa oleh ibunya
dengan keluhan sesak napas, demam, dan kesan nyeri
menelan. Hasil pemeriksaan fisik terdapat faring
hiperemis, limfadenopati coli, dan penampakan bullneck.
Ibu pasien mengaku imunisasi pasien tidak lengkap.
Imunisasi apa yang mempengaruhi keadaan tersebut?
A. BCG
B. Hib
C. DPT
D. Influenza
E. HepB
Pembahasan
• Anak laki-laki 7 tahun
• Sesak napas, demam, dan kesan nyeri
menelan
• Faring hiperemis, limfadenopati coli, dan
penampakan bullneck
• Imunisasi tidak lengkap
• Imunisasi yang kurang?
Difteri
Penyebabnya: Corynebacterium diphteriae

• Sakit tenggorokan
• Demam tidak tinggi, lemas
• Sakit kepala
• Serak
• Pseudomembran warna abu yang berdarah
jika diangkat
• Bull’s neck (limfadenopati servikal)
‘Pseudomembran’ Tonsilitis vs Difteri
Tatalaksana Difteria Tonsilitis
1. Anti Difteri Serum 20.000-100.000 U
2. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50
mg/kgBB/hari
3. Antipiretik
Pencegahan
Vaksin DPT (Difteri-Pertusis-Tetanus)

Kapan saja vaksin DPT


?
A. BCG
B. Hib
C. DPT
D. Influenza
E. HepB
13
Seorang laki-laki berusia 22 tahun datang dengan keluhan
nyeri tenggorokan sejak 5 hari. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan eksudat pada tonsil dan limfadenopati
cervicalis anterior. Apakah mikroorganisme yang sering
menyebabkan kondisi ini?
A. Streptococcus grup A
B. Streptococcus grup B
C. H. Influenzae
D. Rhinovirus
E. Corynebacterium diphteriae
Pembahasan
• Laki-laki 22 tahun nyeri tenggorokan.
• Eksudat pada tonsil
• Limfadenopati cervicalis anterior
– Kasus ini merupakan tonsilitis akut pada dewasa,
biasanya lebih sering terjadi pada anak.
– Etiologi biasanya akibat streptokokus (anak) atau
rhinovirus (bayi)
• Mikroorganisme penyebab tersering?
Strep Throat
Etiologi: GAS (Group A Streptococcus)
• Sakit tenggorokan/sakit HATI-HATI apabila
menelan mendapatkan pasien
• Demam tinggi nyeri tenggorokan
• Tidak batuk tanpa batuk!
• Tonsil hiperemis dan Terutama anak-anak
bengkak, kadang detritus karena komplikasinya
• Petekiae di palatum berbahaya
• Nyeri kepala, mual, muntah Curiga etiologi
• Pembesaran KGB leher Streptokokus Grup A!
• Bintik kemerahan di tubuh CEK KGB servikalis
anterior!
Komplikasi
• Otitis media/mastoiditis
• Sinusitis
• Demam rematik
• Glomerulonefritis pasca streptokokus
• Demam Skarlet
• Abses peritonsil
A. Streptococcus grup A
B. Streptococcus grup B
C. H. Influenzae
D. Rhinovirus
E. Corynebacterium diphteriae
14
Laki-laki berusia 55 tahun datang dengan keluhan mulut mencong
sejak 6 jam yang lalu. Keluhan disertai nyeri pada telinga. Keluhan
bertambah parah ketika daun telinga ditarik dan keluar cairan kuning
kental dari telinga. Pasien memiliki riwayat DM tipe 2 sejak beberapa
tahun terakhir. Pemeriksaan fisik : pinna lunak, meatus akustikus
eksterna hiperemis dan edema. Pemeriksaan otoskop: membran
timpani buram dan kaku. Pemeriksaan lab: leukosit 5000. Apakah
diagnosis pada pasien ini?
A. OMK
B. OMA
C. OE maligna
D. Bells palsy
E. Kolesteatoma
Pembahasan
• Laki-laki 55 tahun
• Mulut mencong sejak 6 jam
• Nyeri pada telinga
• Bertambah parah ketika daun telinga ditarik dan keluar cairan
kuning kental dari telinga
• Riwayat DM tipe 2
• Pinna lunak, meatus akustikus eksterna hiperemis dan edema
• Membran timpani buram dan kaku
• Pemeriksaan lab: leukosit 5000
– Pikirkan kelainan telinga yang juga disertai defek neurologis! Otitis tipe
maligna tentunya
• Diagnosis?
Otitis eksterna tipe bahaya (maligna)
Otitis eksterna yang menyerang tulang dari kanal telinga mencapai dasar tulang
tengkorak, dapat mencapai nervus kranial atau otak. Penyebab tersering:
pseudomonas

Faktor risiko
• Kemoterapi
• Diabetes
• Penurunan kekebalan tubuh

Gejala:
• Cairan keluar dari telinga terus menerus, warna hijau atau kuning dan bau busuk
• Nyeri telinga
• Penurunan pendengaran
• Gatal
• Demam
• Sulit menelan
• Lemah pada otot wajah (biasanya nervus VII)
Pilihan lain
• OMA: <2 bulan, tergantung stadium tapi
biasanya telinga tengah dan membran timpani
bermasalah
• OMK: OMA >2 bulan
• Bells palsy: palsy saraf kranial VII juga, tapi
idiopatik
• Kolesteatoma
A. OMK
B. OMA
C. OE maligna
D. Bells palsy
E. Kolesteatoma
15
Seorang laki-laki berusia 68 tahun mengeluh penurunan
pendengaran sejak sebulan terakhir. Pada pemeriksaan
dengan otoskop, membran timpani intak. Pada
pemeriksaan telinga, Rinne (+) dan Swabach memendek.
Pada pemeriksaan audiometri, nilai ambang batas turun.
Apakah diagnosis yang paling tepat?
A. Presbikusis
B. OMSK
C. OMSA
D. Otosklerosis
E. Noise-induced hearing loss (NIHL)
Pembahasan
• Laki-laki 68 tahun
• Penurunan pendengaran sebulan terakhir
• Membran timpani intak
• Rinne (+) dan Swabach memendek
– Tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiometri: nilai ambang batas
turun
• Diagnosis?
Presbikusis
• Telinga tua
• Tulis sensorineural frekuensi tinggi (>1000Hz)
• Bilateral, kronis progresif, mulai di atas 65 tahun
• Akibat degenerasi koklea dan N VIII
• 4 jenis: sensorik, neural, metabolik, mekanik
• Keluhan: tinitus, cocktail party deafness, nyeri bila ada
suara intensitas tinggi.
• Tatalaksana:
1. Alat bantu dengar
2. Speech reading
3. Auditory training
Hasil Audiometri
• Penurunan tajam pendengaran setelah
frekuensi 2000 Hz, bilateral, simetris
Tuli akibat bising (NIHL)
• Riwayat paparan bising jangka panjang
• Tes penala  tuli sensorineural
• Mirip dengan presbikusis:
• Sulit komunikasi jika latar belakang bising (Cocktail
party deafness)
Hasil Tes Pendengaran
RINNE WEBER SCHWABACH DIAGNOSIS

Positif Tidak ada Sama Normal


lateralisasi
Negatif Lateralisasi Memanjang Tuli
ke telinga Konduktif
yang sakit
Positif Lateralisasi Memendek Tuli
ke telinga Sensori-
yang sehat neural
A. Presbikusis
B. OMSK
C. OMSA
D. Otosklerosis
E. Noise-induced hearing loss (NIHL)
16
Laki- laki usia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri
menelan sejak 4 hari lalu. Keluhan ini didahului batuk
pilek 1 minggu sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik:
tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi napas dalam
batas normal, tetapi suhu 38°C, tonsil hiperemis, T2/T2,
kripta melebar, detritus +, dan faring hiperemis. Apa
diagnosis pasien ini?
A. Tonsilitis akut
B. Tonsilitis kronis
C. Tonsillofaringitis
D. Faringitis akut
E. Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
Pembahasan
• Laki- laki 58 tahun
• nyeri menelan sejak 4 hari, didahului batuk
pilek 1 minggu sebelumnya
• Suhu 38°C
• Tonsil hiperemis, T2/T2, kripta melebar,
detritus +, dan faring hiperemis
• Diagnosis?
Tonsilitis Akut vs Kronik
Tonsillitis Akut (GABHS,
pneumococcus, S. viridan, Tonsilitis Kronik Tonsilitis difteri:
S. pyogenes):
• Tonsil ≥ T2. • Tonsil membesar, • Tonsil membengkak
• Detritus. permukaan yang tidak ditutupi bercak putih kotor
• Detritus saja  Tonsilitis rata, kriptus melebar dan yang makin lama makin
folikularis berisi detritus. meluas
• Detritus bergabung, • Pembesaran kelenjar limfe • Pseudomembran yang
membentuk alur  submandibula dan tonsil berdarah jika diangkat
Tonsillitis lakunaris yang mengalami
perlengketan.
• Palatum mole, arkus
anterior dan arkus • Halitosis, terasa kering
posterior udem dan
hiperemis.
• Kelenjar limfe leher dapat
membesar
• Nyeri tekan, odinofagia,
otalgia
• Demam, malaise
Tonsilitis
Faringitis
• Faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus influenza, coxsackievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan
Viral eksudat). Coxsachievirus: lesi vesikular di orofaring + lesi kulit berupa maculopapular rash

• Tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis , eksudat. Beberapa hari kemudian: bercak petechiae pada
Bakterial palatum & faring. limfadenopati anterior, kenyal dan nyeri tekan

• Plak putih di orofaring dan pangkal lidah, mukosa faring hiperemis


Fungal

• Kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia, mukosa dinding posterior tidak rata dan
Kronik bergranular
hiperplastik

• Mukosa faring ditutupi lendir yang kental, bila diangkat tampak mukosa kering
Konik atrofi

• Granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring


Tuberkulosa
A. Tonsilitis akut
B. Tonsilitis kronis
C. Tonsillofaringitis
D. Faringitis akut
E. Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
17
Seorang anak laki-laki datang diantar ibunya ke puskesmas
dengan keluhan bengkak pada pipi sebelah kanan, awalnya
keluhan nya hanya sebelah saja, keluhan disertai demam 2
hari. Anak juga tidak mau buka mulut, berbicara, atau makan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bengkak di daerah
submandibula dekstra dengan diameter 4-5 cm, bentuk oval,
merah, dan tidak ada nyeri. Komplikasi yang mungkin terjadi
pada anak setelah dewasa adalah
A. Nefritis
B. Orkitis
C. Ketulian
D. Sistitis
E. Defek tulang wajah
Pembahasan
• Anak laki-laki
• Bengkak pada pipi sebelah kanan, awalnya
keluhan nya hanya sebelah saja, keluhan
disertai demam 2 hari
• Tidak mau buka mulut, berbicara, atau makan.
Bengkak di daerah submandibula dekstra,
diameter 4-5 cm, bentuk oval, merah, dan
tidak ada nyeri
• Komplikasi saat dewasa?
Mumps (Gondongan)
• Infeksi akibat virus pada kelenjar parotis (air liur), dapat
dicegah dngan vaksin MMR (Measles-Mumps-Rubella)
Tanda dan gejala:
1. Demam
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot
4. Lelah
5. Hilang nafsu makan
6. Kelenjar air liur bengkak dan nyeri pada salah satu
atau keduanya (parotis)
Komplikasi Mumps
• Orchitis (komplikasi paling sering pada laki-
laki yang sudah puber 20-30%, 10-30%
bilateral,muncul 1-2 minggu setelah parotitis)
• Encephalitis
• Meningitis
• Oophoritis (inflamasi ovarium) dan/atau
mastitis
• Tuli (pada soal ini juga ada komplikasi ini, tapi
lebih sering terjadi orkitis)
A. Nefritis
B. Orkitis
C. Ketulian
D. Sistitis
E. Defek tulang wajah
18
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan
keluhan suara hilang sejak 2 hari SMRS. Satu minggu lalu
pasien memiliki riwayat batuk pilek dan demam tidak
terlalu tinggi. Pasien juga mengeluhkan nyeri di
tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan faring
tidak hiperemis, tonsil T1/T1 dan tidak hiperemis.
Diagnosisnya yang tepat pada pasieni ini adalah…
A. Tonsilitis akut
B. Faringitis akut
C. Epiglotis akut
D. Bronkitis akut
E. Laringitis akut
Pembahasan
• Perempuan 25 tahun
• Suara hilang sejak 2 hari SMRS
• Riwayat batuk pilek dan demam tidak terlalu
tinggi
• Nyeri di tenggorokan
• Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 dan tidak
hiperemis
– Bukan faringitis, bukan tonsilitis
• Diagnosis?
Pembahasan
• Inflamasi yang berhubungan dengan
pengeluaran suara: Laringitis, karena pita
suara ada di laring.
A. Tonsilitis akut
B. Faringitis akut
C. Epiglotitis akut
D. Bronkitis akut
E. Laringitis akut
19
Seorang bayi laki-laki berusia 7 minggu dibawa
ibunya karena terkesan sesak dan nafasnya
berbunyi. Keluhan bertambah hebat apabila pasien
terlentang dan menangis. Apakah diagnosa pasien
ini?
A. Laringotrakeobronkitis
B. Laringomalasia
C. Sumbatan benda asing
D. Laryngitis akut
E. Bronkhitis
Pembahasan
Seorang bayi laki-laki berusia 7 minggu dibawa
ibunya karena terkesan sesak dan nafasnya
berbunyi. Keluhan bertambah hebat apabila
pasien terlentang dan menangis. Apakah
diagnosa pasien ini?
Laringomalasia
Kelainan kongenital laring tersering penyebab stridor

Tanda:
• Bising inspirasi
• Bising meningkat
saat tidur
terlentang atau
menangis, setelah
minum, ISPA
• Kadang ada
refluks
• Tapi bayi biasanya
masih bertumbuh
dengan baik
• Epiglotis

90% sembuh dengan sendirinya setelah usia 2 tahun


menggulung
(Omega sign) Ω
Pilihan lain
• Laringotrakeobronkitis (croup)
– Sesak, batuk menggonggong, “steeple sign”
• Benda asing
– Distres nafas akut
• Laringitis
– Serak, akut, laring hiperemis
• Bronkhitis
– Sesak, mukus kental, wheezing
• Epiglotitis
– Sesak , “thumb print sign”
Steeple Sign

• Steeple : menara gereja


• Steeple sign disebut juga pencil-point sign
• Gambaran trakea menyempit di subglotis dan hipofaring membalon
• Disebabkan oleh penyakit Krup (batuk menggonggong/laringotrakeobronkitis)
Vallecula dan Thumb Sign

Epiglotitis
• Panah: Vallecula sign + (airspace valekula berkurang)
• Segitiga: Thumb sign + (penebalan radang epiglotis)
A. Laringotrakeobronkitis
B. Laringomalasia
C. Sumbatan benda asing
D. Laryngitis akut
E. Bronkhitis
20
Seorang wanita berusia 36 tahun datang ke RSUD dengan
keluhan pilek sejak 2 minggu yang lalu. Pilek disertai ingus
berwarna kuning kehijauan dan berbau busuk. Terasa nyeri
tekan di pipi kanan dan pada saat menunduk terasa seperti
tertekan. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior telihat konka
media oedem dan terdapat sekret mukopurulen. Apakah
pemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk pasien ini?
A. Lateral
B. Waters
C. Schedel
D. Schuller
E. Nasal
Pembahasan
• Wanita 36 tahun
• Pilek sejak 2 minggu yang lalu, disertai ingus
berwarna kuning kehijauan dan berbau busuk.
• Konka media oedem, sekret mukopurulen
– Sinusitis maksila/etmoid anterior/frontal
• Nyeri tekan di pipi kanan dan pada saat
menunduk terasa seperti tertekan
– Sinusitis maksilaris!
• Pemeriksaan penunjang?
Kriteria Diagnosis Rinosinusitis Akut AAO

Sekurangnya 2 faktor mayor, yang salah satu harus:


1. hidung tersumbat, atau
2. keluar sekret dari hidung atau post-nasal discharge yang purulen
dan dapat disertai:
1. nyeri pada wajah
2. hiposmia / anosmia
HARUS KURANG DARI 12 minggu untuk akut!
Paling sering

Paling sering

Sphenoid Sinus
Pemeriksaan
Rinoskopi anterior:
• Edema dan hiperemia konka
• Sekret mukopurulen
– Jika di meatus media: sinusitis maksila/etmoid anterior/frontal
– Jika di meatus superior: sinusitis etmoid posterior/sfenoid

Klasifikasi Rinosinusitis akut


1. Rinosinusitis akut viral (common cold): Bila durasi gejala < 10 hari
2. Rinosinusitis akut pasca-viral:
a. Peningkatan intensitas gejala setelah 5 hari, atau
b. Persisten > 10 hari namun masih < 12 minggu
3. Rinosinusitis akut bakterial: (minimal 3 gejala di bawah)
a. Sekret berwarna atau purulen
b. Nyeri pada wajah
c. Demam, suhu > 38°C
d. Peningkatan LED / CRP
e. Double sickening (perburukan setelah perbaikan)
Gejala PENTING!
Lokasi sinusitis berdasarkan Nyeri tekan!
• Pipi  maksila
• Antara/belakang bola mata  etmoid
• Dahi atau seluruh kepala frontal
• Verteks/oksipital/belakang bola mata/mastoid
 sfenoid (paling jarang)
Pemeriksaan Sinusitis
• Jika ditanya pemeriksaan penunjang
apa?
– Sudah pasti X-ray berdasarkan letak sinus
• Jika ditanya pemeriksaan penunjang
baku emas apa?
– Sudah pasti CT scan
Caldwell: Sinus Frontal dan
Waters: Sinus Maksila
(etmoid)

Submentoverteks: fraktur zigoma Schuller: Mastoid


A. Lateral
B. Waters
C. Schedel
D. Schuller
E. Nasal
21
Seorang anak laki-laki usia 13 tahun dibawa ibunya ke IGD
dengan keluhan lemas sejak 1 hari yang lalu. Sejak 1 bulan
terakhir pasien dilaporkan sering haus, sering kencing saat
malam hari, dan mengalami penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan didapatkan somnolen, mata cowong, turgor kulit
kembali lambat, TD 80/60 mmHg, nadi 130 x/menit, RR 12
x/menit, suhu 37,2°C, GDS 400 mg/dL, keton (+++). Apakah
penyebab dari kondisi yang dialami anak tersebut ?
A. Defisiensi insulin absolut
B. Defisiensi insulin relatif
C. Defisiensi glukagon absolut
D. Defisiensi glukagon relatif
E. Defisiensi glukosa
Soal To The POIN
• Gejala diabetes awitan usia dini adalah tanda
diabetes melitus tipe 1 (DMT1)
• Pada kondisi ini patofisiologinya bukan seperti
resistensi insulin pada DM tipe 2.
• Pada DM tipe 1 terjadi defisiensi insulin absolut.
Sel beta pankreas tidak memproduksi insulin.
• Pasien anak ini mengalami gejala diabetik
ketoasidosis (DKA) akibat DMT1
– Shock
– Gula darah 400 mg/dL
– Keton positif
A. Defisiensi insulin absolut
B. Defisiensi insulin relatif
C. Defisiensi glukagon absolut
D. Defisiensi glukagon relatif
E. Defisiensi glukosa
22
Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke
RSUD dengan keluhan BB meningkat 10 kg dalam 3
bulan terakhir. Keluhan di sertai dengan tidak tahan
dingin, dan konstipasi .Manakah pemeriksaan
penunjang yang tepat?
A. TSH dan TT4
B. TSH, TT4, dan thyroid peroxidase (TPO)
C. TSH, FT3, dan FT4
D. FT4 dan TT4
E. FT3, FT4, dan TPO
Pembahasan
• Perempuan 65 tahun
• BB meningkat 10 kg dalam 3 bulan terakhir.
Tidak tahan dingin
• Konstipasi
– Diagnosis kerja anda: Hipotiroid
• Pemeriksaan penunjang?
Hipotiroidisme
Kurang hormon tiroid, metabolisme menurun
Tanda dan gejala yang muncul: (berlawanan dengan hipertiroidisme)
1. BB naik
2. Bicara dan gerak lambat
3. Kulit kering, pucat, kuning
4. Rambut gampang patah
5. Bengkak periorbita
6. Sistol turun, diastol naik
7. Bradikardia
8. Tidak tahan udara dingin
9. Edema pitting/non pitting
10. Goiter bisa difus atau nodular
Pemeriksaan Lab
Hipotiroid
• TSH dan free T4
langsung dites secara
bersamaan!
• TPO dites jika ada
kecurigaan Hashimoto
(hasilnya akan + jika
Hashimoto)
• TT4 (total T4) kadang
terpengaruh dengan
kadar protein .
• Free T4 adalah T4 yang
tidak terikat protein dan
merupakan bentuk aktif
sehingga lebih akurat.

http://www.aafp.org/afp/2012/0801/p244.html
Ingat Mekanisme Feedback Tiroid

TSH: Thyroid Stimulating Hormone  Tugasnya


menstimulasi pituitary jika T4 (tiroid) sedikit
sehingga akan diproduksi lagi. Jadi kalau sudah
banyak tiroid, TSH akan rendah
A. TSH dan TT4
B. TSH, TT4, dan thyroid peroxidase (TPO)
C. TSH, FT3, dan FT4
D. FT4 dan TT4
E. FT3, FT4, dan TPO
23
Perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan benjolan di
leher yang terasa nyeri sejak 4 hari yang lalu. Keluhan ini
disertai demam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil:
tanda vital dalam batas normal kecuali suhu 38°C, pada
pemeriksaan leher teraba massa lunak difus, mudah
digerakkan, dan ikut bergerak ketika menelan. Hasil
pemeriksaan lab: leukosit 13000, TSH turun, T3 dan T4 naik.
Apa diagnosis yang tepat pada pasien ini?
A. Tiroiditis
B. Karsinoma tiroid
C. Struma nodosa toksik
D. Struma difusa non toksik
E. Struma nodosa non toksik
Pembahasan
• Perempuan 20 tahun
• Benjolan di leher yang terasa nyeri sejak 4 hari
yang lalu disertai demam (suhu 38°C)
– Tanda inflamasi akut
• Massa lunak difus, mudah digerakkan, dan ikut
bergerak ketika menelan
– Massa hampir pasti adalah kelenjar tiroid
• Leukositosis, TSH turun, T3 dan T4 naik
– Menunjan terjadinya infeksi pada tiroid
• Diagnosis?
Tiroiditis
Adanya nyeri pada kelenjar tiroid membedakan tiroiditis dengan pilihan
jawaban lain yang kebetulan etiologinya buka penyakit inflamasi

Tiroiditis akut
• Demam 38-40°C.
• Akut
• Nyeri pada leher,
• Kelenjar tiroid eritema, bengkak, dan nyeri,
• Limfadenopati regional

Tiroiditis Subakut
• Demam
• Tanda tirotoksikosis
• Kelenjar tiroid membesar dan nyeri, semakin nyeri jika leher ekstensi
A. Tiroiditis
B. Karsinoma tiroid
C. Struma nodosa toksik
D. Struma difusa non toksik
E. Struma nodosa non toksik
24
Pasien laki-laki, usia 53 tahun datang dengan keluhan
penurunan berat badan, peningkatan nafsu makan, dan
kencing terus menerus. Pada pemeriksaan fisik, berat
badan saat ini 75 kg, tinggi badan 160 cm, tanda-tanda
vital dalam batas normal, dan GDS 278 mg/dL. Terapi
yang diberikan adalah…
A. Glibenklamid
B. Metformin
C. Glimipirit
D. Acarbose
E. Sitagliptin
Pembahasan
• Pasien laki-laki, usia 53 tahun datang dengan
keluhan penurunan berat badan, peningkatan
nafsu makan, dan kencing terus menerus
– Gejala klasik DM
• BB 75 kg, tinggi badan 160 cm
• GDS 278 mg/dL
– Diagnosis DMT2
• Terapi?
Soal ini:
• Dengan keluhan
klasik
• GDS 278 mg/dL
Kriteria pengendalian DM

Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih
tinggi dari biasa (puasa < 150 mg/dl, dan sesudah makan < 200 mg/dl),
demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan lain-lain, mengacu pada batasan
kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus
pasien usia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek
samping dan interaksi obat.
OHO
“OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons
kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal.”

Cara Kerja:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
C. Penghambat glukoneogenesis: metformin
D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
E. DPP-IV inhibitor

Cara Pakai:
1. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan. Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum
makan
2. Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan
3. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama suapan pertama
4. Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan
5. DPP-IV inhibitor: bersama makan dan atau sebelum makan
Efek Biguanida (Metformin)
• Meningkatkan
sensitifitas insulin
• Mengurangi
glukoneogenesis
• Memperbaikin
pengambilan
glukosa di perifer
• Menurunkan berat
badan
Pemilihan obat anti hiperglikemi
• Pasien baru terdiagnosis DM tipe 2
• Selain DM, ingat:
• Berat badan 75 kg, tinggi badan 160 cm
• Hampir obes (IMT 29an)
• Obat antihiperglikemi dengan efek penurunan
berat badan: METFORMIN
• JANGAN LUPA: tetap edukasi modifikasi gaya
hidup dan menurunkan BB dengan aktivitas fisik
yang teratur dan sesuai dengan berat badan
A. Glibenklamid
B. Metformin
C. Glimipirit
D. Acarbose
E. Sitagliptin
25
Seorang pasien perempuan berusia 40 tahun
datang dengan keinginan untuk kurus. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil IMT 35. Apakah
diet yang tepat anda sarankan pada pasien ini?
A. Diet rendah lemak
B. Diet rendah gula
C. Diet rendah protein
D. Diet rendah kalori
E. Diet rendah kolesterol
IMT untuk Populasi Asia?
Cut-off IMT sebaiknya tetap diklasifikasi secara internasional
(tidak ada cut-off khusus populasi Asia)

IMT:
• >25 kg/m2 : Overweight
• >30 kg/m2 : Obese
– Obese class 1 : 30-34.9 kg/m2
– Obese class 2 : 35-39.9 kg/m2
– Obese class 3 : >40 kg/m2

Tapi Pada populasi Asia, IMT 22 sudah berisiko dan 27,5


berisiko tinggi untuk DM dan penyakit kardiovaskular

WHO Expert Consultation. Lancet. 2004 Jan 10;363(9403):157-63. Appropriate body-mass index for Asian
populations and its implications for policy and intervention strategies.
Baca
The Practical Guide Identification, Evaluation, and
Treatment of Overweight and Obesity in Adults
• Target penurunan BB hanya 5-10% per 6 bulan
• Pengurangan 500-1000 kalori per hari akan memenuhi
target penurunan BB yang direkomendasikan (0,5-1 kg
per minggu)
– Perempuan amannya makan 1000-1200 kalori/hari
– Laki-Laki amannya makan 1200-1600 kalori/hari
• Ingat! Yang Penting adalah kalorinya, makanan
berlemak mungkin banyak kalori, tapi kalau hanya
berusaha mengurangi lemak dengan kalori tetap, BB
akan tetap naik!

https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/prctgd_c.pdf
Perubahan Gaya Hidup
• Seperti matematika, berat badan tergantung
pada keseimbangan energi MASUK (kalori dari
makanan-minuman) dengan energi KELUAR
(aktivitas fisik)
• Makanan sehat
– Tinggi serat, rendah lemak jenuh,
• Lingkungan harus mendukung perubahan
aktivitas dan pola makan
• IMT >35 boleh pertimbangkan operasi

https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/obe/treatment
A. Diet rendah lemak
B. Diet rendah gula
C. Diet rendah protein
D. Diet rendah kalori
E. Diet rendah garam
26
Seorang perempuan berusia 27 tahun datang dengan
keluhan wajah membulat dan ditumbuhi rambut. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan obesitas sentral dengan
peripheral wasting. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan tes supresi dexametason tidak tersupresi.
Diagnosis yang tepat adalah …
A. Penyakit Cushing
B. Cushing syndrome
C. Adenoma hipofisis pensekresi ACTH
D. Ectopic ACTH syndrome
E. Penyakit Addison
Pembahasan
• Perempuan 27 tahun
• Wajah membulat dan ditumbuhi rambut
– Moon face: hiperkortisol
• Obesitas sentral dengan peripheral wasting
– Cushing’s!
• Tes supresi dexametason tidak tersupresi
– Apa artinya?
• Diagnosis?
Cushing’s Syndrome
Kelebihan hormon kortisol
Tanda sering:
• Moon face
Kata kunci: moon face, • Pertumbuhan terhambar
penggunaan steroid jangka • Obesitas sentral (ekstremitas kurus)
panjang. • Depresi
• Lesu
• Cepat haus, cepat pipis
Tanda-tanda pada soal ini: • Kulit sering terinfeksi
• Striae
• Gemuk • Gampang memar
• Menstruasi tidak teratur • Buffalo hump
• mudah lelah Perempuan:
• cepat lupa • Rambut halus di wajah, leher, dada,
abdomen, paha
• TD 180/100 • Menstruasi ireguler
• Wajah moon face
Laki-laki:
• stria-stria warna kemerahan di • Gairah seks berkurang
abdomen • Disfungsi ereksi
Sindrom Cushing’s

Ingat selalu patofisiologinya adalah kelebihan kortisol!


Regulasi
Kortisol
Apa penyebab hiperkortisolnya?
Walaupun gejalanya mirip (hiperkortisol), Cushing
Syndrome dan Cushing Disease TIDAK SAMA!
• Cushing syndrome:
– Hiperkortisolis oleh sebab apapun
– ACTH dependent atau independent
– Lebih sering terjadi
• Cushing disease:
– Hiperkortisol spesifik oleh sebab tumor pitiutari
– Tumor pitiutari menyebabkan kelenjar ini
mengeluarkan ACTH terlalu banyak, ACTH ini
membuat kelenjar adrenal memproduksi kortisol
terlalu banyak juga
– Lebih jarang terjadi
Pendekatan Diagnostik Cushing’s
Sesuai algoritma,
yang harus
dipastikan dahulu
adalah: apakah
kadar kortisolnya
memang tinggi!
Lalu ACTH, kalau
tinggi artinya ACTH
dependen.
Pada kasus ini
langsung ada hasil
tes supresi
dexametason
negatif artinya
Ectopic Cushing
Apa Arti Dexamethasone Suppresion
Test Tidak Tersupresi
• Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sekresi ACTH dari pituitari dapat disupresi
(ada yang low dose, ada yang high dose).
• Tujuan: untuk mengetahui
sindrom Cushing akibat apa
• Normalnya, kortisol akan turun setelah diberi
Dex.
• Tapi, jika naik artinya ada TIGA:
TIGA penyebab Cushing Syndrome
berdasarkan hasil Dex suppression test
1. Akibat tumor adrenal
• Low-dose: kortisol darah tidak turun
• ACTH level: rendah (ACTH independen)
• In most cases, the high-dose test is not needed
2. Akibat tumor pituitary tumor (Cushing disease)
• Low-dose test: kortisol darah tidak turun
• High-dose test: kortisol darah turun
3. Akibat tumor yang memproduksi ACTH ektopik
• Low-dose: kortisol darah tidak turun
• ACTH level: tinggi (ACTH dependen)
• High-dose test: kortisol darah tidak turun (tes dex negatif)
Pembahasan
• Jadi pada kasus ini, terjadi sindrom Cushing
yang penyebabnya adalah tumor ektopik yang
memproduksi ACTH
A. Penyakit Cushing
B. Cushing syndrome
C. Adenoma hipofisis pensekresi ACTH
D. Ectopic ACTH syndrome
E. Penyakit Addison
27
Seorang wanita 55 tahun dibawa ke UGD RS karena penurunan
kesadaran. Sebelumnya pasien mengeluhkan jantung berdebar-debar,
berkeringat dingin, dan tangan gemetar. Pasien memiliki riwayat DM
sejak 5 tahun yang lalu. Selama 2 hari ini pasien merasa mual dan tidak
mau makan, tapi tetap menggunakan insulin sesuai dengan dosis
dokter. Tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/m, respirasi
20 x/m, suhu 37°C. Pada pemeriksaan penunjang: GDS 32 mg/dL. Apa
terapi awal untuk pasien ini?
A. Glukosa intravena
B. Sulfonil urea
C. Biguanide
D. Tiazolidindion
E. Akarbose
Pembahasan
• Wanita 55 tahun, penurunan kesadaran
• Jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, dan tangan
gemetar. Riwayat DM sejak 5 tahun
– Gejala hipoglikemia
• 2 hari ini pasien merasa mual dan tidak mau makan, tapi
tetap menggunakan insulin sesuai dengan dosis dokter
– Memungkinan menjadi hipoglikemia
• TD 110/70 mmHg, nadi 90 x/m, respirasi 20 x/m, suhu 37°C
• GDS 32 mg/dL
– Hipoglikemia
• Terapi awal?
Hipoglikemia
“Glukosa darah < 60 mg/dl atau < 80 mg/dl + gejala klinis”

Dapat terjadi karena:


1. Kelebihan dosis obat, terutama insulin atau obat
hipoglikemia oral yaitu sulfonilurea.
2. Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun; gagal
ginjal kronik, dan paska persalinan.
3. Asupan makan tidak adekuat: jumlah kalori atau waktu
makan tidak tepat.
4. Kegiatan jasmani berlebihan.
Tatalaksana segera!
Koma atau tidak sadar:

• Bolus 2 flakon (50ml) Dekstrose 40%


• Diberikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam perkolf.
• Periksa GDS setiap satu jam setelah pemberian dekstrosa 40%
a. GDS < 50 mg/dL bolus dekstrosa 40 % 50 mL IV.
b. GDS <100 mg/dL bolus dekstrosa 40 % 25 mL IV.
c. GDS 100 – 200 mg /dL tanpa bolus dekstrosa 40 %.
d. GDS > 200 mg/dL turunkan kecepatan drip dekstrosa 10 %.

Jika sadar:
• Gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen atau gula murni (bukan pemanis
pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
• Stop obat hipoglikemik sementara. Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam.
• Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar).
• Cari penyebab hipoglikemia
A. Glukosa intravena
B. Sulfonil urea
C. Biguanide
D. Tiazolidindion
E. Akarbose
28
Perempuan berusia 40 tahun dibawa ke UGD RS dengan
keadaan tidak sadar sejak 5jam yang lalu. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan turgor kulit menurun, mata cekung, dan akral
dingin. Pasien sudah menderita DM sejak 3 tahun terakhir
namun tidak terkontrol. Pada pemeriksaan lab: GDS 400
mg/dL, AGD pH <7,35, HCO3 <19 mEq/L, PaCO2 45 mmHg,
anion gap 20 mEq/L, dan keton +++. Apa penanganan awal
yang tepat pada pasien tersebut?
A. Pemberian oksigen
B. Resusitasi cairan
C. Resusitasi cairan dan pemberian insulin
D. Pemberian insulin
E. Pemberian kalium
Pembahasan
• Perempuan 40 tahun
• Tidak sadar sejak 5jam yang lalu
• Turgor kulit menurun, mata cekung, dan akral dingin
– Hipo atau hiperglikemia
• Pasien sudah menderita DM sejak 3 tahun terakhir
namun tidak terkontrol
– Hipo atau hiperglikemia
• GDS 400 mg/dL, AGD pH <7,35, HCO3 <19 mEq/L,
PaCO2 45 mmHg, anion gap 20 mEq/L, dan keton +++
– Ketoasidosis diabetik
• Penanganan awal?
Kriteria Diagnostik KAD
• GD > 250 mg/dL
• pH <7.3
• Bikarbonat: < 15 mEq/L
• Keton urin: ≥3+
• Ketone serum: +
• Osmolalitas: variabel
http://www.aafp.org/afp/2013/0301/afp20130301p337-f1.pdf
Rangkuman Tatalaksana KAD
• Nomer satu pastikan diagnosis KAD sudah benar
• Langsung resusitasi cairan 1L NaCL dalam 1 jam
• Cek kadar K dulu sebelum masuk insulin
• Cek kadar Na dan GDS untuk maintenance cairan
NaCl
• Insulin sesuai kebutuhan
• Cek pH untuk tahu kebutuhan koreksi bikarbonat

http://www.aafp.org/afp/2013/0301/p337.html
A. Pemberian oksigen
B. Resusitasi cairan
C. Resusitasi cairan dan pemberian insulin
D. Pemberian insulin
E. Pemberian kalium
29
Seorang laki-laki usia 45 tahun, datang untuk
pemeriksaan kesehatan. Dari Pemeriksaan didapatkan BB
95 kg, TB 170 cm, lingkar perut 100 cm. TD 130/90
mmHg, nadi 94x/menit, LDL 230 mg/dL, HDL 100 mg/dL,
trigliserida 170 mg/dL, GDS 230 mg/dL, dan GDP
150mg/dL. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka pasien
tersebut menderita …
A. Dislipidemia
B. DM tipe 2
C. Obesitas
D. Sindrom metabolik
E. Hiperkolesterolemia
Soal To The POIN
• Laki 45 tahun
• BB 95 kg, TB 170 cm, lingkar perut 100 cm
– IMT 32, Obesitas grade I
• TD 130/90 mmHg, nadi 94x/menit
– Belum hipertensi
• LDL 230 mg/dL, HDL 100 mg/dL, trigliserida 170 mg/dL
– Dislipidemia
• GDS 230 mg/dL, GDP 150mg/dL
– DM tipe 2 (sindrom resistensi insulin)
• Diagnosis?
– Ketika ada pasien dengan resistensi insulin, dan salah dua dari:
gemuk/dislipidemia/hipertensi/microalbuminuria  Sindrom
Metabolik!
IMT untuk Populasi Asia?
Cut-off IMT sebaiknya tetap diklasifikasi secara internasional
(tidak ada cut-off khusus populasi Asia)

IMT:
• >25 kg/m2 : Overweight
• >30 kg/m2 : Obese
– Obese class 1 : 30-34.9 kg/m2
– Obese class 2 : 35-39.9 kg/m2
– Obese class 3 : >40 kg/m2

Tapi Pada populasi Asia, IMT 22 sudah berisiko dan 27,5


berisiko tinggi untuk DM dan penyakit kardiovaskular

WHO Expert Consultation. Lancet. 2004 Jan 10;363(9403):157-63. Appropriate body-mass index for Asian
populations and its implications for policy and intervention strategies.
Sindrom Metabolik
• ADALAH sekumpulan faktor risiko penyakit jantung
koroner, dan juga DM, fatty liver, dan beberapa kanker.
Yang diawali dengan resistensi insulin. (WHO)

Meliputi:
• Resistensi insulin
• Obesitas
• Dislipidemia
• Hipertensi
• Microalbuminuria
Beberapa Definisi Sindrom Metabolik

Kasus ini….
• GDS 230 mg/dL, GDP 150mg/dL (Resistensi insulin)
• Kolesterol total 330 mg/dL, LDL 230 mg/dL, HDL 100 mg/dL,
Trigliserida 170 mg/dL (dislipidemia)
• BB 95 kg, TB 170 cm = IMT 32 (obesitas)
• TD 130/90 mmHg (belum hipertensi)
A. Dislipidemia
B. DM tipe 2
C. Obesitas
D. Sindrom metabolik
E. Hiperkolesterolemia
30
Anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ibunya karena cemas BB
anaknya tidak naik dalam 2 bulan terakhir, nafsu makan turun,
dan sehari-hari jarang makan makanan bergizi. Pada
pemeriksaan fisik, anak tampak kurus dengan BB di bawah
garis merah pada kurva berat badan WHO di buku KIA,
terdapat muscle wasting, lemak subkutan sedikit tapi tidak
tampak ada oedema. Apa diagnosa anak ini?
A. Marasmus
B. Kwasiorkor
C. Marasmus kwasiorkor
D. Stunting
E. Undernutrition
Pembahasan
• Anak laki-laki berusia 2 tahun
• BB anaknya tidak naik dalam 2 bulan terakhir
• nafsu makan turun, dan sehari-hari jarang makan
makanan bergizi
• Anak tampak kurus
• BB di bawah garis merah pada kurva berat badan
WHO di buku KIA
• Muscle wasting, lemak subkutan sedikit tapi tidak
tampak ada oedema
• Diagnosa?
Kurang Energi Protein Berat
1. Marasmus
a.Tampak sangat kurus,tinggal tulang terbungkus kulit
b.Wajah seperti orang tua
c.Cengeng rewel Soal:
d.Baggy pants appearance • Anak tampak kurus
e.Perut cekung • Muscle wasting
f.Iga gambang • Lemak subkutan sedikit
2. Kwashiokor • Tidak tampak ada oedema
a. Edema dan perut buncit
b. Wajah membulat dan sembab
c. Mata sayu
d. Rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
e. Perubahan status mental, apatis dan rewel
f. Pembesaran hati
g. Hipotrofi otot
h. Kulit coklat kehitaman dan terkelupas
3. Marasmik- kwashiorkor
Campuran kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U< 60 % baku median WHO-
NCHS disertai oedema yang tidak mencolok.

(DEPKES RI. 1999)


Cara Ingat
A. Marasmus
B. Kwasiorkor
C. Marasmus kwasiorkor
D. Stunting
E. Undernutrition
31
Perempuan berusia 40 tahun datang dengan keluhan
lemas dan mudah tersinggung sejak 4 bulan terakhir.
Hasil pemeriksaan fisik: moon face, striae abdomen, dan
obesitas sentral. Pemeriksaan apa yang anda akan
lakukan untuk menunjang diagnosis di atas?
A. GDS
B. Trigleserida dan kolesterol
C. SGOT dan SGPT
D. TSH dan fT4
E. Kortisol darah
Pembahasan
• Perempuan 40 tahun
• Lemas dan mudah tersinggung sejak 4 bulan
• Moon face, striae abdomen, dan obesitas
sentral.
• Pemeriksaan penunjang?
Soal to the POIN
Cushing’s  Kelebihan hormon kortisol
Tanda sering:
• Moon face
Kata kunci: moon face, • Pertumbuhan terhambar
• Obesitas sentral (ekstremitas kurus)
penggunaan steroid jangka • Depresi
panjang. • Lesu
• Cepat haus, cepat pipis
• Kulit sering terinfeksi
• Striae
Tanda-tanda pada soal ini: • Gampang memar
• Gemuk • Buffalo hump

• Lemas Perempuan:
• Rambut halus di wajah, leher, dada,
• Mudah tersinggung abdomen, paha
• Menstruasi ireguler
• Wajah moon face
Laki-laki:
• stria-stria abdomen • Gairah seks berkurang
• Disfungsi ereksi
Sindrom Cushing’s

Ingat selalu patofisiologinya adalah kelebihan kortisol!


Regulasi
Kortisol
Alur Diagnosis
Yang rutin diperiksa:
Cek urinary free cortisol (UFC) 24 jam atau saliva tengah
malam dengan minimal 2 sampel atau kortisol serum atau
Overnight dexamethasone suppresion (ODS)
A. GDS
B. Trigleserida dan kolesterol
C. SGOT dan SGPT
D. TSH dan fT4
E. Kortisol darah
32
Seorang perempuan berusia 15 tahun, datang ke
puskesmas dibawa ibunya karena tidak mau
makan, karena takut gendut. Diagnosis?
A. Binge-eating disorder
B. Anorexia nervosa
C. Bulimia nervosa
D. Hipoglikemia
E. Body dysmorphic disorder
Pembahasan
• Perempuan berusia 15 tahun
• Tidak mau makan, karena takut gendut
• Diagnosis?
Gangguan Makan
• Ada dua yang sering tertukar
• Anoreksia dan Bulimia

Bedanya adalah…
• Anoreksia
– Tidak mau makan, jadinya kurus
• Bulimia
– Masih mau makan (bahkan makan banyak) tapi
merasa bersalah dan dimuntahkan lagi, jadinya belum
tentu kurus

CARA INGAT: BUlimia ada BUwek (bunyi seperti mau muntah)


Anoreksi dan Bulimia
Anoreksia
Bulimia
Pilihan Lain
• Binge-eating disorder: suka makan porsi
besar dalam waktu singkat DAN sulit berhenti
makan
• Hipoglikemia: kondisi dimana kadar GDS < 60
mg/dl atau < 80 mg/dl + gejala klinis
• Body dysmorphic disorder: selalu tidak puas
dengan bentuk tubuh (misalnya sering belanja
dokter operasi plastik)
A. Binge-eating disorder
B. Anorexia nervosa
C. Bulimia nervosa
D. Hipoglikemia
E. Body dysmorphic disorder
33
Laki-laki 53 tahun datang ke poliklinik untuk pemeriksaan
kesehatan. Pada pemeriksaan fisik BB: 92kg TB: 162cm.
Status generalisata dalam batas normal. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan GDP: 120 mg/dL
Kolesterol total: 240 mg/dL HDL: 42 mg/dL LDL: 196
mg/dL Trigliserida: 210 mg/dL. Apa makanan yang perlu
dibatasi pasien tersebut?
A. Daging ayam
B. Roti gandum
C. Kuning telur
D. Nasi putih
E. Ikan laut
Pembahasan
• Laki-laki 53 tahun datang ke poliklinik untuk pemeriksaan kesehatan
• BB: 92kg TB: 162cm
– Obesitas
• GDP: 120 mg/dL
– Prediabetes (TGT atau GDPT)
• Kolesterol total: 240 mg/dL
• HDL: 42 mg/dL
• LDL: 196 mg/dL
• Trigliserida: 210 mg/dL
– Dislipidemia
• Makanan yang perlu dibatasi?
– Diagnosis pasien ini adalah: Sindrom metabolik
Bagaimana Tatalaksana Sindrom Metabolik?
Goals of Treatment
• The major goal of treating metabolic syndrome is to reduce the risk of coronary heart disease.
Treatment is directed first at lowering LDL cholesterol and high blood pressure and managing
diabetes (if these conditions are present).
• The second goal of treatment is to prevent the onset of type 2 diabetes, if it hasn’t already
developed. Long-term complications of diabetes often include heart and kidney disease, vision loss,
and foot or leg amputation. If diabetes is present, the goal of treatment is to reduce your risk for
heart disease by controlling all of your risk factors.
Heart-Healthy Lifestyle Changes
• Heart-healthy lifestyle changes include heart-healthy eating, aiming for a healthy weight, managing
stress, physical activity, and quitting smoking.
Medicines
• Sometimes lifestyle changes aren’t enough to control your risk factors for metabolic syndrome. For
example, you may need statin medications to control or lower your cholesterol. By lowering your
blood cholesterol level, you can decrease your chance of having a heart attack or stroke. Doctors
usually prescribe statins for people who have:
– Diabetes
– Heart disease or had a prior stroke
– High LDL cholesterol levels

JADI, pada intinya adalah pertama menurunkan kolesterol LDL dan TD tinggi dan kedua baru
mencegah DM karena pada kasus ini belum ada HT dan DM, jadi lebih pada menurunkan input
kolesterol. Makanan yang paling banyak mengandung kolesterol pada pilihan adalah kuning
telur
https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/ms/treatment
A. Daging ayam
B. Roti gandum
C. Kuning telur
D. Nasi putih
E. Ikan laut
34
Wanita 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak yang
diawali batuk sebelumnya. Selain itu, sering berdebar-debar,
mudah berkeringat, dan penurunan BB juga dikeluhkan
pasien. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan TD 120/80 mmHg,
HR 88x/menit , RR 24x/menit, dan suhu 37,2°C. Pada hasil
pemeriksaan laboratorium: T3=48 µg/dl, T4=48 µg/dl,
TSH=0,4 mIU/L. Terapi yang akan anda diberikan pada pasien
ini adalah...
A. Methimazole dan deksametason
B. Carbimazole dan betametason
C. PTU dan amoxicillin
D. PTU dan propanolol
E. Methimazole dan nifedipine
Pembahasan
• Wanita 45 tahun
• sesak yang diawali batuk sebelumnya
• sering berdebar-debar, mudah berkeringat, dan
penurunan BB
• TD 120/80 mmHg, HR 88x/menit , RR 24x/menit,
dan suhu 37,2°C
• T3=48 µg/dl, T4=48 µg/dl, TSH=0,4 mIU/L
– Hipertiroidisme
• Terapi?
Tirotoksikosis
• Berdebar-debar
• Tremor
• Iritabilitas
• Intoleran terhadap panas
• Keringat berlebihan
• Penurunan berat badan
• Peningkatan rasa lapar
• Diare
• Gangguan reproduksi (oligomenore/amenore dan libido turun)
• Mudah lelah
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Sukar tidur
• Rambut rontok
Diagnosis Banding

1. Hipertiroidisme primer: penyakit Graves, struma


multinudosa toksik, adenoma toksik, metastase karsinoma
tiroid fungsional, struma ovari,mutasi reseptor TSH,
kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow).
2. Tirotoksikosis tanpa hipotiroidisme: tiroiditis sub akut,
tiroiditis silent, destruksi tiroid, (karena aminoidarone,
radiasi, infark adenoma) asupan hormon tiroid berlebihan
(tirotoksikosis faktisia)
3. Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisis yang
mensekresi TSH, sindrom resistensi hormon tiroid, tumor
yang mensekresi HCG, tirotoksikosis gestasional.
4. Ansietas
Penatalaksanaan Komprehensif
Tirotoksikosis
Penatalaksanaan
1. Pemberian obat simptomatis
2. Propanolol dosis 40-80 mg dalam 2-4 dosis.
3. PTU 300-600 mg dalam 3 dosis bila klinis Graves jelas

Rencana Tindak Lanjut


• Diagnosis pasti dan penatalaksanaan awal pasien tirotoksikosis
dilakukan pada pelayanan kesehatan sekunder
• Bila kondisi stabil, di pelayanan primer

Konseling dan Edukasi


• Pengenalan tanda dan gejala krisis tiroid
• Kontrol dan minum obat teratur
A. Methimazole dan deksametason
B. Carbimazole dan betametason
C. PTU dan amoxicillin
D. PTU dan propanolol
E. Methimazole dan nifedipine
35
Seorang bayi laki-laki berusia 7 hari dibawa oleh
ibunya dengan keluhan kuning. Hasil laboratorium:
bilirubin total 14 mg/dL, bilirubin indirek 12 mg/dL,
SGPT 38 mg/dL, SGOT 40 mg/dL. BAB dempul. Apa
diagnosis pasien ini?
A. Neonatus ikterus berkelanjutan
B. Neonatus hepatitis
C. Atresia biliaris
D. Sepsis neonatorum
E. Ikterus neonatorum sedang
Pembahasan
• Bayi laki-laki 7 hari, keluhan kuning
• Bilirubin total 14 mg/dL
• Bilirubin indirek 12 mg/dL
• SGPT 38 mg/dL, SGOT 40 mg/dL
• BAB dempul
– Obstruksi bilier
• Diagnosis pasien ini?
Ikterus Neonatrum Fisiologis
• Umumnya pada bayi baru lahir

• Kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama >2 mg/dl

• Bayi cukup bulan & mendapatkan ASI, mengalami peningkatan


kadar bilirubin yang lebih tinggi dan menurun lebih lambat
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.

• Pengaruh ASI:
– bentuk early (breast feeding) dan

– bentuk late (behubungan dengan ASI)

Sukadi A. Bb IX Hiperblirubiemia. Daam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Saroa GI, Usman A. Buku ajar nenatoloi. Jakarta:
Iktan Dokter Ana Indonesia; 2011.
Ikterus Neonatrum Patologis
1. Ikterus terjadi sebelum usia 24 jam
2. Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan
fototerapi
3. Peningkatan kadar bilirubin total >0,5 mg/dL/jam
4. Terdapat manifestasi sakit, seperti: muntah, letargi, malas
menetek, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil
5. Ikterus menetap lebih dari 8 hari pada bayi cukup bulan dan
14 hari pada bayi kurang bulan

Sukadi A. Bb IX Hiperblirubiemia. Daam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Saroa GI, Usman A. Buku ajar nenatoloi. Jakarta:
Iktan Dokter Ana Indonesia; 2011.
http://www.aafp.org/afp/2002/0215/a
fp20020215p599-f1.gif
Gejala Atresia Bilier Kongenital
• Ikterik, urin gelap, feses terang
PF:
• Tidak ada hasil PF yang patognomonik
• Hepatosplenomegali mungkin ada
Lab:
• Hiperbilirubinemia direk
• Hiperbilirubinemia indirek hanya fisiologis
hingga 2 minggu pertama sejak kelahiran.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
• Hyperbilirubinemia direk (terkonjugasi) = bilirubin
direk > 2 mg/dL atau 20% bilirubin total, dan SELALU
ABNORMAL. Biasanya anak dengan atresia bilier
hanya mengalami kenaikan bilirubin total 6-12 mg/dL,
dengan proporsi direk sekitar 50-60%
• Alkaline phosphatase (AP), 5' nucleotidase, gamma-
glutamyl transpeptidase (GGTP), serum
aminotransferases, serum bile acids bisa meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan lab rutin tapi
masih belum bisa membedakan atresia bilier dengan
kolestasis neonatal yang lain
Pembahasan Atresia Bilier
Nilai SGOT dan SGPT yang tidak terlalu tinggi
(SGPT normal 0-35, SGOT normal 0-45)
mendukung diagnosis tersebut ke arah kolestasis
ekstrahepatik  atresia bilier.
Atresia Bilier
• Bentuk klinis:
– Tipe fetal/embrionik: ada kelainan kongenital lain,
mis: defek KV, asplenia, situs inversus abdominal;
gejala kolestasis sejak lahir
– Tipe perinatal: sebelum gejala kolestasis, ada
masa bebas kuning sesudah ikterus fisiologis
hilang
A. Neonatus ikterus berkelanjutan
B. Neonatus hepatitis
C. Atresia biliaris
D. Sepsis neonatorum
E. Ikterus neonatorum sedang
36
Wanita usia 45 tahun datang ke IGD dengan nyeri perut
kanan sejak 2 jam SMRS. Nyeri dirasakan setelah makan
siang rendang dan sudah terjadi berulang. Nyeri
berdenyut seolah naik ke bahu dan menembus punggung,
disertai mual dan muntah. Pemeriksaan fisik: TD 130/80
mmHg, nadi 90 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, dan
suhu 37,5°C. Diagnosis pada pasien ini adalah…
A. Kolik bilier karena kolesistitis akut
B. Kolik bilier karena kolelitiasis
C. Kolik bilier karena pankreatitis akut
D. Kolik abdomen karena perforasi duodenum
E. Kolik renal kanan
Pembahasan
• Wanita 45 tahun
– Female, forty
• Nyeri perut kanan sejak 2 jam SMRS
• Nyeri dirasakan setelah makan siang rendang dan
sudah terjadi berulang
– Dipengaruhi makanan, kelenjar empedu atau
pankreas?
• Nyeri berdenyut seolah naik ke bahu dan
menembus punggung, disertai mual dan muntah.
– Nyeri kolik, ada nyeri alih
• Diagnosis?
Kolesistitis vs Kolelitiasis
Walaupun 90 % kolesistitis disebabkan oleh batu
empedu, biasanya jika soal mengarah ke
kolelitiasis akan diberikan tambahan informasi
faktor risiko 4F:
KOLESISTITIS KOLELITIASIS
• Ikterik • Fat
• BAB dempul • Female
• Demam • Forty
• Nyeri perut kanan • Fertile
atas (setelah makan
berlemak)
• Murphy’s sign +
Pilihan lain
• Kolik bilier karena kolesistitis akut:
– Murphy’s sign, demam
• Kolik bilier karena pankreatitis akut:
– Nyeri terus menerus, tumpul, dipicu oleh makan
yang banyak, demam, makin parah pada posisi
berbaring, makin berkurang jika duduk atau
meringkuk, amylase dan lipase akan meningkat!
• Kolik abdomen karena perforasi duodenum:

• Kolik renal kanan:
– Nyeri pinggang kanan
A. Kolik bilier karena kolesistitis akut
B. Kolik bilier karena kolelitiasis
C. Kolik bilier karena pankreatitis akut
D. Kolik abdomen karena perforasi duodenum
E. Kolik renal kanan
37
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD dengan
penurunan kesadaran. Pasien tampak gelisah dan sulit diajak
bicara sejak 1 hari lalu. Sebelumnya pasien mengalami
demam selama 10 hari. Perut kembung tidak bisa BAB.
Pemeriksaan fisik: TD 100/60 mmHg, nafas 36 x/menit, suhu
39,6°C. Abdomen tegang, pekak hati hilang. Widal 1/1600.
Apa gambaran yang mungkin terlihat pada abdomen 3 posisi?
A. Gambaran usus halus dengan gambaran fish bone
appearance
B. Gambaran usus halus dengan air fluid level
C. Gambaran bayangan lusen subdiafragma
D. Kolon terisi banyak feses
E. Gambaran garis psoas menghilang
Pembahasan
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun
• penurunan kesadaran
• Gelisah dan sulit diajak bicara sejak 1hari lalu
• Riwayat demam selama 10 hari
• Perut kembung tidak bisa BAB
• Nafas 36 x/menit, suhu 39,6°C
• Abdomen tegang, pekak hati hilang
– Defans muskular
– Hati terdorong ke bawah karena udara akibat perforasi usus
• Widal 1/1600
– Diagnosis anda?
• Gambaran X-ray abdomen 3 posisi?
Pembahasan
• Pada kasus ini, yang menonjol adalah keluhan
penurunan kesadaran karena terjadi akibat tifoid
• Perforasi dapat terjadi (ditandai dari pekak hati
menghilang), kemungkinan disebabkan oleh
komplikasi tifoid berdasarkan clue bahwa ada
demam 10 hari dan ada hasil tes Widal
(walaupun 1x tes Widal tidak bersifat diagnostik)
• Nah, apa gambaran perforasi usus pada foto
abdomen 3 posisi?
Perforasi Usus pada foto Abdomen 3
posisi
• Pada dasarnya terjadi perforasi di usus akibat
tifoid, sehingga gambaran yang muncul
adalah:
– kekaburan pada cavum abdomen,
– udara bebas subdiafragma atau intraperitoneal
Pneumoperitoneum
(udara bebas di subdiafragma)
A. Gambaran usus halus dengan gambaran fish
bone appearance
B. Gambaran usus halus dengan air fluid level
C. Gambaran bayangan lusen subdiafragma
D. Kolon terisi banyak feses
E. Gambaran garis psoas menghilang
38
Seorang perempuan 24 tahun datang dengan
keluhan keluar darah merah segar saat BAB. Timbul
benjolan yang keluar dari anus saat BAB namun
dapat masuk kembali dengan sendirinya. Apakah
diagnosis kasus ini?
A. Hemoroid interna grade I
B. Hemoroid interna grade II
C. Hemoroid interna grade III
D. Hemoroid eksterna grade I
E. Hemoroid eksterna grade II
Pembahasan
• Perempuan 24 tahun
• keluar darah merah segar saat BAB
• Benjolan keluar dari anus saat BAB
• namun dapat masuk kembali dengan
sendirinya
• Diagnosis?
Hemorrhoid
Internal hemorrhoids:
• Di lower rectum
• Berdarah tapi tidak nyeri
• Bisa prolaps
External hemorrhoids:
• Di anus
• Nyeri karena iritasi dan erosi
• Bekuan perdarahan akan menjadi skin tag
Hemorrhoid
Grading Hemoroid Interna

• Hemoroid Interna grade 1: berdarah saja


• Hemoroid Interna grade 2: berdarah, keluar tapi bisa masuk sendiri
• Hemoroid Interna grade 3: berdarah, keluar tapi bisa masuk jika didorong
• Hemoroid Interna grade 4: berdarah, tidak bisa masuk walaupun didorong
Gambaran Klinis
A. Hemoroid interna grade I
B. Hemoroid interna grade II
C. Hemoroid interna grade III
D. Hemoroid eksterna grade I
E. Hemoroid eksterna grade II
39
Seorang laki-laki usia 48 tahun datang ke IGD RS dengan
keluhan nyeri perut yang dirasakan sejak 6 bulan disertai
mual muntah. Pada periksaan fisis, TD 120/90 mmHg,
nadi 92x/menit, nafas 21x/menit. Terdapat asites, spider
nevi, palmar eritema. Diagnosa pada pasien?
A. Hepatoma
B. Sirosis hepatis
C. Hepatitis B
D. Abses hepar
E. Hepatitis A
Pembahasan
• Laki-laki usia 48 tahun
• Nyeri perut yang dirasakan sejak 6 bulan disertai
mual muntah
– Nyeri kronis
• TD 120/90 mmHg, nadi 92x/menit, nafas
21x/menit
• Asites, spider nevi, palmar eritema
– Sirosis hati, tapi aneh ada nyeri kronis (sirosis saja
biasanya tidak nyeri)
• Diagnosa pada pasien?
Hepatitis kronik
• Tidak mungkin mendiagnosis tipe hepatitis dan
penyebab virus lain dengan klinis saja, diperlukan
pemeriksaan laboratorium.
• Tetapi gejala klinis di soal mengarah pada komplikasi
hepatitis B kronis yaitu sirosis.
• Sirosis hati adalah diagnosis histopatologis,
asimtomatis awalnya, tetapi jika sudah dekompensata,
akan ditemukan salah satu dari: ASITES, IKTERUS,
EDEMA PERIFER, HEMATEMESIS MELENA, atau
ENSELOPATI
• Sirosis biasanya tidak nyeri, nyeri menandakan ada
peregangan kapsul hepar  mengarah pada hepatoma
walaupun tidak ada data massa hepar
Stigma Sirosis Hati
1. Tanda gangguan endokrin
a. Spider angioma
b. Eritema palmar
c. Atrofi testis
d. Ginekomastia
e. Alopesia dada dan aksila
f. Hiperpigmentasi kulit
2. Pita putih horizontal pada kuku (kuku Muchrche)
3. Bau napas fetor hepatikum
4. Atrofi otot
5. Petekiae
6. Hepato-Splenomegali
Diagnosis Hepatitis Akut vs Kronis
• Diagnosis hepatitis B difokuskan pada deteksi
HBsAg (surface Antigen)
• HBV akut: HBsAg +, IgM HBcAg + (c=core),
kalau HBeAg + artinya sedang sangat
kontagius
• HBV kronik: HBsAg + yang menetap 6 bulan!!!
A. Hepatoma
B. Sirosis hepatis
C. Hepatitis B
D. Abses hepar
E. Hepatitis A
40
Seorang laki-laki berusia 38 tahun mengeluh rasa tidak nyaman pada
perut atas kanan sejak 2 hari yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh
letih dan tidak enak badan. Pasien merupakan seorang peminum
alkohol sejak usia 20 tahun. 2 minggu belakangan, pasien minum 3
botol bir hampir setiap malam karena mengaku ada masalah dengan
pacarnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas
normal, hepar teraba agak membesar dan nyeri tekan pada abdomen
region kuadran kanan atas (+), ikterus (-), palmar eritema (-), asites (+).
Dari pemeriksaan USG didapatkan gambaran ekogenik difus pada
hepar. Diagnosis yang paling mungkin adalah….
A. Non Alcoholic Fatty Liver Disease
B. Sirosis hepatis
C. Kolangitis
D. Kolesistitis
E. Alcoholic Fatty Liver Disease
Pembahasan
• Usia 38 tahun, tidak nyaman pada perut atas kanan sejak 2 hari yang lalu
– Gangguan hepar? Kelenjar empedu? Usus? Lambung?
• Letih dan tidak enak badan
– Malaise
• Peminum alkohol sejak usia 20 tahun
• Minum 3 botol bir hampir setiap malam karena masalah dengan pacar
– Alkohol sebagai etiologi gangguan hepar
• Hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas
• Asites
• TIDAK ADA ikterus, eritema palmar
– Belum sirosis dekompensata
• USG: ekogenik difus pada hepar
– Tetapi sepertinya sudah ada perubahan struktur hepar
• Diagnosis?
Fatty Liver Disease
• Alcoholic – jika ada riwayat konsumsi rutin
• Non alcoholic – jika tidak
• Progresi:
– Fatty liver  alcoholic hepatitis  sirosis
• Yang membedakan adalah fatty liver bisa kembali
lagi (reversibel)
• Namun jika sudah sirosis, maka ireversibel
Pilihan lain
• NAFLD: fatty liver bukan akibat konsumsi
alkohol, karena lemak
• Sirosis hepatis: stigmata sirosis
• Kolangitis: ikterus
• Kolesistitis: ikterus, BAB dempul, Murphy’s
sign, demam
A. Non Alcoholic Fatty Liver Disease
B. Sirosis hepatis
C. Kolangitis
D. Kolesistitis
E. Alcoholic Fatty Liver Disease
41
Anak laki laki usia 4 bulan datang dengan perut kembung,
muntah disertai lendir darah sejak 2 hari yang lalu. Empat
hari yang lalu, pasien diare dan sudah minum obat
antidiare. Pada pemeriksaan fisik: anak rewel kesakitan,
perut kembung. Hasil rontgen: dance sign (+) dan sausage
sign (+). Pada pemeriksaan RT: portio sign (+). Diagnosis
pasien ini adalah …
A. Penyakit Hirschprung
B. Invaginasi
C. Hernia inkaserata
D. Hernia strangulata
E. Appendisitis
Pembahasan
• Laki laki usia 4 bulan
• Perut kembung, muntah disertai lendir darah
sejak 2 hari yang lalu
• Empat hari yang lalu, pasien diare dan sudah
minum obat antidiare
• Pada pemeriksaan fisik: anak rewel kesakitan,
perut kembung
• Dance sign (+), Sausage sign (+), Portio sign (+)
• Diagnosis?
Dance Sign
Massa pada Quadran Kanan Atas, tapi
kosong pada Quadran Kanan Bawah
Sausage Sign
Intususepsi
BAB selai jelly (currant jelly stool)
A. Penyakit Hirschprung
B. Invaginasi
C. Hernia inkaserata
D. Hernia strangulata
E. Appendisitis
42
Perempuan 80 tahun datang dengan nyeri perut tiba-tiba.
Riwayat pasca kecelakaan lalu lintas sekitar 1 jam yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik: TD 90/60 mmHg. Terdapat
jejas di abdomen kiri. Rangsang peritoneal +.
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat dilakukan
adalah …
A. BNO 3 posisi
B. CT scan
C. MRI
D. USG
E. X-ray abdomen
Pembahasan
• Perempuan 80 tahun
• Nyeri perut tiba-tiba
• Riwayat pasca kecelakaan lalu lintas sekitar 1 jam yang lalu
– Trauma tumpul
• TD 90/60 mmHg
– Hemodinamik tidak stabil! Kondisi syok!
• Terdapat jejas di abdomen kiri
• Rangsang peritoneal +
– Kecurigaan perdarahan internal semakin tinggi
– Sering terjadi ruptur spleen
• Pemeriksaan penunjang?
Pemilihan Modalitas Pencitraan pada
Trauma Tumpul
Konsep penting!

Dibagi menjadi dua saja:


1. Pasien hemodinamik stabil
– Pilih CT scan!
2. Pasien hemodinamik tidak stabil
– Jangan CT scan, terlalu lama dan malah
membahayakan!
– Harus cepat (FAST) Focused Assessment with
Sonography in Trauma
– Pilih USG!
American Institute of Ultrasound in Medicine, American College of Emergency Physicians. AIUM practice guideline for the performance of the focused
assessment with sonography for trauma (FAST) examination. J Ultrasound Med. 2014 Nov. 33 (11):2047-56. [Medline].
A. BNO 3 posisi
B. CT scan
C. MRI
D. USG
E. X-ray abdomen
43
Laki-laki 40 tahun datang dengan keluhan muntah darah.
Pada pemeriksaan fisik perut terlihat membesar, terdapat
spider nevi, dan caput medusa. Hasil pemeriksaan
penunjang Hb 6 mg/dL, trombosit 200.000, Ht 17,2 %,
leukosit 7000/mm3. Penyebab perdarahan pada pasien ini
adalah …
A. Sirosis hepatis
B. Pecahnya varises esofagus
C. Ulkus peptikum
D. Gastritis erosif
E. Ulkus duodenum
Pembahasan
• Laki-laki 40 tahun
• Muntah darah
– Perdarahan saluran cerna atas
• Perut terlihat membesar
• Spider nevi
• Caput medusa
– Tanda-tanda sirosis hepatik
• Hb 6 mg/dL
– Anemia berat, butuh transfusi segera
• Penyebab perdarahan?
Hematemesis
Variseal atau Non-variseal
Harus Paham
Variasi soal: Tatalaksana PVO
Pertama, endoskopi!
Jika hemodinamik tidak stabil:
1. Amankan jalan napas
2. Resusitasi cairan atau transfusi darah
3. Somatostatin atau Octreotide
4. Ligasi varises esofagus yang pecah via endoskopi
5. Tatalaksana sirosis hepatis
6. Profilaksis:
• Antibiotik
• Propanolol (untuk menjaga HR <55x/menit)
A. Sirosis hepatis
B. Pecahnya varises esofagus
C. Ulkus peptikum
D. Gastritis erosif
E. Ulkus duodenum
44
Seorang perempuan berusia 25 tahun, datang
dengan keluhan BAB hitam. Pasien sering
mengalami nyeri ulu hati, kembung, mual, dan
muntah. Obat apa yang digunakan untuk
meningkatkan faktor defensive lambung?
A. Metoklopramide
B. Omeprazole
C. Domperidon
D. Sucralfate
E. Ranitidine
Pembahasan
• Perempuan 25 tahun
• BAB hitam
– Melena, perdarahan saluran cerna bawah
• Sering nyeri ulu hati
• Kembung
• Mual
• Muntah
– Kemungkinan non variseal
• Obat untuk meningkatkan faktor defensive
lambung?
Mekanisme pertahanan
gastrointestinal
• Lapisan mukus
• Bikarbonat mukosa
• Kemampuan regenerasi epitel
• Sekresi prostaglandin
• Tight junction intraselular
Mekanisme kerja obat
• Metoclopramide: antagonis reseptor D2di
chemoreceptor trigger zone (mempercepat
motilitas gaster, anti muntah)
• Omeprazole: mengurangi sekresi asam lambung
(dengan menginibisi H+K+ATPase)
• Domperidone: antagonis selektif reseptor
dopamine D2 (mirip dengan Metoclopramide)
• Ranitidin: inhibitor histamin pada reseptor H2 di
sel parietal (mengurangi sekresi asam lambung
dan kadar ion hidrogen)
Sukralfat
• Membentuk lapisan gel pada ulkus untuk
mencegah erosi akibat asam lambung, pepsin,
dan empedu
• Juga membantu produksi prostaglandin dan
ekskresi bikarbonat
• Intinya: melapisi dinding lambung supaya
lebih cepat sembuh dari ulkus

Korman, M. G.; Bolin, T. D.; Szabo, S.; Hunt, R. H.; Marks, I. N.; Glise, H. (1994-08-01). "Sucralfate: the Bangkok review". Journal of
Gastroenterology and Hepatology. 9 (4): 412–415.
A. Metoklopramide
B. Omeprazole
C. Domperidon
D. Sucralfate
E. Ranitidine
45
Seorang anak laki-laki umur 10 tahun bersama ibunya datang ke
puskesmas dengan keluhan demam dan lemas. Dari alloanamnesis
didapatkan pasien demam sejak 2 hari, BAK berwarna seperti air teh,
tidak mau makan. Dua orang teman ada yang memiliki gejala serupa.
Riwayat suka jajan sembarangan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit,
suhu 38°C, sklera ikterik. Pemeriksaan abdomen didapatkan hepar
teraba 2 cm bawah arcus costae kanan, nyeri tekan. Apa diagnosis yang
paling tepat?
A. Hepatitis A
B. Hepatitis B
C. Hepatitis C
D. Hepatitis D
E. Hepatitis E
Pembahasan
• Anak laki-laki 10 tahun
• Demam dan lemas sejak 2 hari
• BAK berwarna seperti air teh, tidak mau makan
• Dua orang teman ada yang memiliki gejala
serupa. Riwayat suka jajan sembarangan
• Sklera ikterik
• Hepar teraba 2 cm bawah arcus costae kanan,
nyeri tekan
• Diagnosis?
Soal To The POIN
Hepatitis A
• Jika ada gejala hepatitis akut, pikirkan
pertama HEPATITIS A!
• Diagnosis banding: ikterus obstruktif, Hepatitis
B dan C akut, sirosis hepatis
• Penularan fecal-oral, Dua orang teman ada
yang memiliki gejala serupa. Riwayat suka
jajan sembarangan adalah kata kunci umum
bahwa sumber penularan mungkin dari
jajanan kurang bersih
Pemeriksaan lanjutan Hep A
• Serologi Hep A
– IgM dan IgG VHA
• Biokimia Hati
– ALT >> AST
• USG
– Untuk eksklusi kolelitiasis
A. Hepatitis A
B. Hepatitis B
C. Hepatitis C
D. Hepatitis D
E. Hepatitis E
46
Pasien mengalami kecelakaan 1 jam yang lalu, hasil
pemeriksaan radiologis didapatkan udara
subdiafragma, bagaimana posisi pemeriksaan foto
polos abdomen?
A. RLD
B. Supine
C. Erect
D. RLD, supine, Erect
E. Prone
Soal To The POIN
• Pasien mengalami kecelakaan 1 jam yang lalu,
• Hasil pemeriksaan radiologis didapatkan udara
subdiafragma
• Bagaimana posisi pemeriksaan foto polos
abdomen?
– Untuk dapat mendapatkan hasil udara di bawah
subdiafragma dengan foto polos abdomen,
dilakukan foto pada posisi pasien berdiri (erect)
A. RLD
B. Supine
C. Erect
D. RLD, supine, Erect
E. Prone
47
Seorang perempuan berumur 40 tahun datang ke dokter
dengan keluhan nyeri perut bagian hipokondriak kanan.
Pada pemeriksaan vital sign dalam batas normal. Demam
tidak dijumpai. Nyeri dirasakan bila pasien mengkonsumsi
makanan berlemak. Murphy sign (+). Apakah diagnosis
pasien tersebut diatas ?
A. Kolangitis
B. Kolesistitis
C. Kolelitiasis
D. Obstruksi jaundice
E. Koledokolitiasis
Pembahasan
• Perempuan 40 tahun
• Nyeri perut hipokondriak kanan
• Tidak demam
• Nyeri dirasakan bila pasien mengkonsumsi
makanan berlemak
• Murphy sign (+)
• Diagnosis?
Tiga langkah:
1. Minta pasien buang
napas
2. Letakkan tangan di
batas bawah hepar
3. Minta pasien tarik
napas
Positif jika nyeri atau
pasien berhenti menarik
napas (juga karena nyeri)
Murphy’s sign
Tanda Murphy adalah tanda dari kolesistitis
(inflamasi pada kandung empedu)

Tanda dan gejala lain dari Kolesistitis:


• Nyeri perut kanan atas (biasanya setelah makan
makanan berlemak)
• Demam (pada kasus ini tidak ada demam)
• BAB dempul
• Mual dan muntah
• Kuning
Murphy sign = Murphy sist (sama sama ada SI)
Kolesistitis vs Kolelitiasis
Walaupun 90 % kolesistitis disebabkan oleh batu
empedu, biasanya jika soal mengarah ke
kolelitiasis akan diberikan tambahan informasi
faktor risiko 4F:
• Fat
• Female
• Forty Jadi pada kolelitiasis,
Murphy’s sign bisa + jika
• Fertile terjadi komplikasi
kolesistitis akibat batu.
A. Kolangitis
B. Kolesistitis
C. Kolelitiasis
D. Obstruksi jaundice
E. Koledokolitiasis
48
Laki-laki usia 35 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri perut sejak 5 hari yang lalu. Tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
konjungtiva anemis, nyeri tekan epigastrium, dan BAB
berwarna hitam. Urea breath test (+). Obat apa yang
diberikan bersama dengan antibiotik pada kondisi ini?
A. Aluminium hidroksida
B. Ranitidine
C. Omeprazole
D. Metoclopramide
E. Sucralfat
Pembahasan
• Laki-laki usia 35 tahun
• Nyeri perut sejak 5 hari yang lalu
• Konjungtiva anemis
– Ada perdarahan kronis? Atau gangguan produksi RBC?
• Nyeri tekan epigastrium, dan BAB berwarna hitam
– Melena, dapat menjelaskan anemia akibat perdarahan
gastroduodenal kronik
• Urea breath test (+)
– Infeksi H. pylori!
• Obat yang diberikan bersama antibiotik?
Infeksi H. Pylori
• Banyak yang terinfeksi H. pylori tetapi tidak simtomatik.
Gejala berupa ulkus gaster atau duodenum.
• Jika terbukti positif terinfeksi, baru boleh ditatalaksana
karena penanganan antibiotik rawan gagal dan akan
menimbulkan resistensi antibiotik yang berbahaya
• Terapi eradikasi kuman H. Pylori dikenal dengan Triple
Therapy selama 14 hari! (1 PPI + 2 antibiotik)
1.Omeprazole 20 mg (2x1)
2.Clarithromycin 500 mg (2x1) ATAU metronidazole 500 mg
3.Amoxicillin 1000 mg (2x1) ATAU metronidazole
Pemeriksaan untuk H. pylori
Empat tes utama:
1. Tes antibodi H. pylori darah
2. Tes napas urea (urea breath test)
3. Tes antigen pada feses
4. Biopsi lambung
H. Pylori Triple Therapy

1.Omeprazole 20 mg 14 hari!
(2x1)
2.Clarithromycin 500
mg (2x1)
3.Amoxicillin 1000 mg
(2x1)
A. Aluminium hidroksida
B. Ranitidine
C. Omeprazole
D. Metoclopramide
E. Sucralfat
49
Seorang anak laki-laki usia 15 tahun diantar ibunya ke puskesmas
dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu. Diare berlendir, berdarah
dan disertai dengan demam. Keadaan umum baik, TD 110/60 mmHg,
nadi 90 x/menit, nafas 20 x/menit, suhu 38°C. Turgor kembali dengan
cepat, tidak ditemukan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan feses
ditemukan parasit dengan sitoplasma bergranul mengandung eritrosit,
inti di tengah dengan kariosom padat ditengahnya, kromatin tersebar
di sekitar inti, parasit bergerak dengan aktif. Apakah yang menjadi
penyebab diare pada anak ini?
A. Shigella
B. Giardia lamblia
C. Amoeba
D. Balantidiasis
E. Eschericia coli
Pembahasan
• Anak laki-laki usia 15 tahun
• Diare sejak 2 hari yang lalu. Diare berlendir, berdarah
dan disertai dengan demam
• Keadaan umum baik, TD 110/60 mmHg, nadi 90
x/menit, nafas 20 x/menit, suhu 38°C. Turgor kembali
• Tidak dehidrasi
• Parasit: sitoplasma bergranul mengandung eritrosit,
inti di tengah dengan kariosom padat ditengahnya,
kromatin tersebar di sekitar inti, parasit bergerak
dengan aktif
• Penyebab?
Diare berdarah

Entamoeba histolytica Shigella sp.


Entamoeba Hystolitica
Giardia Lamblia (jarang berdarah)
Disentri
Disentri disebabkan dua:
• Amoeba (disentri amoeba) ATAU
• Shigella (disentri basiler/shigelosis).
– Gambar miskroskopoik  amoeba, sehingga
Terapi:
• Amoeba: Metronidazole (250-500mg QID 7-14
hari)
• Shigellosis: Ciprofloxacin (500mg BID) atau
Kotrimoksazol (160mg+800mg BID)

Konsensus penatalaksanaan diare akut pada dewasa, 2009


A. Shigella
B. Giardia lamblia
C. Amoeba
D. Balantidiasis
E. Eschericia coli
50
Seorang bayi perempuan berusia 1 hari muntah
kehijauan setelah diberi ASI 30 menit yang lalu.
Tanda-tanda vital masih dalam batas normal. Foto
rontgent abdomen mendapatkan double bubble
appearance. Apa diagnosis pasien ini?
A. Atresia esophagus
B. Penyakit Hirschprung
C. Stenosis pylorus
D. Atresia duodenum
E. Atresia ani
Pembahasan
• Bayi perempuan berusia 1 hari muntah
kehijauan setelah diberi ASI 30 menit yang lalu
• Tanda-tanda vital masih dalam batas normal.
• Rontgent abdomen: double bubble
appearance
• Diagnosis?
DJI
Bubble Sign Duo-Je-I

Single Triple
Atresia pylorus Atresia Jejunum

Tips:
Double Double buble-Atresia Duodenum
A. Atresia esophagus
B. Penyakit Hirschprung
C. Stenosis pylorus
D. Atresia duodenum
E. Atresia ani
51
Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun, datang
dengan keluhan BAB cair, frekuensi 6x, berlendir, dan
berwarna putih seperti cucian air beras. Pemeriksaan
fisik: TD 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit, napas
20x/menit, suhu 39,1°C. Pada pemeriksaan feses
ditemukan kuman batang gram negatif. Etiologi yang
menyebabkan keadaan tersebut adalah?
A. Escherichia coli
B. Shigella dysentriae
C. Clostridium jejuni
D. Vibrio cholera
E. Vibrio parahemolitikus
Pembahasan
• Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun,
datang dengan keluhan BAB cair, frekuensi 6x,
berlendir, dan berwarna putih seperti cucian
air beras. Pemeriksaan fisik: TD 120/80
mmHg, nadi 100 x/menit, napas 20x/menit,
suhu 39,1°C. Pada pemeriksaan feses
ditemukan kuman batang gram negatif.
Etiologi yang menyebabkan keadaan tersebut
adalah?
Soal To The POIN

Diare seperti air cucian beras = kolera = Vibrio Cholera


Gastroenteritis Kolera
“Diare profus tanpa darah, diare seperti air cucian beras
KHAS Kolera”

• Umumnya tidak nyeri dan tanpa demam


• Tetapi sangat profus sehingga cepat dehidrasi dan dapat
menyebabkan kematian
• Penyebab: Vibrio cholera (Basil, gram negatif, flagel tunggal)

Terapi:
• Penentuan status dehidrasi lalu rehidrasi
• Antibiotik pilihan: doksisiklin, tetrasiklin, Trimethoprim
sulfamethoxazole, ciprofloxacin
A. Escherichia coli
B. Shigella dysentriae
C. Clostridium jejuni
D. Vibrio cholera
E. Vibrio parahemolitikus
52
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke praktek
dokter dengan keluhan nyeri ulu hati yang berulang sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut kanan bawah,
mual, dan demam yang hilang timbul. keluhan nyeri perut
kanan bawah terutama dirasakan bila berjalan atau ketika
tungkai bawah ditekuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
psoas sign (+). apakah diagnosis yang paling mungkin
A. Ulkus peptikum
B. Appendisitis
C. Salfingitis
D. Gastritis
E. Kolitis
Pembahasan
• Perempuan 20 tahun
• Nyeri ulu hati yang berulang sejak 1 minggu yang
lalu
• Keluhan disertai nyeri perut kanan bawah, mual,
dan demam yang hilang timbul
• Keluhan nyeri perut kanan bawah terutama
dirasakan bila berjalan atau ketika tungkai bawah
ditekuk
• Psoas sign (+)
• Diagnosis?
Klasik, Apendisitis Akut
• Nyeri epigastirum diikuti mual, muntah, tidak mau makan
• Setelah itu nyeri pindah ke perut kanan bawah
• Semakin nyeri bila batuk atau bergerak
• Nyeri lepas pada titik McBurney
• Nyeri di kanan ketika sisi perut kiri bawah ditekan (Rovsing
Sign)
• Nyeri panggul kanan saat M illiopsoas diangkat ke belakang
(Psoas sign)
• Nyeri saat rotasi internal paha yang sedang fleksi
(Obturator sign)
• Demam ringan 37,7-38,3
• Leukositosis (walaupun normal tidak bisa mengeksklusikan
apendisitis)
Kocher's
(Kosher's) sign:
Nyeri berpindah
dari umbilikal ke
perut kanan
bawah
Apendisitis: Tanda Obturator dan Psoas
(nyeri : positif)

Tanda Obturator : Rotasi internal, kaki


seperti akan jadi baling-baling
helikopter

Tanda Psoas: P ingat pantat, S ingat ekstensi


Skor Alvarado
• Nyeri perut bagian kanan bawah
(bukan migrasi ke kanan bawah) =
0
• Tidak mau makan (anoreksia) = 1
• Mual, muntah = 1
• Nyeri perut bagian kanan bawah
(McBurney) = 2
• Nyeri tekan lepas = 2
• Suhu 37,9°C =1
• Leukosit 9000 = 0
• Segmen 86% (shift to the left) = 1
Total skor = 8
Hitung Jenis Leukosit (BEBSLiM)
• Basofil : 0 – 1 (%) B E B S Li M
Eosinofil : 1 – 3 (%) 0-1 1-3 2-6 50-70 20-40 2-8
Batang : 2 – 6 (%)
Segmen : 50 – 70 (%) LEFT RIGHT
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)
• Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen)
relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan
sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the
left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria.
• Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif
dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang
disertai shift to the right biasanya merupakan infeksi virus atau
noninfeksi.
A. Ulkus peptikum
B. Appendisitis
C. Salfingitis
D. Gastritis
E. Kolitis
53
Seorang pasien perempuan umur 20 tahun datang
dengan keluhan rasa terbakar di daerah ulu hati dan
terasa nyeri, nyeri bertambah ketika pasien terlambat
makan, dan ketika makan nyeri hilang sementara, namun
2 atau 3 jam setelah makan nyeri kembali lagi, apa
kemungkinan diagnosa pada pasien tersebut?
A. Tukak gaster
B. Gastritis
C. Tukak duodenum
D. GERD
E. Irritable bowel syndrome
Pembahasan
• Perempuan umur 20 tahun
• Rasa terbakar di daerah ulu hati dan terasa
nyeri
• Nyeri bertambah ketika pasien terlambat
makan
• Nyeri hilang sementara ketika makan
• 2 atau 3 jam setelah makan nyeri kembali lagi
• Diagnosa?
Membedakan ulkus gaster vs ulkus
duodenum
• Ulkus gaster: nyeri segera setelah makan
• Ulkus duodenum: nyeri 2-3 jam setelah makan
Ulkus Gaster Ulkus Duodenum
Nyeri epigastrium setelah Nyeri epigastrium 2-3 jam
makan setelah makan
Menyebabkan hematemesis Menyebabkan hematochezia
Biasanya heartburn Jarang heartburn
Bisa menyebabkan ca gaster Bangun malam hari karena
nyeri
A. Tukak gaster
B. Gastritis
C. Tukak duodenum
D. GERD
E. Irritable bowel syndrome
54
Laki-laki 37 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan demam sudah 7 hari. Demam disertai nyeri
perut, mual, muntah, dan lidah putih. Pasien
diketahui memiliki alergi terhadap
Chloramphenicol. Terapi yang bisa diberikan pada
pasien ini adalah ....
A. Thiamphenicol
B. Ceftriaxone
C. Cefotaxime
D. Amoksisilin
E. Ceftazidine
Pembahasan
• Laki-laki 37 tahun
• Demam sudah 7 hari
• Disertai nyeri perut, mual, muntah, dan lidah
putih
• Alergi terhadap Chloramphenicol
• Terapi?
Pengobatan Demam Tifoid
Pilihan antibiotik oral untuk Demam Tifoid:
• Kloramfenikol Pilihan soal:
a. Thiamphenicol
• Seftriakson b. Ceftriaxone
c. Cefotaxime
• Ampisilin/Amoksisilin d. Doksisiklin
e. Ceftazidine
• Kotrimoksazole
• Kuinolon (siprofloksasin/Ofloksasin)
• Cefixime
• Tiamfenikol
Untuk dosis dan durasi serta efek samping, lihat PPK Dokter di Fasyankes Primer
A. Thiamphenicol
B. Ceftriaxone
C. Cefotaxime
D. Doksisiklin
E. Ceftazidine
55
Seorang pria berusia 63 tahun datang dengan
gangguan bicara. Pasien dapat memahami, mengikuti,
dan menjalani pemeriksaan instruksi. Namun, pasien
tidak bisa mengekspresikan dalam bentuk kata atau
kalimat. Diagnosis pada pasien ini adalah…
A. Afasia global
B. Afasia sensorik
C. Afasia motorik
D. Afasia transkortikal
E. Afasia konduksi
Pembahasan
• Pasien gangguan bicara
• Masih dapat memahami, mengikuti, dan
menjalani instruksi
• TIDAK dapat mengekspresikan dalam
bentuk kata-kata atau kalimat
• Diagnosis?
Afasia
• Afasia : Pasien tidak dapat berbicara. Afasia
digolongkan menjadi afasia sensorik dan afasia
motorik.
• Afasia sensorik  dia bisa bicara dengan lancar tapi
tidak dapat mengerti dan tidak dapat mengulang
pembicaraan (motoric saja yang bisa)
• Afasia motorik  dia tidak bisa bicara dengan lancar
dan tidak dapat mengulang, tetapi dapat mengerti
(sensorik saja yang bisa)
• Afasia transkortikal  jika diantara keduanya di
atas masih bisa mengulang
Afasia
Kemungkinan Soal Lain
• Seringkali ditanyakan lokasi lesi yang
berpengaruh pada suatu Afasia
– Afasia Sensorik  Area Wernicke (Temporal)
– Afasia Motorik  Area Broca (Fronto Temporal)
Sering terbalik?
Anak motor itu biasanya cowok-cowok dan
selalu terkenal dengan sapaan “Bro… Bro..”
Pilihan Lain
• Afasia global : gabungan sensorik dan motorik
• Afasia sensorik : tidak dapat mengikuti
perintah/ instruksi (sensoriknya yang gagal)
• Afasia transkortikal : pasien masih dapat
mengulang dengan gangguan sensorik dan
motorik
• Afasia konduksi : pasien tidak dapat
mengulang tanpa adanya gangguan sensorik
dan motorik
A. Afasia global
B. Afasia sensorik
C. Afasia motorik
D. Afasia transkortikal
E. Afasia konduksi
56
Bayi usia 10 hari dibawa keluarganya dengan keluhan
utama kejang. Keluhan disertai dgn panas badan, mulut
seperti mencucu ikan, dan keseluruhan badan kaku.
Riwayat kelahiran bayi ditolong dukun dengan berat 2200
gram dan panjang badan 49 cm. Riwayat imunisasi
disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,4oderajat.
Diagnosis yg tepat untuk kasus ini adalah ...
A. Tetanus neonatarum
B. Meningoencephalolitis
C. Encephalitis
D. Meningitis
E. Septic neonatarum
Pembahasan
• Bayi usia 10 hari
• Keluhan kejang, demam, mulut seperti ikan,
kaku seluruh tubuh
• Riwayat kelahiran dibantu oleh bidan dan
tidak pernah diimunisasi sebelumnya
• Pemeriksaan fisik didapatkan demam
• Diagnosis?
Tetanus
Keluhan yang dialami pasien berdasarkan jenis
tetanus yang dialami:
• Tetanus lokal  Spasme HANYA pada daerah
LUKA
• Tetanus sefalik  Spasme mengenai wajah diikuti
dengan trimus, difagia, risus sardonicus (wajah
seperti ketawa), disfungsi nervus kranialis
• Tetanus umum/ generalisata  Spasme yang
terjadi secara umum di seluruh tubuh dan dapat
ditemukan kejang umum dengan rangsangan yang
ringan saja
• Tetanus neonatorum  Terjadi pada neonates
(Pada Tetanus Neonatorum terdapat gejala khas,
yaitu Mulut mencucu (seperti ikan).
Tetanus Neonatorum
• Ini soal yang To The Poin!
• Pasien riwayat kelahiran dibantu oleh
dukun  sterilitas diragukan
• MULUT MENCUCU dan badan KAKU seluruh
tubuh  mengarah ke tetanus
• Lihat usia pasien!  kurang dari 28 hari 
neonatus
Kemungkinan Soal Lain
• Apa tatalaksana pasien dengan tetanus
neonatorum?
– Tali pusat dibersihkan dengan povidone iodine atau
alcohol 70%
– Dosis penisilin prokain 50.000 unit/kgBB/kali IM
setiap 12 jam
– Antibiotik juga dapat diganti (selain seperti
dewasa) dengan ampisilin 50 mg/kgBB/dosis
dengan jumlah bagi dosis sesuai dengan usia
gestasi.
– Untuk spasme otot dapat diberikan diazepam 20 –
40 mg/kg/hari drip dalam dextrose 5%
Pilihan Lain
• Meningoencephalolitis: terjadinya penurunan
kesadaran, ada tanda rangsang meningeal,
misalnya kaku kuduk (pada anak tidak selalu
ada), terdapat defisit neurologis
• Encephalitis: adanya radang pada parenkim
otak, terdapat defisit neurologis
• Meningitis: meningoencephalolitis tanda
encephalitis
• Septic neonatorum: infeksi sistemik pada
neonatorum ditandai dengan adanya distress
nafas, gangguan GI, dan sistem yang lain
A. Tetanus neonatarum
B. Meningoencephalolitis
C. Encephalitis
D. Meningitis
E. Septic neonatarum
57
Anak laki-laki berusia 8 tahun datang diantar orang tuanya dengan
keluhan utama pandangan kosong dan bengong sejak 1 tahun yang
lalu. Keluhan ini dapat berulang hingga 10 kali dalam sehari selama
beberapa detik, terjadinya mendadak, kemudian normal kembali.
Riwayat trauma pada pasien disangkal. Pemeriksaan status
neurologis dalam batas normal. Dokter mendiagnosis pasien ini
sebagai epilepsi. Jenis epilepsi apakah yang dimiliki oleh pasien ini?
A. Parsial sederhana
B. Umum absans
C. Umum mioklonik
D. Umum tonik
E. Parsial kompleks
Pembahasan
• Anak 8 tahun dengan keluhan pandangan
kosong dan bengong sejak 1 tahun terakhir
• Terjadinya mendadak, 10 kali sehari, dan
normal kembali setelah bengong
• Tidak ada riwayat trauma
• Dokter telah mendiagnosis sebagai epilepsy
• Jenis epilepsi?
Kejang
Kejang dibagi menjadi 3, yaitu kejang fokal,
kejang umum, dan kejang yang tidak dapat
diklasifikasikan
• Kejang Fokal
– Kejang Fokal Sederhana kesadaran tidak
terganggu, berlangsung hanya detik hingga menit,
jika > 30 menit lihat Status Epileptikus
– Kejang Fokal Kompleks kesadaran terganggu
sehingga pasien tidak ingat saat kejang
– Kejang Umum sekunder  mudahnya mulai dari
kejang fokal kompleks ke kejang umum tonik-
klonik
Kejang
• Kejang Umum
– Kejang absans (petit mal) mudahnya pasien
menjadi bengong dan dapat disertai
automatisme
– Kejang mioklonik  pergerakan motorik singkat,
jerking, kurang dari 1 detik
– Kejang klonik  pergerakan motorik ritmik
– Kejang tonik  mudahnya kaku di tubuh
– Kejang tonik-klonik  campuran tonik dan klonik
– Kejang atonik  tiba-tiba jatuh
Status Epileptikus
• Status Epileptikus adalah kejang yang berlangsung
lebih dari 30 menit ATAU 2 atau lebih kejang
berturut-turut tanpa pulihnya kesadaran diantara
kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit.
• Biasanya kejang pada status adalah tonik-klonik.
Perlu didapatkan riwayat epilepsi dan pengobatan.
• Pada pasien status tanpa riwayat epilepsi, terdapat
beberapa kondisi pemicu, misalnya cedera kepala,
infeksi, neoplasma, dan beberapa penyakit saraf
lainnya yang dapat mencetuskan kejang.
Epilepsi Petit Mal
• Ingat judul di atas! Terkadang tidak muncul
pilihan absans tetapi pilihannya seperti di
atas.
• Ini soal To The Poin! Banget. Tidak ada jenis
epilepsi yang gejalanya bengong, selain
absans!
Kemungkinan Soal Lain

• Terapi
pada
kejang
apa?
• Baca
POINOLO
GI!
A. Parsial sederhana
B. Umum absans
C. Umum mioklonik
D. Umum tonik
E. Parsial kompleks
58
Wanita berusia 55 tahun datang ke IGD dengan
keluhan nyeri pinggang akibat terpeleset di
kamar mandi. Pada pemeriksaan foto polos
didapatkan corpus vertebra Lumbar 4 berada di
depan Lumbar 5. Apa diagnosis pada pasien ini?
A. Spondilosis
B. Spondilitis
C. Spondilolithesis
D. Hernia Nucleus Pulposus
E. Pott Disease
Pembahasan
• Wanita 55 tahun datang setelah terpeleset
• Data pemeriksaan foto rontgen
menyebutkan korpus vertebra T4 berada di
depan T5
• Diagnosis?
Spondilolisthesis
• Spondilolisthesis merupakan suatu keadaan
dimana salah satu korpus vertebra lebih maju
dibandingkan dengan korpus yang berada di
bawahnya.
• Apa penyebabnya? Bisa gaya hidup dan genetik
• Gejalanya? Low back pain, spasme otot, otot
hamstring kaku, kesulitan berdiri dan berjalan
• Apabila berat dapat mempengaruhi saraf,
seperti kesemutan hingga hiposthesia
• Dapat merupakan kelanjutan dari spondilolisis
Spondilolisis
• Gejala hampir mirip dengan
spondylolisthesis namun lebih ringan
• Merupakan adanya deformitas pada pars
interarticularis yang merupakan
penghubung antara korpus yang satu
dengan yang lain
Spondilolisthesis vs Spondilolisis
Pilihan Lain

Spondilosis: penyakit kronik pada


vertebra dan kartilago yang terjadi
pada orang tua, biasanya pada
servikal
Spondilitis: radang pada korpus
vertebra, biasanya akibat infeksi
Hernia Nucleus Pulposus:
keluarnya nucleus pulposus akibat
lemahnya annulus fibrosus
sehingga menekan saraf spine
Pott Disease: spondylitis yang
diakibatkan oleh penyakit TB
A. Spondilosis
B. Spondilitis
C. Spondilolithesis
D. Hernia Nucleus Pulposus
E. Pott Disease
59
Seorang laki-laki korban kecelakaan lalu lintas
datang dengan penurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan CT-Scan didapatkan lesi hiperdens
berbentuk bulan sabit. Diagnosis dari kondisi
pasien tersebut adalah…
A. Perdarahan subdural
B. Perdarahan epidural
C. Perdarahan subarachnoid
D. Perdarahan intraserebral
E. Stroke hemorrhage
Pembahasan
• Pasien post kecelakaan lalu lintas
• Terjadi penurunan kesadaran
• Hasil CT-Scan: Hiperdens berbentuk bulan
sabit
EPI SUB
Atas dura Bawah dura
Arteri Vena penghubung
Lucid interval (Sadar-tidak sadar- sadar Sakit kepala semakin parah, bingung,
lagi dalam hitungan jam setelah kejadian) penurunan kesadaran dalam hitungan
hari-minggu
Bikonvex, tidak melewati sutura Bulan sabit, melewati sutura
Hasil CT-Scan
• Subdural hematom
• Semilunar – bulan sabit
Bisa bedain?

Subdural
Epidural
Subarachnoid

Kontusio
Soal Pasca KLL
• Hati-hati pada soal dengan pasien Pasca KLL
• MEMANG paling banyak adalah epidural
hematoma, tetapi diBACA lagi soalnya
• Lucid interval juga diperhatikan. Epidural
itu untuk lucid interval yang jangka
waktunya pendek.
• Jika pasien kembali pingsan setelah minggu
lalu KLL apakah lucid interval? TIDAK!
A. Perdarahan subdural
B. Perdarahan epidural
C. Perdarahan subarachnoid
D. Perdarahan intraserebral
E. Stroke hemorrhage
60
Seorang wanita 55 tahun datang dengan keluhan
ekstremitas kanan lumpuh sejak 1 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik menunjukkan mulut pasien tertarik
atau mencong ke kiri. Ketika dokter meminta untuk
mengangkat dahi, pasien tidak mampu melakukannya.
Dokter mendiagnosis pasien ini sebagai stroke. Nervus
kranial yang terkena adalah…
A. N. V kanan sentral
B. N. VII kanan perifer
C. N. VII kanan sentral
D. N. VII kiri sentral
E. N. VII kiri perifer
Pembahasan
• Pasien wanita 55 tahun dengan keluhan
utama kelumpuhan ekstrimitas.
• Selain itu, terdapat wajah mencong ke kiri
 wajah bagian kanan lumpuh.
• Pasien tidak dapat mengangkat dahi
• Nervus kranialis yang lumpuh?
Nervus Kranialis VII

• Perhatikan gambar di atas!


• Ingat bahwa persarafan akan dibagi atas di bawah dahi dan di atas
dahi.
• Bagian atas (dahi) setelah melewati LMN akan menyilang ke kedua
korteks  jika yang terkena bagian sentral (korteks) maka masih
terkompensasi bagian kontralateral
• Jika bagian dahi paresis artinya dari PERIFER sudah lumpuh!
Kemungkinan Soal Lain
• Soal yang sering keluar adalah kranialis XII yang
dikatakan pada soal berupa kelemahan pada
lidah.
• Beberapa langkah untuk mencari kelumpukan
N.XII:
– Arah lidah mengarah ke arah lesi, gimana caranya?
• Jika posisi lidah di dalam mulut, lidah akan mengarah ke
yang sehat
• Jika posisi lidah dijulurkan, lidah akan mengarah ke yang
sakit.
– Cari LMN atau UMN. Jika LMN ada tanda-tanda LMN,
seperti atrofi atau fasikulasi.
• Ingat! UMN dari korteks ke N.XII, sedangkan LMN dari N.XII
ke ujung saraf lidah.
A. N V kanan sentral
B. N. VII kanan perifer
C. N. VII kanan sentral
D. N. VII kiri sentral
E. N. VII kiri perifer
61
Seorang pria berusia 65 tahun datang dengan keluhan
tremor, badan terasa kaku, dan berjalan dengan langkah
kecil-kecil sejak setahun terakhir. Akhir-akhir ini keluhan
pasien bertambah berat. Riwayat hipertensi, stroke, dan
trauma pada pasien tidak ada. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan fungsi motorik baik, tonus rigid, dan terdapat
gerakan cogwheel. Kelainan pada sistem saraf apakah
pasien ini?
A. Dopaminergik mesencephalon B
B. Dopaminergik nucleus caudatus.
C. Dopaminergik substantia nigra
D. Serotonergik mesencephalon
E. Serotonergik thalamus
Pembahasan
• Pria berusia 65 tahun, setahun terakhir
memiliki keluhan tremor, badan terasa kaku,
dan jalan dengan langkah kecil-kecil.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan tonus
rigid dan adanya gerakan cogwheel.
• Lesi pada otak manakah?
Parkinson
Penyakit degeneratif yang menyerang sistem
motorik pasien
Parkinson akan
dikenali dengan
4 gejala utama,
yaitu:
• Tremor
• Rigiditas
• Bradikinesia
• Postural
imbalance
Patofisiologi Parkinson
Kemungkinan Soal Lain
• Kemungkinan soal lain akan bertanya
masalah diagnosis dan terapi.
• Untuk terapi, karena patofisiologi dari
Parkinson adalah kurangnya dopamine pada
substansia nigra, maka pengobatan adalah
menggunakan dopamine
• Obat: Levodopa yang dapat dikombinasikan
dengan carbidopa dan benzaserid
A. Dopaminergik mesencephalon B
B. Dopaminergik nucleus caudatus
C. Dopaminergik substantia nigra
D. Serotonergik mesencephalon
E. Serotonergik thalamus
62
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang dengan keluhan
pusing berputar sejak 4 jam lalu. Pusing dirasakan
terutama bila berpindah posisi kepala. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik ditemukan dix hallpike positif. Apa yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan tersebut?
A. Tidak ada nistagmus
B. Nistagmus horizontal selama 1/2 menit dengan adanya
periode laten
C. Nistagmus rotatoar selama 1/2 menit dengan adanya
periode laten
D. Nistagmus horizontal tanpa periode laten
E. Nistagmus rotatoar tanpa periode laten
Pembahasan
• Laki-laki 40 tahun dating dengan keluhan
pusing berputar saat berpindah posisi
• Terdapat hemiparesis sinistra dan dix
hallpike positif.
• Apa yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan?
Vertigo
• Vertigo: Persepsi yang salah terhadap suatu
lingkungan. GAMPANGNYA PUSING!
• Vertigo ada 2  vestibularis dan non-
vestibularis. GAMPANGNYA vestibularis
muter dan non-vestibularis goyang kayak
naik kapal.
• Vertigo vestibularis ada 2  sentral dan
perifer. GAMPANGNYA perifer lebih buruk
sampai mual muntah dan biasanya diikuti
gangguan pendengaran.
Vertigo Vestibularis vs Non-
vestibularis
Vertigo Vestibularis Sentral vs
Perifer
Pemeriksaan Dix-Hallpike
• Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis BPPV
• Apa yang disebut dengan Dix-hallpike abnormal? Adanya
nystagmus posisional dengan:
– Ada masa laten
– Lamanya kurang dari 30 detik
– Disertai vertigo yang lamanya sama dengan nystagmus
– Vertigo yang semakin berkurang setiap pemeriksaan diulang
(fatigue)
• Arah nystagmus?
– Jika terkena kanal posterior  rotatoar (yang paling sering)
– Jika terkena kanal anterior  downbeating
A. Tidak ada nistagmus
B. Nistagmus horizontal selama 1/2 menit
dengan adanya periode laten
C. Nistagmus rotatoar selama 1/2 menit
dengan adanya periode laten
D. Nistagmus horizontal tanpa periode laten
E. Nistagmus rotatoar tanpa periode laten
63

Apakah nama pemeriksaan pada


gambar disebut?
A. Tes tinnel
B. Tes phallen
C. Tes tourniquet
D. Tes kernig
E. Tes lasseque
Pembahasan
Apa nama pemeriksaannya?
Carpal Tunnel Syndrome
Keluhan yang biasanya membuat pasien
datang adalah:
• Parastesia
• Numbness (seperti kebas)
• Tingling (seperti kesetrum)
• Jika berlanjut akan ke gejala motorik
Carpal Tunnel Syndrome
• Pemeriksaan Fisik khusus CTS:
–Flick’s sign: ketika dikebas-kebaskan, keluhan
berkurang
–Thenar wasting : pada kasus yang sudah kronik
biasanya diikuti oleh atrofi otot tenar
–Wrist extension test selama 60 detik
–Phalen’s test : fleksi tangan maksimal
–Torniquets test selama 60 detik
–Tinnel sign: perkusi di pergelangan tangan
Pilihan Lain
• Tes phallen : Sama untuk CTS, tapi pasien diminta
untuk fleksi kedua tangan, apabila nyeri maka positif
• Tes tourniquet : Tes untuk melihat fungsi trombosit
apakah masih bagus atau tidak  biasanya untuk
dengue
• Tes kernig : Tes dengan mengangkat paha dan lutut
sehingga terbentuk huruf “K”  tanda ransang
meningeal positif jika sudut > 135o
• Tes lasseque: Tes dengan mengangkat paha sehingga
terbentuk huruf “L”  tanda rangsang meningeal
positif jika sudut >70o
A. Tes tinnel
B. Tes phallen
C. Tes tourniquet
D. Tes kernig
E. Tes lasseque
64
Seorang pasien, laki-laki, berusia 32 tahun, datang
dengan kelemahan kedua kaki, kaki tidak dapat
diangkat namun masih dapat digeser. Keluhan lain
adanya rasa kebas terasa hingga setinggi pusar.
Terdapat riwayat jatuh dari ketinggian 2 meter. Apa
diagnosis kasus diatas?
A. Paraparese UMN hipestesi pada dermatom T10
B. Paraparese LMN hipestesi pada dermatom T10
C. Paraparese LMN hipestesi setinggi dermatom T10
D. Paraplegi UMN hipestesi pada dermatom T10
E. Paraplegi LMN hipestesi setinggi dermatom T10
Pembahasan
• Laki-laki 32 tahun terjatuh dari ketinggian 2
meter.
• Pasien hanya dapat menggeser kaki saja
• Terdapat hipestesi pada torakal 10
• Diagnosis?
Kekuatan Motorik
• Nilai kekuatan motorik:
– 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali
– 1 : hanya ada kontraksi otot
– 2 : hanya dapat menggeser dan tidak dapat
melawan gravitasi
– 3 : hanya dapat melawan gravitasi
– 4 : Dapat melawan gravitasi, dapat melawan
kekuatan pemeriksa namun masih lebih lemah dari
pemeriksa
– 5 : Kekuatan sama dengan pemeriksa
• Dikatakan PLEGI jika kekuatan NOL
Soal ini UMN atau LMN?
• Ingat! Motorik kaki diatur oleh persarafan
lumbosakral!
• Terdapat hipestesi di T10 sehingga minimal
ada lesi di T10
• T10 terhadap lumbosakral? YUP! UMN
• UMN memiliki beberapa gejala seperti:
– Refleks patologis, seperti Babinski positif
– Otot cenderung spastik (kaku)
A. Paraparese UMN hipestesi pada dermatom
T10
B. Paraparese LMN hipestesi pada dermatom
T10
C. Paraparese LMN hipestesi setinggi dermatom
T10
D. Paraplegi UMN hipestesi pada dermatom T10
E. Paraplegi LMN hipestesi setinggi dermatom
T10
65
Perempuan 20 tahun datang dengan keluhan utama
sesak nafas disertai dengan nafas berbunyi. Keluhan
muncul akhir-akhir ini di saat tetangganya sedang
memperbaiki rumah. Pasien punya riwayat keluhan
sesak dan nafas berbunyi sejak kecil. Keluhan demam
tidak ada. Yang merupakan mekanisme keluhan pasien
ini adalah…
A. Udara mengisi pleura paru
B. Inflamasi parenkim paru
C. Bronkospasme karena eksaserbasi asma
D. Bronkospasme karena eksaserbasi ppok
E. Bronkospasme karena tumor paru
Pembahasan
• Keluhan utama sesak nafas dengan nafas
berbunyi
• Muncul di saat tetangganya renovasi rumah
• Punya riwayat sesak nafas sejak masa kecil
• Mekanisme terjadinya gejala?
Asma
• Suatu reaksi hipersensitivitas tipe I yang
menyerang ke bronkus sehingga terjadi
penyempitan bronkus.
• Gejala utama  sesak nafas disertai
dengan wheezing
• Patofisiologi:
Pilihan Lain
• Udara mengisi pleura paru : pneumothoraks
• Inflamasi parenkim paru : kontusio paru
akibat trauma
• Bronkospasme karena eksaserbasi ppok :
PPOK terjadi pada orang tua dan adanya
paparan asap yang berlebih
• Bronkospasme karena tumor paru : Tumor
paru jarang yang menyebabkan
bronkospasme.
A. Udara mengisi pleura paru
B. Inflamasi parenkim paru
C. Bronkospasme karena eksaserbasi
asma
D. Bronkospasme karena eksaserbasi ppok
E. Bronkospasme karena tumor paru
66
Seorang pasien dibawa ke IGD setelah ditabrak motor.
Pasien terjatuh dan saat ini kesakitan di daerah bahu.
Pemeriksaan tanda vital tekanan darah sebesar 130/90
mmHg, Nadi 120 kali/menit, Nafas 28 kali/menit, dan suhu
37oC. Dilakukan pemeriksaan foto thoraks AP dan hasilnya
adalah sebagai berikut:
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah...
A. Fraktur clavicula dextra
B. Fraktur clavicula sinistra
C. Fraktur scapula dextra
D. Fraktur scapula sinistra
E. Fraktur caput clavicula
Pembahasan
• Pasien post KLL
• Nyeri bagian bahu
• TTV normal
• Hasil rontgen adanya fraktur klavikula
• Diagnosis?
Ini Soal To The Poin!
A. Fraktur clavicula dextra
B. Fraktur clavicula sinistra
C. Fraktur scapula dextra
D. Fraktur scapula sinistra
E. Fraktur caput clavicula
67
Seorang laki-laki berusia 65 tahun mengeluh sesak nafas
bertambah berat sejak 1 hari lalu. Keluhan didahului batuk
berdahak kuning kehijauan dan demam 4 hari yang lalu. Keluhan
batuk dan sesak sejak 3 tahun lalu hilang timbul. Pasien memiliki
riwayat merokok selama 50 tahun. Pemeriksaan tanda vital
ditemukan tekanan darah 120/90 mmHg, nafas 42 kali/menit, suhu
36,7oC, nadi 120kali/menit.
Diagnosis pasien ini adalah…
A. Bronkiektasis
B. Bronkitis akut
C. Pneumonia
D. Asma bronkiale
E. PPOK eksaserbasi akut
Pembahasan
• Laki-laki, 65 tahun, dengan keluhan sesak
nafas didahului dengan demam dan batuk
berdahak hijau
• Riwayat merokok
• Sejak 3 tahun terakhir sering sesak nafas
• Diagnosis?
PPOK
PPOK
Indikator SESAK PPOK:
• Progresif (sesak bertambah berat seiring
berjalannya waktu)
• Bertambah berat dengan aktivitas
• Persisten (menetap sepanjang hari)
• Pasien mengeluh, “Perlu usaha untuk
bernapas”
• Berat, sukar bernapas, terengah-engah
Keluhan PPOK
• Sesak napas
• Kadang-kadang mengi
• Batuk kering atau berdahak yang produktif
• Rasa berat di dada
PPOK atau Pneumonia
• PPOK merupakan penyakit KRONIK!
• PPOK tidak disembuhkan tapi dikontrol 
sewaktu-waktu bisa “kumat”
• Apa yang bisa buat kumat? Infeksi, salah
satunya pneumonia
• Jadi soal ini merupakan PPOK eksaserbasi
akut
Pilihan lain
• Bronkiektasis : keywords utamanya adalah
sputum tiga lapis dan honey comb
appearance di foto rontgen
• Bronkitis akut : infeksi pada bronkus yang
ditandai dengan batuk dan wheezing
• Pneumonia : infeksi pada parenkim paru
• Asma bronkiale : sesak nafas yang
merupakan reaksi hipersensitivitas.
A. Bronkiektasis
B. Bronkitis akut
C. Pneumonia
D. Asma bronkiale
E. PPOK eksaserbasi akut
68
Seorang bayi perempuan dirujuk ke RS karena
merintih sejak 4 jam setelah lahir. Bayi lahir spontan,
ditolong bidan pada usia kehamilan 32 minggu.
Pemeriksaan fisik menunjukkan sianosis pada mulut
dan jari, dan terdapat nafas cuping hidung. Diagnosis
yang tepat adalah...
A. Hyaline membrane disease
B. Acute respiratory distress syndrome
C. Sindrom aspirasi meconium
D. Pneumonia neonatorum
E. Transient tachypneu of the newborn
Pembahasan
• Bayi sesak nafas 4 jam setelah lahir
• Preterm 32 minggu
• Diagnosis?
Diagram Cepat DistressRespirasi
• Preterm:
– < 6 jam  Hyaline Membrane Disease
– > 6 jam  Pneumonia
• Term:
– < 6 jam  Transient Takipnea Neonates Born
(TTNB) atau aspirasi meconium
– > 6 jam  Pneumonia

PHP – TTP 6 – 6
Diskusi
• Pasien dalam keadaan preterm (32 bulan)
dan sesak kurang dari 6 jam (4 jam)  HMD
A. Hyaline membrane disease
B. Acute respiratory distress syndrome
C. Sindrom aspirasi meconium
D. Pneumonia neonatorum
E. Transient tachypneu of the newborn
69
Perempuan 78 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai batuk lendir berwarna hijau.
Keluhan lain adalah selera makan dan berat badan turun. Riwayat
merokok satu bungkus per hari sejak muda. Pemeriksaan tanda vital
ditemukan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 kali/menit, nafas
26x/menit, dan suhu 37oC. Tampak kulit kemerahan, nafas melalui
mulut retraksi otot sternokleidomastoideus, barrel cest, retraksi
interkostal, sela iga melebar hipersonor, suara nafas bronkial dan
wheezing di kedua lapang paru. Apa diagnosa paling tepat pada pasien
ini?
A. Abses paru
B. Pneumonia
C. Status asmatikus
D. Emfisema
E. Bronkiektasis
Pembahasan
• Sesak sejak 1 hari yang lalu disertai batuk dengan dahak berwarna
hijau
• Selera makan dan BB turun
• Riwayat merokok sebungkus sehari
• PF:
– tampak kulit kemerahan
– nafas melalui mulut
– retraksi otot sternokleidomastoideus
– barrel cest
– retraksi intercostal
– sela iga melebar hipersonor
– suara nafas bronkial dan wheezing di kedua lapang paru
• Diagnosis?
PPOK
PPOK
Indikator SESAK PPOK:
• Progresif (sesak bertambah berat seiring
berjalannya waktu)
• Bertambah berat dengan aktivitas
• Persisten (menetap sepanjang hari)
• Pasien mengeluh, “Perlu usaha untuk
bernapas”
• Berat, sukar bernapas, terengah-engah
Keluhan PPOK
• Sesak napas
• Kadang-kadang mengi
• Batuk kering atau berdahak yang produktif
• Rasa berat di dada
Pembagian Lama PPOK
BLUE BLOATER (BRONKITIS KRONIK) PINK PUFFER (EMFISEMA)

Masalah saluran napas Masalah di alveolus

Warna membiru Warna pink (↑retensi CO2)

Gemuk Kurus

Lebih banyak di perokok Lebih banyak di orang tua

Sputum dan batuk banyak Napas bibir mencucu

Hipoksia Ortopneu

Hiperkapnia (↑pCO2) Waktu ekspirasi memanjang

Clubbing finger Barrel chest

↑Hemoglobin Berbicara sepenggal-sepenggal

Kardiomegali, gagal jantung kanan, Perkusi hipersonor


edema perifer
A. Abses paru
B. Pneumonia
C. Status asmatikus
D. Emfisema
E. Bronkiektasis
70
Wanita berusia 43 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak
3 hari yang lalu. Keluhan sesak disertai batuk dan panas tinggi
serta dahak seperti karat besi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pasien tampak sesak, nafas dangkal, terdapat pernafasan cuping
hidung. Pemeriksaan toraks didapatkan bentuk simestris,
hemitoraks kanan pergerakannya tertinggal, vocal fremitus
meningkat, perkusi sonor memendek, ronki basah sedang nyaring.
Apakah kemungkinan diagnosisnya?
A. Bronkopnemonia
B. Bronkitis akut
C. Pnemonia Lobaris kanan
D. Abses paru kanan
E. TB paru kanan
Pembahasan
• Sesak nafas sejak 3 hari disertai demam dan
batuk berdahak (berwarna karat besi)
• PF: Sesak
• Pemeriksaan Thoraks: bentuk simestris,
hemitoraks kanan pergerakannya tertinggal,
vocal fremitus meningkat, perkusi sonor
memendek, ronki basah sedang nyaring
• Diagnosis?
Pneumonia

• Infeksi yang
menyerang
parenkim
paru
• Dewasa:
– demam
– sesak nafas
– batuk
Pneumonia Bakterial
Warna sputum dan patogen penyebabnya
• Streptococcus pneumoniae: Rust-colored (warna karat)
• Pseudomonas, Haemophilus, and pneumococcal species: hijau
• Klebsiella species pneumonia: Red currant-jelly
• Infeksi anaerobik: bau dan rasa tidak enak

Tanda dan gejala


• Hipertermia (38°C) atau hipotermia (< 35°C)
• Takipnea (>18 x/menit)
• Penggunaan otot bantu napas
• Takikardia (>100 x/menit)
• Sianosis sentral
• Perubahan status mental
Pneumonia yang mana?
• Pada soal ini yang sangat ditonjolkan adalah
adanya gerakan dada kanan yang terlambat.
• Jika pneumonia pada sebagian kecil tempat
saja, maka tidak akan mampu membuat
gejala sebesar itu
• Kemungkinan besar pneumoninya mencapai
daerah yang luas  pneumoni lobaris
A. Bronkopnemonia
B. Bronkitis akut
C. Pnemonia Lobaris kanan
D. Abses paru kanan
E. TB paru kanan
71
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan
sesak napas disertai mengi sejak 2 jam yang lalu. Pasien diketahui
memiliki riwayat asma, berobat teratur dan biasa menggunakan
bronkodilator inhalasi. Sebelum ke UGD RS, pasien sempat
menggunakannya namun tidak ada perubahan. Pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
98 kali/menit, nafas 38 kali/menit dangkal, dan suhu 37,4oC. Terdapat
wheezing di kedua lapang paru. Bila diajak berbicara, pasien tidak dapat
menyelesaikan satu kata secara utuh. Bagaimana hasil pemeriksaan
analisis gas darah pada pasien?
A. pH meningkat
B. PCO2 meningkat
C. PO2 meningkat
D. HCO3 meningkat
E. Total CO2 meningkat
Pembahasan
• Perempuan 32 tahun sesak nafas disertai
mengi sejak 2 jam
• Memiliki riwayat asma dan rajin berobat
• Bila diajak berbicara, pasien tidak dapat
menyelesaikan satu kata secara utuh
• Bagaimana kemungkinan analisis gas
darah?
Derajat Eksaserbasi Asma
Jadi analisis gas darahnya?
• Ingat! Asma pada pasien ini merupakan
eksaserbasi berat!
• Asma merupakan penyakit paru yang
obstruktif  udara tidak dapat keluar dari
paru  udara kotor tetap di sirkulasi darah 
CO2 banyak di darah
• Yang kita periksa bukan total CO2 dalam darah
tapi tekanan CO2 (PaCO2)
• Akibat CO2 yang banyak  tekanan akan naik
A. pH meningkat
B. PCO2 meningkat
C. PO2 meningkat
D. HCO3 meningkat
E. Total CO2 meningkat
72
Seorang anak berusia 5 tahun datang dengan keluhan batuk selama
5 hari. Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan berat badan
21,5kg. Pasien sudah diimunisasi BCG. Pada pemeriksaan tuberculin
didapatkan 10 mm. Ibu pasien menderita TB dan sedang menjalani
pengobatan, baru 1 bulan. Apakah penatalaksanaan pada pasien?
A. Diberikan INH selama 6 bulan
B. Observasi pasien, bila ada gejala TB tambahan baru diobati
C. INH 100 mg selama 3 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan
mantoux ulang
D. INH 100 mg selama 6 bulan, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
mantoux ulang
E. INH 200 mg selama 6 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan
mantoux ulang
Pembahasan
• Anak, 5 tahun
• batuk 5 hari
• BB = 21,5 kg
• Tuberculin 10 mm
• Ibu merupakan pasien TB dalam pengobatan
• Penatalaksanaan?
Skoring TB anak
Alur TB Anak
Profilaksis TB
A. Diberikan INH selama 6 bulan
B. Observasi pasien, bila ada gejala TB
tambahan baru diobati
C. INH 100 mg selama 3 bulan, perlu dilakukan
pemeriksaan mantoux ulang
D. INH 100 mg selama 6 bulan, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan mantoux ulang
E. INH 200 mg selama 6 bulan, perlu dilakukan
pemeriksaan mantoux ulang
73
Perempuan 47 tahun sedang mendapat terapi obat
anti tuberkulosis (OAT). Pasien baru minum selama 4
minggu. Sejak 3 hari terakhir, penglihatan pasien
terganggu dan sering salah membedakan warna. OAT
yang mana yang menimbulkan efek tersebut?
A. Isoniazid
B. Etambutol
C. Rifampisin
D. Pirazinamid
E. Streptomisin
Pembahasan
• Pasien minum OAT selama 4 minggu
• Ada keluhan penglihatan pasien terganggu
dan sulit membedakan warna
• OAT mana yang mempengaruhi?
Efek samping
dan Kejadian
tidak
diinginkan
Cara Ingat Efek Samping OAT

Ethambutol
EthamBUTA
A. Isoniazid
B. Etambutol
C. Rifampisin
D. Pirazinamid
E. Streptomisin
74
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan demam. Sejak sekitar 1 bulan yang
lalu, pasien batuk-batuk dengan dahak berwarna
kehijauan. Pasien memiliki riwayat 3 tahun yang lalu
pasien mengalami keluhan yang sama, diterapi selama 6
bulan dan sudah dinyatakan sembuh. Apakah diagnosis
yang mungkinn pada kasus ini?
A. TB Paru BTA positif
B. TB Paru dengan kavitas
C. TB Paru kasus relaps
D. TB Paru kasus kronik
E. TB Paru dengan hemoptisis
Pembahasan
• Keluhan batuk berdarah disertai demam
• Ada riwayat sakit TB dan diobati selama 6
bulan, kemudian dinyatakan sembuh
• Kondisi pasien saat ini?
Klasifikasi Pasien TB berdasarkan
Waktu
• Pasien baru TB: adalah pasien yang belum
pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis)
• Pasien yang pernah diobati TB: adalah
pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT
selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis)
• Pasien yang riwayat pengobatan
sebelumnya tidak diketahui
Klasifikasi Pasien yang Pernah
Diobati TB
• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaanbakteriologis atau klinis (baik
karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB
yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up):adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan
lost to follow up (klasifikasi inisebelumnya dikenal sebagai
pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
A. TB Paru BTA positif
B. TB Paru dengan kavitas
C. TB Paru kasus relaps
D. TB Paru kasus kronik
E. TB Paru dengan hemoptisis
75
Seorang pasien dibawa ke IGD setelah kecelakaan lalu
lintas. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
100/90 mmHg, nafas 32 kali/menit, nadi 132 kali/menit,
dan suhu 36,20C. Pasien tampak sesak, ditemukan retraksi
dan gerakan napas hemithoraks kiri tertinggal, serta bunyi
nafas vesikular hanya ditemui pada paru kanan. Dilakukan
pemeriksaan foto thoraks AP. Diagnosis yang tepat pada
kasus ini adalah...
A. Hidrothoraks kiri
B. Hemothoraks kiri
C. Efusi pleura kiri
D. Pneumothoraks kiri
E. Tamponade jantung
Pembahasan
• Post KLL
• TD 100/90
• Pasien tampak sesak, ditemukan retraksi
dan gerakan napas hemithoraks kiri
tertinggal, serta bunyi nafas vesikular hanya
ditemui pada paru kanan
• Rontgen PA  trakea terdorong ke paru
kanan
• Diagnosis?
Pneumothoraks
Macam-Macam Pneumothoraks
• Pneumotoraks spontan primer
– Tanpa riwayat penyakit paru atau trauma
sebelumnya ataupun trauma, terjadi pada individu
yang sehat. Terutama lebih sering pada laki, tinggi
dan kurus, dan perokok.
• Pneumotoraks spontan sekunder
– Dengan riwayat penyakit paru sebelumnya (PPOK,
TB paru, dll).
• Tension Pneumothoraks
– Pneumothoraks dengan system pentil ban  udara
bisa masuk tidak bisa keluar  tanda vital terus
menurun
Tension Pneumothoraks
Tanda Klinis Pneumothoraks
• Inspeksi: lebih menonjol dan tertinggal
pada pernapasan
• Palpasi: fremitus menurun
• Perkusi: hipersonor dan pergeseran
mediastinum ke arah yang sehat
• Auskultasi: suara napas melemah dan jauh
Foto Rontgen: Pneumothoraks vs
Atelektasis
• Bedakan foto rontgen pada pneumothoraks
dan atelektasis
• Keduanya sama-sama hipoaerasi sehingga
gambaran lebih ke lusens 
pneumothoraks masih dapat terlihat pleural
line
• Yang membedakan pneumotoraks  trakea
mengarah ke yang sehat, jika atelectasis 
trakea mengarah ke yang sakit.
A. Hidrothoraks kiri
B. Hemothoraks kiri
C. Efusi pleura kiri
D. Pneumothoraks kiri
E. Tamponade jantung
76
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
utama batuk sejak 1 minggu. Batuk disertai banyak dahak terutama
pada pagi hari dan pada saat perubahan posisi, terkadang batuk juga
disertai darah. Pasien tidak ada riwayat merokok. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 100
kali/menit, nafas 22 kali/menit, dan suhu 37,10C. Pada pemeriksaan
penunjang radiologi didapatkan gambaran sarang tawon. Pada
pemeriksaan sputum didapatkan lapisan busa, purulen, dan mukoid.
Apa diagnosis yang tepat ?
A. Abses paru
B. Tuberkulosis paru
C. Bronkhitis kronik
D. Bronkiektasis
E. Carcinoma paru
Pembahasan
• Keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu,
disertai terkadang batuk darah dan saat
berubah posisi
• Pada pemeriksaan penunjang radiologi
didapatkan gambaran sarang tawon
• Pada pemeriksaan sputum didapatkan lapisan
busa, purulen, dan mukoid
• Diagnosis?
Ini soal To The Poin!
• Sangat jelas sekali kata kunci pada soal ini
• Ciri-ciri khas bronkiektasis:
– Batuk berdarah
– Sputum tiga lapis
– Honey Comb Appearance pada foto rontgen
A. Abses paru
B. Tuberkulosis paru
C. Bronkhitis kronik
D. Bronkiektasis
E. Carcinoma paru
77
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan
batuk, pilek, demam, dan sesak. Pasien bercerita
bahwa pasien memiliki riwayat berpergian ke
peternakan ayam milik keluarganya. Seminggu
kemudian ayam-ayam di perternakan mati mendadak.
Etiologi dari penyakit tersebut adalah....
A. H1N1
B. H5N1
C. H1N5
D. Coronavirus
E. HIV
Pembahasan
• Keluhan batuk, pilek, demam, dan sesak
• Riwayat mengunjungi perternakan ungags
dan unggas mati
• Etiologi?
Influenza
Diskusi

• Kata Kunci
– H5N1 : Avian flu
– H1N1 : Swine flu
– Coronavirus: Flu unta
Cara Ingat

5
H5N1
Jenis Soal Lain
• Berpergian ke Timur Tengah  Coronavirus
A. H1N1
B. H5N1
C. H1N5
D. Coronavirus
E. HIV
78
Laki-laki berusia 65 tahun datang ke IGD dengan sesak
nafas. Keluarga mengatakan pasien mengalami sesak
setelah disuapi makanan dan tersedak. Pemeriksaan tanda
vital pasien berupa tampak sesak, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 100 kali/menit, nafas 28 kali/menit, suhu
37oC. Auskultasi pada pasien didapatkan ronki di kedua
lapangan paru. Apa diagnosis pasien tersebut?
A. Aspirasi benda asing
B. Pneumonia atipikal
C. Pneumonia aspirasi
D. Pneumonia komunitas
E. Pneumonia nosokomial
Pembahasan
• Laki-laki 65 tahun sesak nafas
• Riwayat tersedak saat disuapin
• Tanda vital dalam batas normal
• Terdapat ronkhi di kedua lapang paru
• Diagnosis?
Pneumonia Aspirasi
• Pneumonia adalah
suatu inflamasi yang
terjadi pada parenkim
paru yang dapat
diakibatkan oleh
infeksi atau non infeksi
• Contoh pneumonia non
infeksi adalah
pneumonia aspirasi
• Soal lain biasanya pada
pasien yang stroke
dengan faktor risiko
mudah tersedak.
Pneumonia Aspirasi
• Aspirasi adalah suatu kondisi dimana konten
dari GI tract masuk ke dalam saluran nafas
• Pneumonia aspirasi disebabkan oleh bakteri
yang berada di orofaring yang masuk ke paru
bersama dengan makanan misalnya sehingga
menimbulkan inflamasi
• Aspirasi tidak selalu menghasilkan pneumonia
aspirasi, contoh:
– Mendelson syndrome : Tertelan asam lambung
– Pneumonia lipoid: Tertelan minyak
Mengapa pada pasien ini bukan
aspirasi benda asing?
• Aspirasi benda asing merupakan salah satu
etiologi terjadinya pneumonia aspirasi
• Beberapa klinisi akan menggabungkan
pneumonia aspirasi akibat bakteri dengan
akibat aspirasi benda asing
• Pada pasien ini sudah didapatkan ronkhi 
sudah pasti ada inflamasi di dalam paru
A. Aspirasi benda asing
B. Pneumonia atipikal
C. Pneumonia aspirasi
D. Pneumonia komuniti
E. Pneumonia nosokomial
79
Laki-laki 56 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
sudah 3 bulan ini. Keluhan disertai penurunan berat badan drastis
dalam waktu 1 bulan terakhir. Pasien merokok sejak umur 25
tahun. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
110/70mmHg, nafas 28 kali/menit, nadi 100 kali/menit. Pada
perkusi ditemukan pekak pada basal paru kanan. Auskultasi ronkhi
basah kasar. Pemeriksaan radiologis dijumpai massa intermediate
paru kanan. Apakah pemeriksaan baku emas untuk menegakkan
diagnosa pasien tersebut?
A. PET-Scan
B. Bronkoskopi
C. Histopatologi
D. Tumor marker
E. Sitologi sputum
Pembahasan
• Laki-laki, 56 tahun
• Batuk 3 bulan
• Penurunan berat badan drastis dalam 1
bulan terakhir
• Perkusi: Pekak pada dasar paru
• Auskultasi: ronkhi basah kasar
• Rontgen: massa intermediate di paru kanan
• Baku emas pemeriksaan?
Kanker Paru
• Yang perlu diingat adalah
mengapa hasil pemeriksaan
fisik dapat demikian
– Ketika ada massa padat di
paru  penghantaran suara
oleh vocal fremitus menjadi
lebih baik (media padat)
– Massa di paru juga
menghambat pengembangan
jaringan paru sendiri  suara
nafas berkurang
• Ingat lagi bahwa ada gejala
khas dari kanker paru 
batuk darah atau sesak nafas
• Lihat usia juga!
Apa Gold Standard?
• Sebenarnya seluruh kanker memiliki gold
standard biopsi yang dinilai melalui
histopatologi.
• Skrining dan metode diagnosis lainnya
menggantikan sementara biopsy karena
terlalu invasif.
• Jadi gold standard yang digunakan
adalah histopatologi
A. PET-Scan
B. Bronkoskopi
C. Histopatologi
D. Tumor marker
E. Sitologi sputum
80
Wanita 20 tahun datang ke praktik dokter umum
mengeluhkan lemah, letih, lesu, dan lunglai sejak 1
bulan terakhir. Gambaran radiologi yang didapatkan
adalah pinggang jantung menghilang. Struktur
anatomis apa yang bermasalah pada pasien ini?
A. Stenosis katup aorta
B. Stenosis katup pulmonal
C. Regurgitasi katup aorta
D. Regurgitasi katup trikuspid
E. Regurgitasi katup mitral
Pembahasan
• Wanita 20 tahun dengan keluhan 4L
• Gambaran radiologi: pinggang jantung
menghilang
• Struktur anatomis yang bermasalah?
Kata Kunci: 4L dan Pinggang Jantung
Menghilang
• Keluhan 4L  perifer tidak
mendapatkan oksigen dan
nutrisi yang cukup 
jantung kiri tidak
memompa darah dengan
baik  Fokuskan ke jantung
kiri
• Pinggang jantung
menghilang  adanya
pembesaran pada atrium 
antara stenosis mitral atau
regurgitasi mitral
A. Stenosis katup aorta
B. Stenosis katup pulmonal
C. Regurgitasi katup aorta
D. Regurgitasi katup trikuspid
E. Regurgitasi katup mitral
81
Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke klinik dokter untuk rutin
kontrol terhadap hipertensi dan kencing manis yang sudah diderita
sejak 3 tahun yang lalu. Pasien rutin dapat obat tiap 1 bulan dan rutin
kontrol tiap 3 bulan. Dokter memberikan resep obat kepada pasien:
R/ captopril tab 25 mg No XXX
1 dd tab 1
R/ glibenklamid tab 5 mg No XXX
1 dd tab 1 m.a.c
Pro: Ny. A
Berapakah harusnya anda mengisi iter tersebut?
A. 1 kali
B. 2 kali
C. 3 kali
D. 4 kali
E. 5 kali
Pembahasan
• Pasien kontrol rutin 3 bulan dan menebus
obat tiap bulan
• Berapakah tulisan iter pada resep?
Apakah iter itu?
• Iter adalah penanda bahwa resep boleh diulang
• Iter yang ditulis di kiri atas resep menandakan
semua obat di resep itu boleh diulang sebanyak
iter yang digunakan
• Iter yang ditulis setelah obat tertentu
menandakan hanya obat tertentu yang boleh
diulang sebanyak iter yang digunakan
• Intinya jumlah yang ditulis di iter merupakan
jumlah berapa kali dia boleh diULANG. Kalau
iter 3  resep boleh ditebus 4 kali (3 kali
pengulangan).
A. 1 kali
B. 2 kali
C. 3 kali
D. 4 kali
E. 5 kali
82
Seorang pasien datang dengan keluhan nyeri dada
disertai sesak napas setelah pasien beraktivitas.
Keluhan itu kemudian hilang sendiri bila beristirahat.
Pada saat pemeriksaan EKG ditemukan ST depresi dan
troponin T negatif. Terapi awal apa yang harus
diberikan pada pasien ini?
A. Clopidogrel
B. Simvastatin
C. Asetil salisilat
D. Propanolol
E. ISDN
Pembahasan
• Nyeri dada yang menghilang saat istirahat
• EKG pasien  ST depresi dengan
pemeriksaan lab troponin tidak naik
• Tatalaksana awal?
Baca POINOLOGI!
Lead EKG pada ACS
Tatalaksana ACS
• Nitrat / ISDN sublingual 5 mg  bisa diulang 2
kali lagi apabila masih nyeri
• Aspirin 160 -320 mg (ini yang paling penting!)
• Clopidogrel 4 x 75 mg  terutama jika akan
primary PCI
• Oksigen
• Morfin (jika dibutuhkan)

Cara hafal: MONACO


Tapi yang paling awal harus ISDN, untuk
membuka vena cava setelah itu baru yang lain
menyusul
Guideline AHA
A. Clopidogrel
B. Simvastatin
C. Asetil salisilat
D. Propanolol
E. ISDN
83
Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa ke UGD oleh
keluarganya karena penurunan kesadaran secara tiba-
tiba. Nadi dan denyut jantung sudah tidak teraba.
Tampak gambaran EKG berupa ventricular fibrilation.
Penanganan yg tepat untuk kasus ini adalah...
A. Epinephrine IV
B. Kardioversi
C. Antitrombolitik
D. Resusitasi Jantung Paru
E. Defibrilasi
Pembahasan
• Pasien tidak sadar dengan nadi tidak teraba
• EKG: VF
• Tatalaksana?
Algoritma Henti Jantung Dewasa
Ingat! Defibrilator vs Kardioversi
• Kalau pasien tidak sadar dan berada pada
algoritma tidak sadar  defibrillator atau
DC Shock!
• Kardioversi diberikan untuk algoritma
takikardi untuk tidak membuat aliran listrik
dari alat bertabrakan dengan aliran listrik
dari jantung  artinya ada sinkronisasi
A. Epinephrine IV
B. Kardioversi
C. Antitrombolitik
D. Resusitasi Jantung Paru
E. Defibrilasi
84
Seorang perempuan 44 tahun datang dengan keluhan
sesak sejak 1 hari yang lalu. Pasien lebih nyaman tidur
dengan menggunakan 3 bantal. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan edem yang sulit kembali saat ditekan pada
tungkai bawah. Terapi yang tepat pada pasien ini
adalah…
A. Captopril
B. Furosemid
C. Valsartan
D. Spironolakton
E. Aspirin
Pembahasan
• Wanita keluhan sesak nafas, lebih nyaman
tidur dengan 3 bantal
• PF terdapat pitting edema
• Tatalaksana yang tepat?
GAGAL
JANTUNG
AKUT
Tatalaksana
1. Vasodilator tidak wajib
diberikan
2. Diuretik yang disarankan oleh
guideline AHA 2009 adalah
furosemide IV 80 mg
Manakah yang benar?
• Pada pilihan jawaban terdapat 2 obat yang
sama-sama benar
• Pertama furosemide yang diberikan dengan
tujuan untuk mengurangi cairan dalam tubuh
 loop diuretic
• Kedua captopril yang merupakan ACE-I dengan
fungsi mengurangi remodeling jantung
• TETAPI yang paling awal adalah berilah
furosemide agar pasien tidak sesak dan edema
lagi!
A. Captopril
B. Furosemid
C. Valsartan
D. Spironolakton
E. Aspirin
85
Seorang laki-laki, 50 tahun, datang ke IGD dengan
keluhan berdebar-debar. Setelah diperiksa EKG,
hasilnya adalah seperti berikut:

Diagnosis pasien ini adalah:


A. Ventrikel takikardi
B. Ventrikel fibrilasi
C. atrial fibrilasi
D. Atrial flutter
E. Torsade de Point
Pembahasan
• Hasil EKG terdapat gelombang P bergerigi
• Diagnosis?
Cara mudah untuk diagnosis EKG
• Pertama kali coba liat QRSnya apakah sempit atau
lebar.
– QRS menyimpulkan bagaimana arus listrik yang ada di
ventrikel --> ketika lebar maka perambatan terjadi di
ventrikel.
– QRS yang sempit  arus tetap berasal dari atrium
• Jika QRS lebar
– Teratur  Ventrikular takikardi
– Tidak teratur  Ventrikular Fibrilasi
• Jika QRS sempit
– Jika P tidak ada dan teratur SVT
– Jika P ada dan seperti gigi hiu  atrial flutter
– Jika tidak beraturan  atrial fibrilasi
EKG
• VT

• VF
EKG
• SVT

• Atrial flutter

• AF
A. Ventrikel takikardi
B. Ventrikel fibrilasi
C. Atrial fibrilasi
D. Atrial flutter
E. Torsade de Point
86
Seorang wanita membawa bayi berusia 9 bulan untuk
konsultasi kelainan jantung. Melalui anamnesis, diketahui
bahwa bibir bayi sering kebiruan saat menangis.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya murmur, lain-lain
dalam batas normal. Hasil foto rontgen ditemukan
gambaran seperti di bawah ini. Kelainan kongenital yang
mungkin pada pasien ini adalah...
A. Patent ductus arteriosus
B. Tetralogi of Fallot
C. Atrial septal defect
D. Ventricular septal defect
E. Transposisi arteri besar
Pembahasan
• Bayi 9 bulan konsultasi kelainan jantung
• Biru saat menangis
• Rontgen berbentuk sepatu boot
• Diagnosis?
Baca POINOLOGI
Pembahasan
• Dengan melihat grafik POINOLOGI di atas
 pasien ToF
• Pasien ToF memiliki gambaran jantung
pada foto rontgen seperti sepatu boot 
karena ada hipertrofi ventrikel kanan
A. Patent ductus arteriosus
B. Tetralogi of Fallot
C. Atrial septal defect
D. Ventricular septal defect
E. Transposisi arteri besar
87
Seorang pria 47 tahun dating dengan keluhan jantung
berdebar disertai keringat dingin. Riwayat hipertensi
tidak ada. Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
140/80 dan pemeriksaan lain-lain dalam batas normal.
Pemeriksaan EKG di gambar bawah. Apa diagnosisnya?
A. AV Block derajat 2 mobitz 1
B. AV Block derajat 1
C. AV Block derajat 2 mobitz 2
D. AV Block derajat 3
E. Ventrikel ekstrasistol
Derajat AV Block
• 1  jarak PR memanjang dan regular
• 2 mobitz 1  jarak PR semakin lama semakin
memanjang hingga P tidak lagi diikuti oleh QRS
• 2 mobitz 2  jarak PR masih regular dan
sesekali P tidak lagi diikuti oleh QRS
• 3  P dan QRS tidak bekerja berkesinambungan
dan sesuka hati keluar yang mana dulu
A. AV Block derajat 2 mobitz 1
B. AV Block derajat 1
C. AV Block derajat 2 mobitz 2
D. AV Block derajat 3
E. Ventrikel ekstrasistol
88
Seorang pria 65 tahun dengan keluhan nyeri dada sebelah
kiri, nyeri menjalar sampai ke bahu dan lengan. Keluhan
memberat jika beraktivitas dan membaik jika istirahat.
Pasien mempunyai penyakit hipertensi dan DM sejak 8
tahun yang lalu dan tidak teratur minum obat. Pasien
memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus per hari.
Pemeriksaan tanda vital dan EKG dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan?
A. Enzim jantung
B. Foto rontgen thoraks
C. Ekhokardiogram
D. Treadmill test
E. EKG saat istirahat
Pembahasan
• Pasien nyeri dada kiri menjalar hingga bahu
dan lengan
• Membaik saat istirahat
• Terdapat riwayat HT dan DM, tidak teratur
• Riwayat merokok
• EKG normal
• Pemeriksaan penunjang?
Baca POINOLOGI!
Jadi gimana?
• Ketika kita mendapatkan soal tentang nyeri dada 
lihat dulu apakah khas kardiak atau tidak. Pada soal
ini sangat khas kardiak  nyeri di dada kiri yang
menjalar hingga ke lengan.
• Angina pektoris akan menandakan ACS atau stable
angina pektors
• Pada soal ini nyeri yang dirasakan hanya saat
aktivitas fisik dan berkurang saat istirahat  stable
• Stable angina diperiksa lanjutan dengan treadmill
test atau stressed EKG
A. Enzim jantung
B. Foto rontgen thoraks
C. Ekhokardiogram
D. Treadmill test
E. EKG saat istirahat
89
Laki-laki berusia 35 tahun dengan riwayat penyakit ginjal
terminal datang dalam kondisi sinkop. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri dada atau sesak. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan simino di lengan kiri. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan kreatinin 14 mg/dL, nitrogen
urea 88 mg/dL dan kalium 8,8 mEq/L. Pada pemeriskaan
EKG didapatkan adanya ST depresi. Tatalaksana yang
sesuai untuk pasien ini adalah…
A. Kalsium glukonat intravena
B. Dekstrosa dan insulin intravena
C. Furosemide intravena
D. Natrium bikarbonat intravena
E. Kayexalat rektal
Pembahasan
• Laki-laki 35 tahun dating dengan sinkop
• Memiliki CKD stage V dan ditandai adanya
simino
• Didapatkan pemeriksaan lab kalium 8,8
mEq/L
• Tatalaksana?
Tatalaksana
Hyperkalaemia
Gampangnya untuk Hiperkalemi!
• Jika Kalium antara 5 hingga 6, masukkin
Calcium 4 x 15 gram/hari per oral
• Jika kalium lebih dari 6 dan ada EKG seperti
T tinggi, QRS lebar, bradikardi, VT, dan ST
depresi  kalsium glukonat 10% 30 mL IV
atau kalsium klorida 10% 10 mL IV
• Jika kalium lebih dari 6 dan tidak ada hasil
EKG seperti di atas  glukosa 50% 50mL
ditambah dengan insulin 10 unit
A. Kalsium glukonat intravena
B. Dekstrosa dan insulin intravena
C. Furosemide intravena
D. Natrium bikarbonat intravena
E. Kayexalat rektal
90
Seorang pria 50 tahun datang dengan sesak nafas sejak 2 jam
yang lalu. Keluhan sesak tidak disertai suara nafas ngik-ngik dan
batuk. Demam dan batuk lama disangkal. Sesak dirasakan pasien
terutama saat beraktivitas atau saat tidur terlentang. Pasien
memiliki riwayat sakit jantung sejak 5 tahun yang lalu. Sejak 1
minggu terakhir ini, pasien mengaku kakinya juga bengkak. Pada
pemeriksaan didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88
x/menit, suhu 370C, nafas 25 x/menit. Auskultasi terdengar
ronki basah halus di kedua lapang paru. Foto polos
menunjukkan adanya batwing appearance. Apa tatalaksana yang
paling tepat untuk pasien saat ini?
A. Captopril
B. Simvastatin
C. Furosemide
D. HCT
E. Aspirin
Pembahasan
• Pria keluhan sesak tanpa batuk, terutama
saat aktivitas
• Adanya riwayat penyakit jantung 5 tahun
lalu
• PF ditemukan adanya ronkhi basah halus
• Tatalaksana awal?
Framingham Criteria
Kriteria Mayor Kriteria Minor
• Sesak napas tiba-tiba pada • Edema ekstremitas
malam hari (paroxysmal • Batuk malam
nocturnal dyspneu)
• Distensi vena-vena leher
• Dyspneu d’effort (sesak
ketika beraktifitas)
• Peningkatan tekanan vena
jugularis • Hepatomegali
• Ronki basah basal • Efusi pleura
• Kardiomegali • Penurunan kapasitas vital
• Edema paru akut paru sepertiga dari normal
• Gallop (S3) • Takikardi >120 kali per
• Refluks hepatojugular positif menit
Tatalaksana Gagal Jantung Akut
• Terapi oksigen 2-4 liter per menit
• IV line
• Furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus dapat
diulang tiap jam (maksimal 600 mg/hari)
• Segera rujuk
A. Captopril
B. Simvastatin
C. Furosemide
D. HCT
E. Aspirin
91
Pasien perempuan, 33 tahun, datang dengan keluhan berdebar-debar. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan nadi 159 kali/menit dan hasil EKG seperti
berikut:
Apa penanganan awal yang tepat?
A. Injeksi amiodaron
B. Injeksi sulfas atropine
C. Injeksi adenosine
D. Manuver vagal
E. Injeksi epinefrin
Pembahasan
• Perempuan 33 tahun datang dengan
berdebar-debar
• Nadi 159 kali/menit
• EKG tergambar
• Tatalaksana?
Tachycardia Algorithm.

Robert W. Neumar et al. Circulation. 2010;122:S729-S767

Copyright © American Heart Association, Inc. All rights reserved.


Jadi Bagaimana?
• Pasien ini mengalami takikardi dan EKG
yang terlihat adalah SVT.
• Ketika kita lihat takikardi  lihat pasien
stabil atau tidak  pada soal ini stabil
karena tidak ada penurunan kesadaran,
gejala ACS, gejala gagal jantung
• Jika stabil akan dilihat lagi bagaimana QRS
 SVT memiliki QRS yang sempit  vagal
manuver
A. Injeksi amiodaron
B. Injeksi sulfas atropine
C. Injeksi adenosine
D. Manuver vagal
E. Injeksi epinefrin
92
Laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan timbul
bercak kemerahan di sepanjang tangan kiri sejak 2
hari yang lalu. Bercak teraba hangat dan nyeri bila di
tekan. Awalnya pasien mengeluhkan adanya luka di
daerah bahu kanan,sekarang luka berbentuk alur yang
berhubungan dengan ulkus tersebut. Pasien belum
pernah mengobati. Diagnosis pasien tersebut adalah…
A. Limfedema
B. Limfangitis
C. Limfoma hodgkin
D. Limfadenitis
E. Limfadenopati
Pembahasan
• Bercak merah sepanjang tangan kiri sejak 2
hari
• Teraba hangat dan nyeri bila ditekan
• Dimulai dengan adanya luka kemudian
membentuk alur ke ulkus tersebut
• Diagnosis?
Cara Penapisan
• Limfedema : bengkak akibat cairan yang tidak dapat
terserap oleh pembuluh limfe, misalkan di kaki
• Limfangitis : adanya peradangan pada pembuluh
limfe yang ditandai dengan kemerahan dan bengkak
• Limfoma Hodgkin : merupakan keganasan pada
nodus limfe yang pasti ditandai dengan gejala
sistemik keganasan.
• Limfadenitis : Infeksi pada nodus limfe oleh bakteri
atau virus atau jamur, misalkan limfadenitis TB
• Limfadenopati : pembesaran nodus limfe akibat
bekerjanya sel imun.
A. Limfedema
B. Limfangitis
C. Limfoma hodgkin
D. Limfadenitis
E. Limfadenopati
93
Seorang laki-laki usia 57 tahun datang ke IGD RSUD
bersama anaknya dengan keluhan nyeri dada kiri yang
menembuh ke belakang. Nyeri dirasakan sejak 12 jam
yang lalu. Setelah dilakukan pemasangan EKG. Dokter
mendiagnosa pasien dengan STEMI. Pemeriksaan
enzim jantung yang dapat menbantu menegakan
diagnosa adalah…
A. CK
B. CKMB
C. H-fabp
D. Myoglobin
E. Troponin T
Pembahasan
• Nyeri dada menembus ke punggung 12 jam
sebelumnya
• EKG: STEMI
• Pemeriksaan lab apa yang dibutuhkan?
Yang paling spesifik jantung 

Troponin
A. CK
B. CKMB
C. H-fabp
D. Myoglobin
E. Troponin T
94
Pasien wanita 20 tahun datang dengan keluhan
demam, nyeri sendi berpindah-pindah, nodul eritema
dan gangguan ekstrapiramidal. Pada pemeriksaan
jantung didapatkan murmur holosistolik di linea
midclavicula. Apa criteria minor penyakit diatas?
A. Demam
B. Chorea
C. Poliatralgia
D. Nodul subkutaneus
E. Poliartritis migraine
Pembahasan
• Wanita 20 tahun dengan keluhan:
– Demam
– Nyeri sendi berpindah-pindah
– Nodul eritema
– Gangguan ekstrapiramidal
• Terdapat murmur di linea midclavicular
• Kriteria minor PJR?
Penyakit Jantung Rematik
Kriteria JONES
Cara Menghafal Kriteria JONES
(Mayor)
• J  Joint involvement (poliathritis)
• O  Ooo.. Myocard (carditis)
• N  Nodul subkutan
• E  Eritema marginatum
• S  Sidenham Chorea
A. Demam
B. Chorea
C. Poliatralgia
D. Nodul subkutaneus
E. Poliartritis migraine
95
Seorang wanita, usia 40 tahun datang ke Poliklinik RS dengan
keluhan lemah dan pucat sejak 1 bulan ini, riwayat menstruasi 1
tahun terakhir lebih banyak dari biasanya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan vital sign TD 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit,
frekuensi napas 18 kali/menit, suhu 37,2°C, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, dan tidak dijumpai pembesaran kelenjar atau organ
lain. Dari pemeriksaan laboratorium darah lengkap Hb 7,0 mg/dl,
MCV 66 fl, MCHC 18,9 pg, RDW 20%, leukosit 12.800/mm3,
trombosit 560.000/mm3. Apakah kemungkinan diagnosa dari
pasien diatas?
A. Anemia hemolitik autoimun
B. Anemia penyakit kronis
C. Anemia defisiensi besi
D. Thalasemia
E. Malaria
Pembahasan
• Wanita, 40 tahun
• Lemah dan pucat sejak 1 bulan
• Riwayat menstruasi 1 tahun terakhir  menoragia
• Pemeriksaan fisik  konjungtiva anemis, sklera ikterik
• Lab :
– Hb 7,0 mg/dl turun
– MCV 66 fl turun
– MCHC 18,9 pg turun
– RDW 20% meningkat
– Leukosit 12.800/mm3 meningkat
– Trombosit 560.000/mm3 normal
Diagnosis?
 Anemia Hipokrom Mikrositer
Anemia
A. Anemia hemolitik autoimun
B. Anemia penyakit kronis
C. Anemia defisiensi besi
D. Thalasemia
E. Malaria
96
Seorang perempuan, usia 27 tahun datang ke praktek
dokter dengan keluhan pusing dan badan lemas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam
batas normal dan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil Hb 8 mg/dl, LED 24 mm/jam,
MCV 78 fl, MCHC normal. Jika dilakukan pemeriksaan
hapusan darah tepi, gambaran apa yang ditemukan?
A. Anemia normokrom normositer
B. Anemia hipokrom hipositer
C. Anemia normokrom hipositer
D. Anemia hiperkrom makrositer
E. Anemia normokrom makrositer
Pembahasan
• Perempuan, 27 tahun
• Pusing dan badan lemas
• Pemeriksaan fisik  konjungtiva anemis
• Pemeriksaan penunjang
– Hb 8 mg/dl
– LED 24 mm/jam
– MCV 78 fl turun
– MCHC normal.
• Pemeriksaan hapusan darah tepi?
Pengukuran Eritrosit
• Kadar Hemoglobin
– Metoda cyanmethemoglobin dengan teknik kolorimetri dan spektrofotometri
– Dewasa :
• Pria : 13 – 18 gr/dl
• Wanita : 12 – 16 gr/dl
• Jumlah Sel Eritrosit
– Hitung manual atau automatik, automatik > teliti
– Dewasa :
• Pria : 4,4 – 5,9 juta/cmm
• Wanita : 3,8 – 5,2 juta/cmm
Pengukuran Eritrosit
• Hematokrit
– Proporsi volume sel darah yang mengendap setelah disentrifus dengan
kecepatan tertentu dalam tabung Wintrobe
– Dewasa :
• Pria : 40 –48%
• wanita : 37-43%
Indeks Eritrosit
• Mean Corpuscular Volume (MCV)
– Volume rata-rata eritrosit
𝐻𝑐𝑡
– 𝑀𝐶𝑉 = × 10 (fl)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎)
– Nilai normal : 80 –94 fl

• Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)


– Kandungan Hb rata-rata eritrosit
𝐻𝑏
– 𝑀𝐶𝐻 = × 10 (𝑝𝑔)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎)
– Nilai normal : 26 – 32 pg
– Lebih akurat untuk menilai kadar Hb secara automatik
Indeks Eritrosit
• Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
– kandungan hemoglobin rata-rata eritrosit
𝐻𝑏
– 𝑀𝐶𝐻𝐶 = × 100 (𝑔𝑟 𝑙)
𝐻𝑐𝑡
– Nilai normal : 30 – 36 g/l
– Lebih akurat untuk menilai Hb pada pemeriksaan manual

• Red Cell Distribution Width–Coefficient Variation (RDW-CV)


– pengukuran heterogenitas volume eritrosit yang didapat dari
histogram secara automatik
– RDW-CV >>> : volume eritrosit bervariasi (anisositosis)
– Nilai normal : 11,5 –14,5 %
A. Anemia normokrom normositer
B. Anemia hipokrom mikrositer
C. Anemia normokrom mikrositer
D. Anemia hiperkrom makrositer
E. Anemia normokrom makrositer
97
Perempuan, usia 27 tahun, datang ke Poliklinik Rumah
Sakit dengan keluhan mudah lelah dan lemas. Riwayat
perdarahan dan transfusi tidak dijumpai, tetapi menstruasi
memanjang 2 tahun terakhir. Konjungtiva anemis, tidak ada
pembesaran hati dan limpa. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb 7,2 mg/dl, MCV 67 fl, MCH 22 pg. Apakah
pemeriksaan penunjang selanjutnya?
A. Pemeriksaan feses
B. Apusan darah
C. Kadar besi dan feritin
D. Plasmapharesis
E. Kadar asam folat dan B12
Pembahasan
• Perempuan, 27 tahun
• Mudah lelah dan lemas
• Menstruasi memanjang 2 tahun terakhir
• Konjungtiva anemis
• Pemeriksaan penunjang :
– Hb 7,2 mg/dl turun
– MCV 67 fl turun
– MCH 22 pg turun
• Pemeriksaan penunjang selanjutnya?
• Diagnosis : Anemia Hipokrom Mikrositer
Anemia
Anemia Hipokrom Mikrositer
A. Pemeriksaan feses
B. Apusan darah
C. Kadar besi dan feritin
D. Plasmapharesis
E. Kadar asam folat dan B12
98
Laki-laki, usia 65 tahun datang ke IGD dengan keluhan perdarahan
tiba-tiba dari gusi dan tidak dapat berhenti sejak 2 jam yang lalu.
Satu bulan belakangan dirasa mudah lelah, sering demam dan
sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 100 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu
aksila 38,40C, konjungtiva anemis, tampak memar-memar pada
tubuh, dan hepatosplenomegali. Pemeriksaan laboratorium
ditemukan Hb 6 g/dl, leukosit 90.000/mm3, trombosit
20.000/mm3 dan ditemukan Auer rods (+) pada pemeriksaan
hapusan darah tepi. Apa diagnosis pasien tersebut?
A. Acute lymphocytic leukemia
B. Acute nonlymphocytic leukemia
C. Acute myelogenous leukemia
D. Chronic myelogenous leukemia
E. Chronic lymphocytic leukemia
Pembahasan
• Perempuan, 25 tahun
• Lemas  sudah sejak lama
• Pemeriksaan laboratorium  Hb 8,5 mg/dl, leukosit
85.000/mm3, trombosit 830.000/mm3
• Pemeriksaan sel darah putih  variasi sel granulosa, sel
batang, sel basofil, neutrofil, eosinofil, sel promielosit lebih
dominan  pasar malam (semua sel ada)
• Auer Rod +
• Diagnosis?
Myeloid maturation

myeloblast promyelocyte myelocyte metamyelocyte band neutrophil

MATURATION

Adapted and modified from U Va website


Classification of leukemias

Acute Chronic

Myeloid Acute Myelogenous Chronic Myelogenous Leukemia


Leukemia (AML) (CML)
origin

Lymphoid Acute Lymphoblastic Chronic Lymphocytic Leukemia


Leukemia (ALL) (CLL)
origin
Leukemia
CLL CML ALL AML
The bone marrow makes abnormal leukocyte  dont die when they
should  crowd out normal leukocytes, erythrocytes, & platelets. This
makes it hard for normal blood cells to do their work.
Prevalence Over 55 y.o. Mainly adults Common in Adults &
children children
Symptoms & Grows slowly  may Grows quickly  feel sick & go to
Signs asymptomatic, the disease is found their doctor.
during a routine test.
Fever, swollen lymph nodes, frequent infection, weak, bleeding/bruising
easily, hepatomegaly/splenomegaly, weight loss, bone pain.
Lab Mature Mature Lymphoblast Myeloblast
lymphocyte, granulocyte, >20% >20%, aeur rod
smudge cells dominant may (+)
myelocyte &
segment
Therapy Can be delayed if asymptomatic Treated right away
Leukemia

Sel blast dan Auer rod pada AML CML  pasar malam

Sel blast pada ALL Sel matur dan Smudge cell pada CLL
A. Acute lymphocytic leukemia
B. Acute nonlymphocytic leukemia
C. Acute myelogenous leukemia
D. Chronic myelogenous Leukemia
E. Chronic lymphocytic Leukemia
99
Seorang laki-laki, umur 34 tahun datang dengan
keluhan utama: gatal pada punggung kaki kanan.
Awalnya keluhan berupa panas dan bruntus-bruntus
kecil. Kemudian bruntus-bruntus tersebut menjadi
berkelok-kelok. Pasien merupakan seorang pekerja
kebun dan tak memakai alas kaki. Apa terapi yang
tepat untuk pasien ini?
A. Albendazole 400mg 1x1 selama 3 hari
B. Tiobendazole 500mg 2x1 selama 5 hari
C. Dexametason 5mg 3x1 selama 3 hari
D. Metronidazole 500mg 3x1 selama 4 hari
E. Flukonazole 200mg 3x1 selama 3 hari
Pembahasan
• Laki-laki, 34 tahun
• Gatal pada punggung kaki kanan
• Awal  panas dan bruntus-bruntus kecil  berkelok-kelok
• Pasien pekerja kebun dan tak memakai alas kaki
• Terapi?
Creeping Eruption
• Sinonim :
– Kutaneous larva migrans
• Definisi :
– Keradangan pada kulit
berbentuk linier/berkelok-
kelok karena invasi cacing
tambang yang berasal dari
kucing/anjing
Creeping Eruption
• Epidemiologi :
– Anak-anak, petani, tukang kebun, tentara
• Etiologi :
– Larva cacing tambang pada hewan anjing dan kucing yaitu :
• Ancylostoma brazilienze
• Ancylostoma caninum
• Gambaran klinis :
– Lokasi : kaki, tungkai bawah, pantat, paha
– Panas & gatal
– Lesi meninggi, linear/berkelok-kelok, serpiginosa, papul/vesikel di
atasnya
– Larva bergerak beberapa milimeter / hari
Tatalaksana
Tiabendazol 50mg/KgBB/hr  2 hari

Albendazol 400mg  3 hari

Cryotherapy

Nitrogen cair

Kloretil spray
A. Albendazole 400mg 1x1 selama 3 hari
B. Tiobendazole 500mg 2x1 selama 5 hari
C. Dexametason 5mg 3x1 selama 3 hari
D. Metronidazole 500mg 3x1 selama 4 hari
E. Flukonazole 200mg 3x1 selama 3 hari
100
Seorang laki-laki, usia 25 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan demam menggigil sejak 5 hari yg lalu.
Sebelumnya pasien berpergian ke Nusa Tenggara. Pada
pemeriksaan lab dijumpai Hb 8mg/dl. Dari hapusan darah
tepi dijumpai tropozoit dengan ukuran lebih besar dari
eritrosit normal dan didapatkan bentukan cincin dan
pisang (crescent) di dalam eritrosit. Apakah
mikroorganisme penyebab penyakit pasien diatas?
A. Plasmodium malariae
B. Plasmodium vivax
C. Plasmodium ovale
D. Plasmodium falciparum
E. Virus dengue
Pembahasan
• Laki-laki, 25 tahun
• Demam menggigil sejak 5 hari yang lalu
• Riwayat berpergian ke Nusa Tenggara
• Pemeriksaan lab  Hb 8mg/dl, tropozoit dengan ukuran
lebih besar dari eritrosit normal, bentukan cincin dan
pisang (crescent) di dalam eritrosit
• Mikroorganisme penyebab?
Malaria
• Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga
kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih spesies
plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat
intermitten, anemia dan hepato-splenomegali.
• Etiologi :
– Plasmodium  parasit (protozoa)
– Hidup dalam organ dan pembuluh darah manusia
– Empat spesies :
• Plasmodium vivax  malaria tertiana
• Plasmodium falciparum  malaria tropikana
• Plasmodium malariae  malaria kuartana
• Plasmodium ovale  malaria ovale
Malaria
• Penularan :
1. Alamiah (natural infection)  gigitan nyamuk
Anophelles
2. Non alamiah :
• Malaria bawaan (kongenital)
• Secara mekanik  transfusi darah, jarum suntik
• Diagnosis :
– Anamnesis
– Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan Penunjang
• Hapusan darah tepi :
– Tetes tebal  ada/tidaknya plasmodium
– Tetes tipis  identifikasi spesies plasmodium, tingkat parasitemia
Kurva Suhu Pada
Penderita
Malaria
Tertiana

Quartana

Tropika /
subtertiana
Gambaran Hapusan Darah Tepi
Plasmodium falciparum Plasmodium vivax

Trofozoit intraeritrosit berbentuk Eritrosit membesar (1.5-2 kali),


cincin, terletak marginal (accole), titik bentuk ameboid, terdapat titik
Maurer pada eritrosit, gametosit Schuffner, gametosit berbentuk bulat,
berbentuk sabit/pisang/sosis skizon berisi 12-24 merozoit
Gambaran Hapusan Darah Tepi
Plasmodium malariae Plasmodium ovale

Eritrosit sedikit lebih kecil, bentuk Eritrosit berbentuk ovale dan


band-form/basket-form, terdapat membesar (1-1.25 kali), kadang
titik Ziemann, merozoit dalam terdapat fimbriae, skizon berisi 8-12
skizon membentuk formasi rosette merozoit
Tatalaksana
Plasmodium Tatalaksana
P. Falciparum Lini pertama : ACT 3 hari + primakuin 1 hari
Lini kedua : Kina 7 hari + doksisiklin/tetrasiklin 7 hari + primakuin 1 hari
P. Vivax/ovale Lini pertama : ACT 3 hari + primakuin 14 hari
Lini kedua : kina 7 hari + primakuin 14 hari
P. Malariae ACT selama 3 hari

ACT : Artemisinin Combination Therapy


• Artesunat + amodiakuin
• Dihidroartemisinin + piperakuin
Dosis :
- Amodiakuin 10 mg/kgBB/hari
- Artesunat 4 mg/kgBB/hari
- Primakuin 0.75 mg/kgBB/hari
- Dihidroartemisinin 2-4 mg/kgBB
- Piperakuin 16-32 mg/kgBB
- Kina 10 mg/kgBB/kali  3kali/hari
A. Plasmodium malariae
B. Plasmodium vivax
C. Plasmodium ovale
D. Plasmodium falciparum
E. Virus dengue
101
Laki-laki, usia 35 tahun, datang ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan lemas, mata berkunang-kunang, dan nafsu makan
turun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital
dalam batas normal dan konjungtiva pucat. Hasil
laboratorium Hb 7 gr/dl dan pada pemeriksaan feses
ditemukan telur parasit dengan dinding transparan, 1 lapis,
berisi larva. Apa parasit penyebab kondisi diatas?
A. T. Trichura
B. Ascaris lumbricoides
C. Necator americanus
D. Vermicularis
E. T. saginata
Pembahasan
• Laki-laki, 35 tahun
• Lemas, mata berkunang-kunang, dan nafsu
makan turun
• Pemeriksaan fisik  konjungtiva pucat
• Hasil lab  Hb 7 gr/dl
• Pemeriksaan feses  telur parasit dengan
dinding transparan, 1 lapis, berisi larva
• Parasit penyebab?
Hookworm
Ancylostoma duodenale
Necator americanus
Hookworm
• Gambaran klinis :
– Anemia defisiensi Fe
– Gangguan fungsi jantung
– Gangguan G.I tract/nutrisi
– Pada kulit terjadi “ground itch” di tempat masuknya filariform larva dan juga gejala
paru terjadi pada fase migrasi larva
• Diagnosis laboratorium :
– Telur Ancylostoma duodenale tak dapat dibedakan dengan telur Necator
americanus sehingga perlu dilakukan “Harada-Mori culture”
– Menemukan telur dalam faeces
• Pengobatan :
– Albendazole
– Mebendazole
– Pyrantel pamoate
Macam Telur Cacing

Trichuris Telur Ascaris


trichiura Hookworm lumbricoides
A. Duodenale
N. americanus

Barrel shape Dinding 3 lapis


Tempayan (albuminoid,
Mucoid plug Dinding tipis hialin, vitelina)
Macam Telur Cacing

S. Japonicum S. Haematobium S. Mansoni

Japonicum  bendera jepang (bulet)


Haematobium  duri di tengah
Mansoni  M = miring, duri miring
Macam Telur Cacing

Oxyuris
Taenia
vermicularis
Enterobius
vermicularis

Bulat, dinding
tebal, radial, Asimetris,
berisi embrio dinding pipih di
salah satu sisi
A. T. Trichura
B. Ascaris lumbricoides
C. Necator americanus
D. Vermicularis
E. T. saginata
102
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan diare. Keluhan disertai sakit perut dan kembung, penurunan
nafsu makan serta gatal-gatal di kulit. Dari pemeriksaan fisik dijumpai
anak tampak pucat, konjungtiva palpebra pucat. Dari pemeriksaan lab
dijumpai Hb 9,8 mg/dl, leukosit 5.400/mm3 (eosinofil 7%, basofil 0%,
segmen 64%, limfosit 13%, monosit 16%), trombosit 234.000/mm3. Dari
hasil pemerikssan tinja dan didapatkan gambaran

Apakah terapi obat pilihan utama pada kasus diatas?


A. Albendazol
B. Mebendazol
C. Tiabendazol
D. Pirantel pamoat
E. Leverozin
Pembahasan
• Anak laki-laki, 5 tahun
• Diare
• Sakit perut dan kembung, penurunan nafsu makan serta
gatal-gatal di kulit
• Pemeriksaan fisik  konjungtiva palpebra pucat
• Pemeriksaan lab  Hb 9,8 mg/dl, leukosit 5.400/mm3
(eosinofil 7%, basofil 0%, segmen 64%, limfosit 13%,
monosit 16%), trombosit 234.000/mm3
• Pemerikssan tinja  telur dinding tipis dengan embrio
didalamnya
• Terapi obat?
– Diagnosis : Infeksi Hookworm
Hookworm
Ancylostoma duodenale
Necator americanus
Hookworm
• Gambaran klinis :
– Anemia defisiensi Fe
– Gangguan fungsi jantung
– Gangguan G.I tract/nutrisi
– Pada kulit terjadi “ground itch” di tempat masuknya filariform larva dan juga gejala
paru terjadi pada fase migrasi larva
• Diagnosis laboratorium :
– Telur Ancylostoma duodenale tak dapat dibedakan dengan telur Necator
americanus sehingga perlu dilakukan “Harada-Mori culture”
– Menemukan telur dalam faeces
• Pengobatan :
– Albendazole  pilihan utama
– Mebendazole
– Pyrantel pamoate
Macam Telur Cacing

Trichuris Telur Ascaris


trichiura Hookworm lumbricoides
A. Duodenale
N. americanus

Barrel shape Dinding 3 lapis


Tempayan (albuminoid,
Mucoid plug Dinding tipis hialin, vitelina)
A. Albendazol
B. Mebendazol
C. Tiabendazol
D. Pirantel pamoat
E. Leverozin
103
Anak perempuan, usia 8 tahun datang dibawa ibunya
dengan keluhan BAB cair. Dari pemeriksaan tinja
dijumpai gambaran telur parasit seperti pada gambar
dibawah ini :

Organisme apakah yang dimaksud?


A. Schistostoma japonicum
B. Schistostoma mansoni
C. Schistostoma haematobium
D. Ancylostoma duodenale
E. Necator americanus
Pembahasan
• Anak perempuan, 8 tahun
• Keluhan BAB cair
• Pemeriksaan tinja :
- telur dengan duri miring
• Organisme?
Schistosomiasis
Schistosomiasis
• Hospes definitif : manusia
• Etiologi :
– Scistosoma japonicum
– Scistosoma haematobium
– Scistosoma mansoni
• Bentuk infektif  serkaria
• Gejala klinis :
– Stadium I : gatal, urtikaria, demam, hepatomegali,
eosinofilia
– Stadium II : disentri
– Stadium III : sirosis, splenomegali, hipertensi porta,
malaise, gangguan neurologis, kelainan paru
Schistosomiasis
• Diagnosis :
– Menemukan telur di feses
– Pemeriksaan serologi : deteksi antigen dan
antibodi
• Circumoval precipitin test
• Indirect hemaglutinin test
• Complement fixation test
• Fluorescent antibody test
• ELISA
Gambaran Telur Scistosoma
Schistosomiasis
A. Schistostoma japonicum
B. Schistostoma mansoni
C. Schistostoma haematobium
D. Ancylostoma duodenale
E. Necator americanus
104
Seorang perempuan, usia 24 tahun datang dengan keluhan
demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri
kepala, mual, dan susah BAB. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92
kali/menit, frekuensi napas 30kali/menit, suhu aksila 400C
dan dari pemeriksaan kepala didapatkan lidah kotor dan
tremor. Kapankah waktu yang tepat setelah demam untuk
baku emas pemeriksaan laboratorium pada kasus ini?
A. 1 hari
B. 3 hari
C. 1 minggu
D. 2 minggu
E. 3 minggu
Pembahasan
• Perempuan, 24 tahun
• Demam sejak 5 hari yang lalu
• Nyeri kepala, mual, dan susah BAB
• Pemeriksaan fisik  suhu aksila 400C dan dari
pemeriksaan kepala didapatkan lidah kotor
dan tremor
• Kapankah waktu yang tepat setelah demam
untuk baku emas pemeriksaan laboratorium
pada kasus ini?
• Diagnosis : Demam Tifoid
Demam Tifoid
• Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut,
sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi.
• Gejala Klinis :
– Demam persisten
– nyeri kepala
– gejala abdomen (biasanya berupa nyeri epigastrium,
diare atau konstipasi), mual, muntah
– bradikardi relatif
– lidah yang tremor dan berselaput
– meteorismus.
– hepatomegali, splenomegali
Patofisiologi Demam Tifoid

S. typhi masuk  sampai usus halus  menembus sel epitel  ke lamina


propria  difagosit makrofag  berkembang biak dalam makrofag  ke Plak
Peyeri  KGB mesenterika  duktus torasikus  bakterimia  ke hepar&
lien  bakterimia dan diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus
Pemeriksaan Penunjang

Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer
Tatalaksana Demam Tifoid
• Kloramfenikol 4x500 mg PO atau IV  7 hari bebas demam
• Kotrimoksazol 2x2 tablet
– 1 tablet kotrimoksazol :
• Sulfametoksazol 400mg dan Trimetoprim 80 mg
• Diberikan selama 2 minggu.
• Ampisilin dan Amoksisilin 50-150mg/KgBB selama 2 minggu
• Sefalosporin generasi ketiga IV 4 gr dalam dekstrosa 100cc diberikan
selama ½ jam sekali sehari selama 3-5 hari.
• Cefixime dapat diberikan 7-14 hari
• Golongan Fluorokionolon :
– Norfloksasin 2x400mg/hari selama 14 hari
– Siprofloksasin 2x500mg selama 6 hari
– Ofloksasin 2x400 mg/hari selama 7 hari
– Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
– Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
A. 1 hari
B. 3 hari
C. 1 minggu
D. 2 minggu
E. 3 minggu
105
Wanita, usia 22 tahun datang dengan keluhan demam sejak 1
minggu yang lalu. Awalnya pasien mengalami demam tinggi dan 3
hari lalu sempat turun, lalu kembali demam tinggi lagi. Pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala, berkeringat, dan satu minggu lalu pergi
ke Papua selama 1 minggu. Dilakukan pemeriksaan darah tepi dan
didapatkan gambaran eritrosit berukuran normal, tampak titik-
titik maurer, gametosit berbentuk bulan sabit. Apa diagnosis pasien
tersebut?
A. Malaria Falciparum
B. Malaria Vivax
C. Malaria Ovale
D. Malaria Malariae
E. Malaria Knowlesi
Pembahasan
• Wanita, 22 tahun
• Demam sejak 1 minggu yang lalu
• Nyeri kepala, berkeringat
• Satu minggu lalu pergi ke Papua selama 1 minggu
• Pemeriksaan darah tepi  gambaran eritrosit berukuran
normal, tampak titik-titik maurer, gametosit berbentuk
bulan sabit
• Diagnosis?
– Variasi soal sebelumnya
Malaria
• Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga
kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih spesies
plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat
intermitten, anemia dan hepato-splenomegali.
• Etiologi :
– Plasmodium  parasit (protozoa)
– Hidup dalam organ dan pembuluh darah manusia
– Empat spesies :
• Plasmodium vivax  malaria tertiana
• Plasmodium falciparum  malaria tropikana
• Plasmodium malariae  malaria kuartana
• Plasmodium ovale  malaria ovale
Malaria
• Penularan :
1. Alamiah (natural infection)  gigitan nyamuk
Anophelles
2. Non alamiah :
• Malaria bawaan (kongenital)
• Secara mekanik  transfusi darah, jarum suntik
• Diagnosis :
– Anamnesis
– Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan Penunjang
• Hapusan darah tepi :
– Tetes tebal  ada/tidaknya plasmodium
– Tetes tipis  identifikasi spesies plasmodium, tingkat parasitemia
Gambaran Hapusan Darah Tepi
Plasmodium falciparum Plasmodium vivax

Trofozoit intraeritrosit berbentuk Eritrosit membesar (1.5-2 kali),


cincin, terletak marginal (accole), titik bentuk ameboid, terdapat titik
Maurer pada eritrosit, gametosit Schuffner, gametosit berbentuk bulat,
berbentuk sabit/pisang/sosis skizon berisi 12-24 merozoit
Gambaran Hapusan Darah Tepi
Plasmodium malariae Plasmodium ovale

Eritrosit sedikit lebih kecil, bentuk Eritrosit berbentuk ovale dan


band-form/basket-form, terdapat membesar (1-1.25 kali), kadang
titik Ziemann, merozoit dalam terdapat fimbriae, skizon berisi 8-12
skizon membentuk formasi rosette merozoit
Tatalaksana
Plasmodium Tatalaksana
P. Falciparum Lini pertama : ACT 3 hari + primakuin 1 hari
Lini kedua : Kina 7 hari + doksisiklin/tetrasiklin 7 hari + primakuin 1 hari
P. Vivax/ovale Lini pertama : ACT 3 hari + primakuin 14 hari
Lini kedua : kina 7 hari + primakuin 14 hari
P. Malariae ACT selama 3 hari

ACT : Artemisinin Combination Therapy


• Artesunat + amodiakuin
• Dihidroartemisinin + piperakuin
Dosis :
- Amodiakuin 10 mg/kgBB/hari
- Artesunat 4 mg/kgBB/hari
- Primakuin 0.75 mg/kgBB/hari
- Dihidroartemisinin 2-4 mg/kgBB
- Piperakuin 16-32 mg/kgBB
- Kina 10 mg/kgBB/kali  3kali/hari
A. Malaria Falciparum
B. Malaria Vivax
C. Malaria Ovale
D. Malaria Malariae
E. Malaria Knowlesi
106
Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa ke IGD
Rumah Sakit karena tiba-tiba mengalami kesulitan
bernafas setelah minum obat antibiotik. Pada
pemeriksaan fisik diperoleh sianosis, tekanan darah
70/40 mmHg, nadi 130 kali/menit teraba lemah,
frekuensi napas 38 kali/menit. Apakah diagnosis yang
paling mungkin dialami pasien tersebut?
A. Syok kardiogenik
B. Syok sepsis
C. Syok hipovolemik
D. Syok anafilaktik
E. Syok neurogenik
Pembahasan
• Perempuan, 25 tahun
• Kesulitan bernafas setelah minum obat
antibiotik
• Pemeriksaan fisik  sianosis, hipotensi,
takikardi dan teraba lemah, takipneu
• Diagnosis?
Syok
• Syok adalah kumpulan gejala akibat perfusi seluler tidak cukup 
asupan O2 tidak cukup untuk metabolisme

Syok distributif  total cairan tubuh tidak berkurang namun volume


intravaskular relatif tidak seimbang dengan kapasitas vaskular misalnya
pada anafilaksis, sepsis, dan neurogenik

Syok kardiogenik  masalah pada : fungsi sistolik, diastolik, preload


(volume & tekanan yang dialami ventrikel pada fase akhir pengisian),
afterload (tahanan yg harus dilawan ventrikel untuk pengosongan), atau
irama

Syok hipovolemik  kekurangan cairan absolut (diare, muntah,


perdarahan) atau ekstravasasi (syok dengue)
Syok Anafilaktik
• Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
– Terjadi sistemik di seluruh tubuh
• Sistem saluran napas : hiperaktivitas bronkus, edema laring
• Sistem Kardiovaskular : perubahan vaskuler, vasodilatasi sistemik
• Sistem saluran cerna : mual, muntah, diare
• Mata : angioedema, konjungtivitis
• Kulit : urtikaria, angioedema
A. Syok kardiogenik
B. Syok sepsis
C. Syok hipovolemik
D. Syok anafilaktik
E. Syok neurogenik
107
Pasien laki-laki, usia 40 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
tidak sadarkan diri sejak 3 jam yang lalu. Pasien mengalami demam terus-
menerus selama 5 hari sebelumnya, nyeri pada otot betis dan terlihat
kuning. Pasien belum BAK sejak 12 jam lalu. Rumah pasien seminggu
sebelum pasien sakit mengalami kebanjiran. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan, kesadaran somnolen, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88
kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu aksila 390C, dan sklera
ikterik. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis,
bilirubin total meningkat, kreatinin serum dan ureum meningkat. Apa
diagnosis pasien tersebut?
A. Leptospirosis
B. Demam dengue
C. Demam tifoid
D. Malaria
E. Weil disease
Pembahasan
• Laki-laki, 40 tahun
• Tidak sadarkan diri sejak 3 jam yang lalu
• Demam terus-menerus selama 5 hari
• Nyeri pada otot betis dan terlihat kuning
• Belum BAK sejak 12 jam lalu
• Rumah pasien riwayat kebanjiran
• Pemeriksaan fisik  somnolen, suhu aksila 390C,
dan sklera ikterik
• Laboratorium  leukositosis, bilirubin total
meningkat, kreatinin serum dan ureum meningkat
• Diagnosis?
Leptospirosis
• Leptospirosis, istilah lain :
– mud fever
– autumnal fever
– infectious jaundice
– field fever
– cane cutter fever
• Suatu penyakit infeksi akut yang menyerang
manusia atau hewan (zoonosis) yang
disebabkan oleh mikroorganisme leptospira.
Leptospirosis
Etiologi Gambar
• Leptospira berbentuk
spiral halus, ujung
bengkok, motile, panjang
6-20 mm dan lebar 0,l-0,2
pm, dan bersifat obligate
aerob
• Terdapat 2 spesies :
– Leptospira interrogans →
pathogen terhadap manusia
– Leptospira biflexa → saprofit
Leptospirosis
Gejala Klinis
Fase I = fase leptospiremia
• Selama 4-9 har
• Leptospira dalam darah
• Gejala : demam mendadak, sakit kepala, nyeri otot (nyeri gastrocnemius),
hiperemi conjunctiva, gangguan GI, albuminuria

Fase II = fase imun


• Berlangsung 1-3 hari,
• Munculnya antibodi IgM
• Gejala : meningismus, iridosiklitis, neuritis optik, mielitis, ensefalitis serta
neuropati perifer.

Fase III = fase reconvalesence


• Terjadi pada minggu kedua-keempat, demam serta nyeri otot masih bisa
dijumpai kemudian berangsur hilang
Weil Disease
• Weil disease merupakan leptospirosis berat
yang ditandai dengan ikterus disertai
dengan perdarahan, anemia, azotemia,
gangguan kesadaran, dan demam tipe
continue
Tatalaksana
A. Leptospirosis
B. Demam dengue
C. Demam tifoid
D. Malaria
E. Weil disease
108
Pasien laki-laki, usia 48 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
demam sejak 2 minggu yang lalu. Demam naik turun, disertai nyeri
diseluruh badan, mual muntah dan penurunan nafsu makan. Pasien
tinggal di pedalaman Papua. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak kesakitan dan pucat, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
104 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu aksila 39,40C, dan
konjungtiva anemis. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9,2
mg/dl, didapatkan gambaran ring from disertai gambaran Schuffner dot
pada sel darah merah, dan ukuran sel darah merah lebih besar dari
normal. Apa penyebab dari penyakit diatas?
A. Plasmodium vivax
B. Plasmodium falsifarum
C. Plasmodium ovale
D. Plasmodium malariae
E. Plasmodium knowsell
Pembahasan
• Laki-laki, 48 tahun
• Demam sejak 2 minggu yang lalu  demam naik turun
• Nyeri diseluruh badan, mual muntah dan penurunan nafsu
makan
• Tinggal di pedalaman Papua
• Pemeriksaan fisik  KU kesakitan dan pucat, takikardi,
hiperpireksia, dan konjungtiva anemis
• Pemeriksaan laboratorium :
– Hb 9,2 mg/dl
– Ring from
– Schuffner dot
– Ukuran sel darah merah lebih besar dari normal
• Penyebab dari penyakit diatas?
Malaria
• Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga
kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih spesies
plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat
intermitten, anemia dan hepato-splenomegali.
• Etiologi :
– Plasmodium  parasit (protozoa)
– Hidup dalam organ dan pembuluh darah manusia
– Empat spesies :
• Plasmodium vivax  malaria tertiana
• Plasmodium falciparum  malaria tropikana
• Plasmodium malariae  malaria kuartana
• Plasmodium ovale  malaria ovale
Malaria
• Penularan :
1. Alamiah (natural infection)  gigitan nyamuk
Anophelles
2. Non alamiah :
• Malaria bawaan (kongenital)
• Secara mekanik  transfusi darah, jarum suntik
• Diagnosis :
– Anamnesis
– Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan Penunjang
• Hapusan darah tepi :
– Tetes tebal  ada/tidaknya plasmodium
– Tetes tipis  identifikasi spesies plasmodium, tingkat parasitemia
Kurva Suhu Pada
Penderita
Malaria
Tertiana

Quartana

Tropika /
subtertiana
Gambaran Hapusan Darah Tepi
Plasmodium falciparum Plasmodium vivax

Trofozoit intraeritrosit berbentuk Eritrosit membesar (1.5-2 kali),


cincin, terletak marginal (accole), titik bentuk ameboid, terdapat titik
Maurer pada eritrosit, gametosit Schuffner, gametosit berbentuk bulat,
berbentuk sabit/pisang/sosis skizon berisi 12-24 merozoit
Gambaran Hapusan Darah Tepi
Plasmodium malariae Plasmodium ovale

Eritrosit sedikit lebih kecil, bentuk Eritrosit berbentuk ovale dan


band-form/basket-form, terdapat membesar (1-1.25 kali), kadang
titik Ziemann, merozoit dalam terdapat fimbriae, skizon berisi 8-12
skizon membentuk formasi rosette merozoit
A. Plasmodium vivax
B. Plasmodium falsifarum
C. Plasmodium ovale
D. Plasmodium malariae
E. Plasmodium knowsell
109
Seorang perempuan usia 20 tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan nyeri sendi bahu, siku, lutut, dan pergelangan kaki sejak 4
bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok dan juga
sering demam. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 96 kali/menit, frekuensi napas 17
kali/menit, suhu aksila 36,70C, dan dari hasil pemeriksaan kepala
didapatkan warna kemerahan di pipi. Apa pilihan terapi pada
pasien ini?
A. Sulfasalazine
B. Vitamin A
C. Eritomisin
D. Metilprednisolon
E. Piroxicam
Pembahasan
• Perempuan, 20 tahun
• Nyeri sendi bahu, siku, lutut, dan
pergelangan kaki sejak 4 bulan yang lalu
• Rambut rontok dan juga sering demam
• Pemeriksaan fisik  warna kemerahan di
pipi  malar rash
• Terapi?
– Diagnosis : SLE
SLE Criteria
• Malar rash • Blood abnormalities
• Discoid rash • Renal impairment
• Serositis • ANA antibodies (+)
• Oral ulcers • Immune abnormalities
• Arthritis • Neurologic
• Photosensivity

MD SOAP BRAIN
Lupus symptoms
Tatalaksana

NSAIDs

Antimalarials (Hydroxychloroquine)

Corticosteroids

Immunosuppressive agents

• (Cyclophoshamide, Methotrexate,
• Azathioprene, Mycophenolate)
Antimalarials
(Hydroxychloroquine)
• Skin manifestations
• Musculoskeletal complaints
• Reduce the risk of disease flares
• Prevent major damage to the kidneys and central
nervous system
• Not the drugs of choice for renal and CNS
• The most common adverse reactions are related to
the GI, skin, and CNS
• Ophthalmologic examination
Tatalaksana
Dermatitis Arthritis
• Minimize exposure to UV • NSAIDS
• Topical glucocorticoids • Antimalarial
• Antimalarial • Corticosteroids
• Retinoic acid • IL-1 receptor antagonist,
• Methotrexate and anakinara
Azathioprene • Methotrexate
• Topical tacrolimus/
Dapsone/Thalidomide
A. Sulfasalazine
B. Vitamin A
C. Eritomisin
D. Metilprednisolon
E. Piroxicam  NSAID
110
Anak perempuan berumur 9 tahun datang bersama ibunya ke IGD
Rumah Sakit dengan keluhan demam tinggi sejak 4 hari yang lalu
disertai mual dan muntah. Mimisan disangkal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum anak tampak lemah, tekanan darah
110/90 mmHg, nadi 82 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit,
dan saat dilakukan rumple leed didapatkan hasil positif.
Pemeriksaan laboratorium darah didapatkan leukosit 6200/mm3,
trombosit 68000/mm3, hematokrit meningkat. Apa diagnosis anak
tersebut?
A. Demam dengue
B. DBD
C. DBD derajat 1
D. DBD derajat 2
E. DBD derajat 3
Pembahasan
• Anak perempuan, 9 tahun
• Demam tinggi sejak 4 hari yang lalu
• Mual dan muntah
• Mimisan disangkal
• Pemeriksaan fisik  rumple leed (+)
• Pemeriksaan lab  trombosit 68000/mm3, hematokrit
meningkat
• Diagnosis?
Patofisiologi Infeksi Dengue
Derajat Keparahan Dengue
A. Demam dengue
B. DBD
C. DBD derajat 1
D. DBD derajat 2
E. DBD derajat 3
111
Laki-laki, usia 36 tahun, datang dengan keluhan diare sejak
1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh berat badan turun
drastis. Awalnya berat badan pasien 80 kg namun saat ini
hanya tinggal 45 kg. pasien mengatakan hal itu karena
nafsu makannya berkurang sejak 4 bulan terakhir. Pasien
menjalani pergaulan bebas dan menggunakan narkoba
suntik. Apa pemeriksaan penunjang untuk menentukan
rencana terapi untuk pasien?
A. HbA1c
B. Anti HIV
C. CD4
D. Sputum SPS
E. VDRL
Pembahasan
• Laki-laki, usia 36 tahun
• Diare sejak 1 bulan yang lalu
• Berat badan turun drastis
• Awalnya BB 80 kg, saat ini BB 45 kg  4 bulan
• Pergaulan bebas dan menggunakan narkoba suntik
• Pemeriksaan penunjang untuk menentukan rencana terapi
untuk pasien?
– Susp. HIV Stadium 3
HIV/AIDS
HIV
• Diagnosis mengarahkan pada infeksi HIV
– Pemeriksaan pertama kali : Rapid test (uji cepat untuk mengetahui
antibodi terhadap HIV)  lebih superior dibanding ELISA u/
pemeriksaan pertama karena lebih feasible di berbagai layanan
kesehatan
– Pemeriksaan CD4 dilakukan saat sudah terdiagnosis HIV dan
persiapan terapi ART untuk mengetahui respons pengobatan dan
gagal terapi
– Immunoassay merujuk pada prinsip umum pemeriksaan yang
menggunakan uji biokimia untuk memeriksa keberadaan
makromolekul dalam suatu larutan melalui prinsip antibodi/Ig.
Contoh: ELISA, radioimmunoassay (RIA), RTqPCR, dll
A. HbA1c
B. Anti HIV
C. CD4
D. Sputum SPS
E. VDRL
112
Tn. Wawan, 45 tahun datang ke prakter dokter umum dengan
keluhan muncul gelembung-gelembung kecil berisi cairan di
sekitar mata kiri sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan adanya gejala pilek dan demam 5 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan rasa panas dan nyeri. Pada
pemeriksaan dermatologi juga ditemukan adanya vesikel-
vesikel dengan dasar eritem di sepanjang dada kiri. Apa terapi
yang paling tepat diberikan?
A. Acyclovir 4 x 200mg
B. Acyclovir 5 x200mg
C. Acyclovir 4 x 400mg
D. Acyclovir 5 x 400mg
E. Acyclovir 5 x 800mg
Pembahasan
• Tn. Wawan, 45 tahun
• Muncul gelembung-gelembung kecil berisi cairan di
sekitar dada kiri sejak 2 hari
• Gejala pilek dan demam 5 hari yll
• Keluhan disertai dengan rasa panas dan nyeri
• Pemeriksaan dermatologi: vesikel-vesikel dengan dasar
eritem di sepanjang dada kiri
• Diagnosis: herpes zooster
– Apa terapi yang paling tepat diberikan?
– Apa komplikasi tersering dari keluhan pasien untuk kasus
di atas?
Herpes Zoster
Herpes Zoster
• Infeksi virus varicela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa
• Reaktivasi virus yang terjadi
setelah penderita mendapat
varisela
• Sebelum timbul gejala kulit,
timbul gejala prodormal.
• Lokasi unilateral dan dermatomal
• Penunjang :
– Tzanck test  sel datia berinti
banyak
• Tatalaksana :
– Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
– Valasiklovir 3x1000 mg
5
A. Acyclovir 4 x 200mg
B. Acyclovir 5 x200mg
C. Acyclovir 4 x 400mg
D. Acyclovir 5 x 400mg
E. Acyclovir 5 x 800mg
113
An. Laki-laki, usia 5 tahun datang diantar ibunya dengan keluhan
timbul bercak merah pada tubuh sejak 2 hari yang lalu. Sejak 10
hari yang lalu, pasien sempat demam disertai batuk pilek. Pada
pemeriksaan fisik terdapat petekie pada trunkus dan ekstremitas;
splenomegali (-). Pada pemeriksaan laboratorium ditermukan
hemoglobin 13 g/dL, leukosit 8000/uL, dan hitung jenis normal.
Kadar trombosit 15.000/uL. Kemungkinan diagnosis pada pasien
ini adalah?
A. Von Willebrand Disease
B. Anemia aplastik
C. DIC
D. Hemofilia
E. Idiopatic Trombositopenia Purpura
Pembahasan
• Anak laki-laki, usia 5 tahun
• Timbul bercak merah pada tubuh sejak 2 hari yang lalu
• Riwayat demam disertai batuk pilek
• Petekie pada trunkus dan ekstremitas; splenomegali (-)
• Kadar trombosit 15.000/uL
• Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah?
Idiopatic Trombositopenia Purpura
• ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan walau
pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6 bulan).
• Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau infeksi
• Pemeriksaan Fisik :
– Nonpalpable petechiae
– Purpura
– Perdarahan
– Limpa tidak teraba
Pemeriksaan Laboratorium ITP

Trombositopenia

Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal

Sumsum tulang: megakariosit normal atau meningkat.

Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT


dan PTT normal.
Terapi ITP
• Transfusi trombosit
konsentrat
– Dewasa dengan
trombosit < 50000
• Steroid
• IVIg
• Splenektomi
Pilihan Lain
• Von Willebrand Disease
– kondisi medis yang ditandai dengan memanjangnya waktu pembekuan
darah atau perdarahan berlebihan akibat kekurangan faktor von
Willebrand
• Anemia aplastik
– kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel-sel darah  pansitopenia
• DIC
– suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh
aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan
berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan
perdarahan
• Hemofilia
– kelainan pada sistem pembekuan darah dan termasuk penyakit genetik
yang diturunkan melalui kromosom X
– Karena itu, ketika penderita hemofilia mengalami luka, pendarahannya
akan lebih lama dibandingkan pendarahan dialami anak normal
A. Von Willebrand Disease
B. Anemia aplastik
C. DIC
D. Hemofilia
E. Idiopatic Trombositopenia Purpura
114
Laki-laki, usia 19 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
ruam kemerahan di badan dan sejak 3 hari yang lalu demam naik
turun. Keluhan disertai mual dan muntah. Mimisan disangkal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg, nadi
82 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, didapatkan pteki (+)
pada ekstremitas superior dan inferior. Pemeriksaan laboratorium
darah didapatkan Hb 15,3 mg/dl, Hematokrit 47%, trombosit
48.000/mm3. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas?
A. Pemberian cairan parenteral
B. Minum yang banyak, pulang rawat jalan
C. Mencari lokasi plasma leakage dengan USG
D. Transfusi trombosit
E. Transfusi PRC
Pembahasan
• Laki-laki, usia 19 tahun
• Ruam kemerahan di badan  ptekie
• Demam naik turun 3 hari
• Mual dan muntah
• Mimisan disangkal
• Pemeriksaan fisik  pteki (+)
• Pemeriksaan lab  Hb 15,3 mg/dl, Hematokrit 47%,
trombosit 48.000/mm3. Apa
• Penatalaksanaan yang tepat?
– Diagnosis : DHF Grade 2
Patofisiologi Dengue Infection
Grading The Severity of Dengue
Infection
A. Pemberian cairan parenteral
B. Minum yang banyak, pulang rawat jalan
C. Mencari lokasi plasma leakage dengan USG
D. Transfusi trombosit
E. Transfusi PRC
115
Anak laki-laki, 9 tahun, dibawa ibunya ke dokter dengan
keluhan lebam-lebam di tungkai bawah, selain itu pasien
juga mengeluhkan perutnya sangat sakit. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan purpura simetris di kedua
tungkai pasien “palpable purpura”. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan LED dan
trombositosis. Diagnosis yang paling mungkin adalah?
A. Idiopatic trombositopenia pupura
B. Arteritis Takayasu
C. Sistemik Lupus Eritematosus
D. DIC
E. Henoch-Schonlein Purpura (HSP)
Pembahasan
• Anak laki-laki, 9 tahun
• Ruam-ruam di tungkai bawah
• Nyeri perut
• Purpura simetris di kedua tungkai pasien
“palpable purpura”
• Peningkatan LED dan trombositosis
• Diagnosis?
Henoch-Schonlein Purpura (HSP)
• Henoch-Schönlein purpura
(HSP)  IgA- mediated
disorder
• Karakteristik gangguan:
– Vaskulitis umum pembuluh
darah kecil
– Ruam (95-100% kasus)
terutama di tungkai
– Nyeri perut (85%)
– Nyeri sendi (60-84%)
– Edema subkutan(20-50%)
– BAB darah
– Hasil pemeriksaan
penunjang : peningkatan
LED dan trombositosis
Pilihan Lain
• Idiopatic trombositopenia purpura
– penyakit kelainan autoimun yang berdampak kepada
turunnya jumlah trombosit
• Arteritis Takayasu
– arteritis pada arteri besar
• Sistemik Lupus Eritematosus
– penyakit inflamasi sistemik kronis autoimun  malar rash,
diskoid rash, dll
• DIC
– suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar
di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan
yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan
A. Idiopatic trombositopenia pupura
B. Arteritis Takayasu
C. Sistemik Lupus Eritematosus
D. DIC
E. Henoch-Schonlein Purpura (HSP)
116
Anak perempuan, 6 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan
pucat sejak 2 bulan yang lalu, selain itu pasien juga menjadi mudah
sakit, sering demam, tubuh mudah lebam , dan sempat beberapa
kali mimisan. Perut pasien tampak semakin membesar dan pasien
menjadi malas berjalan karena mengeluh nyeri. Pemeriksaan fisik
pasien tampak pucat dan ditemukan organomegali. Lab Hb: 9 g/dl,
Ht 28%, leukosit 200.000, trombosit 130.000, sel blast positif. Apa
diagnosis yang paling mungkin?
A. Acute myeloid leukemia
B. Acute limfositik leukemia
C. Chronic myeloid leukemia
D. Chronic limfositik leukimia
E. Anemia aplastik
Pembahasan
• Anak perempuan, 6 tahun
• Pucat sejak 2 bulan yang lalu
• Mudah sakit, sering demam, tubuh mudah lebam, mimisan
• Perut membesar
• Pasien menjadi malas berjalan karena mengeluh nyeri
• Pucat dan ditemukan organomegali
• Lab Hb: 9 g/dl, Ht 28%, leukosit 200.000, trombosit
130.000, sel blast positif
• Diagnosis?
Acute Lymphocytic Leukemia
Acute Lymphocytic Leukemia
Acute Lymphocytic Leukemia
A. Acute myeloid leukemia
B. Acute limfositik leukemia
C. Chronic myeloid leukemia
D. Chronic limfositik leukimia
E. Anemia aplastik
117
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke UGD Rumah Sakit
dengan keluhan panas badan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
hilang timbul disertai batuk, badannya lemah dan memar-memar
dikulit. Pada pemeriksaan dapatkan tekanan darah 100/60 mmHg,
nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu aksila
38,30C, ulkus dimulut, hepar lien tidak teraba dan ekimosis
dilengan, tangan dan paha. Pada pemeriksaan darah didapatkan Hb
6,5 g/dl, leukosit 2000/mm3, eritrosit 1,5 juta sel/mm3, trombosit
45.000/Ul MCV 82 fl, MCH 29 pg, HCT 19,6% dan retikulosit 0.5 %.
Apakah diagnosis kerja pasien ini?
A. Anemia pernisiosa
B. Anemia hemolitik
C. Anemia defisiensi besi
D. Anemia pada penyakit kronik
E. Anemia aplastik
Pembahasan
• Perempuan 20 tahun
• Febris naik turun sejak 1 bulan yang lalu
• Batuk, badannya lemah dan memar-memar dikulit
• Oral Ulcer
• Ekimosis dilengan, tangan dan paha
• Hb ↓, leukosit ↓, eritrosit ↓, trombosit ↓, HCT ↓
• MCV normal, MCH normal
• Retikulosit ↑
• Diagnosis?
Anemia
Anemia Aplastik
• Anemia aplastik adalah anemia yang
ditandai dengan Pansitopenia (anemia,
lekopenia dan trombositopenia) dalam
darah tepi disertai hiposelularitas dari
sumsum tulang.
• Gejala klinis :
– Perdarahan karena trombositopenia
– Anemia
– Demam akibat infeksi  leukopenia
A. Anemia pernisiosa
B. Anemia hemolitik
C. Anemia defisiensi besi
D. Anemia pada penyakit kronik
E. Anemia aplastik
118
Laki-laki, usia 25 tahun datang dengan keluhan
bengkak pada kaki dan skrotum, pasien juga BAK
dengan warna seperti susu. Pengambilan spesimen
darah tepi untuk pemeriksaan sediaan apus darah
tebal pada pasien ini sebaiknya dilakukan pada saat?
A. Malam jam 20.00-22.00
B. Malam jam 22.00-02.00
C. Pagi jam 08.00-10.00
D. Pagi jam 10.00-12.00
E. Pagi jam 12.00-14.00
Pembahasan
• Laki-laki, usia 25 tahun
• Bengkak pada kaki dan skrotum
• BAK dengan warna seperti susu.
• Waktu pengambilan spesimen darah?
• Diagnosis : Filariasis
Filariasis Limfatik
• Gejala dan tanda
– Demam
– Limfadenopati inguinal/ aksila
– Nyeri testis dan atau inguinal
– Eksfoliasi kulit
– Pembengkakan tungkai atau genital
– Kiluria (BAK susu)
Diagnosis
• Deteksi mikrofilaria
dari darah tepi pukul
22.00-02.00
• USG  obstruksi
saluran limfatik
Filariasis
Tatalaksana
• DEC sebenarnya lebih
digunakan untuk
mencegah penularan
filariasis ke pasien lain
– Terapi medikamentosa
bila sudah terjadi
pembesaran
kaki/skrotum
sebenarnya sudah tidak
efektif
A. Malam jam 20.00-22.00
B. Malam jam 22.00-02.00
C. Pagi jam 08.00-10.00
D. Pagi jam 10.00-12.00
E. Pagi jam 12.00-14.00
119
Laki-laki, usia 38 tahun datang ke klinik dokter dengan keluhan
kemaluan tegang terus menerus dan terasa sakit sejak empat jam
yang lalu. Pasien mengaku saat ini sedang tidak memiliki hasrat
seksual untuk berhubungan. Pada pemeriksaan lokalis genetalia
eksterna didapatkan batang penis keras, sedangkan glan penis
teraba lunak, tidak terlihat adanya kemerahan dan pembengkakan
pada penis. Pasien bekerja di salah satu perusahaan asing dan
memiliki kebiasaan keluar malam dan minum alkohol. Apakah
diagnosis pasien tersebut?
A. Testis retraktil
B. Torsio testis
C. Canchroid
D. Priapismus
E. Phimosis
Pembahasan
• Laki-laki, usia 38 tahun
• Kemaluan tegang empat jam
• Tidak memiliki hasrat seksual
• Pemeriksaan Fisik  batang penis keras, gland
penis lunak
• Diagnosis?
Priapismus
• Keadaan dimana penis terus dalam posisi
ereksi secara involunter, tak berhubungan
dengan stimulasi seksual dan tidak membaik
dengan ejakulasi (lebih dari 4 jam)
• Termasuk emergensi urologi
• Klasifikasi:
– Low-flow (paling sering)
– High-flow
• Tatalaksana  tergantung klasifikasi
Klasifikasi Priapismus

Low-
• Penis kaku dan nyeri
• Iskemik pada badan penis (darah gelap di area
tersebut)
• Tidak ada riwayat trauma

Flow
• Tatalaksana  aspirasi

High-
• Tidak nyeri, gejala episodik
• Aliran darah cukup
• Badan penis teroksigenasi dengan baik
• Terdapat riwayat trauma pada penis atau

Flow
perineum (straddle injury paling sering)
• Tatalaksana  observasi, embolisasi arteri bila
perlu
Pilihan Lainnya
• Testis retraktil  testis hypermobile (bisa naik-turun)
• Torsio testis  Torsio dari korda spermatikus 
penurunan suplai darah  iskemia testis ipsilateral
• Canchroid  Infeksi H. Ducreyi  ulkus mole, nyeri dan
ulkus kotor
• Phimosis  prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
A. Testis retraktil
B. Torsio testis
C. Canchroid
D. Priapismus
E. Phimosis
120
Laki-laki, 40 tahun datang ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri pinggang sebelah kanan sejak 2 jam yang lalu. Nyeri tidak
menjalar, namun keluhan disertai BAK berwarna kemerahan.
Pasien merupakan supir truk angkutan barang, pasien memiliki
kebiasaan kurang minum karena malas berhenti saat perjalanan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal
dan nyeri ketok CVA kanan (+). Dokter mencurigai pasien
menderita batu saluran kencing. Jika batu memberikan gambaran
radioopaque pada foto rontgen, maka apakah jenis batu tersebut?
A. Asam urat
B. Cystine
C. Kalsium oksalat
D. Silikat
E. Struvit
Pembahasan
• Laki-laki, 40 tahun
• Nyeri pinggang kanan, 2 jam yang lalu
• Nyeri tidak menjalar
• Hematuria
• Kebiasaan kurang minum
• Pemeriksaan fisik  nyeri ketok CVA kanan (+)
• Diagnosis : batu saluran kencing (Nefrolitiasis)
• Gambaran radioopaque  jenis batu??
Batu Saluran Kencing
Jenis BSK Keluhan
Nefrolithiasis Nyeri kolik terutama di daerah
pinggang, hematuria
Ureterolithiasis Nyeri kolik dari pinggang menjalar
sampai ke kemaluan
Vesicolithiasis BAK dipengaruhi perubahan posisi 
gejala kencing terputus-putus
(interupted)
Uretrolithiasis Nyeri di penis saat kencing, retensi urin
Batu Saluran Kemih
Batu Staghorn Batu Ureter Batu Buli-buli
Jenis Batu

• Batu kalsium
Radioopaque oksalat
• Batu kalsium fosfat

• Batu asam urat


Radiolucent
A. Asam urat
B. Cystine
C. Kalsium oksalat
D. Silikat
E. Struvit
121
Laki-laki, usia 45 tahun, dibawa ke IGD Rumah Sakit setelah jatuh
dari atap rumah saat memperbaiki genteng yang rusak.
Berdasarkan keterangan pasien, pasien jatuh terduduk dengan
selangkangan pasien terkena besi. Pada pemeriksaan fisik,
kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 112 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu 36,80C,
terdapat butterfly hematom dan perdarahan dari meatus uretra
eksterna. Apakah diagnosis pasien tersebut?
A. Ruptur buli
B. Ruptur uretra posterior colapinto 1
C. Ruptur uretra posterior colapinto 2
D. Ruptur uretra anterior
E. Ruptur ureter
Pembahasan
• Laki-laki, 45 tahun
• Jatuh dari atap rumah  jatuh terduduk
dengan selangkangan pasien terkena besi 
Straddle injury
• Pemeriksaan fisik  butterfly hematom dan
perdarahan dari meatus uretra eksterna
• Diagnosis?
Ruptur Organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria
Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria
Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Ruptur Uretra
• Klasifikasi :
– Ruptur uretra anterior
• Pars spongiosa
• Pars glandis
•  Straddle injury
– Ruptur uretra posterior
• Pars prostatica
• Pars membranacea
•  fraktur pelvis
Ruptur Uretra

Anterior Posterior
Butterfly Floating
hematoma prostate
Ruptur Uretra
Posterior Anterior
• Gambaran khas • Gambaran khas
– Perdarahan per uretra – Perdarahan per uretra
– Retensi urin – Butterfly hematom
– DRE: Floating prostate – Kadang retensi urin
• Uretrografi
• Uretrografi
– Kontusio: (-)
– Ekstravasi kontras pada uretra pars – Ruptur: Eksravasasi (+) bulbosa
prostato-membranasea
• Tindakan
• Tindakan – Kontusio : observasi 4-6bln,
– Akut : Sitostomi uretrografi ulang
– Ruptur :
– Stabil :
• Sistostomi 1 bln
• Primary endoscopic realignment, 1mgg • Uroflometri, setelah 3 bln, uretrogram.
pasca ruptur Striktura, lakukan sachse
• Urteroplasti, 3 bulan pasca ruptur
• Komplikasi
• Rail roding catheter
– Striktur uretra
• Komplikasi
– Striktur uretra
– Disfungsi ereksi
– Inkontinensia urin
A. Ruptur buli
B. Ruptur uretra posterior colapinto 1
C. Ruptur uretra posterior colapinto 2
D. Ruptur uretra anterior
E. Ruptur ureter
122
Laki-laki, usia 58 tahun, datang ke praktik dokter dengan keluhan
sulit buang air kecil sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku
kencing keluar sedikit-sedikit dan terkadang harus mengedan.
Nyeri disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
pasien 120/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, nafas 18 kali/menit,
suhu 36.50C. Pemeriksaan umum dalam batas normal. Pada colok
dubur didapatkan prostat teraba kenyal, tidak ada nyeri tekan, pool
atas tidak teraba. Secara anatomi, daerah apakah yang paling sering
mengalami kelainan pada kasus ini?
A. Zona transisi
B. Zona sentral
C. Zona perifer
D. Zona uretra
E. Area fibromuskular
Pembahasan
• Laki-laki, 58 tahun
• Sulit BAK, kencing keluar sedikit-sedikit dan
terkadang harus mengedan
• Nyeri disangkal
• Pemeriksaan colok dubur  prostat teraba
kenyal, tidak ada nyeri tekan, pool atas tidak
teraba
• Diagnosis : BPH
• Zona yang terkena?
BPH
• LUTS sering didapatkan
pada batu buli, ISK
bawah (sistitis), atau
BPH.
• Gejala LUTS
– Gejala Obstruktif
• Pancaran miksi lemah
• Miksi tidak lampias
– Gejala Iritatif
• Frekuensi
• Nokturia Hormon paling bertanggung jawab pada
• Urgensi BPH adalah dihidrotestosteron (DHT).
• Smith's General Urology 17th ed. Halaman
348
Kelainan Prostat
BPH Ca Prostat
• Gejala Klinis • Gejala Klinis
– Gejala obstruktif – Gejala obstuktif dan iritatif
– Gejala iritatif – Gejala metastasis (tulang)
• Pemeriksaan RT • Pemeriksaan RT
– Pembesaran prostat,
– Pembesaran prostat, berdungkul-dungkul, nyeri
konsistensi kenyal, tidak
nyeri, pool atas tidak teraba • Zona Prostat
– Zona perifer
• Zona Prostat
• Pemeriksaan Lab
– Zona transisional – PSA  <4 ng/ml
• Pemeriksaan Lab – TRUS
– USG – Bone scan
– Skor IPSS – Biopsi
Gambaran Prostat
Periurethral zone
Urethra
Transitional zone

Central zone Anterior


fibromuscular stroma

Peripheral zone
A. Zona transisi
B. Zona sentral
C. Zona perifer
D. Zona uretra
E. Area fibromuskular
123
Balita laki-laki, usia 1 tahun dibawa ibunya ke
Puskesmas dengan keluhan ujung penis
menggelembung setiap kali BAK. Keluhan demam dan
nyeri disangkal. Saat dilakukan pemeriksaan
didapatkan preputium menempel pada gland penis
dan sulit ditarik ke belakang. Apa diagnosis balita
tersebut?
A. Fimosis
B. Parafimosis
C. Hematoma penis
D. Hipospadia
E. Balanitis
Pembahasan
• Balita laki-laki, 1 tahun
• Ujung penis menggelembung setiap kali BAK
• Pemeriksaan fisik  preputium menempel pada
gland penis dan sulit ditarik ke belakang
• Diagnosis?
Fimosis vs Parafimosis
Fimosis Parafimosis

Dorsumsisi!

KECIL KEJEPIT
Fimosis vs Parafimosis
Fimosis Parafimosis
• Bukan emergensi • Emergensi
• Prepusium yang ditarik ke belakang
• Prepusium tidak bisa ditarik tidak bisa ditarik kembali  terjepit
dan edema
ke belakang • Gejala umum :
• Gejala umum : – Kulit prepusium edema
– Terdapat cincin menjepit penis 
– Ujung penis menggembung bisa iskemia
• Tatalaksana:
• Tatalaksana : – Manual reduksi
– Sirkumsisi – Cairan hipertonik kompres
– Pungsi
– Rujuk ke urologi – Aspirasi
– Insisi vertikal
– Dorsumsisi  urologi
A. Fimosis
B. Parafimosis
C. Hematoma penis
D. Hipospadia
E. Balanitis
124
Anak perempuan, usia 8 tahun datang ke Poliklinik Rumah Sakit
bersama ibunya dengan keluhan kencing berwarna kemerahan.
Selain itu, ibu mengeluhkan wajah anak tampak bengkak. Demam
disangkal. Dua minggu sebelumnya anak sempat sakit tenggorokan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu 37,20C,
edem palpebra dan asites minimal. Hasil pemeriksaan penunjang
apakah yang menunjang diagnosis anak tersebut?
A. Kolesterol total 350 mg/dl
B. Albumin 1,5
C. Proteinuria +4
D. Asto menurun
E. C3 menurun
Pembahasan
• Anak perempuan, 8 tahun
• Hematuria
• Wajah anak tampak bengkak  edem palpebra
• Riwayat sakit tenggorokan (+)
• Pemeriksaan fisik  Hipertensi (130/80 mmHg),
edem palpebra dan asites minimal
• Hasil pemeriksaan penunjang?
Glomerulonefritis Akut Post
Streptococcus
• Glomerulonefritis akut ditandai dengan
– Edema
– Hematuria
– Hipertensi
– Penurunan fungsi ginjal (azotemia)
• GNA pasca streptokokus terjadi setelah infeksi
GABHS nefritogenik → deposit kompleks imun
di glomerulus
Glomerulonefritis Akut Post
Streptococcus
• Diagnosis
– Anamnesis
• Riwayat ISPA atau infeksi kulit 1-2 minggu sebelumnya, hematuri
nyata, kejang atau penurunan kesadaran, oliguri/anuri
– Pemeriksaan Fisik :
• Edema di kedua kelopak mata dan tungkai, hipertensi, lesi bekas
infeksi, gejala hipervolemia seperti gagal jantung atau edema paru
– Penunjang
• Fungsi ginjal  BUN/kreatinin serum ↑
• Komplemen C3  menurun
• Urinalisis  proteinuri, hematuri
• ASTO  meningkat
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003: 58 - 63
Nephritic Syndrome vs Nephrotic Syndrome
Tatalaksana

Antibiotik (penisilin, eritromisin)

Antihipertensi  ACEI atau CCB

Diuretik
A. Kolesterol total 350 mg/dl
B. Albumin 1,5
C. Proteinuria +4
D. Asto menurun
E. C3 menurun
125
Wanita, usia 27 tahun, G2P1A0 UK 32-33 minggu datang ke
Puskesmas dengan keluhan nyeri saat berkemih. Pasien
juga mengatakan menjadi sering BAK dan perut bagian
bawah terasa sakit. Kencing berwarna merah disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit,
suhu 37,20C, dan nyeri tekan suprapubis. Apakah terapi
yang dapat diberikan pada pasien ini?
A. Ciprofloxacin
B. Kotrimoksazol
C. Amoxicillin
D. Ceftriaxon
E. Kortikosteroid
Pembahasan
• Wanita, 27 tahun
• G2P1A0 UK 32-33 minggu
• Nyeri saat berkemih (disuria)
• Frekuensi
• Pemeriksaan fisik  nyeri tekan suprapubis
• Terapi?
• Diagnosis : Sistitis
Infeksi Saluran Kencing
• ISK Atas : pielonefritis, prostatitis
• ISK Bawah : sistitis, uretritis

Anatomis

• Non komplikata : wanita dewasa,


tidak hamil, tanpa kelainan penyerta

Klinis • Komplikata : laki-laki, wanita hamil,


ISK pada kelainan struktural dan
fungsional
Infeksi Saluran Kencing
• Etilogi terbanyak : bakteri gram (-)
– E. coli  terbanyak
– Enterococci
– Staph. Saprophyticus
– Klebsiella sp.
– Proteus mirabilis
Gejala Klinis
ISK Keluhan
Pielonefritis Keluhan :
Demam tinggi, menggigil, nyeri punggung (nyeri ketok CVA positif), mual,
muntah, keluhan kencing tidak terlalu dominan, diare
Pemeriksaan penunjang :
Nitrit esterase (+)
Silinder leukosit(+)
Prostatitis Keluhan :
Demam, discharge (+), nyeri saat kencing
Pemeriksaan RT :
Nyeri tekan prostat (+)
Sistitis Keluhan :
Disuria, frekuensi, urgensi, nyeri tekan suprapubik, hematuria, demam (-)
Uretritis Keluhan :
Demam (-), disuria, frekuensi tanpa adanya nyeri tekan suprapubik
Tatalaksana
Tatalaksana
• Sistitis :
– Kotrimoksazol
– Ciprofloksasin
– Ibu Hamil  Amoksisilin
A. Ciprofloxacin
B. Kotrimoksazol
C. Amoxicillin
D. Ceftriaxon
E. Kortikosteroid
126
Seorang laki-laki berusia 61 tahun datang ke UGD RS dengan
keluhan nyeri pinggang kanan. Keluhan dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Disertai dengan mual dan muntah. Pasien jarang minum dan
bila buang air kecil sering merasa tidak tuntas. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 100
kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu 37,30C, dan nyeri
ketok kostovertebra kanan (+). Hasil lab urine menunjukkan Ca
Oksalat +++. Kreatinin 1,31 mg/dL. Apakah pemeriksaan
penunjang yang paling tepat?
A. Uretrografi
B. Anterograde pielografi
C. Retrograde pielografi
D. Intra vena pielografi
E. Cystografi
Pembahasan
• Laki-laki, usia 61 tahun
• Nyeri pinggang kanan, 2 hari
• Mual dan muntah
• BAK sering merasa tidak tuntas
• Jarang minum
• Pemeriksaan fisik  TD 140/90 mmHg, nyeri ketok CVA kanan (+)
• UL  Ca Oksalat +++
• DL  kreatinin 1,31 mg/dL (meningkat)
• Pemeriksaan penunjang?
Batu Saluran Kencing
Jenis BSK Keluhan
Nefrolithiasis Nyeri kolik terutama di daerah
pinggang, hematuria
Ureterolithiasis Nyeri kolik dari pinggang menjalar
sampai ke kemaluan
Vesicolithiasis BAK dipengaruhi perubahan posisi 
gejala kencing terputus-putus
(interupted)
Uretrolithiasis Nyeri di penis saat kencing, retensi urin
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan UL  leukosituria, hematuria, kristal-kristal pembentuk
batu
• Pemeriksaan faal ginjal  penurunan fungsi ginjal dan untuk
persiapan pemeriksaan foto IVP
• Foto polos abdomen batu radio-opak di saluran kemih
• Pemeriksaan Intra Vena Pielografi (IVP)  anatomi dan fungsi ginjal
• Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih
akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograd.
• Pemeriksaan USG  bila pasien tidak mungkin menjalani IVP
– Alergi terhadap bahan kontras
– Faal ginjal yang menurun
– Wanita yang sedang hamil
Pemeriksaan IVP
• Tujuan : melihat anatomi dan fungsi tractus urinarius
• Syarat : Fungsi ren normal  Serum creatinin <3 mg/dl
• Indikasi  Kelainan kongenital, infeksi ginjal menahun,
tumor ginjal, batu tractus urinarius

• Kontra Indikasi  Alergi bahan kontras, Gagal ginjal,


Multiple myeloma
A. Uretrografi
B. Anterograde pielografi
C. Retrograde pielografi
D. Intra vena pielografi
E. Cystografi
127
Seorang laki-laki, usia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan tiba-tiba nyeri pinggang kanan, dimana
nyeri menjalar sampai ke lipat paha kanan dan skrotum
kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital dalam batas normal dan nyeri ketok CVA kanan (+).
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan hasil warna urin
kuning kemerahan, eritrosit banyak, protein +++, dan
didapatkan kristal asam urat (+). Apa diagnosis pasien ini?
A. Glomerulonefritis akut
B. Ureterolithiasis
C. Appendisitis akut
D. Pyelonefritis akut
E. Hernia inguinalis
Pembahasan
• Laki-laki, 35 tahun
• Tiba-tiba nyeri pinggang kanan
• Menjalar sampai ke lipat paha kanan dan
skrotum kanan
• Pemeriksaan fisik  nyeri ketok CVA kanan (+)
• UL  warna urin kuning kemerahan, eritrosit
banyak, protein +++, dan didapatkan kristal
asam urat (+)
• Diagnosis?
Batu Saluran Kencing
Jenis BSK Keluhan
Nefrolithiasis Nyeri kolik terutama di daerah
pinggang, hematuria
Ureterolithiasis Nyeri kolik dari pinggang menjalar
sampai ke kemaluan
Vesicolithiasis BAK dipengaruhi perubahan posisi 
gejala kencing terputus-putus
(interupted)
Uretrolithiasis Nyeri di penis saat kencing, retensi urin
Batu Saluran Kemih
Batu Staghorn Batu Ureter Batu Buli-buli
A. Glomerulonefritis akut
B. Ureterolithiasis
C. Appendisitis akut
D. Pyelonefritis akut
E. Hernia inguinalis
128
Laki-laki, usia 35 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 3 jam yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka robek
pada paha kanan dengan darah yang terus merembes.
Patah tulang tidak ada. Didapatkan jumlah urin pasien
3 cc/jam dengan kateter. Pathogenesis apakah yang
menyebabkan terjadinya gagal ginjal pada pasien ini?
A. Kurangnya suplai darah ke ginjal
B. Kurangnya suplai oksigen ke ginjal
C. Nekrosis pembuluh darah ginjal akibat trauma
D. Kurang minum
E. Obstruksi saluran kemih
Pembahasan
• Laki-laki, 35 tahun
• Post KLL 3 jam yang lalu
• Pemeriksaan fisik  luka robek pada paha kanan
dengan darah yang terus merembes
• Jumlah urin pasien 3 cc/jam dengan kateter
– Penurunan fungsi ginjal (produksi urin <400 ml/hari)
– Diagnosis : Gagal Ginjal Akut
• Pathogenesis gagal ginjal?
Gagal Ginjal Akut
• Gagal ginjal akut adalah sindroma klinis yang ditandai oleh
penurunan fungsi ginjal yang cepat (biasanya dalam
beberapa hari)  menyebabkan azotemia (pe↑ BUN) yang
berkembang cepat
• Pe↓ fungsi ginjal :
– Pe↓ GFR  produksi urin < 400 ml/hari
 kadar kreatinin serum me↑
 kadar BUN (nitrogen urea darah) ↑
ETIOLOGI

Pre Renal Post


Pre-Renal
Deplesi volume ECF absolut
• Perdarahan
• Diuresis berlebihan
• Kehilangan cairan dari GIT (muntah, diare)
• Luka bakar

Pe↓ volume sirkulasi arteri efektif


• Pe↓ curah jantung
• Vasodilatasi perifer
• Hipoalbuminemia

Perubahan hemodinamik ginjal primer


• Blocker prostaglandin release : NSAID
• Vasokonstriktor : α-adrenergik
• Sindrom hepatorenal

Obstruksi vaskular ginjal bilateral


• Stenosis arteri ginjal, emboli, trombosis
• Trombosis vena renalis bilateral
Renal

ATN (Akut Tubular Nekrosis)


• Pasca Iskemik : syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah aorta
• Nefrotoksik
Penyakit vaskuler atau glomerulus ginjal primer
• Glomerulonefritis progresif cepat, GNA post-streptokokus
• HT maligna
• Serangan akut pd gagal ginjal kronis yg terkait-pembatasan Na - air
Nefritis tubuloinerstitial akut
• Alergi : beta-laktam (penisilin, sefalosporin); sulfonamid
• Infeksi : (ex. Pielonefritis akut )
Post-Renal

Obstruksi uretra : katup uretra, striktur uretra

Obstruksi saluran kandung kemih : Hipertrofi prostat, karsinoma

Obstruksi ureter bilateral (unilateral jika satu ginjal berfungsi)


• Intraureter : batu, bekuan darah
• Ekstraureter (kompresi) : fibrosis retroperitoneal, neoplasma kandung kemih,
prostat atau serviks
Kandung kemih neurogenik
A. Kurangnya suplai darah ke ginjal
B. Kurangnya suplai oksigen ke ginjal
C. Necrosis pembuluh darah ginjal akibat
trauma
D. Kurang minum
E. Obstruksi saluran kemih
129
Seorang laki-laki, usia 38 tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan terdapat benjolan di buah zakar kanan, tidak nyeri yang
hilang timbul. Benjolan membesar saat pasien mengangkat benda-
benda berat dan mengecil saat pasien berbaring atau istirahat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu 36,50C,
dan benjolan yang mencapai skrotum kanan. Apa diagnosis yang
paling tepat pada pasien ini?
A. Hernia skrotalis
B. Hernia inguinalis lateral
C. Hernia inguinalis medialis
D. Torsio testis
E. Epididimitis
Pembahasan
• Laki-laki, 38 tahun
• Benjolan di buah zakar kanan
• Tidak nyeri
• Hilang timbul  membesar saat mengangkat benda berat
dan mengecil saat pasien berbaring atau istirahat
• Pemeriksaan fisik  benjolan mencapai skrotum kanan
• Diagnosis?
Hernia
Klasifikasi
Inguinal - Femoral
• Inguinal : melalui kanalis inguinalis
• Femoral : melalui annulus femoralis, biasanya pada wanita

Reponible - Ireponible
• Reponible : hilang timbul
• Ireponible : tidak dapat kembali ke posisi normal

Medial - Lateral
• Medial/direct : di medial a. epigastrik inferior, merobek kanalis
inguinalis
• Lateral/indirect : di lateral a. epigastrik inferior, masuk melalui
internal inguinal ring, dapat mencapai skrotum
Hernia berdasarkan letak

DIREK = MEDIAL
INDIREK = LATERAL
(SELALU DI DEWASA)
Hernia Berdasarkan Sifatnya
• Reponiblis : KELUAR – MASUK
• Ireponiblis : KELUAR – TIDAK BISA MASUK
• Inkarserata: GANGGUAN PASASE USUS
• Strangulata: GANGGUAN VASKULARISASI
• SIIR
A. Hernia scrotalis
B. Hernia inguinalis lateral
C. Hernia inguinalis medialis
D. Torsio testis
E. Epididimitis
130
Pasien laki-laki, usia 56 tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan benjolan pada buah zakar, tidak disertai rasa nyeri
dan hanya dirasakan semakin membesar. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam
batas normal, pemeriksaan genetalia eksterna tidak
didapatkan massa, skrotum membesar bilateral dan
pemeriksaan transiluminasi (+). Apa diagnosis pasien
diatas?
A. Filariasis
B. Varikokel
C. Torsio testis
D. Hidrokel
E. Orchitis
Pembahasan
• Laki-laki, 56 tahun
• Benjolan pada buah zakar, tidak nyeri, semakin
membesar
• Pemeriksaan fisik  tidak didapatkan massa,
skrotum membesar bilateral, transiluminasi (+)
• Diagnosis?
Hidrokel
• Hidrokel adalah penumpukan cairan yang
berlebihan di antara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis, yang dalam keadaan
normal cairan ini berada dalam keseimbangan
antara produksi dan resorbsi oleh sistem limfatik
disekitarnya
Etiologi
• Pada bayi baru lahir
– Penutupan prosesus vaginalis belum sempurna
– Sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan resorbsi cairan hidrokel belum
sempurna
• Pada dewasa
– Idiopatik(primer)
– Sekunder  kelainan pada testis atau
epididimis  tumor, infeksi, trauma
Hidrokel
• GEJALA KLINIS
– Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
– Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya benjolan dikantong
skrotum tidak berubah sepanjang hari, sedangkan pada hidrokel
komunikan besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada
saat anak menangis.
Hidrokel
• PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
– Tampak benjolan di skrotum dengan konsistensi kistus dan pada
penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
– Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, hidrokel dapat
dibedakan menjadi:
• hidrokel testis bila kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi
testis sehingga testis tidak dapat diraba
• hidrokel funikulus bila kantong hidrokel berada di kranial dari
testis dan hidrokel komunikan bila terdapat hubungan antara
prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum (pada palpasi
kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke
dalam rongga abdomen)
A. Filariasis
B. Varikokel
C. Torsio testis
D. Hidrokel
E. Orchitis
131
Anak perempuan umur 4 tahun dibawa ibunya ke Poliklinik
Rumah Sakit dengan keluhan perut membesar dan nyeri.
Pada pemeriksaan fisik teraba massa pada perut kanan
atas. Setelah dilakukan pemeriksaan USG, didapatkan hasil
massa soliter, berbatas tegas, ukuran 12 cm pada ginjal.
Dilakukan nefrotomi pada anak, massa dibelah dua
berwana keabu-abuan, tampak jaringan nekrosis dengan
bercak perdarahan. Apa diagnosis pasien diatas?
A. Wilms tumor
B. Fibrokistik renal
C. Adenoma renal
D. Carcinoma renal
E. Adenocarsinoma renal
Pembahasan
• Anak perempuan, 4 tahun
• Perut membesar dan nyeri
• Pemeriksaan fisik  teraba massa pada perut kanan atas
• USG  massa soliter, berbatas tegas, ukuran 12 cm pada
ginjal
• Nefrotomi  massa dibelah dua berwana keabu-abuan,
tampak jaringan nekrosis dengan bercak perdarahan
• Diagnosis?
Tumor Wilms
• Nefroblastoma, keganasan area abdomen tersering pada
anak-anak
• Gejala utama :
– Massa asimptomatik di abdomen
– Nyeri
– Hematuria
• Etiologi : mutasi pada gen WT1
• Prognosis cukup baik  80-90% survival
• Pemeriksaan imaging awal dapat digunakan USG ginjal
• Hasil biopsi klasik :
– Trifasik : epitelial, blasternal, dan stromal
Tumor Wilms
Makroskopis Mikroskopis
• Massa bentuk bulat, • Khas :
sangat besar – Glomerulus primitif/abortif
• Irisan : – Capsula bowman tidak
terbentuk
– Daerah miksomatik, lunak
seperti daging ikan – Tubulus primitif 
terkurung stroma sel
– Jaringan hialin abu-abu
spindle
padat seperti tulang rawan
– (+) jaring mesoderm : otot
– Necrotik yang hemorrhagik
lurik (>>), otot polos, tulang
rawan, dll
Tumor Wilms
Makroskopis Mikroskopis
A. Wilms tumor
B. Fibrokistik renal
C. Adenoma renal
D. Carcinoma renal
E. Adenocarsinoma renal
132
Seorang anak laki-laki, usia 5 tahun dibawa ibunya ke Poliklinik
Rumah Sakit dengan keluhan bengkak. Bengkak awalnya di kelopak
mata namun selang beberapa hari bengkak menyebar hingga ke
kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 84 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu
aksila 36,70C, edema periorbita dan pitting edema di kedua tungkai
kaki. Pada pemeriksaan urin didapatkan protein urin +++.
Bagaimanakah proses terjadinya kasus diatas?
A. Malnutrisi
B. Obstruksi
C. Hipoalbumin
D. Hipernatremi
E. Hipersekresi
Pembahasan
• Anak laki-laki, 5 tahun
• Bengkak  awal di kelopak mata, menyebar hingga ke kaki
• Pemeriksaan fisik  edema periorbita dan pitting edema
di kedua tungkai kaki
• UL  protein urin +++
• Diagnosis : Sindrom Nefrotik
• Bagaimanakah proses terjadinya kasus diatas?
Sindrom Nefrotik
• Sindrom nefrotik (SN) adalah suatu sindrom klinik
dengan gejala:
– Proteinuria massif (≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik
≥ 2+)
– Hipoalbuminemia ≤ 2,5 g/dL
– Edema
– Dapat disertai hiperkolesterolemia
• Etiologi SN dibagi 3 yaitu :
– Kongenital
– Primer/Idiopatik
– Sekunder (mengikuti penyakit sistemik antara lain lupus
eritematosus sistemik (LES), purpura Henoch Schonlein)
Diagnosis

Anamnesis : Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Penunjang :


• Bengkak di kedua kelopak • Edema palpebra, tungkai • Proteinuria masif ≥ 2+
mata, perut, tungkai atau • Ascites • Hematuria
seluruh tubuh • Hipertensi • Hipoalbumin (<2.5g/dl)
• Penurunan jumlah urin • Hiperkolesterolemia (>200
• Urin keruh mg/dl)
• Penurunan fungsi ginjal
Nephritic Syndrome vs Nephrotic Syndrome
Tatalaksana
A. Malnutrisi
B. Obstruksi
C. Hipoalbumin
D. Hipernatremi
E. Hipersekresi
133
Laki-laki, usia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri
saat berkemih dan keluar cairan keruh dari ujung saluran kemih.
Pasien berkerja sebagai supir truk, riwayat 7 hari yang lalu
berhubungan dengan PSK. Pemeriksaan fisik didapatkan tanda-
tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan genetalia eksterna
tampak OUE hiperemis dan edema. Pada pemeriksaan gram tidak
ditemukan coccus gram negatif, namun ditemukan bakteri sferis
gram negatif. Apa diagnosis dari pasien diatas?
A. Sistitis
B. Pielonefritis
C. Uretritis gonore
D. Uretritis non spesifik
E. Prostatitis
Pembahasan
• Laki-laki, 32 tahun
• Nyeri saat berkemih
• Keluar cairan keruh dari OUE
• Pasien  supir truk, riwayat 7 hari yang lalu
berhubungan dengan PSK
• Pemeriksaan fisik  OUE hiperemis dan edema
• Pemeriksaan gram bakteri sferis gram negatif
• Diagnosis?
Infeksi Genital Non Spesifik
• Etiologi : Chlamydia trachomatis  sferis, gram
negatif
• Masa ikubasi : 1-3 minggu
• Gejala Klinis :
– Disuria
– Duh tubuh
• Duh tubuh serupulen
• Discharge pagi hari “morning drop “
• Bercak kekuningan di celana dalam
Tatalaksana
• Doksisiklin 2 x 100 mg p.o./hari  7 hari
• Azitromisin 1000 mg p.o. dosis tunggal
• Tetrasiklin 4 x 500 mg p.o./hari  7 hari
• Eritromisin 4 x 500 mg p.o./hari  7 hari

Doksisiklin, Tetrasiklin dan Azitromisin tidak


boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui
dan anak-anak.
A. Sistitis
B. Pielonefritis
C. Uretritis gonore
D. Uretritis non spesifik
E. Prostatitis
134
Seorang wanita, usia 60 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri saat buang air kecil. Keluhan juga disertai dengan
rasa panas saat buang air kecil dan demam. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan panas dirasakan sampai
ke bagian bawah perut. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi nafas 19
kali/menit, suhu 38,20C dan nyeri ketok CVA (+). Dari pemeriksaan
urin didapatkan glukosa (-), protein (-), keton (-), leukosit esterase
(+). Secara mikroskopis didapatkan PMN yang meningkat. Apa yang
mungkin menjadi penyebab keluhan pasien?
A. Mycobacterium tuberculosis
B. E. coli
C. Trichomonas
D. Candida albicans
E. Gardnerella vaginalis
Pembahasan
• Wanita, 60 tahun
• Nyeri dan panas saat BAK
• Demam
• Pemeriksaan fisik  suhu 38,20C dan nyeri ketok CVA (+)
• UL  leukosit esterase (+), PMN yang meningkat
• Penyebab keluhan pasien?
• Diagnosis : Pielonefritis Akut
Infeksi Saluran Kencing
• ISK Atas : pielonefritis, prostatitis
• ISK Bawah : sistitis, uretritis
Anatomis

• Non komplikata : wanita dewasa,


tidak hamil, tanpa kelainan penyerta
Klinis • Komplikata : laki-laki, wanita hamil,
ISK pada kelainan struktural dan
fungsional
Infeksi Saluran Kencing
• Etilogi terbanyak : bakteri gram (-)
– E. coli  terbanyak
– Klebsiella sp.
– Enterobacteriaceae
– Staphylococcus saprophyticus
– Enterococci
– Proteus mirabilis
Gejala Klinis
ISK Keluhan
Pielonefritis Keluhan :
Demam tinggi, menggigil, nyeri punggung (nyeri ketok CVA positif),
mual, muntah, keluhan kencing tidak terlalu dominan, diare
Pemeriksaan penunjang :
Nitrit esterase (+)
Silinder leukosit(+)
Prostatitis Keluhan :
Demam, discharge (+), nyeri saat kencing
Pemeriksaan RT :
Nyeri tekan prostat (+)
Sistitis Keluhan :
Disuria, frekuensi, urgensi, nyeri tekan suprapubik, hematuria,
demam (-)
Uretritis Keluhan :
Demam (-), disuria, frekuensi tanpa adanya nyeri tekan suprapubik
Pemeriksaan Penunjang

Bakteriuria
Hematuria
Urinalisis Nitrit (+)
Leukosit >5/LPB

Kultur
Jumlah koloni ≥105/mL
urin
pancaran
tengah
Tatalaksana
A. Mycobacterium tuberculosis
B. E. coli
C. Trichomonas
D. Candida albicans
E. Gardnerella vaginalis
135
Laki-laki berusia 38 tahun dibawa keluarganya ke UGD
RS dengan keluhan nyeri punggung setelah jatuh dari
tangga dua jam yang lalu. Pada pemeriksaan foto polos
didiagnosis fraktur korpus vertebra setinggi thorakal
V. Apakah jenis fraktur yang biasa terjadi pada kasus di
atas?
A. Fraktur transversal
B. Fraktur oblik
C. Fraktur kompresi
D. Fraktur longitudinal
E. Fraktur kominutif
Pembahasan
• Keluhan nyeri punggung setelah jatuh dari
tangga dua jam yang lalu.
• Xray fraktur korpus vertebra setinggi
thorakal V

• Jenis fraktur?
Fraktur Kompresi

• Terjadi akibat gaya


kompresi
• Biasanya pada vertebra
Fraktur Inkomplit VS Komplit
Fraktur Greenstick

• Fraktur inkomplit, di
mana sisi tulang yang
utuh menjadi
bengkok
• Pada anak-anak
Pilihan lain
A. Fraktur transversal
B. Fraktur oblik
C. Fraktur kompresi
D. Fraktur longitudinal
E. Fraktur kominutif
136
Perempuan berusia 50 tahun mengeluh lengan kiri
tidak bisa digerakkan setelah jatuh. Dari hasil rontgen
foto antebrachii sinistra, didapatkan adanya fraktur
distal radius dengan fragmen distal bergeser ke arah
dorsal dan proksimal dan deformitas “dinner fork”.
Diagnosis yang paling tepat adalah...
A. Fraktur Boxer
B. Fraktur Galeazzi
C. Fraktur Smith
D. Fraktur Montegia
E. Fraktur Colles
Pembahasan
• Lengan kiri tidak bisa digerakkan setelah
jatuh.
• Xray antebrachii sinistra: fraktur distal
radius dengan fragmen distal bergeser ke
arah dorsal dan proksimal
• Deformitas “dinner fork”
• Jenis Fraktur?
Berbagai macam fraktur antebrachii
• Galeazzi
• Montegia
• Colles
• Smith
Colles Vs Smith
• Colles
– Terjatuh dengan tangan
ekstensi
– Fragmen distal yang
mengalami fraktur, terletak
pada bagian
palm/punggung tangan 
mirip fork/garpu

• Smith SMITH

– Terjatuh dengan tangan COLLES


fleksi
– Fragmen distal yang
mengalami fraktur, terletak
pada bagian volar/telapak
collES  EkStensi
smIth  Inward/fleksi
Galeazzi VS Montegia

• Galeazzi
– Dislokasi
radioulnar
– Fraktur 1/3
distal radius
• Montegia
– Dislokasi head
radius
– Fraktur ½
proksimal ulna
GFR-MU
Galeazzi Fraktur Radius
Montegia fraktur Ulna
A. Fraktur Boxer
B. Fraktur Galeazzi
C. Fraktur Smith
D. Fraktur Montegia
E. Fraktur Colles
137
Laki-laki berusia 25 tahun, mengeluh nyeri bahu kanan
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam lalu.
Pada pemeriksaan, didapatkan klavikula dekstra
mendatar dan terdapat tonjolan inferior
infraklavikuler dekstra. Diagnosis untuk kasus ini
adalah...
A. Dislokasi humerus anterior
B. Dislokasi humerus posterior
C. Fraktur caput humeri
D. Fraktur tuberositas mayor
E. Fraktur tuberositas minor
Pembahasan

• Nyeri bahu kanan setelah mengalami


kecelakaan lalu lintas 1 jam lalu.
• PF: klavikula dekstra mendatar dan
terdapat tonjolan inferior infraklavikuler
dekstra
• Diagnosis?
Dislokasi Humerus Anterior
• Lebih sering dibandingkan dislokasi
humerus posterior
• Gejala
– Ada benjolan di anterior
– Posisi abduksi
– Posisi rotasi eksterna
– Nyeri
Dislokasi Humerus Posterior
• Gejala
– Ada benjolan di belakang
– Adduksi dan rotasi interna
– Nyeri
Dislokasi Humerus
A. Dislokasi humerus anterior
B. Dislokasi humerus posterior
C. Fraktur caput humeri
D. Fraktur tuberositas mayor
E. Fraktur tuberositas minor
138
Laki-laki berusia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada ibu jari kaki kiri. Sebelumnya pasien makan seafood
bersama teman-temannya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan terdapat nyeri pada daerah
metatarsalpalangeal sinistra, merah, dan teraba panas. Dari
hasil pemeriksaan lab didapatkan kolestrol total 200mg/dl
dan asam urat 8 mg/dl. Anjuran yang tepat untuk pasien
adalah...
A. Meningkatkan asupan sumber vitamin B 12
B. Meningkatkan asupan sumber vitamin C
C. Membatasi asupan cairan
D. Membatasi asupan sumber protein
E. Membatasi asupan sumber lemak
Pembahasan
• Nyeri pada ibu jari kaki kiri.
• Sebelumnya pasien makan seafood bersama
teman-temannya.
• PF: nyeri pada daerah metatarsalpalangeal
sinistra, merah, dan teraba panas.
• Lab: kolestrol total 200mg/dl dan asam urat
8 mg/dl
• Saran?
Patofisiologi
Gout Artritis

• Purin banyak
terkandung dalam
makanan yang
berprotein
A. Meningkatkan asupan sumber vitamin B
12
B. Meningkatkan asupan sumber vitamin C
C. Membatasi asupan cairan
D. Membatasi asupan sumber protein
E. Membatasi asupan sumber lemak
139
Anak laki-laki berusia 14 tahun datang dengan keluhan
bahu kanan lebih tinggi dari pada bahu kiri. Kadang
pasien mengeluhkan nyeri punggung, namun tidak
sampai menjalar ke kaki. Dari foto polos, didapatkan
hasil bahwa pasien menderita skoliosis. Menurut
derajat sudut cobb, berapakah batasan untuk diagnosis
skoliosis?
A. >10 derajat
B. <10 derajat
C. antara 40-50 derajat
D. >50 derajat
E. 90 derajat
Pembahasan

• Bahu kanan lebih tinggi dari pada bahu


kiri.
• Kadang pasien mengeluhkan nyeri
punggung, namun tidak sampai menjalar
ke kaki.
• Dari foto polos, didapatkan hasil bahwa
pasien menderita skoliosis
• Sudut Cobb  >10o sudah disebut
skoliosis
Sudut cobs
• >10o = skoliosis

• Tatalaksana
• 10-20o = tidak perlu
• 20-40o = brace
• >40o = pembedahan
A. >10 derajat
B. <10 derajat
C. Antara 40-50 derajat
D. >50 derajat
E. 90 derajat
140
Perempuan berusia 70 tahun datang dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 6 bulan lalu. Nyeri
dirasakan terutama pada saat beraktivitas. Dari
pemeriksaan lutut, tidak ditemukan tanda radang,
namun ada krepitasi. Hasil foto polos lutut
menunjukkan adanya osteofit dan penyempitan celah
sendi. Diagnosis kasus ini adalah...
A. Osteoatritis
B. SLE
C. Reumatoid Atritis
D. Gout Atritis
E. Atritis septik
Pembahasan
• Nyeri pada kedua lutut sejak 6 bulan lalu.
• Nyeri dirasakan terutama pada saat
beraktivitas.
• PF lutut: tidak ditemukan tanda radang,
namun ada krepitasi.
• X-ray lutut: osteofit dan penyempitan celah
sendi
• Diagnosis?
Osteoartritis
• Penyakit sendi degeneratif
• Faktor risiko
– Laki-laki >60 tahun
– Wanita >50 tahun atau sudah menopause
– Obesitas
• Gejala
– Nyeri sendi yang progresif
– Nyeri muncul saat beraktivitas dan menghilang saat
istirahat  ROM berkurang
– Kaku di pagi hari <1 jam
– Perubahan gaya berjalan
– PF: krepitasi
Gambaran Xray pada OA
Kellgren-Lawrence

Kemungkinan Pasti ada Pasti ada Osteofit besar


ada osteofit osteofit osteofit Celah sendi sangat
Kemungkinan Pasti celah sempit
celah sendi sendi Sklerosis, Kista
menyempit menyempit subkondral
Sklerosis
Tatalaksana

• Hindari aktivitas weight bearing


– Naik turun tangga
– Membawa beban yang berat
– Lompat-lompat, dll
• Perbanyak olahraga non-weight bearing
– Sepeda statis
– Berenang, dll
• Menurunkan berat badan
• NSAID
– Non-selective: ibuprofen, Na-diklofenak
– Selektif: meloksikam
Pilihan lain
• SLE  penyakit autoimun sistemik, disertai 10
gejala khas lainnya
– Buterfly rash
– Discoid
– Fotosensitif
– Painless ulcer
– Artritis
– Keterlibatan ginjal
– Pleuritis, pericarditis
– Neurological disorder
– Blood disorder
– ANA dan dsDNA
• Reumatoid Atritis
– Penyakit autoimun yang menyerang sendi
– Kaku pagi hari >1 jam
• Gout Atritis
– Penumpukan kristal asam urat
– Pembengkakan sendi, bisanya di jempol kaki
– Tofus
• Atritis septik
– Infeksi pada daerah sendi
A. Osteoatritis
B. SLE
C. Reumatoid Atritis
D. Gout Atritis
E. Atritis septik
141
Seorang laki-laki berusia 22 tahun datang untuk
kontrol. Seminggu lalu, pasien mengalami fraktur
terbuka di tibia kanan. Saat ini terdapat pus yang
keluar dari luka. Pada pemeriksaan terdapat tulang
yang belum menyatu dengan gambaran loss bone.
Diagnosis kasus ini adalah...
A. Osteoartritis
B. Osteomielitis akut
C. Osteomielitis spesifik kronik
D. Osteomielitis non spesifik kronik
E. Osteomielitis akut non spesifik
Pembahasan
• Fraktur terbuka di tibia kanan 1 minggu
lalu
• Kontrol  pus dari luka, tulang belum
menyatu, loss bone
• Diagnosis?
Osteomielitis
• Demam
• Tanda-tanda radang di
lokasi osteomielitis:
edema, nyeri, hangat
• Leukositosis
• Xray:
– Selulitis
– Sequestrum: serpihan
tulang yang sudah mati
– Involucrum: tulang yang
baru terbentuk
Klasifikasi
• Akut: <2 minggu
• Subakut: 2-6 minggu
• Kronik: >6 minggu

• Hematogen: infeksi berasal dari penyebaran


hematogen
• Eksogen: infeksi berasal dari luar (luka terbuka,
injeksi, dll)

• Spesifik : disebabkan oleh TB


• Non-spesifik/piogen : disebabkan berbagai
bakteri non spesifik
A. Osteoartritis
B. Osteomielitis akut
C. Osteomielitis spesifik kronik
D. Osteomielitis non spesifik kronik
E. Osteomielitis akut non spesifik
142
Laki-laki 18 tahun mengeluhkan sakit pada lutut kiri
setelah bermain bola. Pada saat bermain bola, lutut pasien
terputar sampai terdengar bunyi “klik” lalu pasien jatuh
kesakitan. Pasien masih dapat berjalan namun makin lama
makin dirasa sakit. Dari pemeriksaan didapatkan kaki kiri
tidak dapat ekstensi sepenuhnya. Pemeriksaan McMurray
positif. Apa yang terjadi pada kaki pasien?
A. Ruptur bursa infrapatella
B. Ruptur bursa prepatella
C. Dislokasi patella
D. Ruptur meniscus lateralis
E. Fraktur patella
Pembahasan
• Sakit pada lutut kiri setelah bermain bola.
• Pada saat bermain bola, lutut pasien
terputar sampai terdengar bunyi “klik” lalu
pasien jatuh kesakitan. Pasien masih dapat
berjalan namun makin lama makin dirasa
sakit.
• PF: kaki kiri tidak dapat ekstensi
sepenuhnya, McMurray positif
• Diagnosis?
Ruptur Meniskus
• Biasanya didahului trauma
• Sendi: nyeri, efusi
• ROM berkurang
– Fleksi bisa, tapi sangat nyeri
– Ekstensi tidak bisa 100%
• Tes
– McMurray +
– Apley +
A. Ruptur bursa infrapatella
B. Ruptur bursa prepatella
C. Dislokasi patella
D. Ruptur meniscus lateralis
E. Fraktur patella
143
Perempuan berusia 40 tahun G3P1A0 hamil 30 minggu,
datang untuk memeriksakan kehamilannya. Pada
pemeriksaan didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg.
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
Obat yang dapat diberikan pada pasien adalah...
A. Propanolol
B. Tiazid
C. Losartan
D. Nifedipine
E. Atenolol
Pembahasan
• Perempuan 40 tahun G3P1A0 hamil 30
minggu
• TD 150/90 mmHg
• Tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya
• Terapi?
Hipertensi pada kehamilan
• Hipertensi kronik :
– ≥140/90 mmHg sejak sebelum kehamilan atau kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria atau keterlibatan organ lain (mata, jantung,
ginjal)
• Hipertensi gestasional :
– ≥140/90 mmHg sejak kehamilan >20 minggu dan menghilang
setelah persalinan
– Tidak ada proteinuria atau keterlibatan organ lain (mata, jantung,
ginjal)
• Preeklampsia :
– ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu + proteinuria
yang terjadi pada wanita yang sebelum kehamilan normotensi
• Preeklampsia superimposed :
– Preeklampsia pada wanita dengan hipertensi sebelum kehamilan
Inti:
140/90
Hipertensi
Hipertensi gestasional
kronik Pre-eklampsia Ringan
(Proteinuria +1 atau
>300mg/24jam)
Pre-eklampsia Superimposed

20
Pre-eklampsia Berat

160/90
Proteinuria atau Organ
minggu • +2 atau lebih • Mata
• 6g/24 jam atau • Hepar
lebih • Ginjal
• Paru
• Ginjal
KEJANG atau
KOMA Eklampsia
Obat hipertensi pada kehamilan
A. Propanolol
B. Tiazid
C. Losartan
D. Nifedipine
E. Atenolol
144
Perempuan berusia 18 tahun P1A0 datang dengan
keluhan tidak dapat menahan kemih. Pasien baru
melahirkan anak seminggu yang lalu dan persalinan
ditolong bidan. Pada saat melahirkan, robekan perineum
cukup luas dan sudah dijahit oleh bidan. Apakah
diagnosis untuk kasus ini?
A. Prolaps uteri
B. Inkontinensia uri
C. Inkontinensia alvi
D. Sistokel
E. Rectokel
Pembahasan
• Perempuan berusia 18 tahun P1A0
• Tidak dapat menahan kemih
• Baru melahirkan anak seminggu yang lalu
• Robekan perineum cukup luas dan sudah
dijahit oleh bidan
• Diagnosis?
Inkontinensia uri post-partum
• Etiologi
– Sobekan perineum luas  melemahkan otot
dasar pelvis
– Anestesi lokal atau epidural
Pilihan lain
• Prolaps uteri
– F.risiko: Melahirkan pervaginam berkali-kali, usia tua
– Gejala: keluar benjolan dari vagina terutama setelah
mengedan, inkontinensia uri
– Terapi: senam kegel, pesari
• Sistokel
– Prolaps kandung kemih
• Rectokel
– Prolaps rektum
• Inkontinensia alvi = tidak bisa BAB
A. Prolaps uteri
B. Inkontinensia uri
C. Inkontinensia alvi
D. Sistokel
E. Rectokel
145
Perempuan berusia 20 tahun G1P0A0 hamil 14 minggu,
datang ke IGD karena nyeri perut yang disertai
perdarahan dari jalan lahir. Pasien nampak lemas dan
pucat. Pada pemeriksaan, didapatkan sisa jaringan dan
ostium uteri terbuka. Diagnosis kasus ini adalah...
A. Abortus inkomplit
B. Abortus imminens
C. Abortus komplit
D. Abortus septik
E. Abortus insipien
Pembahasan
• Perempuan berusia 20 tahun G1P0A0 hamil
14 minggu
• Nyeri perut yang disertai perdarahan dari jalan
lahir
• Lemas dan pucat
• PF: sisa jaringan dan ostium uteri terbuka
• Diagnosis?
Abortus
• Definisi: ancaman atau pengeluaran janin atau
hasil konsepsi <20 minggu
Jenis Perdarahan Nyeri Serviks Jaringan Uterus
Iminens/ Sedikit Sedang Tertutup Tidak ada Sesuai usia
ancaman ekspulsi kehamilan
Insipiens Banyak Hebat Terbuka Tidak ada Sesuai usia
ekspulsi kehamilan
Inkomplit Banyak Hebat Terbuka Ekspulsi Sesuai usia
sebagian kehamilan
jaringan
Komplit Sedikit Sedikit Terbuka/ Ekspulsi Lebih kecil
tertutup seluruh dari usia
jaringan kehamilan
Missed Tidak Tidak Tertutup Janin mati Lebih kecil
abortion tapi tidak dari usia
diekspulsi kehamilan
Tatalaksana
Jenis Tatalaksana
Iminens/ Pertahankan kehamilan: tirah baring
ancaman
Insipiens Mengeluarkan hasil konsepsi: ergometrin atau
oksitosin
Inkomplit <16 minggu: forsep cincin atau jari
<16 minggu + perdarahan hebat: AVM
>16 minggu: oksitosin
Komplit Konseling
Missed <12 minggu: AVM atau kuret
12-16 minggu: kuret
>16 minggu: oksitosin
A. Abortus inkomplit
B. Abortus imminens
C. Abortus komplit
D. Abortus septik
E. Abortus insipien
146
Perempuan berusia 21 tahun datang untuk meminta surat
keterangan pap smear. Dari anamnesis diketahui pasien
sudah menikah selama 2 tahun, namun belum
mempunyai keturunan. Dari pemeriksaan inspekulo
didapatkan mukosa serviks tampak benjolan warna putih
bertangkai. Apakah diagnosis pasien di atas?
A. Kista bartholini
B. Mioma uteri
C. Kista nabothi
D. Ca serviks
E. Polip serviks
Pembahasan
• Perempuan berusia 21 tahun datang untuk
meminta surat keterangan pap smear
• Pasien sudah menikah selama 2 tahun, namun
belum mempunyai keturunan  infertilitas
• Inspekulo: mukosa serviks tampak benjolan
warna putih bertangkai
• Diagnosis?
Polip Serviks
• Massa cherry-red, reddish purple, grayish
white
• Asimptomatik, namun kadang dapat
menimbulkan gejala seperti:
– Discharge
– Perdarahan abnormal
– Infertilitas
Pilihan lain
• Kista bartholini
– Pembengkakan kista bartolin
akibat duktus tersumbat
– Asimptomatik kecuali sangat besar
– Bedakan dengan abses bartolin
(nyeri + gejala inflamasi)
• Kista nabothi
– Massa kistik berwarna putih
dengan permukaan rata di seviks
– Asimptomatik, kecuali sangat besar
• Ca serviks
– Discharge, perdarahan abnormal
– HPV 16 dan 18
Mioma
• Mioma = tumor otot polos
• Gejala
– Biasanya asimptomatik
– Durasi menstruasi panjang
– Menstruasi banyak
– Dismenorea
– Infertilitas
• Klasifikasi
– Submukosa  dapat tubuh hingga keluar rahim yang
disebut mioma geburt
– Intramural  biasnya menyebabkan dismenorea
– Subserosa  dapat berbentuk seperti bertangkai yang
disebut mioma pedunculated
Lokasi
A. Kista bartholini
B. Mioma uteri
C. Kista nabothi
D. Ca serviks
E. Polip serviks
147
Perempuan berusia 69 tahun datang dengan keluhan
terasa tidak nyaman di perut bagian bawah. Keluhan
disertai benjolan yang keluar dari kemaluannya. Dari
anamnesis diketahui pasien menikah pada usia 15 tahun.
Pasien mempunyai 8 orang anak dan lahir pervaginam.
Organ apakah yang mengalami prolaps?
A. Uterus
B. Ovarium
C. Tuba Fallopi
D. Serviks
E. Vagina
Pembahasan
• Perempuan berusia 69 tahun
• Keluhan terasa tidak nyaman di perut bagian
bawah.
• Benjolan yang keluar dari kemaluannya
• Anamnesis: menikah pada usia 15 tahun,
mempunyai 8 orang anak dan lahir
pervaginam
• Organ yang prolaps?
Prolaps Uteri
• F. risiko
– Usia tua
– Riwayat melahirkan banyak anak pervaginam
• Gejala
– Rasa tidak enak atau menggajal
– Muncul benjolan dari introitus vagina

• Tatalaksana: pemakaian pesarium


Derajat Prolaps Uteri

• Derajat
– 0 : tidak ada prolaps
– 1 : >1cm di atas himen
– 2 : <1cm di atas himen
– 3 : >1 cm di bawah himen
– 4 : uterus seluruhnya
berada di luar introitus
vagina
A. Uterus
B. Ovarium
C. Tuba Fallopi
D. Serviks
E. Vagina
148
Perempuan 22 tahun G1P0A0 hamil 18 minggu, datang
dengan keluhan perdarahan bercak dari jalan lahir. Rasa
nyeri dan riwayat keluar jaringan disangkal pasien. Tinggi
fundus sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada bukaan
serviks ataupun jaringan di jalan lahir. Apakah tindakan
yang sebaiknya dilakukan?
A. Tirah baring
B. Transfusi PRC
C. Kuretase
D. Terminasi kehamilan
E. Rujuk
Pembahasan
• Perempuan 22 tahun G1P0A0 hamil 18
minggu
• Perdarahan bercak dari jalan lahir. Rasa nyeri
disangkal pasien
• Tinggi fundus sesuai dengan usia kehamilan,
tidak ada bukaan serviks ataupun jaringan di
jalan lahir
• Tatalaksana?
Jenis Perdarahan Nyeri Serviks Jaringan Uterus
Iminens/ Sedikit Sedang Tertutup Tidak ada Sesuai usia
ancaman ekspulsi kehamilan
Insipiens Banyak Hebat Terbuka Tidak ada Sesuai usia
ekspulsi kehamilan
Inkomplit Banyak Hebat Terbuka Ekspulsi Sesuai usia
sebagian kehamilan
jaringan
Komplit Sedikit Sedikit Terbuka/ Ekspulsi Lebih kecil
tertutup seluruh dari usia
jaringan kehamilan
Missed Tidak Tidak Tertutup Janin mati Lebih kecil
abortion tapi tidak dari usia
diekspulsi kehamilan
Tatalaksana
Jenis Tatalaksana
Iminens/ Pertahankan kehamilan: tirah baring
ancaman
Insipiens Mengeluarkan hasil konsepsi: ergometrin atau
oksitosin
Inkomplit <16 minggu: forsep cincin atau jari
<16 minggu + perdarahan hebat: AVM
>16 minggu: oksitosin
Komplit Konseling
Missed <12 minggu: AVM atau kuret
12-16 minggu: kuret
>16 minggu: oksitosin
A. Tirah baring
B. Transfusi PRC
C. Kuretase
D. Terminasi kehamilan
E. Rujuk
149
Sepasang suami istri datang untuk konsultasi KB. Saat ini
suami berusia 28 tahun dan istri 26 tahun. Istri baru hamil
dan melahirkan 1 kali, setahun yang lalu. Apakah yang
sebaiknya dilakukan dokter?
A. Segera langsung memberikan KB yang paling sesuai
untuk pasien
B. Memberitahukan metode kontrasepsi mantap karena
bagus
C. Memberikan konseling jenis KB dan metode KB
D. Memberikan kebebasan memilih jenis KB
E. Merujuk ke spesialis obstetri
Pembahasan
• Sepasang suami istri datang untuk konsultasi
KB.
• Suami berusia 28 tahun dan istri 26 tahun.
• Istri baru hamil dan melahirkan 1 kali, setahun
yang lalu.
• Tindakan dokter yang tepat?
Jenis KB KB

Sementara Permanen

Barier
Alami Hormonal IUD Tubektomi
mekanik

Metode Kondom
Implan IUD saja Vasektomi
kalender pria

Amenorea Kondom Suntik IUD +


laktasi wanita DMPA progesteron

Koitus Pil progestin


Spermicidal
interuptus only

Pil
kombinasi
ALAMI
• Metode kalender
– Cara hitung masa subur
• Siklus menstruasi terpanjang – 11
• Siklus menstruasi terpendek – 18
– Mengukur suhu tubuh setiap pagi
 menjelang ovulasi, suhu basal
turun dan akan naik <24 jam
sebelum ovulasi
• Koitus interuptus
• Amenorea laktasi
– Laktasi  prolaktin↑  GnRh↓
– Hanya sampai 6 bulan setelah
melahirkan atau saat menstruasi
pertama
– Keberhasilan: 2%
KB Hormonal

Estrogen sintetik: Progesteron sintetik:

• Sekresi FSH↓  folikel • Membantu mencegah


tidak berkembang  ovulasi
estrogen • Mengentalkan lendir
endogen↓LH↓ serviks  sperma sulit
masuk ke uterus
• Mengganggu pergerakan
tuba  pergerakan
ovum terganggu
KB Hormonal
Estrogen sintetik: Progesteron sintetik:

• Kekurangan • Kekurangan
• Retensi cairan  BB↑, sakit • Nafsu makan↑ BB↑
kepala • Haid semakin pendek dan
• Hipertensi, mual, nyeri sedikit, spotting
payudara • Kebotakan, jerawat, sakit
• Risiko trombo-emboli kepala
• Memperburuk keadaan • Depresi dan suasana
kanker payudara dan perasaan cepat berubah
penyakit hati • Kelebihan
• Kelebihan • Tidak mengganggu laktasi
• Mengurangi risiko kanker
endometrium, kanker
ovarium, kista ovarium, PID,
dan gejala PCOS
Metode KB Kelebihan Kekurangan
Implan Bisa dipakai 3-7 tahun Invasif
(etonogestrel) (tergantung jenisnya) +kekurangan progesteron
+kelebihan progesteron
Pil kombinasi Haid menjadi teratur Harus diminum setiap hari
(etinil-estradiol + Dismenorea berkurang  risiko lupa
levo-norgestrel) Tdk mengganggu hub seksual +Kekurangan estrogen &
Tidak perlu kontrol progesteron
+Kelebihan estrogen
Suntik kombinasi Penelitian masih terbatas, Penelitian masih terbatas,
(1x/bulan) namun diduga mirip pil namun diduga mirip pil
kombinasi + kontrol tiap bulan kombinasi
Mini pil/Progestin Tdk mengganggu hub seksual Gangguan haid, hingga
only Tidak perlu kontrol amenorea
+Kelebihan progesteron Harus diminum tiap hari
risiko lupa
+Kekurangan progesteron
Suntik DMPA Tdk mengganggu hub seksual Gangguan haid, hingga
(1x/3bulan) Harus kontrol tiap 3 bulan amenorea
+Kelebihan progesteron +Kekurangan progesteron
IUD
• Cara kerja
– Memicu reaksi inflamasi  menghalangi fertilisasi
– IUD jenis tertentu (MIRENA) ditambahkan progesteron
untuk mengentalkan lendir dan mengganggu pergerakan
tuba
• Pemasangan
– Postpartum
• Langsung setelah plasenta lahir (<20 menit) atau dalam 48 jam
postpartum
• > 4 minggu setelah melahirkan
– Saat haid  pasien pasti tidak hamil, pemasangan lebih
mudah, nyeri berkurang
• Follow up: 1 minggu dan 3 bulan setelah pemasanga,
kemudian tiap 6 bulan
IUD
• Komplikasi: infeksi, perforasi, jika terjadi kehamilan
 bayi berisiko cacat
• Efek samping:
– Perdarahan setelah pemasangan  hilang setelah 1
minggu
– Nyeri dan kram perut bawah
– Gangguan pada suami saat berhubungan benang IUD
dipotong atau diselipkan
• Kontraindikasi
– Sedang hamil
– Infeksi di daerah genital, PID, paska abortus septik
– Kanker endometrium, kanker serviks
Pemilihan kontrasepsi rasional
A. Segera langsung memberikan KB yang paling
sesuai untuk pasien
B. Memberitahukan metode kontrasepsi
mantap karena bagus
C. Memberikan konseling jenis KB dan metode
KB
D. Memberikan kebebasan memilih jenis KB
E. Merujuk ke spesialis obstetri
150
Perempuan berusia 17 tahun datang dengan keluhan terdapat nyeri
pada perut bagian bawah. Keluhan disertai dengan perdarahan dan
keluarnya jaringan berupa gelembung. Pasien sebelumnya telat haid
2 bulan disertai keluhan mual dan muntah. Pada pemeriksaan,
ditemukan tinggi fundus uteri setinggi umbilikus. Pada pemeriksaan
USG tidak ditemukan lagi jaringan di dalam abdomen. Apakah
diagnosis kasus ini?
A. Abortus inkomplit
B. Abortus komplit
C. Abortus insipiens
D. Mola hidatidosa parsial
E. Mola hidatidosa komplit
Pembahasan
• Perempuan berusia 17 tahun
• Nyeri perut bagian bawah
• Perdarahan dan keluarnya jaringan berupa
gelembung
• Telat haid 2 bulan disertai keluhan mual dan
muntah
• PF: tinggi fundus uteri setinggi umbilikus
• USG: tidak ditemukan jaringan di dalam
abdomen
• Diagnosis?
Mola Hidatidosa / hamil anggur

• Gejala
– Mual dan muntah hebat
– Ukuran uterus lebih besar dari
usia kehamilan
– Perdarahan pervaginam
– Nyeri perut
– Berdebar-debar, takikardi
(tanda tirotoksikosis)
• Klasifikasi
– Parsial: ada sisa jaringan
– Komplit: tidak ada sisa jaringan
Pilihan lain
• Abortus inkomplit
– Nyeri hebat + perdarahan banyak + ekspulsi
sebagian jaringan + OUE terbuka + TFU sesuai usia
kehamilan
• Abortus komplit
– Nyeri ringan + perdarahan sedikit + ekspulsi seluruh
jaringan + OUE tertutup/terbuka + TFU < usia
kehamilan
• Abortus insipiens
– Nyeri hebat + perdarahan banyak + tidak ada
ekspulsi + OUE terbuka + TFU sesuai usia kehamilan
• Mola hidatidosa parsial
– Masih ada sisa jaringan di abdomen
A. Abortus inkomplit
B. Abortus komplit
C. Abortus insipiens
D. Mola hidatidosa parsial
E. Mola hidatidosa komplit
151
Perempuan berusia 25 tahun G2P1A0, datang untuk
memeriksa kandungannya. Anak pertama pasien
mengalami bibir sumbing. Vitamin apa yang
sebaiknya diberikan untuk mencegah bibir
sumbing?
A. Asam folat
B. Vitamin A
C. Vitamin D
D. Vitamin B
E. Vitamin C
Pembahasan
• Perempuan berusia 25 tahun G2P1A0, datang
untuk memeriksa kandungannya
• Anak pertama pasien mengalami bibir
sumbing
• Vitamin untuk profilaksis?
Suplementasi pada kehamilan

• Zat besi
– Setelah ibu tidak mengalami mual muntah, karena
suplemen besi memiliki efek samping mual dan
muntah
– 1x300 mg sulfat ferosus (60 mg zat besi elemental)
• Asam folat
– Sejak 2 bulan sebelum kehamilan
– 0,4 mg/hari
– 4 mg/hari  riwayat melahirkan bayi dengan
neural tube defect (NTD)
Pencegahan kelahiran bayi
anencephaly dan neural tube deffect
Untuk pencegahan, normalnya…
• Wanita yang ingin hamil perlu suplemen 0.4
mg (400 microgram) asam folat setiap hari
• Mulai konsumsi: 1 bulan sebelum hamil
• Selama: 3 bulan pertama kehamilan
Tapi dengan riwayat anencephaly dan NTD…
• Dosisnya 10x lipat!
• Jadi 1 hari = 10 tablet 400µg (total 4000µg)
Dosis dan Sediaan Asam Folat

Asam Folat = AF = 4F =
4 gram untuk Frefention
dengan riwayat NTD
A. Asam folat
B. Vitamin A
C. Vitamin D
D. Vitamin B
E. Vitamin C
152
Perempuan berusia 24 tahun G1P0A0 hamil 37
minggu, datang dengan keluhan keluar cairan
bening sejak 1 jam lalu. Pada pemeriksaan, tidak
ada kontraksi atau pembukaan. Diagnosis untuk
kasus ini adalah...
A. Ketuban pecah dini dalam persalinan
B. Ketuban pecah dini sebelum persalinan
C. Aborsi insipien
D. Plasenta previa
E. Persalinan prematur
Pembahasan
• Perempuan berusia 24 tahun G1P0A0 hamil
37 minggu
• Keluar cairan bening sejak 1 jam lalu
• Tidak ada kontraksi atau pembukaan
• Diagnosis?
Ketuban pecah dini
• Keluar cairan banyak yang tidak bisa ditahan
• Tidak ada kontraksi atau tanda inpartu
• Demam dan leukositosis (infeksi)
• Inspekulo: tampak cairan ketuban, tes valsava:
suruh ibu mengedancairan keluar
• Tes nitrazin/lakmus: positif/biru
• Mikroskop: tes fern dengan sediaan sekret
vaginagambar pakis
Tatalaksana

• Tirah baring
• Tatalaksana:
– >34 minggu: induksi persalinan
– 24-33 minggu:
• Jika ada amnionitis, abrupsio plasenta, kematian
janin: terminasi kehamilan
• Pematangan paru hingga usia 34 baru dilahirkan
– <24 minggu
• Kemungkinan dilakukan terminasi kehamilan, sesuai
kondisi ibu dan janin
Pilihan lain
• Ketuban pecah dini dalam persalinan
– KPD saat akhir kala 1 atau awal kala 2
• Aborsi insipien
– Nyeri hebat + perdarahan banyak + tidak ada ekspulsi +
OUE terbuka + TFU sesuai usia kehamilan
• Plasenta previa
– Keluar darah merah segar, tidak nyeri, tidak ada kontraksi
– Usia kehamilan >22 minggu
• Persalinan prematur
– Kehamilan <37 minggu
– His 4x dalam 20 menit atau 8x dalam 60 menit
– Pembukaan serviks progresif >2cm
A. Ketuban pecah dini dalam persalinan
B. Ketuban pecah dini sebelum persalinan
C. Aborsi insipien
D. Plasenta previa
E. Persalinan prematur
153
Perempuan berusia 28 tahun datang ke UGD dengan keluhan keluar
banyak darah disertai gumpalan-gumpalan seperti gelembung dari
kemaluan. Keluhan disertai rasa sakit dan kram perut bagian bawah.
Sebelumnya sudah tes kehamilan dan hasilnya positif. Pada
pemeriksaan ditemukan tekanan darah 80/60 mmHg, nadi
124x/menit, pernapasan 24x/menit, dan akral dingin. Tinggi fundus
uteri lebih besar dari usia kehamilan. Selain resusitasi, tindakan apa
yang harus segera dilakukan pada pasien ini?
A. Histerotomi
B. Suction curretage
C. Histeroplasti-laparoskopi
D. Tubektomi
E. Histerektomi
Pembahasan

• Perempuan berusia 28 tahun


• Keluar banyak darah disertai gumpalan-
gumpalan seperti gelembung dari kemaluan.
• Rasa sakit dan kram perut bagian bawah.
• Sebelumnya tes kehamilan positif.
• PF: 80/60 mmHg, nadi 124x/menit, pernapasan
24x/menit, dan akral dingin. Tinggi fundus uteri
lebih besar dari usia kehamilan.
• Tindakan selain resusitasi?
Mola Hidatidosa / hamil anggur

• Gejala
– Mual dan muntah hebat
– Ukuran uterus lebih besar dari
usia kehamilan
– Perdarahan pervaginam
– Nyeri perut
– Berdebar-debar, takikardi
(tanda tirotoksikosis)
• Klasifikasi
– Parsial: ada sisa jaringan
– Komplit: tidak ada sisa jaringan
Tatalaksana
• Fasyankes primer
– Resusitasi + rujuk
• Fasyankes sekunder
– AVM + Oksitosin
A. Histerotomi
B. Suction curretage
C. Histeroplasti-laparoskopi
D. Tubektomi
E. Histerektomi
154
Perempuan berusia 46 tahun mengeluhkan perdarahan
sebanyak 1 pembalut setiap hari selama 6 bulan. Setiap
bersenggama, pasien juga mengalami perdarahan. Pasien
mengeluhkan lemas dan pucat. Pada pemeriksaan
spekulum terdapat massa padat berbenjol-benjol ,
immobile dan labia minor tampak kemerahan. Apakah
diagnosis kasus ini?
A. Mioma uteri
B. Kanker serviks
C. Kista bartolin
D. Kista ovarium
E. Sifilis
Pembahasan

• Perempuan berusia 46 tahun


• Perdarahan sebanyak 1 pembalut setiap hari
selama 6 bulan
• Setiap bersenggama, pasien juga mengalami
perdarahan
• Lemas dan pucat
• Spekulum: massa padat berbenjol-benjol,
immobile dan labia minor tampak kemerahan
• Diagnosis?
Ca serviks
• Etiologi: HPV tipe 16 dan 18
• Faktor risiko
– Menikah usia muda
– Berganti-ganti pasangan/suami berganti-ganti
pasangan
– Riwayat IMS
• Kecurigaan ca cervix jika
– Perdarahan pervaginam di luar siklus
– Keputihan dengan bau tidak enak
Ca serviks
Skrining
(Kemenkes)
Skrining (Kemenkes)
• Skrining: IVA atau Pap smear

• Skrining setiap 3 th. Jika hasil 3x skrining


berturut-turut normal, skrining menjadi tiap 5
tahun

• Jika skrining positif, rujuk untuk lakukan


kolposkopi
Lesi acetowhite
• Pada IVA, dikatakan positif jika ada
ACETOWHITE
Pilihan lain
• Mioma uteri
– Tumor otot polos
– Biasanya asimptomatik
– Durasi menstruasi panjang, menstruasi banyak,
dismenorea, infertilitas
• Kista bartolin
– Pembengkakan kista bartolin akibat penyumbatan
duktus
– Asimptomatik, kecuali sangat besar
– Bedakan dengan Abses Bartolin (nyeri + tanda
inflamasi)
• Kista ovarium
– Kantung berisi cairan atau semi-cairan di dalam atau
di permukaan ovarium
– Biasanya asimptomatik, menstruasi tidak teratur,
menoragia, dismenorea, dispareunia
– Kembung, gangguan pencernaan (cepat kenyang),
BAK, dan BAB
• Sifilis
– I: Ulkus durum
– II: Lesi di seluruh tubuh
– III: Guma
A. Mioma uteri
B. Kanker serviks
C. Kista bartolin
D. Kista ovarium
E. Sifilis
155
Perempuan berusia 36 tahun datang dengan keluhan nyeri
dan berdarah setelah berhubungan dengan suaminya.
Keluhan disertai nyeri pinggang dan nyeri saat berkemih.
Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dengan spekulum ditemukan
sedikit darah keluar dari OUE, permukaan portio tidak rata.
Pemeriksaan penunjang apa yang paling tepat pada pasien
ini?
A. Plano test
B. IVA test
C. Pap smear
D. USG transvaginal
E. CT scan abdomen
Pembahasan
• Perempuan berusia 36 tahun
• Keluhan nyeri dan berdarah setelah
berhubungan dengan suaminya
• Disertai nyeri pinggang dan nyeri saat
berkemih
• Spekulum: sedikit darah keluar dari OUE,
permukaan portio tidak rata
• Pemeriksaan penunjang?
Skrining Ca serviks
• Pap Smear
– Sensitivitas 50,1%
– Spesifisitas 93,1%
• IVA
– Sensitivitas 37%
– Spesifisitas 81%

• Pap smear lebih sensitif dan spesifik


dibandingkan IVA
A. Plano test
B. IVA test
C. Pap smear
D. USG transvaginal
E. CT scan abdomen
156
Perempuan berusia 20 tahun datang ke praktik klinik
karena muncul benjolan di payudara kanan sejak 6 bulan
yang lalu. Benjolan tidak bertambah besar. Tidak ada rasa
nyeri. Dari hasil pemeriksaan didapatkan massa pada
superolateral mammae dekstra berukuran 2 cm, padat,
kenyal, permukaan rata, dan mobile. Apa diagnosis pasien
ini?
A. Nekrosis lemak
B. Fibroadenoma mammae
C. Kelainan fibrokistik mammae
D. Karsinoma intraductal
E. Papilloma intraductal
Pembahasan
• Perempuan berusia 20
• Benjolan di payudara kanan sejak 6 bulan yang
lalu.
• Tidak bertambah besar, tidak nyeri
• PF: massa pada superolateral mammae
dekstra berukuran 2 cm, padat, kenyal,
permukaan rata, dan mobile.
• Diagnosis?
Fibroadenoma mammae (FAM)
• Tumor jinak yang terdiri atas stroma dan
jaringan epitel
• Gejala:
– Biasanya pada wanita muda
– Massa: keras atau kenyal, soliter, mobile,
pertumbuhan lambat, tidak nyeri
• FAM: tidak dipengaruhi menstruasi
Pilihan lain
• Nekrosis lemak
– Munculnya benjolan di payudara
– Riwayat operasi atau trauma
• Kelainan fibrokistik mammae
– Nyeri dan ukuran bertambah saat menstruasi
– Massa di payudara, batas tegas, mobile, biasanya
multipel dan bilateral, (nyeri tekan jika masa
premenstruasi)
• Karsinoma dan papilloma intraductal
– Gejala: discharge dan nyeri
A. Nekrosis lemak
B. Fibroadenoma mammae
C. Kelainan fibrokistik mammae
D. Karsinoma intraductal
E. Papilloma intraductal
157
Perempuan berusia 28 tahun, G1P0A0 hamil 39 minggu
datang memeriksakan kehamilannya ke dokter. Pasien
sudah didiagnosis HIV + sejak kunjungan kehamilan yang
pertama. Pada pemeriksaan terakhir, viral load 50.000
unit. Apakah edukasi yang tepat pada ibu tersebut?
A. Edukasi sudah konsumsi antiretroviral sejak trimester
1
B. Transmisi melalui ibu ke anak terjadi trimester 2
C. Ibu disiapkan untuk SC
D. Transmisi dapat terjadi melalui ASI
E. Ibu dapat melahirkan dengan normal
Pembahasan
• Perempuan berusia 28 tahun, G1P0A0 hamil
39 minggu datang memeriksakan
kehamilannya ke dokter
• Pasien sudah didiagnosis HIV + sejak
kunjungan kehamilan yang pertama
• Pada pemeriksaan terakhir, viral load 50.000
unit
• Edukasi?
ANC (WHO)

ANC 1 <16 minggu Memastikan kehamilan dan


usianya
Imunisasi
Mencari faktor risiko
Edukasi tentang kehamilannya
ANC 2 24 – 28 minggu Mencari gejala atau kelainan
tertentu (preeklampsia, DM
ANC 3 30 – 32 minggu
gestasional, dll)
ANC 4 36 – 38 minggu Mempersiapkan kehamilan
Ibu hamil dengan HIV
• Viral load <1.000 = risiko rendah ; biral load
>100.000 = risiko tinggi
• Risiko penularan via SC > pervaginam
• Bayi disarankan untuk ASI eksklusif, tanpa
dicampur susu formula

Kemenkes RI. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. 2013


A. Edukasi sudah konsumsi antiretroviral sejak
trimester 1
B. Transmisi melalui ibu ke anak terjadi
trimester 2
C. Ibu disiapkan untuk SC
D. Transmisi dapat terjadi melalui ASI
E. Ibu dapat melahirkan dengan normal
158
Perempuan berusia 16 tahun datang dengan keluhan
sudah tidak haid selama 1 bulan. Pasien mengaku
menjalani diet ketat dan sering menolak ajakan makan
temannya karena malu tubuhnya gemuk. Pada
pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 90/70 mmHg,
nadi 58x/menit, kulit kering, dan rambut mudah rontok.
Diagnosis kasus ini adalah...
A. Amenorea primer
B. Anoreksia nervosa
C. Somatisasi
D. Adolescent adaptation disorder
E. Sexual adaptation disorder
Pembahasan
• Perempuan berusia 16 tahun
• Sudah tidak haid selama 1 bulan
• Menjalani diet ketat dan sering menolak
ajakan makan temannya karena malu
tubuhnya gemuk
• PF: tekanan darah 90/70 mmHg, nadi
58x/menit, kulit kering, dan rambut mudah
rontok
• Diagnosis?
Amenorea nervosa
• Termasuk amenorea sekunder
• Tidak haid karena bada terlalu kurus
A. Amenorea primer
B. Anoreksia nervosa
C. Somatisasi
D. Adolescent adaptation disorder
E. Sexual adaptation disorder
159
Perempuan berusia 21 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu datang
ke RS dengan keluhan nyeri kepala dan nyeri ulu hati sejak 2
hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah 180/110
mmHg, nadi 96x/menit, napas 24x/menit. Pada pemeriksaan
obstetri, denyut jantung janin 132x/menit, taksiran berat janin
2800gram. Pemeriksaan analisis urin menunjukkan protein
(+++). Diagnosis yang tepat adalah...
A. Eklampsia
B. Impending eklampsia
C. Preeklampsia berat
D. Preeklampsia ringan
E. Hipertensi kronis
Pembahasan
• Perempuan berusia 21 tahun G2P1A0 hamil 28
minggu
• Nyeri kepala dan nyeri ulu hati sejak 2 hari yang
lalu
• PF: TD 180/110 mmHg, nadi 96x/menit, napas
24x/menit
• DJJ: 132x/menit, taksiran berat janin 2800 gram
• Proteinuria (+++)
• Diagnosis?
Preeklampsia
• Definisi
– TD ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
dan disertai proteinuria yang terjadi pada wanita yang
sebelum kehamilan normotensi

• Gejala
– Pusing, nyeri kepala
– Nyeri ulu hati, nyeri perut kuadran kanan atas
– Pandangan kabur, scotoma
– Mual hingga muntah
– Sesak, edema
Klasifikasi
• Ringan : TD ≥140/90 mmHg DAN proteinuria 1+
atau >300 mg/24 jam
• Berat : TD ≥160/90 mmHg DAN salah satu di
bawah ini:
– Proteinuria ≥2+ atau >5 g/24 jam
– Keterlibatan organ
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis
mikroangiopati
• SGOT/SGPT meningkat, nyeri abdomen kuadran kanan
atas
• Sakit kepala, skotoma
• Pertumbuhan janin terhambat/IUGR, oligohidramnion
• Edema paru, gagal jantung kongestif
• Oliguria (<500ml/24 jam), kreatinin >1,2 mg/dl
Tatalaksana

• MgSO4 40% 10 ml (4 gram) + NaCl 10 ml = bolus


20 menit
• MgSO4 40% 15 ml (6 gram) + NaCl 500 ml = 1
gr/jam

• Syarat
– Napas >16x/menit
– Ada refleks patella
– Urin >0,5 ml/kgBB/jam
Eklampsia
• Kejang atau koma yang merupakan komplikasi
preklampsia
• Dapat terjadi pada pre, intra, dan post (24 jam)
partum

• Impending eklampsia
– Keadaan mendekati eklampsia
– Gejala: pandangan kabur, nyeri epigastrium, nyeri
kuadran kanan atas, nyeri kepala, edema pulmo,
edema anarsaka
A. Eklampsia
B. Impending eklampsia
C. Preeklampsia berat
D. Preeklampsia ringan
E. Hipertensi kronis
160
Perempuan berusia 28 tahun G1P0A0 hamil 23 minggu
datang ingin mengontrol kehamilannya. Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil IgM
toxoplasmosis (+), IgG toxoplasmosis (+). Apakah terapi
untuk pasien di atas?
A. Spiramisin
B. Sulfadoxin
C. Sulfadiazine
D. Pirimetamin
E. Amoksisilin
Pembahasan
• Perempuan berusia 28 tahun G1P0A0 hamil
23 minggu
• PF normal
• IgM toxoplasmosis (+), IgG toxoplasmosis (+)
• Terapi?
Toksoplasma dalam kehamilan
• Spiramycin
– Merupakan terapi standard toksoplasma pada
kehamilan
– Hanya menurunkan risiko infeksi janin
• Pyrimethamine
– Jika sudah ada bukti janin terinfeksi, baru diberikan
pyrimethamine
– Bukan terapi standard
– Kontra indikasi pada trimester pertama dan trimester
kedua awal
A. Spiramisin
B. Sulfadoxin
C. Sulfadiazine
D. Pirimetamin
E. Amoksisilin
161
Perempuan berusia 30 tahun datang dibawa keluarganya
karena keluhan tangan dan kaki tidak bisa berhenti
bergerak. Pasien juga sering duduk, berdiri, dan berjalan
tidak tentu arah. Pasien merupakan penderita skizofrenia
tipe paranoid dan sudah mendapat terapi antipsikotik. Dari
pemeriksaan, ditemukan tangan dan kaki tidak berhenti
bergerak dan ketika berjalan terlihat mau jatuh. Apakah
diagnosis kasus ini?
A. Akatisia akut
B. Distonia akut
C. Parkinsonism
D. Tardive dyskinesia
E. Neuroleptic malignant syndrome
Pembahasan
• Tangan dan kaki tidak bisa berhenti bergerak.
• Pasien juga sering duduk, berdiri, dan berjalan
tidak tentu arah.
• Pasien merupakan penderita skizofrenia tipe
paranoid dan sudah mendapat terapi
antipsikotik.
• PF: tangan dan kaki tidak berhenti bergerak
dan ketika berjalan terlihat mau jatuh.
• Diagnosis?
Akatisia
• Efek samping antipsikotik yang paling sering
• Gejala
– Gelisah atau gerakan yang gelisah (duduk-berdiri
berulang-ulang, mondar-mandir)
– Tidak bisa diam
Efek samping antipsikotik
• Gejala ekstrapiramidal
– Akatisia: tidak bisa diam, gelisah
– Distonia: leher terpuntir, mata mendelik
– Tardif diskinesia: gerakan mengecap mulut
– Parkinsonism: tremor
– Sindrom neuroleptik maligna  tanda vital tidak stabil
• Gejala lain yang umum
– Sedasi
– BB↑
– Oligomenorea, disfungsi ereksi
– Efek antikolinergik
• Gejala lain yang tidak umum
– Galaktorea
– Agitasi
– Hipotensi ortostatik
Pilihan lain
Distonia akut
- Kontraksi otot yang menyebabkan gerakan atau
postur abnormal
- Contoh: kejang-kejang, leher tampak terpelintir,
trismus, dll
Parkinsonism
- Gejala mirip parkinson:
- Tremor saat istirahat
- Rigiditas/kaku
- Akinesia
- Postur tidak stabil
Tardive dyskinesia
- Gerakan involunter dari mulut, batang tubuh, dan
ekstremitas.
- Contoh: mengecap-ngecap, mengerutkan dahi, dll
Neuroleptic malignant syndrome
- Demam
- Perubahan status mental
- Rigiditas
- Keterlibatan s.otonom  tanda vital tidak stabil
A. Akatisia akut
B. Distonia akut
C. Parkinsonism
D. Tardive dyskinesia
E. Neuroleptic malignant syndrome
162
Perempuan berusia 24 tahun datang dengan
keluhan sering mencabut rambutnya hingga
botak. Ia mengaku mendapat kepuasan jika
mencabut rambutnya hingga botak. Diagnosis
kasus ini adalah...
A. Sadisme
B. Fetihisme
C. Trikomatilia
D. Voyeurisme
E. Masokisme
Pembahasan
• Sering mencabut rambutnya hingga botak.
• Mengaku mendapat kepuasan jika mencabut
rambutnya hingga botak
• Diagnosis?
Triko (thrix = rambut)
Tilo (tilo = mencabut)
Mania (maniac = senang)
Penderita memiliki dorongan tak tertahankan
untuk mencabuti rambutnya
Pilihan lain
• Sadisme
– Senang menyakiti pasangan seksual secara fisik saat
berhubungan
• Masokisme (pasangannya sadisme)
– Senang disakiti pasangan seksual secara fisik saat
berhubungan
• Fetihisme (Fetish = benda mati)
– Senang dengan benda mati atau bagian tubuh non-
genital
• Voyeurisme (Voyeur = tukang ngintip)
– Suka mengintip orang lain melakukan hal-hal berbau
seksual (mandi, berhubungan seksual, dll)
A. Sadisme
B. Fetihisme
C. Trikomatilia
D. Voyeurisme
E. Masokisme
163
Laki-laki berusia 30 tahun curiga berat terhadap
istrinya sejak 3 hari yang lalu. Hal ini terjadi setelah
istrinya diangkat menjadi manajer. Sejak kemarin,
istrinya tidak boleh menggunakan handphone. Pasien
hanya curiga kepada istrinya. Saat ini, pasien masih
bisa bekerja dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Apakah diagnosis kasus ini?
A. Psikotik lir skizofrenia
B. Gangguan waham menetap
C. Somatisasi
D. Skizofrenia paranoid
E. Gangguan penyesuaian
Pembahasan

• Laki-laki berusia 30 tahun curiga berat


terhadap istrinya sejak 3 hari yang lalu. Hal
ini terjadi setelah istrinya diangkat menjadi
manajer.
• Sejak kemarin, istrinya tidak boleh
menggunakan handphone.
• Pasien hanya curiga kepada istrinya.
• Saat ini, pasien masih bisa bekerja dan
bersosialisasi dengan lingkungannya
• Diagnosis?
Gangguan pasca trauma
Kejadian yang dianggap traumatis: diancam mati, luka
berat, diperkosa. Bisa dialami sendiri, dialami oleh
keluarga atau teman dekat, atau menyaksikan langsung.
Gangguan Deskripsi Durasi
Gangguan stres Stres setelah kejadian traumatis. <1 bulan
akut
Posttraumatic Stres setelah kejadian traumatis. >1 bulan
stress disorder
(PTSD)
Gangguan Gangguan kegiatan sehari-hari setelah terjadi <6 bulan
penyesuaian suatu stresor yang mestinya tidak berakibat
berat (contoh: pindah rumah, putus dengan
pacar, masalah pekerjaan, tinggal).
Pilihan lain

• Psikotik lir skizofrenia (F23.3)


– Termasuk dalam kelompok psikotik akut
(F23)
– Terdapat gejala psikotik <1 bulan.
– Jika berlanjut hingga 1 bulan diagnosis jadi
skizofrenia
• Skizofrenia paranoid
– Jenis skizofrenia yang disertai halusinasi atau
waham yang sifatnya ingin mencelakakan
pasien
SPEKTRUM SKIZOFRENIA
• Gejala psikosis • Gejala lainnya
– Delusi/waham • Katatonia
– Halusinasi • Gejala negatif
– Gangguan bicara
Deskripsi Waktu

Psikosis akut Min 1 gejala psikosis < 1 bulan

Skizofreniform Min 2 gejala psikosis Gejala 1 bulan, tetapi tidak bertahan hingga
6 bulan
Skizofrenia Min 2 gejala psikosis Gejala 1 bulan dan bertahan hingga 6 bulan
(tanpa obat)
Skizoafektif Min 2 gejala psikosis
+ mania atau depresi
Pilihan lain

• Gangguan waham menetap


– Adanya waham sebagai ciri khas, berlangsung
<3 bulan
– Dapat diikuti gejala psikotik (halusinasi),
tetapi tidak dominan
• Somatisasi
– Merasakan berbagai gejala
Gangguan somatoform dan factitious

Gangguan Deskripsi
Somatisasi Kombinasi gejala (nyeri, gastrointestinal, seksual, dan
pseudoneurologis)
Konversi Gejala fungsi motorik atau sensoris (neurologis)
Hipokondriasis Mempercayai bahwa sedang mengalami penyakit serius
hanya berdasarkan gejala ringan saja.
Factitious Sengaja atau membuat gejala fisik atau psikologis
agar terlihat sakit (contoh: sengaja minum
antikoagulan agar mengalami hematuria).
Malingering Seperti factitious, tetapi ada tujuan khusus di baliknya
(contoh: berpura-pura sakit karena mau menghindari
panggilan sidang pengadilan).
A. Skizoafektif lir skizofren
B. Gangguan waham menetap
C. Skizoafektif
D. Skizofrenia paranoid
E. Gangguan penyesuaian
164
Laki-laki berusia 75 tahun dibawa keluarganya
karena tidak mau keluar kamar sejak terserang
stroke sebulan yang lalu. Pasien juga tampak
lemas, sedih, dan tidak mau makan. Terapi
apakah yang sesuai untuk kasus ini?
A. Terapi suportif
B. Cognitive behavioral therapy
C. Terapi tingkah laku
D. Konseling
E. Terapi kognitif
Pembahasan
• Tidak mau keluar kamar sejak terserang
stroke sebulan yang lalu.
• Pasien juga tampak lemas, sedih, dan tidak
mau makan
• Terapi?
Psikoterapi
Ada berbagai macam jenis psikoterapi, berikut adalah
jenis psikoterapi yang sering diterapkan:
• Terapi suportif
– Memperkuat defense mechanism yang matur pada pasien
• Terapi kognitif
– Bertujuan untuk mengubah pola pikir (kognitif) pasien
• Terapi behavior/tingkah laku
– Bertujuan untuk mengubah tingkah laku (behavior)
pasien
• Cognitive behavioral therapy
– Bertujuan untuk mengubah pola pikir (kognitif) dan
perilaku (behavior) pasien
• Pada kasus ini, pasien berubah sikap dan
perilakunya setelah terserang stroke 1
bulan lalu (termasuk gangguan pasca
trauma)
• Diperlukan terapi suportif untuk
menguatkan defense mechanism pasien
dalam menghadapi stres (dalam kasus ini
adalah stroke)
Pilihan lain
• Konseling
– Kadang konseling dan psikoterapi memiliki area yang
overlap
– Konseling diartikan sebagai panutan/acuan yang
diberikan bagi pasien untuk menyelesaikan masalah di
bidang tertentu.
– Contoh: konseling KB
• Terapi kognitif
– Contoh: membangun percaya diri pada pasien body
dismorphic
• Terapi behavior/tingkah laku
– Contoh: membantu pecandu narkoba untuk berhenti
• Cognitive behavioral therapy
– Contoh: digunakan untuk pasien depresi, skizofrenia, dll
A. Terapi suportif
B. Cognitive behavioral therapy
C. Terapi tingkah laku
D. Konseling
E. Terapi kognitif
165
Laki-laki berusia 23 tahun datang diantar ibunya
dengan keluhan sulit tidur sejak 3 minggu yang lalu.
Pasien menjadi suka marah-marah dan mondar-
mandir di depan kamar pasien sejak 3 minggu yang
lalu. Pasien merasa ada yang ingin membunuhnya dan
merasa ada leluhur yang merasukinya. Diagnosis kasus
ini adalah..
A. Skizofrenia
B. Skizoafektif
C. Gangguan waham
D. Bipolar episode manik dengan gejala psikotik
E. Psikotik akut
Pembahasan
• Sulit tidur sejak 3 minggu yang lalu
• Suka marah-marah dan mondar-mandir di
depan kamar
• Merasa ada yang ingin membunuhnya dan
merasa ada leluhur yang merasukinya
• Diagnosis?
Psikotik akut
• Minimal terdapat 1 gejala psikosis
(waham/halusinasi/gangguan bicara) dengan
durasi < 1bulan
SPEKTRUM SKIZOFRENIA
• Gejala psikosis • Gejala lainnya
– Delusi/waham • Katatonia
– Halusinasi • Gejala negatif
– Gangguan bicara
Deskripsi Waktu

Psikosis akut Min 1 gejala psikosis < 1 bulan

Skizofreniform Min 2 gejala psikosis Gejala 1 bulan, tetapi tidak bertahan hingga
6 bulan
Skizofrenia Min 2 gejala psikosis Gejala 1 bulan dan bertahan hingga 6 bulan
(tanpa obat)
Skizoafektif Min 2 gejala psikosis
+ mania atau depresi
Pilihan lain
• Gangguan waham
– Adanya waham sebagai ciri khas, berlangsung <3
bulan
– Dapat diikuti gejala psikotik (halusinasi), tetapi
tidak dominan

• Bipolar episode manik dengan gejala


psikotik
– Saat ini episode manik + riwayat
manik/hipomanik/depresi + gejala psikotik
A. Skizofrenia
B. Skizoafektif
C. Gangguan waham
D. Bipolar episode manik dengan gejala
psikotik
E. Psikotik akut
166
Laki-laki berusia 33 tahun dibawa keluarganya karena
tidak dapat mengontrol air liurnya yang terus-
menetes. Pasien baru-baru ini didiagnosis skizofrenia
dan mendapat terapi antipsikotik. Apakah obat yang
akan diberikan untuk menangani kondisi tersebut?
A. Olanzapine
B. Chlorpromazine
C. Sertraline
D. Triheksifenidil
E. Haloperidol
Pembahasan
• Tidak dapat mengontrol air liurnya yang
terus-menetes.
• Pasien baru-baru ini didiagnosis skizofrenia
dan mendapat terapi antipsikotik
• Terapi?
Efek samping antipsikotik
• Gejala ekstrapiramidal
– Akatisia: tidak bisa diam, gelisah
– Distonia: leher terpuntir, mata mendelik
– Tardif diskinesia: gerakan mengecap mulut
– Parkinsonism: tremor
– Sindrom neuroleptik maligna  tanda vital tidak stabil
• Gejala lain yang umum
– Sedasi
– BB↑
– Oligomenorea, disfungsi ereksi
– Efek antikolinergik
• Gejala lain yang tidak umum
– Galaktorea
– Agitasi
– Hipotensi ortostatik
• Liur menetes termasuk gejala parkinsonism

• Untuk menguranginya, diberikan


triheksifenidil (agen kolinergik)
Pilihan lain
• Olanzapine
– Antipsikotik
• Chlorpromazine
– Antipsikotik
• Sertraline
– Antidepresan
• Haloperidol
– Antipsikotik
A. Olanzapine
B. Chlorpromazine
C. Sertraline
D. Triheksifenidil
E. Haloperidol
167
Laki-laki berusia 18 tahun diantar ibunya karena
sering terlihat murung sejak 6 bulan terakhir. Hal ini
disebabkan karena pasien di drop out dari kampusnya.
Sejak kecil, ibu pasien menginginkan pasien untuk
menjadi dokter. Akan tetapi pasien lebih suka
mempelajari kesenian. Apa masalah yang dihadapi
pasien?
A. Konflik
B. Frustrasi
C. Fantasi
D. Tekanan
E. Obsesi
Pembahasan
• Sering terlihat murung sejak 6 bulan
terakhir.
• Hal ini disebabkan karena pasien di drop out
dari kampusnya.
• Sejak kecil, ibu pasien menginginkan pasien
untuk menjadi dokter. Akan tetapi pasien
lebih suka mempelajari kesenian.
• Apa yang dialami pasien?
Macam-macam stres
• Frustasi/tekanan perasaan
– Perasaan bahwa dirinya tidak mampu mendapatkan
keinginannya
• Konflik/pertentangan batin
– Adanya >2 dorongan yang bertentangan dan tidak
mungkin dipenuhi keduanya
• Kecemasan
– Campuran berbagai emosi ketika mengalami tekanan atau
pertentangan
• Fobia
– Rasa takut yang berlebih dan tidak masuk akal
• Obsesi
– Penderita dikuasai suatu pikiran yang tidak bisa dihindari
A. Konflik
B. Frustrasi
C. Fantasi
D. Tekanan
E. Obsesi
168
Perempuan berusia 17 tahun datang ke UGD diantar
ayahnya karena merasa sesak dan tercekik sejak 2 jam
lalu. Keluhan muncul saat pasien sedang menangis
karena mengetahui ibunya meninggal akibat
kecelakaan. Diagnosis yang tepat adalah...
A. Stres pasca trauma
B. Stres akut
C. Gangguan panik
D. Gangguan cemas menyeluruh
E. Gangguan penyesuaian
Pembahasan
• Sesak dan tercekik sejak 2 jam lalu.
• Keluhan muncul saat pasien sedang
menangis karena mengetahui ibunya
meninggal akibat kecelakaan.
• Diagnosis?
Gangguan pasca trauma
Kejadian yang dianggap traumatis: diancam mati, luka
berat, diperkosa. Bisa dialami sendiri, dialami oleh
keluarga atau teman dekat, atau menyaksikan langsung.
Gangguan Deskripsi Durasi
Gangguan stres Stres setelah kejadian traumatis. <1 bulan
akut
Posttraumatic Stres setelah kejadian traumatis. >1 bulan
stress disorder
(PTSD)
Gangguan Gangguan kegiatan sehari-hari setelah terjadi <6 bulan
penyesuaian suatu stresor yang mestinya tidak berakibat
berat (contoh: pindah rumah, putus dengan
pacar, masalah pekerjaan, tinggal).
• Pada kasus ini, pasien mengalami kejadian
traumatis (ibunya meninggal) dan onset < 1
bulan
Pilihan lain
Gangguan cemas/ansietas
Gangguan Deskripsi
Fobia Takut akan suatu hal spesifik (serangga, air, ruang
tertutup, dll)
Fobia sosial Takut akan kondisi sosial, termasuk berinteraksi sosial
(ansietas sosial) (misalnya berbicara dengan orang), diamati (misalnya
saat sedang makan), dan di depan orang banyak
(misalnya memberi pidato).
Gangguan panik Serangan panik berulang yang tiba-tiba. Gejala simpatis
dan seperti mau mati.
Agorafobia Takut menggunakan transportasi publik, ruang terbuka,
ruang tertutup, dalam keramaian, atau di luar rumah
sendirian. Ketakutan berasal dari pikiran bahwa akan
sulit untuk melarikan diri atau mendapat bantuan.
Cemas menyeluruh Adanya kecemasan terus-menerus tentang semua hal
sehingga mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dll.
Bagaimana membedakan serangan panik,
cemas menyeluruh dan fobia??
• Serangan panik
– Pencetus tidak jelas
– Disertai gejala otonom
• Cemas menyeluruh
– Mencemaskan banyak hal
– Terjadi sepanjang waktu
• Fobia
– Mencemaskan/menakutkan satu hal tertentu
A. Stres pasca trauma
B. Stres akut
C. Gangguan panik
D. Gangguan cemas menyeluruh
E. Gangguan penyesuaian
169
Laki-laki berusia 23 tahun diantar orang tuanya karena sering
merasa ketakutan sejak 2 bulan terakhir. Pasien takut keluar
rumah karena khawatir jika ada yang berniat buruk kepadanya.
Pasien juga merasa bahwa ada yang berniat ingin membunuhnya
dengan cara meracuni, sehingga pasien takut memakan masakan
selain masakan ibunya. Pasien percaya bahwa orang di
sekitarnya bisa membaca isi pikirannya. Terapi yang paling tepat
adalah...
A. Clorpromazine 2x100mg
B. Thiafluoromazine 2x5mg
C. Haloperidol 1x5mg
D. Risperidone 2x2mg
E. Clozapine 1x25mg
Pembahasan
• Sering merasa ketakutan sejak 2 bulan terakhir.
• Pasien takut keluar rumah karena khawatir jika ada yang
berniat buruk kepadanya. Pasien juga merasa bahwa ada
yang berniat ingin membunuhnya dengan cara meracuni,
sehingga pasien takut memakan masakan selain masakan
ibunya. Pasien percaya bahwa orang di sekitarnya bisa
membaca isi pikirannya.  waham kejar  skizofrenia
paranoid
• Tatalaksana?
Psikofarmaka
• Antipsikotik
– Generasi 1/tipikal : haloperidol 3x0,5mg ; klorpromazin 1x150mg
– Generasi 2/atipikal: risperidon 2x1mg
• Mood stabilizer (untuk bipolar)
– Litium 3x300mg
– Asam valproat 3x250mg
• Antidepresan (untuk depresi dan bipolar episode depresi)
– Fluoksetin 1x20mg
– Sertralin 1x50mg
• Antimania
– Alprazolam 3 x 0,25-0,5 mg
– Diazepam 2-3 x 5 mg
Antipsikotik
Haloperidol (gen 1/tipikal) 2-3x1,5-3mg dapat dinaikan 3-5mg/hari
Klorpromazin (gen 1/tipikal) 3x25mg
Risperidon (gen 2/atipikal) 1x2mg, rumatan 2x2mg
Mood stabilzer
Litium
Asam valproat 3x250mg
Antidepresan
Fluoksetin 1x20mg
Sertralin 1x50mg
Antimania dan antiansietas
Alprazolam 1x0,5-1mg/hari
Diazepam 3x2mg, dapat dinaikan 15-30mg/hari
A. Clorpromazine 2x100mg
B. Thiafluoromazine 2x5mg
C. Haloperidol 1x5mg
D. Risperidone 2x2mg
E. Clozapine 1x25mg
170
Perempuan berusia 65 tahun melempar rumah
tetangganya dengan batu karena merasa tetangganya
hendak membunuhnya. Keluhan sudah dirasakan 5
minggu terakhir. Selain itu, pasien suka melihat
bayangan hitam. Pasien menjadi ketakutan dan tidak
mau keluar rumah. Skor GAF untuk pasien ini adalah...
A. 61-70
B. 51-60
C. 41-50
D. 31-40
E. 21-30
Pembahasan
• Melempar rumah tetangganya dengan batu
karena merasa tetangganya hendak
membunuhnya.
• Keluhan sudah dirasakan 5 minggu terakhir.
• Selain itu, pasien suka melihat bayangan
hitam. Pasien menjadi ketakutan dan tidak
mau keluar rumah.
• Skor GAF?
Global Assesment of Functioning (GAF)
100 – 91 Tidak ada masalah
90 – 81 Ada beberapa masalah, tapi tidak mengganggu sehari-
hari
80 – 71 Gejala bersifat temporer yang muncul akibat stresor
70 – 61 Ada gangguan minimal dalam pekerjaan/sekolah
60 – 51 Ada gangguan moderat dalam pekerjaan/sekolah
50 – 41 Tidak bisa melakukan pekerjaan/bersekolah
40 – 31 Gangguan bicara, berpikir, penilaian, dan mood
30 – 21 Halusinasi & delusi yang menimbulkan perilaku
tertentu
20 – 11 Kadang berbahaya bagi orang lain dan diri sendiri (tidak
mandi, tidak makan, dll)
10 – 0 Persisten berbahaya bagi orang lain dan diri sendiri
A. 61-70
B. 51-60
C. 41-50
D. 31-40
E. 21-30
171
Laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan
kepala sangat gatal dan perih saat digaruk sejak 1
bulan yang lalu. Pasien juga merasakan rambutnya
rontok. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan
penunjang, pasien didiagnosis tinea kapitis. Apa terapi
medikamentosa peroral yang tepat untuk kasus di
atas?
A. Ketokonazol
B. Flukonazol
C. Itrakonazol
D. Nistatin
E. Griseovulfin
Pembahasan
• 1 bulan lalu: kepala gatal, perih saat
digaruk, rambut rontok
• Didiagnosis tinea kapitis
• Tatalaksana peroral?
Tinea kapitis
• Menggunakan terapi oral, bukan topikal:
– Griseofulvin: Dewasa 500 mg/hari ; Anak 10
mg/kgBB/hari (1 atau 2 kali sehari)
– Ketokonazol: Dewasa 200 mg/hari ; Anak 3
mg/kgBB/hari
– Itrakonazol: Dewasa 100 mg/hari ; Anak (tidak
dianjurkan)
– Terbinafin: Dewasa 250 mg/hari ; Anak (tidak
dianjurkan)
• Sampo selenium sulfida  mencegah agar tidak
menyebar ke daerah lain
Tinea Kapitis
Gejala subyektif = gatal
• Gray patch: rambut rontok sehingga membentuk
patch (pitak)
• Black dot: rambut patah tepat di perbatasan kulit
• Favus: krusta
• Kerion: plak disertai tanda radang (nyeri, eritema)

Gray patch Black dot Favus Kerion


A. Ketokonazol
B. Flukonazol
C. Itrakonazol
D. Nistatin
E. Griseovulfin
172
Laki-laki berusia 25 tahun mengeluh gatal di
selangkangan sejak 1 minggu lalu. Pada pemeriksaan
dermatologi didapatkan lesi makula, plakat, eritema,
dan terdapat lesi-lesi lain di sekitarnya. Pada
pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, gambaran
yang didapatkan adalah...
A. Hifa sejati panjang
B. Hifa pendek bersekat
C. Blastospora
D. Hifa pendek tidak bersekat dengan spora
E. Spora bergerombol
Pembahasan
• Gatal di selangkangan sejak 1 minggu lalu.
• PF: lesi makula, plakat, eritema, dan
terdapat lesi-lesi lain di sekitarnya
• Diagnosis  kandidosis kutis
• Gambaran mikroskopis?
Kandidosis kutis
• Vesikel eritema yang berkonfluensi
• Lesi satelit
• Gatal
• Predileksi di tempat lembab  genitokruris,
anal, aksila, tangan dan kaki
• Gambaran mikros: pseudohifa + ragi
• Pengobatan
– Flukonazol 1x100 mg (1-2 minggu)
LESI SATELIT
– Itrakonazol 1x100 mg (1-2 minggu)
Bedakan

Pitiriasis
Tinea Kandida
versikolor
• Hifa panjang • Pseudohifa • Hifa pendek
bersekat • Ragi/yeast • Ragi/yeast bulat
• Artospora = • Blastospora bergerombol
spora berderet • Spagetti &
meatball
Pemeriksaan Lampu wood
Pitiriasis
Tinea Eritrasma
versikolor
• Kuning • Kuning • Merah / coral
keemasan kehijauan red
Pilihan lain
Hifa sejati panjang  tinea
Hifa pendek bersekat  pitiriasis versikolor
Balstospora  candida, tapi jawabannya
kurang lengkap
Spora bergerombol  pitiriasis versikolor
A. Hifa sejati panjang
B. Hifa pendek bersekat
C. Blastospora
D. Hifa pendek tidak bersekat dengan
spora
E. Spora bergerombol
173
Perempuan berusia 18 tahun mengeluh jempol kuku
kaki berwarna kuning. Keluhan awalnya terjadi pada
satu kuku jempol kaki, kemudian menyebar ke kuku
yang lain. Kuku menjadi mudah patah dan kasar. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan.
Penatalaksanaan yang sesuai adalah...
A. Salep kortikosteroid
B. Griseofulvin peroral
C. Salep griseofulvin
D. Antibiotik peroral
E. Salep antibiotik
Pembahasan
• Jempol kuku kaki berwarna kuning.
• Awalnya terjadi pada satu kuku jempol kaki,
kemudian menyebar ke kuku yang lain.
• Kuku menjadi mudah patah dan kasar.
• PF: nyeri tekan
• Diagnosis  tinea unguium/onkomikosis
• Tatalaksana?
Tinea Unguium
Infeksi kuku oleh dermatofita. Ada 5 bentuk, yaitu:
• Onkomikosis subungual distalis
• Leukonikia trikofita (leukonikia mikotika)
• Onkomikosis subungual proksimal
• Onkomikosis endonyx
• Onkomikosis candida

• Tatalaksana menggunakan obat peroral


– Griseofulvin 3x250mg
– Itrakonazol 2x200mg
– Terbinafin 1x250mg
Onikomikosis Subungual Distalis
• Terjadi onkolisis dan hiperkeratosis yang
dimulai dari distal ke proksimal
• Kuku menjadi kuning atau putih
• Kuku menjadi rapuh dan mudah hancur
Leukonikia trikofita (leukonikia
mikotika)
• Infeksi kuku di superficial  permukaan
kuku berwarna putih
• Kuku menjadi kasar dan mudah patah
Onikomikosis Subungual Proksimal
• Kerusakan kuku (nampak putih)
proksimal yang menjalar ke distal
• Biasanya disertai inflamasi jaringan
sekitar kuku
Onikomikosis endonyx
• Diskolorisasi kuku menjadi warna putih
Onikomikosis candida
• Faktor risiko: imunodefisiensi, kandidosis
kutis kronik
• Total onkomikosis + inflamasi jaringan
sekitar kuku
Bedakan Onikomikosis dengan Paronikia

• Paronikia = infeksi kulit di sekitar kuku


A. Salep kortikosteroid
B. Griseofulvin peroral
C. Salep griseofulvin
D. Antibiotik peroral
E. Salep antibiotik
174
Perempuan berusia 29 tahun datang ke UGD
dengan keluhan keputihan yang berbusa dan
berbau. Pada pemeriksaan didapatkan serviks
hiperemis dan strawberry appearance. Terapi
yang tepat adalah...
A. Metronidazol
B. Amoksilin
C. Albendazol
D. Mikonazol
E. Nistatin
Pembahasan
• Keputihan yang berbusa dan berbau.
• PF: serviks hiperemis dan strawberry
appearance
• Diagnosis?
IMS

Discharge Ulkus Benjolan

Uretritis
Gonorea & Sifilis HPV
non-spesifik

Herpes
Candida Chancroid
genitalis

Moluskum
BV LGV
contagiosum

Trikomonas
Trikomoniasis
• Etiologi: Trichomonas vaginalis
• Vagina: bau ikan busuk, gatal, eritema, edema
• Discharge kuning kehijauan dan berbusa
• Serviks strawberi
BV (Bakterial Vaginosis)
• Etiologi: Gardnerella vagginallis
• Kriteria Amsel
– Discharge putih keabuan
– pH >4,5
– Whiff test/tes amin (KOH10%): Discharge bau amis
– Mikroskopik: ditemukan clue cell
Candida
• Gatal, bau asam
• Discharge putih, kental, bergumpal seperti
susu
• KOH 10%: pseudohifa dan ragi
Uretritis

• Laki-laki
– Disuri, polikisuria
– Duh tubuh kental, warna putih atau kuning
kehijauan, kadang disertai darah
– Nyeri saat ereksi
• Perempuan
– Biasanya asimptomatik
– Duh tubuh kental, warna putih atau kuning
kehijauan
Uretritis gonorea vs Uretritis non-spesifik
• Gonorea  Neisseria gonorhea
• Non-spesifik  C. Trachomatis, Ureaplasma
urealyticum

• Mengapa perlu dibedakan? Karena


tatalaksananya berbeda
• Bagaimana cara membedakan?
– Pemeriksaan mikroskopik  GONOREA =
diplokokus gram negatif
Bingung..??
Uretritis Candida BV Trikomonas
Discharge Putih, kuning- Putih, Putih keabuan Kuning kehijauan,
kehijauan bergumpal berbusa
seperti susu

Bau - Asam Amis Ikan busuk


Khas - - Clue cell Serviks merah
(strawberi)
Terapi Gonore: Nistatin Metronidazol Metronidazol
- Sefiksim 400mg intravagina 2x500mg (7hari) 2x500mg (7hari)
dosis tunggal 100.00 IU
(7hari)
Non-spesifik:
- Doksisiklin 2x10
mg (7hari)
- Azitromisin 1g
(tunggal)
Sifilis
• Stadium 1
– Ulkus durum (bersih & tidak nyeri)  sembuh
sendiri
• Stadium 2:
– Lesi pada kulit dan telapak tangan
– Pembesaran KGB inguinal bilateral dan tidak nyeri
• Stadium 3:
– Guma (infiltrat destruktif) yang merusak berbagai
organ

• Pemeriksaan = VDRL dan TPHA


Chancroid
• Awalnya papul yang
berkembang jadi ulkus
mole
• Ulkus mole/kotor
– Nyeri
– Ulkus multipel, tepi tidak
rata dan bergaung
• Mikroskopik: school of
fish (berderet seperti
ikan berenang)
Jangan terbalik..!!
• Sifilis: ulkus durum • Chancroid/ulkus mole
– Dasar bersih • Dasar kotor
– Tidak nyeri • Nyeri
– Tepi rata • Rata

Mole = tikus tanah =


ulkus kotor
Durum = drum =
dipukul tidak nyeri
Limfogranuloma Venerum (LGV)
• Etiologi: Chlamydia trachomatis

• Stadium 1: papul multipel yang pecah


menjadi ulkus (mirip herpes genital). Ulkus
akan hilang sendiri
• Stadium 2: pembesaran KGB unilateral dan
nyeri
Bingung..??

Sifilis Chancroid Limfogranuloma


venerum/LGV
Etiologi Treponema pallidum Haemophilus ducreyii Chlamydia
trachomatis
Khas • Ulkus durum: • Ulkus mole: kotor, • Ulkus tidak nyeri
bersih, tidak nyeri nyeri • Pembesaran KGB
• Pembesaran KGB unilateral, nyeri
bilateral, tidak nyeri
Terapi • Benzatin penisilin • Siprofloksasin • Doksisiklin 2x100
2,4 juta IU (IM), 2x500 mg (3 hari) mg (14 hari)
dosis tunggal
HPV/Kondiloma akuminata
• HPV tipe 6 dan 11: kondiloma akuminata
• HPV tipe 16 dan 18: kanker serviks

• Kutil tidak nyeri dan dapat membesar mirip jengger ayam


• Predileksi: daerah yang terkena trauma saat berhubungan
• Gatal, discharge, pendarahan postkoitus
• Papul multipel dengan permukaan datar, verukosa, atau
lobulated
Herpes genitalis
• HSV tipe 1: infeksi daerah pinggang ke atas
• HSV tipe 2: infeksi daerah pinggang ke bawah
(termasuk genital)

• Vesikel berisi cairan jernih yang berkembang


menjadi pus
• Vesikel berkelompok  pecah  ulkus dangkal
• Gejala sistemik: demam, malaise, limfadenopati
regional
• Tzank/giemsa: sel datia berinti banyak + badan
inklusi intrasel
Moluskum kontagiosum
• Penyebab: Poxvirus
• Papul putih seperti lilin, berbentuk kubah
dengan lekukan di tengah (delle). Bila
dipijat, tampak keluar massa warna putih
seperti nasi.
Bingung..??
Kondiloma akuminata Herpes genitalis Moluskum
kontagiosum
Etiologi HPV tipe 6 dan 11 HSV tipe 2 Poxvirus
Khas • Kutil kelamin tidak nyeri • Vesikel berkelompok • Delle
• Membesar mirip jengger ayam  pecah  ulkus • Dipijatkeluar
dangkal massa putih
• Tzak/giemsa: sel mirip nasi
datia berinti banya
atau inklusi intrasel
Terapi • Tinktura podofilin 10-25% Primer: asiklovir • Ekstraktor
• Podofilotoksin 0,5% 5x200mg (5 hari) komedo, kuret,
• As. trikloroasetat/TCA 80-90% elektrokauter,
• Salep as. salisilast 20-40% Rekuren: asiklovir bedah beku
• Imiquimod 1-
• Imiquimod 5% 5x200mg (7 hari)
5%, TCA
• Bedah skapel/beku/litrik/laser
A. Metronidazol
B. Amoksilin
C. Albendazol
D. Mikanazol
E. Nistatin
175
Laki-laki berusia 40 tahun mengeluh kencing
bernanah. Pada pemeriksaan mikroskopik, tidak
didapatkan bakteri diplococcus ekstrasel atau pun
intrasel. Diagnosis dan tatalaksana kasus ini adalah...
A. Trikomoniasis dan Metronidazol 3 x 500 mg
B. Infeksi genital non-spesifik dan Metronidazol 3 x
500 mg
C. Uretritis non-spesifik dan Azitromisin 1 gram
D. Uretritis gonore dan Sefiksim 400 mg
E. Sifilis dan Injeksi penisilin-benzatin 2,4 juta IU
Pembahasan
• Kencing bernanah
• Mikroskopik: tidak didapatkan bakteri
diplococcus ekstrasel atau pun intrasel
• Diagnosis?
IMS

Discharge Ulkus Benjolan

Uretritis
Gonorea & Sifilis HPV
non-spesifik

Herpes
Candida Chancroid
genitalis

Moluskum
BV LGV
contagiosum

Trikomonas
Uretritis

• Laki-laki
– Disuri, polikisuria
– Duh tubuh kental, warna putih atau kuning
kehijauan, kadang disertai darah
– Nyeri saat ereksi
• Perempuan
– Biasanya asimptomatik
– Duh tubuh kental, warna putih atau kuning
kehijauan
Uretritis gonorea vs Uretritis non-spesifik

• Gonorea  Neisseria gonorhea


• Non-spesifik  C. Trachomatis, Ureaplasma
urealyticum

• Mengapa perlu dibedakan? Karena tatalaksananya


berbeda
– Gonorea: Sefiksim 400mg (tunggal)
– Non-spesifik: doksisiklin 2x100mg (7 hari) ATAU
azitromisin 1gr (tunggal)
• Bagaimana cara membedakan?
– Mikroskopik  Gonorea = diplokokus gram
negatif
A. Trikomoniasis dan Metronidazol 3 x 500
mg
B. Infeksi genital non-spesifik dan
Metronidazol 3 x 500 mg
C. Uretritis non-spesifik dan Azitromisin 1
gram
D. Uretritis gonore dan Sefiksim 400 mg
E. Sifilis dan Injeksi penisilin-benzatin 2,4
juta IU
176
Perempuan berusia 65 tahun datang dengan
keluhan gatal di kemaluan sejak 1 bulan yang
lalu. Pada pemeriksaan ditemukan gambaran
kembang kol pada labia minor. Apakah etiologi
kasus tersebut?
A. HPV 1
B. HPV 28
C. HPV 6, 11
D. HSV 1
E. HSV 2
Pembahasan
• Gatal di kemaluan sejak 1 bulan yang lalu
• PF: gambaran kembang kol pada labia minor
• Etiologi?
HPV
• HPV tipe 2 dan 4: veruka vulgaris/common
warts
• HPV tipe 1: veruka plantaris/myrmecia
• HPV tipe 3, 10, dan 28: veruka plana
• HPV tipe 6 dan 11: kondiloma akuminata
• HPV tipe 16 dan 18: kanker serviks
HPV/Kondiloma akuminata
• Kutil tidak nyeri dan dapat membesar mirip jengger ayam
• Predileksi: daerah yang terkena trauma saat berhubungan
• Gatal, discharge, pendarahan postkoitus
• Papul multipel dengan permukaan datar, verukosa, atau
lobulated
Pilihan lain
HPV 1  veruka plantaris
HPV 28  veruka plana
HSV 1  herpes simpleks
HSV 2  herpes genitalis
A. HPV 1
B. HPV 28
C. HPV 6, 11
D. HSV 1
E. HSV 2
177
Laki-laki berusia 26 tahun datang dengan keluhan
bintil kemerahan di kemaluan yang kemudian pecah.
Pasien pernah berhubungan dengan PSK. Pada
pemeriksaan, didapatkan ulkus multipel, tidak rata,
dangkal, dasar keabu-abuan. Terdapat gambaran
school of fish. Apakah mikroorganisme penyebab kasus
tersebut?
A. Chlamidia trachomatis
B. Leishmania donovani
C. Trikomonas pallidum
D. Hemofilus ducreyii
E. Herpes simpleks
Pembahasan
• Bintil kemerahan di kemaluan yang
kemudian pecah.
• Pasien pernah berhubungan dengan PSK.
• PF: ulkus multipel, tidak rata, dangkal, dasar
keabu-abuan
• Mikroskopik: school of fish
• Diagnosis?
IMS

Discharge Ulkus Benjolan

Uretritis
Gonorea & Sifilis HPV
non-spesifik

Herpes
Candida Chancroid
genitalis

Moluskum
BV LGV
contagiosum

Trikomonas
Chancroid
• Awalnya papul yang
berkembang jadi ulkus
mole
• Ulkus mole/kotor
– Nyeri
– Ulkus multipel, tepi tidak
rata dan bergaung
• Mikroskopik: school of
fish (berderet seperti
ikan berenang)
Jangan terbalik..!!
• Sifilis: ulkus durum • Chancroid/ulkus mole
– Dasar bersih • Dasar kotor
– Tidak nyeri • Nyeri
– Tepi rata • Rata

Mole = tikus tanah =


ulkus kotor
Durum = drum =
dipukul tidak nyeri
Pilihan lain
• Chlamidia trachomatis
– LGV
– Ulkus soliter, tidak nyeri
– Pembesaran KGB unilateral dan nyeri
• Leishmania donovani
– Black fever
– Demam, hiperpigmentasi, kerusakan organ viseral
(splenomegali,dll)
• Trikomonas pallidum
– Jebakan...!! Adanya treponema pallidum atau trikomonas vaginalis
• Herpes simpleks
– Vesikel berkelompok  pecah  ulkus dangkal
– Tzank/giemsa: sel datia berinti banyak + badan inklusi intrasel
A. Chlamidia trachomatis
B. Leishmania donovani
C. Trikomonas pallidum
D. Hemofilus ducreyii
E. Herpes simpleks
178
Anak laki-laki 15 tahun datang dengan keluhan
muncul luka yang sakit pada tungkai dan siku. Pada
pemeriksaan lokal, ditemukan likenifikasi, krusta, dan
nanah. Pasien memiliki riwayat alergi susu pada masa
kecil dan ayah pasien mempunyai riwayat asma.
Diagnosis kasus ini adalah...
A. Neurodermatitis sirkumskripta
B. Dermatitis atopi dengan infeksi sekunder
C. Dermatitis kontak dengan infeksi
D. Liken simpleks kronik
E. Angioedema
Pembahasan
• Luka yang sakit pada tungkai dan siku.
• PF: likenifikasi, krusta, dan nanah.
• Pasien memiliki riwayat alergi susu pada
masa kecil dan ayah pasien mempunyai
riwayat asma.
• Diagnosis?
Dermatitis atopi
• Bayi: wajah, pergelangan tangan dan kaki, lutut
• Anak: lipat siku dan lutut, fleksor, leher, kadang di wajah dan
kelopak mata
• Remaja dan dewasa: lipat siku dan lutut, leher, dahi dan
sekitar mata, tangan dan pergelangan tangan, bibir, kelamin,
puting susu, kulit kepala
Dermatitis atopi
• Gatal
• Kulit kering
• Iktiosis : kulit seperti sisik ikan
• Gejala dan tanda atopi yang lain (asma,
rhinitis alergi, konjungtivitis alergi) pada
pasien atau keluarga
• Pencetus: emosi, bahan pakaian, dll
Tatalaksana
• Tidak memakai
– Pakaian ketat atau berbahan iritan (wol)
– Kosmetik, parfum, dan bahan iritan lainnya
• Menjaga kebersihan kulit dan pakaian
• Menjaga kelembaban kulit: hidrofilik urea 10%
• Kortikosteroid
– Kulit kepala: desonid krim 0,05%
– Likenifikasi: betametason valerat krim 0,1%
• Antihistamin
– CTM: 3x4 mg, Setirizin: 1x10 mg, loratadin: 1x10mg
• Pada kasus ini, predileksi adalah tungkai
dan siku  sesuai predileksi dermatitis
atopi pada remaja
• Riwayat alergi susu dan asma (ayah) 
mendukung dermatitis atopi

• Luka bernanah dan krusta  infeksi


sekunder
Pilihan lain
• Neurodermatitis sirkumskripta/liken simpleks
kronik (LSK)
– Gatal sekali  digaruk  ekskoriasi
– Plak eritematosa dan edema.
– Jika sudah lama, eritema dan edema menghilang. Lesi
tampak menebal, likenifikasi, dan berskuama
– BEDAKAN dengan neurodermatitis numularis =
dermatitis numularis
• Lesi basah seukuran koin, biasanya di kaki
• Angioedema
– Reaksi alergi berupa edema lapisan dermis,
subkutan, mukosa
– Dapat menyebabkan obstruksi jalan napas  gawat
Pilihan lain

• Dermatitis kontak dengan infeksi


– Riwayat kontak dengan alergen (DKA) atau
iritan (DKI)
A. Neurodermatitis sirkumskripta
B. Dermatitis atopi dengan infeksi
sekunder
C. Dermatitis kontak dengan infeksi
D. Liken simpleks kronik
E. Angioedema
179
Laki-laki 30 tahun, mengeluhkan kulit melempuh
hampir di seluruh tubuh sejak kemarin. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan demam. Sebelumnya, pasien
mengonsumsi alupurinol. Pada pemeriksaan, 50%
kulit melepuh, mukosa juga ikut melepuh. Diagnosis
untuk kasus ini adalah...
A. TEN
B. SJS
C. Syok anafilaktik
D. Fixed drug eruption
E. Angioedema
Pembahasan
• Kulit melempuh hampir di seluruh tubuh
sejak kemarin.
• Demam.
• Sebelumnya, pasien mengonsumsi
alupurinol
• PF: 50% kulit melepuh, mukosa juga ikut
melepuh
Toxic Epidermal Necrolysis/TEN
• Riwayat konsumsi obat sebelumnya (reaksi
hipersensitivitas tipe 3)
• Gejala = eritema multiforme + keterlibatan
mukosa + demam
• Bedakan SSJ dan TEN. Pada SSJ, lesi <10%.
Obat yang sering menimbulkan
alergi
• Antibiotik
– Penisilin
– Tetrasiklin
• As. asetilsalisilat/aspirin
• NSAID
– Parasetamol
• Obat kejang
– Fenitoin
– Karbamazepin
• Kemoterapi
– Sulfonamid
Pilihan lain
• Syok anafilaktik
– Tanda vital tidak stabil
• Fixed drug eruption
– Dicetuskan obat tertentu
– Makula atau plak eritematosa
– Dapat disertai vesikel atau bula
– Dapat berulang di lokasi yang sama
• Angioedema
– Reaksi alergi berupa edema lapisan dermis,
subkutan, mukosa
– Dapat menyebabkan obstruksi jalan napas  gawat
A. TEN
B. SJS
C. Syok anafilaktik
D. Fixed drug eruption
E. Angioedema
180
Perempuan berusia 30 tahun datang dengan keluhan
bengkak pada bibir. Sebelumnya pasien makan udang
goreng. Dari pemeriksaan, didapatkan edema pada
mukosa mulut, kemerahan agak menimbul dengan
batas tegas pada seluruh tubuh. Diagnosis yang sesuai
adalah...
A. Insect bite
B. Urtikaria
C. SJS
D. Eritema multiforme
E. Erisipelas
Pembahasan
• Bengkak pada bibir
• Sebelumnya pasien makan udang goreng
• PF: edema pada mukosa mulut, kemerahan
agak menimbul dengan batas tegas pada
seluruh tubuh
• Diagnosis?
Urtikaria
• Edema lokal yang timbul mendadak dan menghilang
perlahan-lahan, meninggi, berwarna pucat (di tengah)
dan kemerahan
• Pencetus
– Fisik: panas, dingin, UV, sinar matahari
– Gigitan serangga
– Makanan: telur, udang, ikan, kacang, dll
– Obat-obatan: NSAID, penisilin, dll
– Trauma fisik: pakaian, tas, dll
– Autoimun
Klasifikasi
• Waktu • Luas dan dalamnya
– Akut (<6 ming atau 4 ming • Lokal: karena gigitan serangga
terus-menerus) atau kontak
– Kronik (>6 ming) • Generalisata: karena makanan
atau obat
• Morfologi klinis • Angioedema
– Papular : papul
• Mekanisme
– Gutata : sebesar tetesan air • Imunologik
– Girata : lebih besar dari gutata • IgE  hipersensitivitas tipe 1
• Komplemen  hipersensitivitas
tipe 2 dan 3
• Kontak  hipersensitivitas tipe 4
• Non- imunologik
• Idiopatik
Pemeriksaan

• Pemeriksaan
– Eosinofil
– Uji gores/scratch test  demografisme

– Ice cube test


• Urtikaria muncul setelah kulit diberi es

– Test air hangat


• Urtikaria muncul setelah diberi air hangat
Pilihan lain
• Insect bite
– Riwayat digigit serangga (bermain di desa, pindah rumah,
berlibur)
– Gejala beragam: syok anafilaktik, urtikaria, eritema, dll
• SJS
– Kulit dan mukosa melepuh <10%
• Eritema multiforme
– Hipersensitivitas IV
– Gejala prodromal
– Erupsi eritema di kulit dan mukosa yang sembuh sendiri
• Erisipelas
– Infeksi Streptococcus ke epidermis dan dermis
– Gejala lain: demam, malaise, dll
A. Insect bite
B. Urtikaria
C. SJS
D. Eritema multiforme
E. Erisipelas
181
Perempuan berusia 32 tahun datang dengan keluhan
timbul bentol-bentol pada wajah sejak 2 minggu yang
lalu. Tidak ada rasa gatal atau nyeri. Pada
pemeriksaan, ditemukan papul berukuran lentikuler,
tidak kemerahan, dan terdapat lekukan pada bagian
tengah sebagian benjolan. Apa pilihan terapi yang
tepat pada pasien ini?
A. TCA 25%
B. Tidak perlu terapi pada imunokompeten
C. Krim Acyclovir
D. TCA 90%
E. Podofilotoksin 0,5%
Pembahasan
• Bentol-bentol pada wajah sejak 2 minggu
lalu.
• Tidak ada rasa gatal atau nyeri.
• PF: papul berukuran lentikuler, tidak
kemerahan, dan terdapat lekukan pada
bagian tengah sebagian benjolan.
• Tatalaksana?
Moluskum Kontagiosum
• Penyebab: Poxvirus
• Papul putih seperti lilin, berbentuk kubah dengan lekukan di
tengah (delle). Bila dipijat, tampak keluar massa warna putih
seperti nasi.
• Tatalaksana:
– Tidak perlu terapi karena dapat sembuh sendiri
– Mengeluarkan badan moluskum
• Ekstraktor komedo, kuret, elektrokauter, bedah beku
• Imiquimod 1-5%
Pilihan lain
• TCA 25%
– Dosis untuk veruka vulgaris
• Krim Acyclovir
– Untuk Herpes simpleks
• TCA 90%
– Dosis untuk herpes genitalis
• Podofilotoksin 0,5%
– Dosis untuk herpes genitalis
A. TCA 25%
B. Tidak perlu terapi pada
imunokompeten
C. Krim Acyclovir
D. Imiquimod 10%
E. Cryoterapi
182
Laki-laki berusia 20 tahun datang ke IGD dengan luka
bakar. Pada pemeriksaan, didapatkan luas luka bakar
adalah sebagai berikut: derajat 1= 5%, derajat 2a = 10%,
derajat 2b = 20%, derajat 4 = 15%. Berat badan pasien
adalah 50 kg. Rehidrasi yang tepat untuk dilakukan
adalah...
A. Ringer laktat 9L dalam 24 jam
B. NaCl 9L dalam 24 jam
C. Ringer laktat 10L dalam 24 jam
D. Normosaline 10 L dalam 24 jam
E. NaCl 10 L dalam 24 jam
Pembahasan
• Laki-laki berusia 20 tahun datang ke IGD
dengan luka bakar
• Luas luka bakar: derajat 1= 5%, derajat 2a =
10%, derajat 2b = 20%, derajat 3 = 15%
• BB 50 kg
• Rehidrasi?
Rehidrasi luka bakar
• Cairan yang digunakan = Ringer Laktat
• 4 x luas luka bakar derajat II – III% x BB
24jam
• 50% rehidrasi diberikan 8 jam, 50% sisanya
dalam 16 jam

• 4 x (10 + 20 + 15) x 50 = 9.000 ml = 9 Liter


Luka Bakar Derajat 1
• Hanya mengenai epidermis
• Akan sembuh spontan 5-7 hari
• Gejala
– Nyeri
– Hiperemis
Luka bakar derajat 2a Luka bakar derajat 2b

• Mengenai sebagian dermis • Mengenai dermis retikular


(dermis papilare) • Gejala
• Gejala • Nyeri, kadang sensasi
• Nyeri berkurang jika ujung saraf
• Bula rusak
• Kulit berwarna merah dan • Bula
mengkilap • Kulit berwarna merah pucat
• Jika ditekan, kulit menjadi • Jika ditekan, kulit tidak
putih/blanch menjadi putih/blanch
Luka Bakar Derajat 3
• Mengenai seluruh lapisan kulit
• Gejala:
– Kulit sangat merah/cherry red
– Tidak nyeri karena kehilangan sensorik
Rule of Nine
A. Ringer laktat 9L dalam 24 jam
B. NaCl 9L dalam 24 jam
C. Ringer laktat 10L dalam 24 jam
D. Normosaline 10 L dalam 24 jam
E. NaCl 10 L dalam 24 jam
183
Bayi laki-laki berusia 8 bulan dibawa ibunya karena
muncul lepuh berisi nanah dan keropeng pada punggung
sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan, di regio ketiak
didapatkan bula multipel seperti gambar berikut. Pada
pemeriksaan pulasan gram, didapatkan kuman kokus
bergerombol berwarna biru keunguan. Diagnosis pasien
ini adalah...
A. Impetigo krustosa
B. Impetigo bullosa
C. Eritrasma
D. Steven Johnson syndrome
E. Selulitis
Pembahasan
• Bayi laki-laki berusia 8 bulan dibawa ibunya
karena muncul lepuh berisi nanah dan keropeng
pada punggung sejak 1 bulan yang lalu.
• PF: di regio ketiak didapatkan bula multipel
seperti gambar berikut
• Mikroskopik: kuman kokus bergerombol
berwarna biru keunguan
• Diagnosis?
Impetigo
• Impetigo Krustosa
– Streptococcus β-hemolyticus: berderet
– Predileksi: sekitar lubang hidung dan
mulut
– Lesi eritem dengan krusta kekuningan di
atasnya. Jika krusta diangkat, nampak
erosi.

• Impetigo Bulosa
– Staphylococcus aureus: bergerombol
– Predileksi: aksila, dada, punggung
– Lesi eritema dengan bula
Bedakan.!
• Impetigo Krustosa
– Jika krusta diangkat, nampak EROSI

• Ektima
– Jika krusta diangkat, nampak ULKUS
Pilihan lain
• Eritrasma
– Lampu wood: coral red
• Steven Johnson syndrome
– Riwayat minum obat sebelumnya
– Lepuh di kulit dan mukosa
• Selulitis
– Infeksi epidermis dan dermis
– Nyeri, bengkak, merah, berbatas tegas
– Gejala sistemik: demam
A. Impetigo krustosa
B. Impetigo bullosa
C. Eritrasma
D. Steven johnson syndrome
E. Selulitis
184
Laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan ulkus di kaki
sejak seminggu yang lalu. Ulkus terasa nyeri. Tidak ada
riwayat trauma sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
hipertensi. Pada pemeriksaan, ditemukan ulkus di
maleolus lateral, dalam, tepi tegas, dan kotor. Diagnosis
pasien ini adalah...
A. Ulkus tropikum
B. Ulkus varikosum
C. Varises
D. Ulkus arteriosum
E. Ulkus mole
Pembahasan
• Laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan
ulkus di kaki sejak seminggu yang lalu
• Ulkus terasa nyeri
• Tidak ada riwayat trauma sebelumnya
• Pasien memiliki riwayat hipertensi
• PF: ulkus di maleolus lateral, dalam, tepi tegas,
dan kotor
• Diagnosis?
Ulkus Kruris
• Ulkus tropikum
– Didahului trauma atau kelainan kulit sebelumnya
– Ulkus cepat meluas, nyeri, kotor dan jaringan
sekitarnya edema eritema
– Gejala lain: demam, limfadenopati regional
• Ulkus arteriosum
– Biasanya di maleolus lateral
– Ulkus dalam, nyeri, kotor, tepi jelas
– Disertai gejala PAD: klaudikasio intermiten
– F. Risiko: merokok, riwayat hipertensi atau DM
Ulkus Kruris
• Ulkus varikosum
– Biasanya di maleolus medial
– F. Risiko: DVT, varises, trauma
– Ulkus dangkal, tepi tidak teratur
• Ulkus neuropatik
– Biasanya di daerah yang tertekan (metatarsal, tumit,
jari kaki)
– Disertai gejala neuropati: kesemutan, baal, rasa
terbakar
A. Ulkus tropikum
B. Ulkus varikosum
C. Varises
D. Ulkus arteriosum
E. Ulkus mole
185
Pada tahun 1924, seorang dokter di Amerika melakukan penelitian
tentang penyakit sifilis yang terjadi pada masyarakat kalangan
bawah. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk melihat
efektivitas antibiotik terhadap penyakit sifilis. Ketika penelitian
tersebut sedang berjalan, muncul obat untuk penderita sifilis, yaitu
penisilin. Namun, peneliti tetap meneruskan penelitiannya sampai
tahun 1972. Apa kaidah dasar bioetik yang dilanggar oleh dokter
tersebut?
A. Autonomy
B. Interference
C. Beneficence
D. Justice
E. Non-maleficence
Pembahasan
• Pada tahun 1924, seorang dokter di Amerika
melakukan penelitian tentang penyakit sifilis
yang terjadi pada masyarakat kalangan
bawah. Tujuan dilakukannya penelitian ini
untuk melihat efektivitas antibiotik terhadap
penyakit sifilis. Ketika penelitian tersebut
sedang berjalan, muncul obat untuk
penderita sifilis, yaitu penisilin. Namun,
peneliti tetap meneruskan penelitiannya
sampai tahun 1972.
• Kaidah bioetik yang dilanggar?
Kaidah Dasar Bioetik (Prima Facie)
• Beneficence (beneficence = benefit)
– Memberikan yang terbaik kepada pasien.
– Jika dokter tidak melakukan beneficence, pasien
tidak celaka, tetapi pasien tidak mendapat yang
terbaik.

• Non-maleficence (non = tidak ; maleficence = jahat)


– Tidak menyakiti atau melakukan apa pun yang
merugikan pasien sama sekali.
– Jika dokter tidak melakukan non-maleficence,
pasien akan celaka
Kaidah Dasar Bioetik (Prima Facie)
• Autonomy
– Pasien menentukan terapi atas kehendaknya
sendiri

• Justice (justice = adil)


– Memberikan perlakuan secara adil. Artinya adil:
• Tidak membeda-bedakan berdasarkan tua-muda,
kaya-miskin, agama, suku, ras, dan lain-lain.
• Melihat kepentingan bersama terlebih dahulu di atas
kepentingan perorangan.
• Memberi sesuai kebutuhan, bukan membagi sama rata.
A. Autonomy
B. Interference
C. Beneficence
D. Justice
E. Non-maleficence
186
Laki-laki berusia 26 tahun datang ke IGD RS setelah kecelakaan lalu
lintas. Pasien mengalami fraktur terbuka pada bagian ekstremitas
bawah dengan perdarahan masif. Dokter segera melakukan
operasi. Saat operasi, dokter memasang torniquet pada proksimal
luka untuk mengurangi pendarahan. Setelah selesai operasi dan
perawatan pasien dipulangkan. Dua hari kemudian pasien datang
kembali dengan keluhan ujung kakinya menjadi membiru. Saat
diperiksa, ternyata torniquet masih terpasang. Dokter segera
memberikan pengobatan dan kaki pasien sembuh. Apakah nama
kejadian yang dialami pasien tersebut…
A. Malpraktik
B. Nearmiss
C. Commision
D. Ommision
E. Hazard
Pembahasan
• Laki-laki berusia 26 tahun datang ke IGD RS setelah
kecelakaan lalu lintas. Pasien mengalami fraktur
terbuka pada bagian ekstremitas bawah dengan
perdarahan masif. Dokter segera melakukan operasi.
Saat operasi, dokter memasang torniquet pada
proksimal luka untuk mengurangi pendarahan.
Setelah selesai operasi dan perawatan pasien
dipulangkan. Dua hari kemudian pasien datang
kembali dengan keluhan ujung kakinya menjadi
membiru. Saat diperiksa, ternyata torniquet
masih terpasang. Dokter segera memberikan
pengobatan dan kaki pasien sembuh.
• Termasuk kejadian?
Medical Error

Pasien tidak
Near miss
cedera
Medical Error
Pasien cedera Adverse event
MALPRAKTEK

Perawatan
Pasien cedera
sesuai standar
Medical Error
Malpraktik medis dapat berupa:
• Tindakan disengaja (intentional/misconduct)
• Tindakan kelalaian (negligence)

Catatan: harus ada kerugian bagi pihak yang


mendapatkan tindakan (pasien).
Tindakan Disengaja
(Intentional/Misconduct)
• Melanggar ketentuan etik, disiplin profesi, hukum administratif, hukum
pidana, atau perdata.
• Contoh:
– Sengaja merugikan pasien
– Fraud (penipuan)
– Penahanan pasien
– Pelanggaran kewajiban simpan rahasia kedokteran
– Aborsi ilegal
– Eutanasia
– Penyerangan seksual
– Keterangan palsu
– Menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang belum teruji
– Praktik tanpa SIP
– Praktik di luar kompetensi
Tindakan Kelalaian (Negligence)
“Feasance” artinya “to do” atau “melakukan”.

• Nonfeasance (“non” artinya “tidak”): tenaga kesehatan


tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
ATAU menunda penanganan secara berlebihan.
• Misfeasance (“mis” artinya “salah”): penanganan
dilakukan, tetapi tidak dengan prosedur yang benar.
• Malfeasance (“mal” artinya “jahat”): penanganan yang
diberikan salah dan menyalahi aturan yang ada.
Misfeasance VS Malfeasance

Keadaan pasien makin buruk Keadaan pasien tanpa ditolong Keadaan pasien makin baik

MALfeasance Nonfeasance MISfeasance


Pilihan lain
• Malpraktik
– Pasien mengalami cedera
• Commision
– Tindakan medis yang mencelakai pasien
• Ommision
– Tindakan medis yang substandard
• Hazard
– Keadaan lingkungan yang mungkin
membahayakan
A. Malpraktik
B. Nearmiss
C. Commision
D. Ommision
E. Hazard
187
Perempuan berusia 35 tahun datang dengan keluhan keputihan sejak 2
minggu yang lalu. Keputihan terasa gatal dan perih. Selain itu juga ada
nyeri pada perut bagian bawah. Enam hari yang lalu, pasien
berhubungan dengan suami yang bekerja di luar kota. Dari
pemeriksaan terpisah, diketahui bahwa suami pasien telah
berhubungan dengan PSK. Dokter mengatakan bahwa penyakit istrinya
adalah infeksi menular seksual. Suami meminta dokter untuk tidak
memberitahukan ke istri karena takut akan bertengkar. Kaidah dasar
bioetik yang menjadi dilema dokter adalah...
A. Beneficence dan autonomy
B. Beneficence dan justice
C. Autonomy dan non-maleficence
D. Beneficence dan non-maleficence
E. Non-maleficence dan justice
Pembahasan
• Perempuan berusia 35 tahun datang dengan keluhan
keputihan sejak 2 minggu yang lalu. Keputihan terasa
gatal dan perih. Selain itu juga ada nyeri pada perut
bagian bawah. Enam hari yang lalu, pasien
berhubungan dengan suami yang bekerja di luar kota.
Dari pemeriksaan terpisah, diketahui bahwa suami
pasien telah berhubungan dengan PSK. Dokter
mengatakan bahwa penyakit istrinya adalah infeksi
menular seksual. Suami meminta dokter untuk tidak
memberitahukan ke istri karena takut akan
bertengkar.
• Kode etik yang dialami oleh dokter adalah...
Kaidah Dasar Bioetik (Prima Facie)
• Beneficence (beneficence = benefit)
– Memberikan yang terbaik kepada pasien.
– Jika dokter tidak melakukan beneficence, pasien tidak
celaka, tetapi pasien tidak mendapat yang terbaik.

• Non-maleficence (non = tidak ; maleficence = jahat)


– Tidak menyakiti atau melakukan apa pun yang merugikan
pasien sama sekali.
– Jika dokter tidak melakukan non-maleficence, pasien
akan celaka
Kaidah Dasar Bioetik (Prima Facie)
• Autonomy
– Pasien menentukan terapi atas kehendaknya sendiri

• Justice (justice = adil)


– Memberikan perlakuan secara adil. Artinya adil:
• Tidak membeda-bedakan berdasarkan tua-muda, kaya-
miskin, agama, suku, ras, dan lain-lain.
• Melihat kepentingan bersama terlebih dahulu di atas
kepentingan perorangan.
• Memberi sesuai kebutuhan, bukan membagi sama rata.
• Jika ada pertanyaan lanjutan “Apa yang harus
dilakukan dokter?”
– Meyakinkan pasien (suami) untuk memberitahu
istrinya
A. Beneficence dan autonomy
B. Beneficence dan justice
C. Autonomy dan non-maleficence
D. Beneficence dan non-maleficence
E. Non-maleficence dan justice
188
Laki-laki, usia 42 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit
dengan luka tembak nyasar. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan luka lubang, cincin robek, luka lecet dan
kelim tatto, tidak ditemukan jelaga. Menurut jenis luka,
kira-kira berapa jarak penembakan?
A. Jarak tempel
B. Jarak kontak
C. Jarak sangat dekat
D. Jarak dekat
E. Jarak jauh
Pembahasan
• Laki-laki, 42 tahun
• Luka tembak nyasar
• Pemeriksaan fisik  luka lubang, cincin
robek, luka lecet dan kelim tatto, tidak
ditemukan jelaga
• Jarak penembakan?
Luka Tembak
• Luka tembak tempel  terdapat jejas laras
• Luka tembak sangat dekat (maksimal 15 cm) 
terbentuk akibat anak peluru, mesiu, jelaga dan
panas/api  kelim api
• Luka tembak dekat  terbentuk akibat anak
peluru dan mesiu  kelim jelaga (maksimal 30
cm), kelim tato (maksimal 60 cm)
• Luka tembak jauh (>60 cm)  terbentuk akibat
komponen anak peluru  kelim kesat dan kelim
lecet
Luka Tembak

Tempel 15 cm 30 cm 60 cm >60 cm

Kesat
Pistol Api Jelaga Tatto
Lecet
A. Jarak tempel
B. Jarak kontak
C. Jarak sangat dekat
D. Jarak dekat
E. Jarak jauh
189
Seorang jenazah laki-laki, usia 19 tahun dibawa ke
Instalansi Forensik Rumah Sakit akibat terkena
sengatan listrik. Luka apa yang ditemukan pada pasien
tersebut?
A. Arborescent Mark, metalisasi dan magnetisasi
B. Arborescent Mark, metalisasi dan meninggal akibat
ventrikel fibrilasi
C. Ditemuka luka yang tengahnya pucat dan
dikelilingi jaringan hiperemis
D. Baju yang hangus terbakar
E. Luka masuk dan keluar
Pembahasan
• Jenazah laki-laki, 19 tahun
• Terkena sengatan listrik
• Luka yang ditemukan?
Trauma Listrik
• Sebab Kematian :
– Cardiac arrest
– Ventrikuler fibrilasi
– Respiratory paralysis
– Paralisis pusat pernapasan
sumber listrik (1)
(3) paralisis pusat
pernapasan di SSP

(1) paralisis otot- (2) fibrilasi ventrikel


otot pernapasan
path of current
spasme otot
“hold-on”

“current mark”
masuk

sumber listrik (2)

“current mark”
keluar

earth
Pemeriksaan Korban Trauma Listrik

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


TKP Luar Dalam Tambahan
Pemeriksaan • Sumber listrik
• Benda penghantar listrik

TKP
Pemeriksaan • Current mark (electric mark = stroomerk van jellineck = joule
burn)
• Bentuk oval (sesuai konduktor), cekung warna kuning atau
Luar coklat keputihan atau coklat kehitaman atau abu-abu
kekuningan, dikelilingi daerah kemerahan dan edema

Pemeriksaan • Kongesti organ dalam, perdarahan kecil-kecil pada otak


• Dilatasi jantung kanan
• Tulang leleh  pearl like bodies
Dalam
Pemeriksaan • Histo PA pada current mark

Tambahan
A. Arborescent Mark, metalisasi dan
magnetisasi
B. Arborescent Mark, metalisasi dan
meninggal akibat ventrikel fibrilasi
C. Ditemukan luka yang tengahnya pucat
dan dikelilingi jaringan hiperemis
D. Baju yang hangus terbakar
E. Luka masuk dan keluar
190
Seorang anak laki-laki, usia 12 tauun dibawa ibunya ke Poliklinik
Rumah Sakit dengan keluhan nyeri saat BAB selama seminggu
terakhir. Ibu mengatakan anaknya juga tampak murung dan tidak
mau bersekolah. Ibu pasien curiga terjadi pelecehan seksual oleh
oknum guru disekolahnya. Apa keterangan luka yang ditulis dalam
Visum et repertum?
A. Terdapat luka lecet pada anus dengan ukuran 1x1 cm
B. Terdapat luka lecet pada daerah pembuangan arah jam 12
ukuran 1x1 cm
C. Terdapat luka lecet, tepi tidak rata, menggaung, pada daerah
pembuangan ukuran 1x1 cm
D. Terdapat luka lecet pada anus dengan ukuran 1x1cm dengan
tepi menggaung tidak rata
E. Tampak luka lecet pada kaki tangan
Pembahasan
• Anak laki-laki, 12 tahun
• Nyeri saat BAB  seminggu terakhir
• Tampak murung dan tidak mau bersekolah
• Ibu pasien  curiga pelecehan seksual
• Keterangan luka?
VeR
• Visum et Repertum adalah Laporan (jawaban) tertulis
dokter yang berdasarkan sumpah jabatan dan
keilmuannya, tentang obyek medik-forensik yang dilihat
dan diperiksa atas permintaan tertulis penyidik
berwenang, untuk kepentingan peradilan.
Jenis VeR
• VeR Hidup
– Definitif  seketika, pasien tidak memerlukan
rawat inap atau tindakan lain
– Sementara  pasien memerlukan rawat inap dan
pemeriksaan lanjutan
– Lanjutan  dibuat setelah pasien sembuh/pindah
RS/pindah dokter/pulang paksa
• VeR Jenazah
– Terhadap jenazah untuk mengetahui penyebab,
mekanisme dan cara kematian jenazah
Deskripsi Luka Oleh Dokter
• Tidak boleh menggunakan istilah hukum, contoh :
diperkosa, dipukul, dianiaya
• Dalam membuat kesimpulan Visum et Repertum, hanya
dapat menggunakan istilah seperti “persetubuhan”
maupun “kekerasan tumpul”
• Tidak boleh pula seorang dokter menggunakan kata
seperti “tersangka”
Luka Akibat Benda Tumpul
• Sebagian atau seluruh epitel kulit hilang
• Permukaan tertutup oleh eksudat  krusta
Luka Lecet • Reaksi radang (+)
• Tidak meninggalkan jaringan parut

• Jaringan subkutan mengalami kerusakan sehingga


pembuluh darah kapiler rusak dan pecah sehingga darah
Luka Memar meresap ke jaringan sekitar
• Bengkak  merah kebiruan  biru kehitaman  biru
kehijauan  coklat  hilang

• Seluruh tebal kulit


• Jika sembuh meninggalkan jaringan parut
Luka Robek
Jenis Vulnus
• Vulnus laceratum
– Laserasi
• Vulnus ekskoriatum
– Luka lecet
• Vulnus punctum
– Luka tusuk
• Vulnus perforatum
– Luka tembus
A. Terdapat luka lecet pada anus dengan ukuran
1x1 cm
B. Terdapat luka lecet pada daerah
pembuangan arah jam 12 ukuran 1x1 cm
C. Terdapat luka lecet, tepi tidak rata,
menggaung, pada daerah pembuangan ukuran
1x1 cm
D. Terdapat luka lecet pada anus dengan ukuran
1x1cm dengan tepi menggaung tidak rata
E. Tampak luka lecet pada kaki tangan
191
Jenazah perempuan, usia 28 tahun ditemukan hanyut di
tepi sungai. Di sekitar tempat ditemukan jenazah terdapat
beberapa pakaian seperti baju, celana dan kaos. Ketua RT
setempat melaporkan kejadian tersebut kepada polisi
untuk diselidiki, kemudian Polisi meminta dokter
Puskesmas untuk mengidentifikasi penyebab kematian
jenazah tersebut. Tindakan apa yang dilakukan sebagai
dokter Puskesmas?
A. Pemeriksaan adanya tanda kekerasan
B. Pemeriksaan diatom darah
C. Pemeriksaan tes apung paru
D. Pemeriksaan toksikologi
E. Pemeriksaan darah
Pembahasan
• Jenazah perempuan, usia 28 tahun
• Ditemukan hanyut di tepi sungai  di sekitar TKP terdapat
pakaian seperti baju, celana dan kaos
• Polisi meminta dokter Puskesmas untuk mengidentifikasi
penyebab kematian jenazah tersebut
• Tindakan dokter Puskesmas?
Penjelasan Kematian
• Perlukaan/penyakit yang menimbulkan
Penyebab kekacauan fisik sehingga berakibat kematian
• Ex : luka tembak, kanker, arteriosklerosis

• Kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab


Mekanisme kematian
• Ex : perdarahan, kerusakan jaringan otak

Cara • Bagaimana penyebab kematian bisa terjadi


• Ex : pembunuhan, bunuh diri, wajar
Identifikasi Penyebab Kematian
• Identifikasi penyebab kematian :
– Pemeriksaan TKP
– Pemeriksaan Jenazah
• Pemeriksaan Luar  menentukan tanda pasti
kematian, ada/tidaknya tanda kekerasan
• Pemeriksaan Dalam  melihat seluruh organ dalam
 dapat menentukan penyebab pasti kematian
• Pemeriksaan Tambahan  pemeriksaan toksikologi,
histo PA, mikrobiologi, virologi, imunologi, trace
evidence (jejak peristiwa)
Pemeriksaan Dalam
• Pemeriksaan dalam = otopsi
• Termasuk dalam otopsi kehakiman
• Yang berwenang melakukan pemeriksaan
mayat maupun luka menurut KUHAP 133 :
– Ahli kedokteran kehakiman
– Dokter/ahli
– Sebagai dokter umum di Puskesmas  boleh
melakukan pemeriksaan luar saja
A. Pemeriksaan adanya tanda kekerasan
B. Pemeriksaan diatom darah
C. Pemeriksaan tes apung paru
D. Pemeriksaan toksikologi
E. Pemeriksaan darah
192
Seorang wanita datang ke poliklinik dgn keluhan luka
memar akibat dipukuli suaminya. Dokter menyarankan
agar wanita tersebut dapat melapor kepada polisi.
Namun wanita tersebut menolak karena takut
diceraikan dan anaknya dibawa oleh suaminya. Apa
tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh dokter?
A. Melapor polisi tanpa sepengetahuan pasien
B. Mengedukasi pasien
C. Mengedukasi pasien dan menyerahkan keputuasan
akhir pada pasien
D. Memanggil polisi langsung ke klinik
E. Membuat VeR berdasarkan hasil pemeriksaan
Pembahasan
• Seorang wanita  luka memar akibat dipukuli
suaminya
• Dokter menyarankan melapor kepada polisi 
menolak
• Tindakan dokter?
KDRT
• KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga
(Pasal 1 UU RI No. 23 Tahun 2004)
KDRT
• Menurut pasal 2 UU RI No. 23 Tahun 2004, lingkup rumah
tangga meliputi :
– Suami, istri, anak
– Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dan menetap
dalam rumah tangga tersebut
– Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut
Tugas dan Wewenang Dokter dalam Menangani Kasus KDRT
(UU RI No. 23 Tahun 2004 Pasal 21 dan Pasal 40)

Memberikan pelayanan kesehatan


terhadap korban KDRT
(memeriksa, mengobati, merawat)

Membuat VeR atas dasar SPVR dari


pihak kepolisian

Memulihkan dan merehabilitasi


kesehatan korban KDRT
A. Melapor polisi tanpa sepengetahuan pasien
B. Mengedukasi pasien
C. Mengedukasi pasien dan menyerahkan
keputuasan akhir pada pasien
D. Memanggil polisi langsung ke klinik
E. Membuat VeR berdasarkan hasil pemeriksaan
193
Manajemen apotek yang tidak rapi membuat petugas apotek tidak
bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Sehingga, resep untuk
pasien anak yang menderita demam, batuk, diare tertukar dengan
resep pasien dewasa yang menderita gejala yang sama. Setelah
dirawat satu hari di rumah, pasien semakin memburuk karena
dehidrasi berat. Ibunya memutuskan untuk membawa pasien ke
rumah sakit, namun sudah tidak tertolong lagi dan meninggal
akibat syok hipovolemik. Menurut kriteria insiden keselamatan
pasien, kejadian ini termasuk dalam…
A. Kejadian potensi cedera
B. Kejadian nyaris cedera
C. Kejadian tidak cedera
D. Kejadian tidak diharapkan
E. Sentinel
Pembahasan
• Manajemen rumah sakit berantakan
• Salah memberikan resep dewasa ke pasien
anak
• Pasien anak meninggal
• Kejadian apa ini?
Kejadian pada Patient Safety
• Kejadian tidak diharapakan: kejadian cedera
yang tidak diharapkan karena suatu tindakan
atau tidak bertindak daripada karena penyakit
dasar pasien
• Kejadian nyaris cedera: seperti kejadian tidak
diharapkan namun cedera tidak serius
• Kejadian tidak cedera: insiden sudah terpapar
ke pasien, namun tidak menimbulkan cedera
• Kejadian potensi cedera: kondisi yang
memungkinkan menimbulkan cedera, namun
insiden belum terjadi
Sentinel
• Biasanya ada masalah pada prosedur yang
berlaku di suatu RS
• Rumah sakit menetapkan definisi operasional
dari kejadian sentinel yang meliputi :
–Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan
perjalanan penyakit pasien
–Kehilangan fungsi yang tidak ada kaitannya dengan
perjalanan penyakit pasien
–Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah
–Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada
orang yang bukan orang tuanya
A. Kejadian potensi cedera
B. Kejadian nyaris cedera
C. Kejadian tidak cedera
D. Kejadian tidak diharapkan
E. Sentinel
194
Profil kesehatan suatu puskesmas menunjukkan jumlah
kasus baru diare pada tahun 2015 sebanyak 300 orang.
Sedangkan, data tahun 2013-2015 jumlah kasus diare
adalah sebanyak 500 orang. Menurut data penduduk,
daerah tersebut memiliki jumlah penduduk 3.000 orang.
Berapakah insidensi kumulatif kasus diare pada tahun
2015?
A. 5%
B. 10%
C. 15%
D. 20%
E. 25%
Pembahasan
• Jumlah kasus baru diare tahun 2015
sebanyak 300 orang
• Jumlah kasus diare 2013-2015 sebanyak
500 orang
• Jumlah penduduk 3.000 orang
• Berapa angka insiden kumulatif?
Insidensi!
• Tetapkan di pikiran tentang definisi
insidensi!
• Insidensi adalah jumlah kasus baru per
jumlah populasi yang berisiko!
• Ingat! Kasus Baru!
• Insidensi dapat dibagi menjadi dua:
– Insidensi kumulatif
– Insidensi densitas
Insidensi Kumulatif
• Insidensi kumulatif adalah jumlah kasus
dalam suatu waktu tertentu dibandingkan
dengan jumlah populasi berisiko pada
waktu tersebut.
• Intinya insidensi kumulatif ini ya insidensi
biasa
• Soal ini menanyakan insidensi kumulatif
kasus diare 2015.
• Insidensi kumulatif = 300/3000 = 10%
Insidensi Densitas
• Insidensi densitas hanya berbeda pada
pembandingnya yang bukan jumlah populasi tapi
person time
• Person time memiliki satuan seperti hari, minggu,
tahun.
• Misal suatu penelitian kohort 5 orang perokok
terhadap kanker paru dalam waktu 5 tahun.
Insidensi densitas yang diinginkan berupa person
time tahun. Terdapat 1 yang meninggal pada
tahun ke 3
• Insidensi densitas = 1(kasus)/23 (4 orang x 5
tahun + 1 orang x 3 tahun) = 1/23
A. 5%
B. 10%
C. 15%
D. 20%
E. 25%
195
Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara jenis
pekerjaan ibu dengan keputusan dalam memilih alat
kontrasepsi. Variabel jenis pekerjaan dibagi menjadi
pegawai negeri, karyawan swasta, dan wiraswasta.
Sedangkan variabel kontrasepsi dibagi menjadi
kelompok yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan
yang non-hormonal. Uji statistik yang digunakan adalah?
A. Uji T
B. Uji ANOVA
C. Uji Pearson
D. Uji Chi-Square
E. Uji Kappa
Pembahasan
• Penelitian: Hubungan jenis pekerjaan
(kategorik) dengan kontrasepsi yang
digunakan (kategorik)
• Uji statistik?
Bingung cara hafalinnya?
• Categoric – Categoric (tidak berpasangan)  Chi-
square
(Butuh syarat  tidak terpenuhi  F*ck it! Pakai Fisher!)
• Categoric – Categoric (berpasangan)  McNemar
(Cara hafalnya  MC  Masangin Categoric)
Bingung cara hafalinnya?
• Categoric – Numeric (2 variabel)  T-Test
(Bisa berpasangan atau tidak)
(Cara hafalnya  Tetek punya ukuran bra
yang berupa angka dan bukan angka,
contoh: 36B)
• Syarat diatas harus terdistribusi normal 
jika tidak:
– Tidak berpasangan  Mann-Whitney
(No Normal  Numerik 2 variabel)
– Berpasangan  Wilcoxon
Bingung cara hafalinnya?
• Categoric – Numeric (>2 variabel) 
Anova (Bisa berpasangan atau tidak)
Syarat diatas harus terdistribusi normal 
jika tidak:
– Tidak berpasangan  Kruskal-Wallis
– Berpasangan  Friedman
Bingung cara hafalinnya?
• Numeric – Numeric  Pearson
(Cara hafalnya  Nenen buat anak laki-laki 
Son)
Syarat diatas harus
terdistribusi normal 
jika tidak: Spearman
Kalau anak laki-laki
(Son) nggak bisa 
harus andelin seorang
pria (Man)
A. Uji T
B. Uji ANOVA
C. Uji Pearson
D. Uji Chi-Square
E. Uji Kappa
196
Puskesmas ingin mengadakan promosi kesehatan
dengan tujuan untuk pencegahan diare pada anak
anak. Promosi ini menggunakan media poster dan
juga di jelaskan mengenai cuci tangan yang benar
kepada anak-anak di sekolah. Apakah yang sesuai
untuk target pencapaian kesehatan pada kegiatan ini?
A. Nilai rapot siswa
B. Banyak nya yang di rawat RS karna diare
C. Pengetahuan mengenai cuci tangan yang benar
D. Banyak nya anak –anak yang bertanya tentang
kesehatan
E. Banyak orang tua yang senang
Pembahasan
• Promosi kesehatan tentang mencuci
tangan yang benar
• Target pencapaian?
Ini Soal To The Poin!
• Soal ini menceritakan adanya promosi
kesehatan berupa penyuluhan tentang
mencuci tangan yang benar untuk
mencegah adanya diare
• Target penyuluhan? Ya pengetahuannya
benar donk!
A. Nilai rapot siswa
B. Banyak nya yang di rawat RS karna diare
C. Pengetahuan mengenai cuci tangan
yang benar
D. Banyak nya anak –anak yang bertanya
tentang kesehatan
E. Banyak orang tua yang senang
197
Seorang peneliti ingin meneliti tentang hubungan
antara penggunaan telepon dengan terjadinya
glioblastoma. Penelitian ini mengumpulkan sampel
30 orang yang glioblastoma dan 30 orang yang tidak
glioblastoma. Hasil statistik yang diharapkan
berupa...
A. Prevalence ratio
B. Odds Ratio
C. Relative Risk
D. Prevalence Rate
E. Relative Rate
Pembahasan
• Penelitian tentang hubungan penggunaan
telepon dengan terjadinya Glioblastoma
• Peneliti mengumpulkan 30 pasien
Glioblastoma dan 30 orang sehat
Studi Observasional
• Cross Sectional (potong lintang)  paling sering
digunakan.
– Namanya potong lintang karena peneliti mengambil di satu
potongan waktu tertentu.
– Ingat! Pengambilan data di waktu yang sama dan TIDAK
DIBANDINGKAN DENGAN WAKTU YANG BERBEDA!
– Biasanya untuk epidemiologi
– Tidak dapat digunakan sebagai sebab-akibat, hanya digunakan
untuk ada tidaknya hubungan
Studi Observasional
• Case control  untuk kasus yang jarang
– Karena kasusnya jarang  sekarang
diambil yang sakit dan gak sakit 
dibandingin terhadap faktor risiko tertentu
– Kenapa harus nyari yang sakit dan gak
sakit? Kalau nunggu kelompok itu sampai
sakit  lama bro!
– Karena kita ambil dua waktu yang berbeda
 sekarang (sakit dan nggak sakit) dan
dulu (faktor risiko)  bisa untuk mencari
hubungan sebab akibat
– Nilai yang digunakan  OR
Studi Observasional
• Cohort  jenis yang paling tinggi di studi
observasional
– Penelitian ini tidak liat belakang atau tidak
lihat dulu, tapi liat ke depan
– Jadi mulai dari orang yang punya faktor
risiko dan tidak punya faktor risiko,
kemudian dilihat hingga waktu tertentu dan
dilihat sakit dan tidak sakit
– Bisa digunakan untuk melihat sebab akibat
– Nilai yang digunakan  RR
Gampangnya!
Cara Pikir Case Control
Cara Pikir Kohort

Ingat! Kohort prospektif


dan restrospektif hanya
bergantung pada waktu
Ini Soal To The Poin!
• Soal ini dengan GAMBLANG bilang
mengumpulkan sakit dan tidak sakit
terlebih dahulu.
• Jadi? Case Control
• Case control  Odds Ratio
• Kohort  Relative Risk
• Cross Sectional  Prevalence Ratio
A. Prevalence ratio
B. Odds Ratio
C. Relative Risk
D. Prevalence Rate
E. Relative Rate
198
Seorang dokter kepala puskesmas melakukan
pemeriksaan kepada program-program yang sedang
berjalan di puskesmas tersebut. Terdapat program yang
tidak berjalan dengan semestinya. Setelah di periksa
penanggung jawab dari program tersebut diketahui
bahwa terdapat 6 orang kader memiliki masalah
personal masing-masing. Bagaimana kepala puskesmas
menangani hal tersebut ?
A. Deskripsi dan Observasi
B. Discusion grup
C. Interview
D. Kuesioner
E. Surat peringatan
Pembahasan
• Sebuah program puskesmas tidak
berjalan dengan baik
• Penyebabnya kader yang memiliki
masalah masing-masing
• Solusinya?
Dilogika saja!
• Masalah yang ada adalah pada 6 kader dengan
masalah yang berbeda-beda
• Melakukan pendekatan dengan masalah berbeda
harus secara personal dan fleksibel
• Pendekatan ini dilakukan dengan cara wawancara
atau interview
• Observasi tidak akan mendapatkan masalah
masing-masing kader
• Discussion group sulit karena masing-masing
kader berbeda masalah
• Kuesionair tidak akan menjawab secara spesifik.
A. Deskripsi dan Observasi
B. Discusion grup
C. Interview
D. Kuesioner
E. Surat peringatan
199
Pada saat praktek sebagai dokter umum, anda
menemukan pasien wanita berusia 68 tahun, yang telah
20 tahun menderita Diabetes Melitus tipe 2 tidak
terkontrol. Pasien memiliki komplikasi akibat
diabetesnya, sehingga pasien harus dirujuk ke dokter
spesialis penyakit dalam. Akan tetapi untuk keluhan lain,
masih dapat anda tangani. Berdasarkan ilustrasi di atas,
kasus ini termasuk jenis rujukan…..
A. Horizontal referral
B. Collateral referral
C. Split referral
D. Interval referral
E. Cross referral
Pembahasan
• Seorang pasien DM lama dan memiliki
komplikasi
• Untuk komplikasi, dokter umum merujuk
ke dokter spesialis penyakit dalam
• Untuk keluhan lain, dokter umum
menangani sendiri
• Jenis rujukan?
Jenis Rujukan Antar-Dokter
• Interval: ke satu dokter lain, dalam jangka
waktu tertentu tanpa dokter primer.
• Split: ke beberapa dokter lain, dalam
jangka waktu tertentu tanpa dokter primer.
• Collateral: ke dokter lain untuk masalah
kesehatan tertentu sambil dirawat juga
oleh dokter primer.
• Cross: alih rawat
A. Horizontal referral
B. Collateral referral
C. Split referral
D. Interval referral
E. Cross referral
200
Di sebuah desa angka kejadian demam
berdarah pada tahun 2012 sebanyak 5 orang,
pada tahun 2013 tidak ada, dan pada tahun
2014 sebanyak 3 orang. Jenis kejadian apakah
di desa ini?
A. Epidemi
B. Pandemi
C. Sporadik
D. Endemi
E. Wabah
Pembahasan
• Data demam berdarah tahun 2012
sebanyak 5 orang, 2013 tidak ada, 2014
sebanyak 3 orang.
• Jenis kejadian?
Pembahasan
• Endemik : Jika penyakit tersebut memang khas
atau asli di suatu daerah. Misalkan Malaria di
Maluku atau Papua
• Outbreaks/ KLB: Jika sebelumnya tidak ada kasus
kemudian ada kasus atau peningkatan 2 kali lipat
dari sebelumnya dalam satu periode
• Epidemik: Jika kasus outbreaks terjadi melingkupi
provinsi atau negara
• Pandemik: Jika kasus sudah antar negara,
misalkan ebola
• Sporadik: Kasus naik turun, misalkan dengue
yang naik saat musim hujan dan kemudian turun
lagi
A. Epidemi
B. Pandemi
C. Sporadik
D. Endemi
E. Wabah

Anda mungkin juga menyukai