Anda di halaman 1dari 10

Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

ARTIKEL PENELITIAN

Analisis Hubungan Faktor Fisik

dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

Pujia Cahya Amalia


Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Abstrak seperti faktor fisik dan penggunaan alat


Latar belakang : Penyakit rhinitis alergi pelindung wajah yang tidak tepat. Data
akibat kerja telah dikemukakan di lnggris pengukuran adanya kecenderungan gatal
sejak tahun 1907 dan frekuensi rhinitis pada hidung dan sekret hidung yang encer
alergi akibat kerja telah semakin dengan menggunakan check list. Sampel
meningkat. Para klinisi harus menilai dalam penelitian ini adalah pasien dengan
secara cermat gejala klinis yang sering diagnosis gatal pada hidung dan sekret
tidak jelas berhubungan dengan hidung yang encer yang masih berlangsung
karakteristik siklus bekerja atau tidak saat melakukan pekerjaan. Distribusi
bekerja. Diagnosis dibuat berdasarkan hasil sampel penelitian berdasarkan jenis
tes alergi (tes kulit, tes laboratoriun\ tes pekerjaan yang dilakukan, didapatkan hasil
alergen nasal) dan pengetahuan mengenai 2 karyawan dari 20 karyawan mengalami
lingkungan kerja pasien. Di masa keluhan gatal pada hidung dan sekret
mendatang, informasi dini subjek yang hidung yang encer
atopi, memperbaiki lingkungan kerja dan
memodifikasi teknik industri seharusnya Hasil : Prevalensi Rhinitis alergi sebesar
dapat mengurangi prevalensi rhinitis alergi 5%. Faktor yang dominan berpengaruh
akibat kerja. dalam Rhinitis alergi berupa faktor kimia
yaitu debu dan zat kimiawi cairan
Metode : Penelitian ini menggunakan pembersih lantai dan kaca terpajan dalam
metode penelitian deskriptif dengan waktu yang lama.
pendekatan cross sectional melalui proses Kesimpulan : Faktor kimia di lingkungan
walk through survey. Data yang digunakan kerja, paparan debu dan zat kimiawi
berupa kebiasaan responden, dan data pembersih lantai dan kaca terpajan dalam
faktor-faktor pencetus rhinitis alergi, waktu yang lama, penggunaan masker

[Type text] Page 1


Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

yang tidak tepat selama 6 jam bekerja bahaya potensial kerja menimbulkan
ditambah dengan hygene yang buruk dan kewaspadaan bagi petugas kesehatan
riwayat alergi sebelumnya mempunyai dengan melakukan tindakan pengawasan
hubungan yang signifikan dengan dan bagi perusahaan dengan meningkatkan
terjadinya keluhan diagnosis gatal pada tindakan perlindungan bagi para
hidung dan sekret hidung yang encer. karyawan.1,5
Namun, pengaruh penggunaan masker Rhinitis alergi adalah kelainan pada
belum dapat dibuktikan. hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin,
keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal
Kata Kunci : Faktor kimia, Rhinitis Alergi, dan tersumbat setelah mukosa hidung
Pajanan udara, Penggunaan masker, hidung
terpapar dengan alergen yang mekanisme
ini diperantarai oleh IgE atau reaksi
Latar Belakang :
hipersensitivitas tipe 1.1
Lingkungan kerja merupakan
Rhinitis alergi terjadi karena sistem
tempat yang potensial mempengaruhi
kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan
kesehatan karyawan. Faktor-faktor yang
terhadap partikel-partikel yang ada di
dapat mempengaruhi kesehatan karyawan
udara yang kita hirup. Sistem kekebalan
antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan
tubuh kita menyerang partikel-partikel itu,
faktor biologis 1,2,3
menyebabkan gejala-gejala seperti bersin-
Kesehatan dan kerja sangat erat
bersin dan hidung meler. Partikel-partikel
hubungannya, sebab lingkungan kerja
itu disebut alergen yang artinya partikel-
dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
partikel itu dapat menyebabkan suatu
Karyawan mungkin saja terpapar dengan
reaksi alergi.1
banyak debu, bahan kimia berbahaya,
Kecenderungan untuk timbulnya
ataupun situasi kerja yang penuh tekanan.
alergi atau reaksi yang dimediasi oleh IgE
Oleh karena itu diperlukan pelayanan
terhadap alergen ekstrinsik memiliki
kedokteran okupasi yang.baik. Pelayanan
komponen genetik. Pada individu yang
kesehatan primer kedokteran okupasi
rentan, pajanan terhadap alergen tertentu
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
menyebabkan sensitisasi. Hal ini ditandai
kepada karyawan, baik sebagai individu
dengan produksi IgE spesifik terhadap
maupun komunitas karyawan pada tingkat
alergen. IgE spesifik tersebut akan
primer. 1,4
menempel pada permukaan sel mast yang
Pengenalan dini oleh dokter
berada pada mukosa nasal. Ketika terhirup
terhadap pola penyakit akibat pemajanan
[Type text] Page 2
Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

ke dalam hidung, alergen akan berikatan Penyakit ini masih sering


dengan IgE pada sel mast, menyebabkan disepelekan, untuk itu perlu diberikan
pecahnya (degranulasi) sel tersebut dan beberapa informasi agar penderita tidak
lepasnya mediator inflamasi.1,2 terlalu meremehkan dan dapat mengetahui
Rhinitis alergi merupakan penyakit berbagai upaya untuk mengurangi gejala
umum dan sering dijumpai. Prevalensi dan mencegah komplikasi. 2
penyakit rhinitis alergi pada beberapa Penelitian epidemiologi menun-
negara berkisar antara 4.5-38.3% dari jukkan bahwa asma dan rhinitis sering
jumlah penduduk dan di Amerika, terdapat bersama-sama. Gejala-gejala
merupakan 1 diantara deretan atas penyakit hidung dilaporkan pada 28 – 78%
umum yang sering dijumpai. Meskipun penderita asma dibandingkan yang hanya
dapat timbul pada semua usia, tetapi 2/3 20% pada masyarakat luas. Demikian pula
penderita umumnya mulai menderita pada rhinitis alergi dapat dijumpai pada 19 –
saat berusia 30 tahun. Dapat terjadi pada 38% penderita asma, jauh lebih tinggi
wanita dan pria dengan kemungkinan yang dibandingkan hanya 3-5% di masyarakat.2,3
sama. Penyakit ini herediter dengan Klasifikasi menurut Allergic
predisposisi genetic kuat. Bila salah satu Rhinitis and Its impact on Asthma (ARIA),
dari orang tua menderita alergi, akan 2012 berdasarkan karakteristik gejala,
memberi kemungkinan sebesar 30% rhinitis alergi dapat dibagi menjadi : 4,6
terhadap keturunannya dan bila kedua 1. Ringan (mild), harus memenuhi
orang tua menderita akan diperkirakan SEMUA hal berikut ini :
mengenai sekitar 50% keturunannya.2,3  Tidak ada gangguan tidur;
Bagaimana pun juga, rhinitis alergi  Tidak ada gangguan pada aktivitas
harus dipikirkan sebagai keadaan yang sehari-hari, olahraga, dan rekreasi;
cukup serius karena dapat mempengaruhi  Tidak ada gangguan pada pekerjaan
kualitas hidup penderita akibat beratnya dan aktivitas belajar;
gejala yang dialami dan juga dapat  Tidak ada gejala yang berat.
menyebabkan berbagai komplikasi. 2. Sedang-berat (moderate-severe)
Penderita akan mengalami keterbatasan SATU ATAU LEBIH dari hal-hal
dalam aktifitas sehari-hari, sering berikut :
meninggalkan sekolah atau pekerjaannya,  Gangguan tidur;
dan menghabiskan biaya yang besar bila  Gangguan pada aktivitas sehari-
menjadi kronis.2 hari, olahraga, dan rekreasi;

[Type text] Page 3


Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

 Gangguan pada pekerjaan dan menirukan pemberian hormat (allergic


aktivitas belajar; salute), pucat dan edema mukosa hidung
 Gejala berat. yang dapat muncul kebiruan. Lubang
Berdasarkan frekuensi gejala dibagi hidung bengkak. Disertai dengan sekret
menjadi : 4,6 mukoid atau cair.1,4,6
1. Intermitten : kurang dari 4 hari dalam Tanda di mata termasuk edema
seminggu ATAU kurang dari 4 kelopak mata, kongesti konjungtiva,
minggu berturut-turut. lingkar hitam dibawah mata (allergic
2. Persisten : lebih dari 4 hari dalam shiner). Tanda pada telinga termasuk
seminggu DAN lebih dari 4 minggu retraksi membran timpani atau otitis media
berturut-turut. serosa sebagai hasil dari hambatan tuba
Gejala rhinitis alergi yang khas eustachii. Tanda faringeal termasuk
ialah terdapatnya serangan bersin berulang. faringitis granuler akibat hiperplasia
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang submukosa jaringan limfoid. Tanda
normal, terutama pada pagi hari atau bila laringeal termasuk suara serak dan edema
terdapat kontak dengan sejumlah besar pita suara. Gejala lain yang tidak khas
debu. Hal ini merupakan mekanisme dapat berupa : batuk, sakit kepala, masalah
fisiologik, yaitu proses membersihkan penciuman, mengi, penekanan pada sinus
sendiri (self cleaning process).2,4 dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa
Bersin dianggap patologik, bila orang juga mengalami lemah dan lesu,
terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan
sebagai akibat dilepaskannya histamin. sulit tidur.6,7
Disebut juga sebagai bersin patologis. Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan
Gejala lain ialah keluar ingus (Rhinorrhea) berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
yang encer dan banyak, hidung tersumbat, fisik. Anamnesis mencakup durasi, lama
hidung dan mata gatal, yang kadang- sakit, derajat keparahan, dan sifat gejala.
kadang disertai dengan banyak air mata Pencetus, respon terhadap pengobatan,
keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga komorbid, riwayat atopi dalam keluarga,
terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau pajanan di lingkungan/pekerjaan, dan efek
laring. Tanda hidung termasuk lipatan gejala terhadap kualitas hidup harus
hidung melintang – garis hitam melintang ditanyakan. Jangan lupa mendiagnosis
pada tengah punggung hidung akibat kondisi atopi yang berhubungan
sering menggosok hidung ke atas

[Type text] Page 4


Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

(dermatitis atopik asma, atau 2. Pemeriksaan Fisik


konjungtivitis). 2,6 Pada muka biasanya didapatkan
1. Anamnesis garis Dennie-Morgan dan allergic shinner,
Anamnesis sangat penting, karena yaitu bayangan gelap di daerah bawah
sering kali serangan tidak terjadi dihadapan mata karena stasis vena sekunder akibat
pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat obstruksi hidung. Selain itu, dapat
ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala ditemukan juga allergic crease yaitu
rhinitis alergi yang khas ialah terdapatnya berupa garis melintang pada dorsum nasi
serangan bersin berulang. Gejala lain ialah bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul
keluar ingus (rinore) yang encer dan akibat hidung yang sering digosok-gosok
banyak, hidung tersumbat, hidung dan oleh punggung tangan (allergic salute).6,7
mata gatal, yang kadang-kadang disertai Pada pemeriksaan rinoskopi
dengan banyak air mata keluar ditemukan mukosa hidung basah, berwarna
(lakrimasi).4,6 pucat atau livid dengan konka edema dan
Kadang-kadang keluhan hidung sekret yang encer dan banyak. Perlu juga
tersumbat merupakan keluhan utama atau dilihat adanya kelainan septum atau polip
satu-satunya gejala yang diutarakan oleh hidung yang dapat memperberat gejala
pasien. Perlu ditanyakan pola gejala hidung tersumbat. Selain itu, dapat pula
(hilang timbul, menetap) beserta onset dan ditemukan konjungtivis bilateral atau
keparahannya, identifikasi faktor penyakit yang berhubungan lainnya seperti
predisposisi karena faktor genetik dan sinusitis dan otitis media.6,7
herediter sangat berperan pada ekspresi 3. Pemeriksaan Penunjang
rhinitis alergi, respon terhadap pengobatan, a. In vitro
kondisi lingkungan dan pekerjaan. Rhinitis Hitung eosinofil dalam darah tepi
alergi dapat ditegakkan berdasarkan dapat normal atau meningkat. Demikian
anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih gejala pula pemeriksaan IgE total (prist-paper
seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap radio imunosorbent test) sering kali
serangan, hidung dan mata gatal, ingus menunjukkan nilai normal, kecuali bila
encer lebih dari satu jam, hidung tanda alergi pada pasien lebih dari satu
tersumbat, dan mata merah serta berair macam penyakit, misalnya selain rhinitis
maka dinyatakan positif.6,7 alergi juga menderita asma bronkial atau
urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan
RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau

[Type text] Page 5


Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis
Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung, makanan setiap kali dihilangkan dari menu
walaupun tidak dapat memastikan makanan sampai suatu ketika gejala
diagnosis, tetap berguna sebagai menghilang dengan meniadakan suatu
pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya jenis makanan.6,7,8
eosinofil dalam jumlah banyak METODE
menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Penelitian ini menggunakan metode
Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan penelitian deskriptif dengan pendekatan
alergi makanan, sedangkan jika ditemukan cross sectional melalui proses walk
sel PMN menunjukkan adanya infeksi through survey. Data yang digunakan
bakteri.6,7,8 berupa kebiasaan responden, dan data
b. In vivo faktor-faktor pencetus rhinitis alergi,
Alergen penyebab dapat dicari seperti faktor kimia dan penggunaan alat
dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji pelindung wajah yang tidak tepat.2,3,4
intrakutan atau intradermal secara tunggal Sampel dalam penelitian ini adalah
atau berseri (Skin End-point pasien dengan diagnosis rhinitis alergi
Titration/SET). SET dilakukan untuk dengan keluhan gatal-gatal pada hidung
alergen inhalan dengan menyuntikkan dan sekret hidung yang encer yang masih
alergen dalam berbagai konsentrasi yang berlangsung saat melakukan pekerjaan.
bertingkat kepekatannya. Keuntungan Distribusi sampel penelitian berdasarkan
SET, selain alergen penyebab juga derajat jenis pekerjaan yang dilakukan, didapatkan
alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi hasil 2 karyawan dari 20 karyawan, gatal
dapat diketahui.5,6,7 pada hidung dan sekret hidung yang encer.
Untuk alergi makanan, uji kulit Akan tetapi penelitian pada studi cross
seperti tersebut di atas kurang dapat sectional terdapat beberapa kelemahan
diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan yaitu kurangnya jumlah kasus yang
dengan diet eliminasi dan provokasi didapatkan, berat-ringannya kasus yang
(“Challenge Test”). Alergen ingestan sulit ditentukan karena keterbatasan sarana
secara tuntas lenyap dari tubuh dalam pemeriksaan, dan kurangnya waktu yang
waktu lima hari. Karena itu pada didapatkan untuk melanjutkan survey.
Challenge Test, makanan yang dicurigai Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak
diberikan pada pasien setelah berpantang menggambarkan perjalanan penyakit,
selama 5 hari, selanjutnya diamati insiden, maupun prognosis penyakit.3,4

[Type text] Page 6


Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

Bahan yang digunakan pada survei baru yang releven. 5


ini adalah checklist yang di buat. Checklist Bahaya apa dan dalam situasi yang
ini dibuat berdasarkan informasi yang bagaimana bahaya dapat timbul,
diperlukan daripada tujuan survei ini merupakan sebagai hasil dari
dilakukan. Pada survei ini, informasi yang penyelenggaraan kegiatan Walk Through
diperlukan adalah ada tidaknya faktor Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya
hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat dan lamanya paparan bahaya terhadap
pelindung diri yang digunakan, karyawan.5
ketersediaan obat P3K di tempat kerja, Pihak okupasi kesehatan dapat
keluhan atau penyakit yang dialami kemudian merekomendasikan monitoring
karyawan dan upaya pengetahuan survey untuk memperoleh kadar kuantitas
mengenai K3 kepada karyawan mekanik. eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
Peralatan yang diperlukan untuk risk assessment. 1,5
melakukan walk through survey antara Walk Through Survey ini adalah
lain: bertujuan untuk memahami proses
 Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai produksi, denah tempat kerja dan
media untuk pencatatan selama survey lingkungannya secara umum. Selain itu,
dilakukan. mendengarkan pandangan karyawan dan
 Kamera digital: Berfungsi sebagai alat pengawas tentang K3, memahami
untuk memotret kegiatan dan pekerjaan dan tugas-tugas karyawan,
lingkungan di Rumah Makan Gotri. mengantisipasi dan mengenal potensi
 Check List: Berfungsi sebagai alat bahaya yang ada dan mungkin akan timbul
untuk mendapatkan data primer di tempat kerja atau pada petugas dan
mengenai survey yang dilakukan. menginventarisasi upaya-upaya K3 yang
Cara survey yang dilakukan adalah telah dilakukan mencakup kebijakan K3,
dengan menggunakan Walk Through upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
Survey. Teknik Walk Through Survey juga perundangan dan sebagainya.1-5
dikenali sebagai Occupational Health Survey dilakukan di Rumah Makan
Hazards. Untuk melakukan survei ini, Gotri Jl. Perintis Kemerdekaan, dengan
dapat dimulai dengan mengetahui tentang jadwal survey selama 1 minggu, yaitu :
manejemen perencanaan yang benar,
berdiskusi tentang tujuan melakukan
survey, dan menerima keluhan-keluhan

[Type text] Page 7


Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

yang berbeda, yang juga berhubungan


No. Tanggal Kegiatan dengan pekerjaan di Rumah Makan Gotri.
Prevalensi Rhinitis alergi sebesar
- Melapor ke bagian K3 RS
1. 27 Juni 5%. Faktor yang dominan berpengaruh
Ibnu Sina
2016 dalam Rhinitis alergi berupa faktor kimia
- Pengarahan kegiatan
yaitu debu dan zat kimia cairan pembersih
Pembuatan proposal walk
lantai dan kaca terpajan dalam waktu yang
through survey
lama. Berdasarkan data yang telah
28 Juni
- Walk through survey didapatkan, ditemukan berbagai faktor
2. 2016 yang mempengaruhi terjadinya keluhan,

29 Juni - Pembuatan laporan walk dan faktor kimia menjadi lebih dominan.
3.
2016 through survey Seperti yang dijelaskan pada bagian
pendahuluan, bahwa faktor kimia erat
30 Juni - Pembuatan walk through
4. kaitannya dengan munculnya keluhan
2016 survey
gatal-gatal pada hidung dan sekret hidung
1 Juni - Presentasi laporan walk yang encer. Didukung dari penelitian lain
5.
2016 through survey yang di lakukan, menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor risiko terjadinya
HASIL rhinitis alergi pada karyawan Rumah
Pada penelitian ini diambil sampel Makan Gotri diantaranya adalah terpapar
dari seluruh karyawan di Rumah Makan debu dan zat kimia cairan pembersih lantai
Gotri dan dari perhitungan sampel dan kaca terpajan dalam waktu yang lama,
didapatkan sampel sebanyak 2 dari 20 dapat meningkatkan angka kejadian
karyawan (total jumlah karyawan). Rhinitis alergi pada karyawan.1,3,4
Dari rencana waktu yang telah Masker adalah alat pelindung diri
ditetapkan, terkumpul data yang yang seharusnya digunakan para karyawan
didapatkan dari check list yang dibuat. Dari Rumah Makan Gotri untuk melindungi diri
hasil check list diperoleh 2 karyawan khususnya pada bagian hidung dan mulut.
perempuan, mengeluh mendapatkan Masker ini melindungi diri dari debu serta
keluhan gatal-gatal pada hidung dan sekret zat kimiawi pembersih yang terinhalasi
hidung yang encer dalam jangka waktu 5 masuk ke dalam hidung dan salur napas
bulan. Dan sisanya mengeluh penyakit para karyawan.

[Type text] Page 8


Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

Tingginya angka kejadian rhinitis diketahui riwayat penyakit terdahulu dan


alergi pada karyawan yang aktivitasnya riwayat pekerjaan di tempat lain yang
tidak lepas dari pajanan debu serta zat-zat mungkin berhubungan dengan keluhan
kimia yang terkandung di dalam cairan yang dirasakan sekarang.
pembersih dijadikan evaluasi untuk Selain itu checklist yang hanya
memperbaiki kondisi atau lingkungan kerja terfokus pada faktor penyebab penyakit
yang terkait. Di mulai dari edukasi dari akibat kerja, tidak memenuhi semua poin-
pihak yg terkait mengenai kesadaran poin yang diperlukan untuk mendiagnosis
menjaga kebersihan diri dan lingkungan penyakit dari keluhan yang dirasakan.
sekitar tempat bekerja. Keberadaan alat Perlu penelitian yang lebih mendalam dan
pelindung kerja harus dibarengi dengan pemeriksaan yang lebih lengkap untuk
pelatihan penggunaannya dengan baik dan dapat menilai secara keseluruhan penyebab
benar.3,4 dari keluhan yang dirasakan oleh
karyawan.
KETERBATASAN PENELITIAN
Akhirnya kami berasumsi bahwa
Penelitian ini tentunya tidak
bila terdapat gejala keluhan gatal-gatal
terlepas dari keterbatasan, adapun
hidung dan sekret encer dari hidung pada
keterbatasan dari penelitian ini adalah
responden dengan hasil survey dan
checklist yang dibuat hanya menentukan
penyakit akibat kerja tidak menunjukkan
hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak
nilai yang berarti, maka tidak menutup
dapat menentukan insidens, berat
kemungkinan keluhan yang dirasakan
ringannya penyakit, dan prognosis
pasien juga karena kontribusi dari faktor
penyakit. Demikian pula untuk survey
individu dan faktor lingkungan lain, selain
menilai faktor psikososial akibat kerja,
lingkungan tempat kerja.
diagnosisnya hanya bersifat subjektif, tidak
Penelitian ini juga tidak
dapat diketahui kapan stressor muncul.
mengklasifikan berat ringannya penyakit,
Keterbatasan lainnya adalah tidak
berdasarkan keluhan dari karyawan, juga
dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh
tidak dapat menentukan penatalaksanaan
terhadap seluruh responden, karena
yang tepat untuk mencegah atau
keterbatasan sarana pemeriksaan, dan
mengurangi keluhan yang dirasakan atau
keterbatasaan waktu penelitian. Untuk
akan dirasakan nanti di masa yang akan
menganalisis faktor terjadinya kasus
datang.
penyakit dengan keluhan gatal pada hidung
dan sekret hidung yang encer perlu
[Type text] Page 9
Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Faktor Lain Di Lingkungan Kerja dengan Rhinitis Alergi

Daftar Pustaka

1. Salawati L. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015.

2. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan: Penyakit THT
Akibat Kerja. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI. Hal.17-9. 2011.

3. Darsika Diah Y, Made Tjekeg, Made Sudipta, Luh Made Ratnawati. Faktor-faktor risiko
rinitis akibat kerja oleh pajanan polusi udara pada polisi lalu lintas. Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Rumah Sakit Sanglah Denpasar Bali. Indonesia. 2009.

4. Hudyon J. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi Akibat Kerja. Departemen


Ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Ukrida.
Meditek Vol. 8 No.23, September-Desember 2000.

5. Surjanto E, Juli Purnomo. Mekanisme Seluler dalam Patogenesis Asma dan Rinitis.
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS/ SMF Paru RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

6. Kurniawidjaja L.M, Program Perlindungan Kesehatan Respirasi di Tempat Kerja


Manajemen Resiko Penyakit Paru Akibat kerja. Departemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja FKM-UI Depok. J Respir Indo Vol.30, No.4, Oktober 2010.

7. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi:
Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman
Ringkas 2007. WHO/CDS/EPR/2007.8

[Type text] Page 10

Anda mungkin juga menyukai