ARTIKEL PENELITIAN
yang tidak tepat selama 6 jam bekerja bahaya potensial kerja menimbulkan
ditambah dengan hygene yang buruk dan kewaspadaan bagi petugas kesehatan
riwayat alergi sebelumnya mempunyai dengan melakukan tindakan pengawasan
hubungan yang signifikan dengan dan bagi perusahaan dengan meningkatkan
terjadinya keluhan diagnosis gatal pada tindakan perlindungan bagi para
hidung dan sekret hidung yang encer. karyawan.1,5
Namun, pengaruh penggunaan masker Rhinitis alergi adalah kelainan pada
belum dapat dibuktikan. hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin,
keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal
Kata Kunci : Faktor kimia, Rhinitis Alergi, dan tersumbat setelah mukosa hidung
Pajanan udara, Penggunaan masker, hidung
terpapar dengan alergen yang mekanisme
ini diperantarai oleh IgE atau reaksi
Latar Belakang :
hipersensitivitas tipe 1.1
Lingkungan kerja merupakan
Rhinitis alergi terjadi karena sistem
tempat yang potensial mempengaruhi
kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan
kesehatan karyawan. Faktor-faktor yang
terhadap partikel-partikel yang ada di
dapat mempengaruhi kesehatan karyawan
udara yang kita hirup. Sistem kekebalan
antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan
tubuh kita menyerang partikel-partikel itu,
faktor biologis 1,2,3
menyebabkan gejala-gejala seperti bersin-
Kesehatan dan kerja sangat erat
bersin dan hidung meler. Partikel-partikel
hubungannya, sebab lingkungan kerja
itu disebut alergen yang artinya partikel-
dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
partikel itu dapat menyebabkan suatu
Karyawan mungkin saja terpapar dengan
reaksi alergi.1
banyak debu, bahan kimia berbahaya,
Kecenderungan untuk timbulnya
ataupun situasi kerja yang penuh tekanan.
alergi atau reaksi yang dimediasi oleh IgE
Oleh karena itu diperlukan pelayanan
terhadap alergen ekstrinsik memiliki
kedokteran okupasi yang.baik. Pelayanan
komponen genetik. Pada individu yang
kesehatan primer kedokteran okupasi
rentan, pajanan terhadap alergen tertentu
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
menyebabkan sensitisasi. Hal ini ditandai
kepada karyawan, baik sebagai individu
dengan produksi IgE spesifik terhadap
maupun komunitas karyawan pada tingkat
alergen. IgE spesifik tersebut akan
primer. 1,4
menempel pada permukaan sel mast yang
Pengenalan dini oleh dokter
berada pada mukosa nasal. Ketika terhirup
terhadap pola penyakit akibat pemajanan
[Type text] Page 2
Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi
ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis
Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung, makanan setiap kali dihilangkan dari menu
walaupun tidak dapat memastikan makanan sampai suatu ketika gejala
diagnosis, tetap berguna sebagai menghilang dengan meniadakan suatu
pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya jenis makanan.6,7,8
eosinofil dalam jumlah banyak METODE
menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Penelitian ini menggunakan metode
Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan penelitian deskriptif dengan pendekatan
alergi makanan, sedangkan jika ditemukan cross sectional melalui proses walk
sel PMN menunjukkan adanya infeksi through survey. Data yang digunakan
bakteri.6,7,8 berupa kebiasaan responden, dan data
b. In vivo faktor-faktor pencetus rhinitis alergi,
Alergen penyebab dapat dicari seperti faktor kimia dan penggunaan alat
dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji pelindung wajah yang tidak tepat.2,3,4
intrakutan atau intradermal secara tunggal Sampel dalam penelitian ini adalah
atau berseri (Skin End-point pasien dengan diagnosis rhinitis alergi
Titration/SET). SET dilakukan untuk dengan keluhan gatal-gatal pada hidung
alergen inhalan dengan menyuntikkan dan sekret hidung yang encer yang masih
alergen dalam berbagai konsentrasi yang berlangsung saat melakukan pekerjaan.
bertingkat kepekatannya. Keuntungan Distribusi sampel penelitian berdasarkan
SET, selain alergen penyebab juga derajat jenis pekerjaan yang dilakukan, didapatkan
alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi hasil 2 karyawan dari 20 karyawan, gatal
dapat diketahui.5,6,7 pada hidung dan sekret hidung yang encer.
Untuk alergi makanan, uji kulit Akan tetapi penelitian pada studi cross
seperti tersebut di atas kurang dapat sectional terdapat beberapa kelemahan
diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan yaitu kurangnya jumlah kasus yang
dengan diet eliminasi dan provokasi didapatkan, berat-ringannya kasus yang
(“Challenge Test”). Alergen ingestan sulit ditentukan karena keterbatasan sarana
secara tuntas lenyap dari tubuh dalam pemeriksaan, dan kurangnya waktu yang
waktu lima hari. Karena itu pada didapatkan untuk melanjutkan survey.
Challenge Test, makanan yang dicurigai Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak
diberikan pada pasien setelah berpantang menggambarkan perjalanan penyakit,
selama 5 hari, selanjutnya diamati insiden, maupun prognosis penyakit.3,4
29 Juni - Pembuatan laporan walk dan faktor kimia menjadi lebih dominan.
3.
2016 through survey Seperti yang dijelaskan pada bagian
pendahuluan, bahwa faktor kimia erat
30 Juni - Pembuatan walk through
4. kaitannya dengan munculnya keluhan
2016 survey
gatal-gatal pada hidung dan sekret hidung
1 Juni - Presentasi laporan walk yang encer. Didukung dari penelitian lain
5.
2016 through survey yang di lakukan, menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor risiko terjadinya
HASIL rhinitis alergi pada karyawan Rumah
Pada penelitian ini diambil sampel Makan Gotri diantaranya adalah terpapar
dari seluruh karyawan di Rumah Makan debu dan zat kimia cairan pembersih lantai
Gotri dan dari perhitungan sampel dan kaca terpajan dalam waktu yang lama,
didapatkan sampel sebanyak 2 dari 20 dapat meningkatkan angka kejadian
karyawan (total jumlah karyawan). Rhinitis alergi pada karyawan.1,3,4
Dari rencana waktu yang telah Masker adalah alat pelindung diri
ditetapkan, terkumpul data yang yang seharusnya digunakan para karyawan
didapatkan dari check list yang dibuat. Dari Rumah Makan Gotri untuk melindungi diri
hasil check list diperoleh 2 karyawan khususnya pada bagian hidung dan mulut.
perempuan, mengeluh mendapatkan Masker ini melindungi diri dari debu serta
keluhan gatal-gatal pada hidung dan sekret zat kimiawi pembersih yang terinhalasi
hidung yang encer dalam jangka waktu 5 masuk ke dalam hidung dan salur napas
bulan. Dan sisanya mengeluh penyakit para karyawan.
Daftar Pustaka
1. Salawati L. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015.
2. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan: Penyakit THT
Akibat Kerja. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI. Hal.17-9. 2011.
3. Darsika Diah Y, Made Tjekeg, Made Sudipta, Luh Made Ratnawati. Faktor-faktor risiko
rinitis akibat kerja oleh pajanan polusi udara pada polisi lalu lintas. Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Rumah Sakit Sanglah Denpasar Bali. Indonesia. 2009.
5. Surjanto E, Juli Purnomo. Mekanisme Seluler dalam Patogenesis Asma dan Rinitis.
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS/ SMF Paru RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
7. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi:
Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman
Ringkas 2007. WHO/CDS/EPR/2007.8