PENDAHULUAN
Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersil yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya (Depkes 1990). Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan factor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.2
Rumah makan sebagai salah satu tempat pengolahan makanan yang menetap
dengan segala peralatan dan perlengkapannya yang di gunakan untuk proses
membuat, menyimpan, menyajikan makanan dan minuman bagi umum, dimana
1
orang dapat datang untuk membeli makanan dan minuman di tempat tersebut.
Sebagai salah satu bangunan tempat-tempat umum yang sifatnya komersil, dengan
kegiatan penyediaan makanan dan minuman, maka rumah makan harus memenuhi
persyaratan kebersihan dan kesehatan.
1.1 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada
pekerja di rumah makan Gotri.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami oleh pekerja di
rumah makan Gotri.
2. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan pekerja di rumah makan
Gotri.
3. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja pekerja
di rumah makan Gotri.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum bekerja, berkala, berkala khusus)
5. Untuk mengetahui tentang peraturan perusahaan tentang K3 di tempat
kerja
6. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan pekerja di rumah makan Gotri.
7. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan, pengukuran, pemantauan lingkungan tentang hazard
yang pernah dilakukan
8. Untuk mengetahui informasi tentang pencegahan bencana (terutama
kebakaran).
9. Untuk mengetahui informasi tentang konstruksi bangunan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5. Psikososial: gaji yang kurang, pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih, pertanggung jawaban terhadap pekerjaan sangat tinggi.
Hubungan interpersonal dengan karyawan lain baik.1,4,5
Bagian Gudang
Bagian Etalase
4
3. Ergonomi: posisi membungkuk yang lama saat membersihkan lantai
supermarket, terpapar debu saat membersihkan barang-barang
4. Psikososial : Gaji sedikit, Hubungan interpersonal yang baik dengan
karyawan lain
Bagian Security
5
5. Kecelakaan karena bahan kimia. Beberapa bahan kimia dipergunakan
juga dalam pengolahan makanan, misalnya untuk pembersih, pengawet
ataupun pemberantas hama/tikus.
6. Terpeleset atau terjatuh karena air atau alas kaki yang tidak sesuai
dengan apa yang kita injak dapat menimbulkan sesuatu yang fatal,
misalnya jika kepala atau bagian badan yang lain terbentur sesuatu.
Terpeleset juga terjadi karena beberapa hal, yaitu karena keseimbangan
yang kurang dan lantai yang licin.4
6
4. Kaos kaki atau sepatu tertutup
Berfungsi untuk melindungi pekerja agar tidak jatuh saat menginjak
lantai yang licin, dan tidak terluka saat menginjak pecahan kaca atau
barang pecah belah 5
5. Celemek
Celemek merupakan kain penutup baju yang digunakan sebagai
pelindung agar baju tetap bersih
7
plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban
segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,
aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku
panduan P3K umum, buku catatan, daftar isi kotak. Sedangkan pada kotak
P3K tipe II terdiri dari kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban
(lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram),
perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,
bidai, pinset, lampu senter, sabun, kertas pembersih (Cleaning Tissue),
aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku
panduan P3K umum.6Secara umum penentuan jenis dan jumlah kotak yang
disediakan tergantung dari jumlah pekerja.6
Untuk jumlah personil P3K sendiri ditentukan oleh faktor risiko bahaya di
tempat kerja dan jumlah pekerja.6
8
E. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum
kerja,berkala,berkala khusus)
Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan
melalui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah
sakit termasuk tenaga kerja di Restoran/rumah makan, ada berbagai macam
cara yang dilakukan salah satunya yaitu pengendalian melalui jalur
kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk menemukan gangguan sedini
mungkin dengan cara mengenal (recognition) kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit
pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada
baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat,
mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan
produktivitas masyarakat pekerja.Disini diperlukan system rujukan untuk
menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-
treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja yang meliputi:
1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan
mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi
kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan
kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :
- Anamnese umum
- Anamnese pekerjaan
- Penyakit yang pernah diderita
- Alergi
- Imunisasi yang pernah didapat
9
- Pemeriksaan badan
- Pemeriksaan laboratorium rutin
- Pemeriksaan tertentu (Tuberkulin test, Psikotest).7
2. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan
secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan
besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja,
makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup
pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah
dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang
dihadapi dalam pekerjaan.7
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan
dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja.Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya
untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan
pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada
masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan
preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak
kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan
kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak
terjadi kecelakaan dan sebagainya.7
10
sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara
umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang
intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan
kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat
ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua
telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat
terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi,
berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan
faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.10
2. Hipotermi. Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami
penurunanan suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa
menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema
Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga
menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu
tubuh < 32 derajat celcius. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 25 derajat celcius. Di samping sebagai suatu
gejala hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian. Dari jenis kejadian hipotermi, dibagi menjadi
Hipotermi sepintas, akut, sekunder, dan Cold Injury. Cold injury, yaitu
hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin
(lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan
dingin, suhu berkisar antara 29,5–35 derajat Celsius, tak banyak
bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-
olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.11
3. Gangguan muskuloskeletal atau Musculoskeltal Disorder (MSD). Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan MSD pada karyawan di
supermarket, namun faktor utamanya berupa tenaga yang dipaksakan
(force), posisi yang tidak sesuai (awkward postures) dan pengulangan
pekerjaan(repetition). Pada pekerja supermarket, mengangkat barang
jualan yang berat dan berulang dengan posisi yang tidak sesuai. 8
11
4. Luka tusuk dan luka robekan, ada banyak pemicu terjadinya luka tusuk
atau luka robek pada karyawan di rumah makan, di antaranya adalah
tertusuk pecahan barang-barang yang tidak sengaja dijatuhkan oleh
pekerja tersebut, atau tertimpa barang berat saat bekerja khususnya di
gudang.8
5. Luka bakar dan tersengat listrik. Flash atau luka bakar listrik adalah
cedera panas untuk kulit yang disebabkan oleh tegangan tinggi arus
listrik mencapai kulit dari konduktor. Luka panas untuk kulit yang
intens dan mendalam, karena arus listrik memiliki suhu sekitar 2500°C
(cukup tinggi untuk melelehkan tulang). Api membakar pakaian dari
sering memicu bagian paling serius dari cedera. Setelah saat ini telah
memasuki tubuh, jalur bergantung pada resistensi itu pertemuan dalam
berbagai organ. Berikut ini adalah tercantum dalam urutan resistensi:
tulang, lemak, urat, kulit, otot, darah, dan saraf. Jalur dari menentukan
saat ini bertahan hidup, misalnya, jika sedang melewati jantung atau
batang otak, kematian dapat langsung dari fibrilasi ventrikel atau
apnea. Lancar lewat melalui dapat menyebabkan kejang otot cukup
parah untuk menghasilkan patah tulang-tulang panjang atau dislokasi.
Hal seperti ini paling banyak terjadi pada pekerja di bagian
maintenance kelistrikan karena sangat sering bersentuhan dengan alat-
alat listrik.12
6. Carpal Tunnel Syndrome. Carpal tunnel syndrome
(CTS), atau neuropati median di pergelangan tangan, adalah kondisi
medis di mana saraf median dikompresi di pergelangan tangan,
menyebabkan parestesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan.
Perdebatan internasional mengenai hubungan antara CTS dan gerakan
berulang dalam pekerjaan sedang berlangsung. Keselamatan dan
Kesehatan Administration (OSHA) telah mengadopsi aturan dan
peraturan mengenai gangguan trauma kumulatif. Faktor risiko
pekerjaan dari tugas yang berulang, gaya, postur, dan getaran telah
dikutip. Namun, American Society for Bedah Tangan (ASSH) telah
12
mengeluarkan pernyataan bahwa literatur saat ini tidak mendukung
hubungan sebab akibat antara aktivitas kerja spesifik dan
perkembangan penyakit seperti CTS. Sering terjadi pada kasir sebuah
supermarket karena setiap hari bertugas untuk menghitung uang saat
selesai bekerja.9
7. Rinitis alergi, adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet,
1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.13
8. Depresi. Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih
dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak
berdaya dan gagasan bunuh diri. Depresi bias disebabkan oleh
beberapa faktor seperti biologis, genetic, dan psikososial (pekerjaan,
rumah tangga dll).13
13
Untuk mengendalikan bahan yang dapat terbakar agar tidak bertemu
dengan dua unsur yang lain dilakukan melalui identifikasi bahan bakar
tersebut. Bahan bakar dapat dibedakan dari jenis, titik nyala dan potensi
menyala sendiri.Bahan bakar yang memiliki titik nyala rendah dan rendah
sekali harus diwaspadai karena berpotensi besar penyebab kebakaran. Bahan
seperti ini memerlukan pengelolaan yang memadai : penyimpanan dalam
tabung tertutup, terpisah dari bahan lain, diberi sekat dari bahan tahan api,
ruang penyimpanan terbuka atau dengan ventilasi yang cukup serta dipasang
detektor kebocoran. Selain itu kewaspadaan diperlukan bagi bahan-bahan
yang berada pada suhu tinggi, bahan yang bersifat mengoksidasi, bahan
yang jika bertemu dengan air menghasilkan gas yang mudah terbakar
(karbit), bahan yang relatif mudah terbakar seperti batu bara, kayu kering,
kertas, plastik,cat, kapuk, kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-
bahan yang mudah meledak pada bentuk serbuk atau debu.
a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan
(side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan
kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat
daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa
karet/plastik.
b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak
masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada
benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember
14
c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk
menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah
tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung
APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis
APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry
chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti
benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai
oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.
Prosedur penggunaan APAR :
15
BAB III
BAHAN, CARA, LOKASI, DAN JADWAL SURVEI
B. Lokasi Survei
16
C. Jadwal Survei
Survei dilakukan pada hari Senin (25 Juli 2016) sampai Jumat (29 Juli
2016)
17
Gudang
Persiapan Makanan
Cleaning Service Sekuriti
Penyajian Makanan
Kasir
18
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Berikut ini adalah pembahasan hasil identifikasi dari survey yang dilakukan
sehubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karyawan Rumah
makan Gotri :
A. Security
Hazard umum
19
sehingga belum dapat melakukan pencegahan yang spesifik pula.
Pencegahan paling dini dan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas
di Rumah Makan Gotri adalah cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.
Desain ergonomis yang efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan efisien bagi pekerja. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan lainnya. Di Rumah Makan Gotri,
petugas security sebagian besar pekerjaannya dilakukan dengan posisi
berdiri sehingga mudah menimbulkan keluhan nyeri otot.
Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu
menciptakan tempat kerja dimana pekerja merasa aman dan dihormati. Di
Rumah Makan Gotri, lingkungan kerja dari petugas cukup kondusif, aman,
dan saling menghormati.
Alat Kerja
Dari hasil pengamatan kami di Rumah Makan Gotri tidak ditemukan alat kerja
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi petugas security.
20
Identifikasi ketersediaan P3K
Identifikasi Peraturan K3
Di Rumah Makan Gotri tidak ada peraturan khusus dari pengelola yang
mengatur mengenai K3. Para petugas dalam lingkungan kerja bertanggung
jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka sendiri di tempat
kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian dalam memastikan
berfungsinya kebijakan K3. Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai
bahaya kesehatan dan keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan
dengan pekerjaan mereka.
Identifikasi Program K3
21
Di Rumah Makan Gotri tidak tersedia antisipasi yang cukup baik untuk
kebakaran.
Konstruksi Bangunan
B. Pelayanan
Hazard umum
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jika kebisingan
melebihi nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari atau secara
sederhana sulit melakukan percakapan, maka pihak pengelola perlu
memberikan alat pelindung diri berupa penutup telinga (earplug dan
earmuff). Pada saat melakukan walk through suvey, besarnya nilai
kebisingan yang dihasilkan tidak dapat ditentukan secara pasti disebabkan
tidak tersedianya alat pengukur kebisingan suara.
Penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan
kualitas dan produktivitas. Di Rumah Makan Gotri, penerangan dirasakan
cukup oleh pekerja..
Tidak ada faktor kimia yang didapatkan pada Rumah Makan Gotri.
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Faktor
biologi juga dapat menular dari pekerja ke pekerja lainnya. Namun,
Rumah Makan Gotri belum dapat mengidentifikasi faktor biologi,
sehingga belum dapat melakukan pencegahan yang spesifik pula.
Pencegahan paling dini dan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas
di Rumah Makan Gotri adalah cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
22
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.
Desain ergonomis yang efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan efisien bagi pekerja. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan lainnya. Di Rumah Makan Gotri,
petugas bagian pelayanan sebagian besar pekerjaannya dilakukan dengan
posisi berdiri sehingga mudah menimbulkan keluhan nyeri otot.
Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu
menciptakan tempat kerja dimana pekerja merasa aman dan dihormati. Di
Rumah Makan Gotri, lingkungan kerja dari petugas cukup kondusif, aman,
dan saling menghormati.
Alat Kerja
Dari hasil pengamatan kami di Rumah Makan Gotri tidak ditemukan alat kerja
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi petugas pelayanan
23
Identifikasi Peraturan K3
Di Rumah Makan Gotri tidak ada peraturan khusus dari pengelola yang
mengatur mengenai K3. Para petugas dalam lingkungan kerja bertanggung
jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka sendiri di tempat
kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian dalam memastikan
berfungsinya kebijakan K3. Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai
bahaya kesehatan dan keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan
dengan pekerjaan mereka.
Identifikasi Program K3
Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan yang baik dapat menunjang pekerjaan para pekerja. Di
Rumah Makan Gotri, konstruksi bangunannya sudah sesuai dengan standar
bangunan pada umumnya dan kondisinya masih dalam keadaan baik.
24
C. Kasir
Hazard umum
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jika kebisingan
melebihi nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari atau secara
sederhana sulit melakukan percakapan, maka pihak pengelola perlu
memberikan alat pelindung diri berupa penutup telinga (earplug dan
earmuff). Pada saat melakukan walk through suvey, besarnya nilai
kebisingan yang dihasilkan tidak dapat ditentukan secara pasti disebabkan
tidak tersedianya alat pengukur kebisingan suara.
Penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan
kualitas dan produktivitas. Di Rumah Makan Gotri, penerangan dirasakan
cukup oleh pekerja.
Faktor kimia yang didapatkan petugas kasir Rumah Makan Gotri yaitu
debu. Pembersihan yang berkala diharapkan mampu untuk mengeliminasi
zat kimia ini .
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Faktor
biologi juga dapat menular dari pekerja ke pekerja lainnya. Namun,
Rumah Makan Gotri belum dapat mengidentifikasi faktor biologi,
sehingga belum dapat melakukan pencegahan yang spesifik pula.
Pencegahan paling dini dan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas
di Rumah Makan Gotri adalah cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.
Desain ergonomis yang efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan efisien bagi pekerja. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan lainnya. Di Rumah Makan Gotri,
25
petugas bagian kasir sehari-hari melakukan pekerjaan dengan gerakan
berulang-ulang sehingga mudah terjadi keluhan otot dan sendi.
Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu
menciptakan tempat kerja dimana pekerja merasa aman dan dihormati. Di
Rumah Makan Gotri, lingkungan kerja dari petugas cukup kondusif, aman,
dan saling menghormati.
Alat Kerja
Dari hasil pengamatan di Rumah Makan Gotri, di bagian kasir tidak ditemukan
adanya alat kerja yang berpotensi membahayakan pekerja.
Identifikasi Peraturan K3
Di Rumah Makan Gotri tidak ada peraturan khusus dari pengelola yang
mengatur mengenai K3. Para petugas dalam lingkungan kerja bertanggung
jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka sendiri di tempat
kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian dalam memastikan
berfungsinya kebijakan K3. Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai
26
bahaya kesehatan dan keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan
dengan pekerjaan mereka.
Identifikasi Program K3
Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan yang baik dapat menunjang pekerjaan para pekerja. Di
Rumah Makan Gotri, konstruksi bangunannya sudah sesuai dengan standar
bangunan pada umumnya dan kondisinya masih dalam keadaan baik.
D. Cleaning Service
Hazard umum
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jika kebisingan
27
melebihi nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari atau secara
sederhana sulit melakukan percakapan, maka pihak pengelola perlu
memberikan alat pelindung diri berupa penutup telinga (earplug dan
earmuff). Pada saat melakukan walk through suvey, besarnya nilai
kebisingan yang dihasilkan tidak dapat ditentukan secara pasti disebabkan
tidak tersedianya alat pengukur kebisingan suara.
Penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan
kualitas dan produktivitas. Di Rumah makan Gotri, penerangan dirasakan
cukup oleh pekerja..
Faktor kimia yang didapatkan pada petugas cleaning service Rumah
makan Gotri berupa desinfektan yang terkandung pada zat-zat pembersih
lantai dan debu pada saat membersihkan.
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Faktor
biologi juga dapat menular dari pekerja ke pekerja lainnya. Namun,
Rumah makan Gotri belum dapat mengidentifikasi faktor biologi, sehingga
belum dapat melakukan pencegahan yang spesifik pula. Pencegahan paling
dini dan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas di Rumah makan
Gotri adalah cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.
Desain ergonomis yang efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan efisien bagi pekerja. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan lainnya. Di Rumah makan Gotri,
petugas cleaning service sehari-hari melakukan pekerjaan dengan gerakan
berulang-ulang serta selalu membungkuk sehingga mudah terjadi keluhan
otot dan sendi.
Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu
menciptakan tempat kerja dimana pekerja merasa aman dan dihormati. Di
28
Rumah makan Gotri, lingkungan kerja dari petugas cukup kondusif, aman,
dan saling menghormati.
Alat Kerja
Dari hasil pengamatan di Rumah makan Gotri, alat kerja di bagian cleaning
service tidak ada yang berpotensi membahayakan pekerja.
Identifikasi Peraturan K3
Di Rumah makan Gotri tidak ada peraturan khusus dari pengelola yang
mengatur mengenai K3. Para petugas dalam lingkungan kerja bertanggung
jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka sendiri di tempat
kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian dalam memastikan
berfungsinya kebijakan K3. Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai
bahaya kesehatan dan keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan
dengan pekerjaan mereka.
29
Identifikasi Program K3
Konstruksi Bangunan
E. Dapur
Hazard umum
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jika kebisingan
melebihi nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari atau secara
sederhana sulit melakukan percakapan, maka pihak pengelola perlu
30
memberikan alat pelindung diri berupa penutup telinga (earplug dan
earmuff). Pada saat melakukan walk through suvey, besarnya nilai
kebisingan yang dihasilkan tidak dapat ditentukan secara pasti disebabkan
tidak tersedianya alat pengukur kebisingan suara.
Penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan
kualitas dan produktivitas. Di Rumah makan Gotri, penerangan dirasakan
cukup oleh pekerja..
Terdapat faktor kimia berupa gas/uap-uap yang berasal dari hasil
pembakaran maupun memasak makanan didapatkan di dapur rumah
makan Gotri.
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Faktor
biologi juga dapat menular dari pekerja ke pekerja lainnya. Namun, rumah
makan Gotri belum dapat mengidentifikasi faktor biologi, sehingga belum
dapat melakukan pencegahan yang spesifik pula. Pencegahan paling dini
dan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas di Rumah makan Gotri
adalah cuci tangan sebelum dan setelah melakukan pekerjaan.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.
Desain ergonomis yang efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan efisien bagi pekerja. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan lainnya. Di Rumah makan Gotri,
petugas bagian kasir sehari-hari melakukan pekerjaan dengan gerakan
berulang-ulang serta berdiri terus menerus sehingga mudah terjadi keluhan
otot dan sendi.
Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu
menciptakan tempat kerja dimana pekerja merasa aman dan dihormati. Di
Rumah makan Gotri, lingkungan kerja dari petugas cukup kondusif, aman,
dan saling menghormati.
31
Alat Kerja
Dari hasil pengamatan di rumah makan Gotri, alat kerja di bagian dapur tidak
ada yang berpotensi membahayakan pekerja.
Identifikasi Peraturan K3
Di rumah makan Gotri tidak ada peraturan khusus dari pengelola yang
mengatur mengenai K3. Para petugas dalam lingkungan kerja bertanggung
jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka sendiri di tempat
kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian dalam memastikan
berfungsinya kebijakan K3. Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai
bahaya kesehatan dan keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan
dengan pekerjaan mereka.
Identifikasi Program K3
32
Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai bahaya kesehatan dan
keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan dengan pekerjaan
mereka. Di rumah makan Gotri, pemeriksaan kesehatan secara berkala tidak
dilakukan bagi para petugas dan penyediaan BPJS bagi semua karayawan
belum ada.
Konstruksi Bangunan
F. Gudang
Hazard umum
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jika kebisingan
melebihi nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari atau secara
sederhana sulit melakukan percakapan, maka pihak pengelola perlu
memberikan alat pelindung diri berupa penutup telinga (earplug dan
earmuff). Pada saat melakukan walk through suvey, besarnya nilai
kebisingan yang dihasilkan tidak dapat ditentukan secara pasti disebabkan
tidak tersedianya alat pengukur kebisingan suara.
33
Penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan
kualitas dan produktivitas. Di Rumah makan Gotri, penerangan dirasakan
cukup oleh pekerja..
Faktor kimia yang didapatkan pada petugas di gudang Rumah makan Gotri
berupa debu pada saat membersihkan gudang.
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Faktor
biologi juga dapat menular dari pekerja ke pekerja lainnya. Namun,
Rumah makan Gotri belum dapat mengidentifikasi faktor biologi, sehingga
belum dapat melakukan pencegahan yang spesifik pula. Pencegahan paling
dini dan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas di Rumah makan
Gotri adalah cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.
Desain ergonomis yang efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman dan efisien bagi pekerja. Cara bekerja harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan lainnya. Di Rumah makan Gotri,
petugas gudang sehari-hari melakukan pekerjaan dengan gerakan
berulang-ulang serta selalu membungkuk untuk mengangkat barang
sehingga mudah terjadi keluhan otot dan sendi.
Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu
menciptakan tempat kerja dimana pekerja merasa aman dan dihormati. Di
Rumah makan Gotri, lingkungan kerja dari petugas cukup kondusif, aman,
dan saling menghormati.
Alat Kerja
Dari hasil pengamatan di Rumah makan Gotri, alat kerja di bagian gudang
yang berpotensi membahayakan seperti gas, dan peralatan tajam.
34
Identifikasi Alat Pelindung Diri (APD)
Identifikasi Peraturan K3
Di Rumah makan Gotri tidak ada peraturan khusus dari pengelola yang
mengatur mengenai K3. Para petugas dalam lingkungan kerja bertanggung
jawab untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka sendiri di tempat
kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian dalam memastikan
berfungsinya kebijakan K3. Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai
bahaya kesehatan dan keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan
dengan pekerjaan mereka.
Identifikasi Program K3
35
Mereka perlu menyadari dan memahami berbagai bahaya kesehatan dan
keselamatan, standar, dan praktek-praktek yang relevan dengan pekerjaan
mereka. Di Rumah makan Gotri, pemeriksaan kesehatan secara berkala tidak
dilakukan bagi para petugas. Program K3 yang dilaksanankan pengelola sejauh
ini yaitu penyediaan BPJS bagi semua karayawan.
Konstruksi Bangunan
36
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan walk through survey, maka didapatkan beberapa kesimpulan,
yaitu:
37
memeriksakan kesehatannya hanya saat sakit saja di rumah sakit
terdekat, namun belum tersedia pemeriksaan kesehatan dalam
perusahaan.
B. Upaya K3 yang tersedia di Rumah makan Gotri saat ini antara lain, kotak
P3K, alat pemadam kebakaran, dan jaminan BPJS bagi seluruh karyawan.
C. Saran
1. Diharapkan agar pengelola memberikan pengarahan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja pada semua petugas yang bekerja di
Rumah makan Gotri.
2. Diharapkan agar pengelola melengkapi perlindungan diri bagi petugas
yang belum memadai.
3. Diharapkan agar pengelola menyediakan antisipasi yang cukup untuk
baik untuk kebakaran.
4. Diharapkan agar para karyawan di Rumah makan Gotri melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala
38
DAFTAR PUSTAKA
39
12. Yudha, S Herry. Cidera Luka Bakar Listrik. Diakses pada tanggal 26 Juli 2016
(https://herrysetyayudha.wordpress.com/2012/03/10/cidera-luka-bakar-listrik-
2/)
13. Repository USU. Rhinitis Alergi. Diakses pada tanggal 26 Juli 2016
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf)
40
Checklist Walk Through Survey pada Karyawan Rumah makan Gotri
1. Kasir
No. Perkara Ya Tidak Ket
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
b. Faktor kimia
1. Desinfektan √
2. Cytotoxic √
3. Gas-gas / Uap √
4. Debu √
c. Faktor biologi
1. Bakteri √
2. Virus √
3. Jamur √
4. Parasit √
d. Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
2. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
3. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
1. Sering kontak dengan masyarakat √
41
2. Kerja bergilir √
3. Kerja berlebih √
4. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
1. Sistem Pernafasan √
2. Sistem Pencernaan √
3.. Sistem Reproduksi √
4. Sistem saraf √
5. Orthopedi √
6. Sistem Indera √
7. Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri
1. Tutup kepala √
2. Kacamata √
3. Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
6. Sepatu √
42
- Ventilasi √
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
√
- APAR
√
- Detector
√
- Alarm kebakaran
√
- Hydran
√
- Sprinkler
43
2. Cleaning Service
No. Perkara Ya Tidak Ket
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
b. Faktor kimia
1. Desinfektan √
2. Cytotoxic √
3. Gas-gas/uap √
4. Debu √
c. Faktor biologi
1. Bakteri √
2. Virus √
3. Jamur √
4. Parasit √
d. Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
2. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
3. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
1. Sering kontak dengan masyarakat √
2. Kerja bergilir √
3. Kerja berlebih √
44
4. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
1. Sistem Pernafasan √
2. Sistem Pencernaan √
3.. Sistem Reproduksi √
4. Sistem saraf √
5. Orthopedi √
6. Sistem Indera √
7. Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri
1. Tutup kepala √
2. Kacamata √
3. Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
6. Sepatu √
45
Pencegahan dan pengendalian
√
- APAR
√
- Detector
√
- Alarm kebakaran
√
- Hydran
√
- Sprinkler
46
3. Chef
No. Perkara Ya Tidak Ket
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
b. Faktor kimia
1. Desinfektan √
2. Cytotoxic √
3. Gas-gas / Uap √
4. Debu √
c. Faktor biologi
1. Bakteri √
2. Virus √
3. Jamur √
4. Parasit √
d. Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
2. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
3. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
1. Sering kontak dengan masyarakat √
2. Kerja bergilir √
3. Kerja berlebih √
47
4. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
1. Sistem Pernafasan √
2. Sistem Pencernaan √
3.. Sistem Reproduksi √
4. Sistem saraf √
5. Orthopedi √
6. Sistem Indera √
7. Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri
1. Tutup kepala √
2. Kacamata √
3. Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
6. Sepatu √
48
Pencegahan dan pengendalian
√
- APAR
√
- Detector
√
- Alarm kebakaran
√
- Hydran
√
- Sprinkler
49
4. Security
No. Perkara Ya Tidak Ket
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
b. Faktor kimia
1. Desinfektan √
2. Cytotoxic √
3. Gas-gas / Uap √
4. Debu √
c. Faktor biologi
1. Bakteri √
2. Virus √
3. Jamur √
4. Parasit √
d. Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
2. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
3. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
1. Sering kontak dengan masyarakat √
2. Kerja bergilir √
3. Kerja berlebih √
50
4. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
1. Sistem Pernafasan √
2. Sistem Pencernaan √
3.. Sistem Reproduksi √
4. Sistem saraf √
5. Orthopedi √
6. Sistem Indera √
7. Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri
1. Tutup kepala √
2. Kacamata √
3. Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
6. Sepatu √
Ketersediaandan kelengkapan kotak obat P3K √
51
Pencegahan dan pengendalian
√
- APAR
√
- Detector
√
- Alarm kebakaran
√
- Hydran
√
- Sprinkler
52
5. Waiter/Pelayan
No. Perkara Ya Tidak Ket
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
b. Faktor kimia
1. Desinfektan √
2. Cytotoxic √
3. Gas-gas anestesi √
4. Debu √
c. Faktor biologi
1. Bakteri √
2. Virus √
3. Jamur √
4. Parasit √
d. Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
2. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
3. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
1. Sering kontak dengan masyarakat √
2. Kerja bergilir √
3. Kerja berlebih √
53
4. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
1. Sistem Pernafasan √
2. Sistem Pencernaan √
3.. Sistem Reproduksi √
4. Sistem saraf √
5. Orthopedi √
6. Sistem Indera √
7. Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri
1. Tutup kepala √
2. Kacamata √
3. Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
6. Sepatu √
Ketersediaandan kelengkapan kotak obat P3K √
54
Pencegahan dan pengendalian
√
- APAR
√
- Detector
√
- Alarm kebakaran
√
- Hydran
√
- Sprinkler
55
6. Pencuci Piring
56
3. Kerja berlebih √
4. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
1. Sistem Pernafasan √
2. Sistem Pencernaan √
3.. Sistem Reproduksi √
4. Sistem saraf √
5. Orthopedi √
6. Sistem Indera √
7. Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri
1. Tutup kepala √
2. Kacamata √
3. Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
6. Sepatu √
57
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
√
- APAR
√
- Detector
√
- Alarm kebakaran
√
- Hydran
√
- Sprinkler
58
7. Gudang
No. Perkara Ya Tidak Ket
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
b. Faktor kimia
1. Desinfektan √
2. Cytotoxic √
3. Gas-gas/uap √
4. Debu √
c. Faktor biologi
1. Bakteri √
2. Virus √
3. Jamur √
4. Parasit √
d. Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
2. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
3. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
1. Sering kontak dengan masyarakat √
2. Kerja bergilir √
3. Kerja berlebih √
59
4. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
1. Sistem Pernafasan √
2. Sistem Pencernaan √
3.. Sistem Reproduksi √
4. Sistem saraf √
5. Orthopedi √
6. Sistem Indera √
7. Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri
1. Tutup kepala √
2. Kacamata √
3. Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
6. Sepatu √
60
Pencegahan dan pengendalian
√
- APAR
√
- Detector
√
- Alarm kebakaran
√
- Hydran
√
- Sprinkler
61
BAGIAN KASIR
ss
62
BAGIAN PNYIMPANAN
63
BAGIAN TEMPAT PARKIR
GUDANG
64