“SISTEM INDERA”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FEBRUARI-MARET
2018
1. Seorang pasein laki-laki berumur 50 tahun datang dengan
kesulitan saat membaca dekta. Dari pemeriksaan didapatkan
visus mata kanan 6/30, dengan koreksi S-1 50D C-0.50D ax
172° menjadi 6/6, visus mata kiri 6/12, dengan koreksi S-1.00
C-0.50D ax 180º menjadi 6/6. Pada pemeriksaan segmen
abterior dan posterior dalam batas normal.
• Berapa kekuatan lensa addisi sesuai umur yang sebaiknya
diberikan?
a. S+1.00 D
b. S+1.50 D
c. S+2.00 D
d. S+2.50 D
e. S+3.00 D
SKDI 3. Indera
Penyakit: Akomodasi dan Refraksi
No. 44 Presbiopia
Tingkat Kemampuan 4A
† Presbiopia Kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan
fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang
dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin
berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Presbiopia merupakan bagian alami dari penuaan
mata.
† Patofisiologi Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi
peningkatan daya refraksi mata karenaadanya perubahan keseimbangan
antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi
cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras
(sklerosis)dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan
demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Presbiopia
† Gejala Keluhan saat membaca berupa mata
lelah, berair, sering terasa pedih, biasanya
pasien membaca dengan menjauhkan kertas
yang dibaca.
† Koreksi Untuk membantu kekurangan daya
akomodasi pada presbiopia maka dapat
digunakan lensa positif untuk menambah
kekuatan lensa yang berkurang sesuai usia
...Presbiopia
• Berikut adalah koreksi ukuran lensa seusai dengan usia :
40 +1.00 D
45 +1.50 D
50 +2.00 D
55 +2.50 D
60 +3.00 D
Gerhard, K. L. Oscar, Gabriele. Doris, Peter. Opthalmology a short textbook. 2 nd Ed. New York. Thieme Stuttgart. 2007.
James, Brus. Dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005.
Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
2. Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan hidung sering tersumbat. Keluhan disertai sering pilek,
kadang bersin sejak 1-2 tahun terakhir. Keluhan muncul tidak
tergantung waktu, tempat atau kontak dengan iritan tertentu. Riwayat
penyakit lain, penggunaan obat-obatan disangkal. Hasil pemeriksaan
rhinoskopi anterior terdapat konka inferior, secret seros septum nasi
lurus dibagian tengah, tidak terdapat massa. Pemeriksaan lab
gambaran darah tepi normal, Ro sinus paranasal terdapat
hipertropikonka inferior bilateral. Apakah diagnosis yang paling tepat ?
a.Rhinitis alergi
b.Rhinosinusitis kronis
c.Rhinitis vasomotor
d.Rhinitis atrofi
e.Rhinitis medikamentosa
Riordan,PE.,Whitcher,JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. 17th ed.Jakarta: EGC. 2009.
4. Seorang perempuan usia 56 tahun datang ke dokter dengan
keluhan mata kanan dan kiri terasa panas, terbakar, berpasir,
tidak nyaman dan sering merah. Pada pemeriksaan schirmer
test hasil <10 mm. Dokter memberikan obat tetes mata pada
pasien tersebut. Kemungkinan obat tetes mata apa yang
diberikan dokter pada kasus tersebut ?
a. Antibiotik
b. Anti radang
c. Artifical tear
d. Analgetik
e. Anti jamur
Interpretasi :
Normal : AC = BC
Rhinne (+) : Intensitas AC > BC =
normal / tuli saraf (SNHL)
Rhinne (-) : Intensitas AC < BC =
tuli konduktif
Tes Weber
• Untuk membandingkan hantaran tulang (BC)
telinga kiri dengan telinga kanan.
Interpretasi :
Tidak ada laserasi : Normal
Laserasi ke telinga yang sakit : Tuli Konduktif
(CHF)
Laserasi ke telinga yang sehat : Tuli Saraf
(SNHL)
Tes Scwabach
• Untuk membandingkan hantaran tulang (BC)
orang yang akan diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
Interpretasi :
Normal : BC op = BC
pemeriksa
Bila BC op < BC pemeriksa : Schwabach
memendek = tuli saraf
Bila BC op > BC pemeriksa : Schwabach
memanjang = tuli konduktif
• Timpanometri : pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi telinga bagian tengah meliputi
kelenturan gendang telinga serta fleksibilitas tulang
pendengaran dengan diberikannya variasi tekanan
udara melalui lubang telinga. Misalnya, apakah ada
cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran
(ossicular chain), kekakuan gendang telinga atau
bahkan gendang telinga terlalu lentur.
• Timpanoplasti : Prosedur pembedahan yang
dirancang untuk dapat menutup robeknya membran
timpani.
• Otoacoustic Emussion : Pemeriksaan OAE dilakukan
untuk menilai apakah koklea berfungsi normal. Alat
deteksi awal gangguan pendengaran yang sederhana,
yang bisa digunakan untuk bayi.
SKDI 3. Indera
Penyakit: Glaukoma
No. 63 Glaukoma Akut
Tingkat Kemampuan 3B
• Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang
umumnya ditandai kerusakan saraf optik dan
kehilangan lapang pandang yang bersifat progresif
serta berhubungan dengan berbagai faktor risiko
terutama tekanan intraokular (TIO) yang tinggi
• Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila terbentuk iris
bombe yang menyebabkan oklusi sudut bilik mata
depan olh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar
aqueous dan TIO meningkat dengan cepat
menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan penglihatan
kabur. Temuan klinis : mata kabur mendadak, nyeri
hebat, mual dan muntah, bilik mata depan dangkal,
kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang yang
terfiksasi, dan injeksi siliar
• Peningkatan tekanan intraocular terjadi
karena sumbatan aliran keluar aqueous akibat
adanya oklusi anyaman trabekular iris perifer.
Keadaan ini dapat bermanifestasi sebagai
suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat
tetap asimptomatik sampai timbul penurunan
penglihatan
Gejala objektif :
•Palpebra : Bengkak
•Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, kemosis dengan
injeksi silier, injeksi konjungtiva, injeksi episklera
•Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea
•Bilik mata depan : Dangkal
•Iris : gambaran coklat bergaris tak nyata karena edema,
berwarna kelabu.
•Pupil : Melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang
didapatkan midriasis yang total, warnanya kehijauan, refleks
cahaya lamban atau tidak ada samasekali¹
Gejala Subjektif :
•Nyeri hebat
•Kemerahan ( injeksi siliaris )
•Pengelihatan kabur
•Melihat halo
•Mual – muntah
Pemeriksaan Glaukoma :
•Funduskopi : Papil saraf optik menunjukkan penggaungan
dan atrofi
•Tonometri : TIO lebih tinggi daripada stadium nonkongestif
•Tonografi : Menunjukkan outflow yang baik. Tetapi bila sudah
ada perlengketan antara iris dan trabekula ( goniosinekhia,
sinekhia anterior posterior ), maka aliran menjadi terganggu.
•Gonioskopi : Pada saat TIO tinggi, sudut bilik mata depan
tertutup, sedang pada saat TIO normal, sudutnya sempit.
•Tes Provokasi : Dilakukan pada keadaan yang meragukan.
•Tes yang dilakukan : Tes kamar gelap, tes midriasis, tes
membaca, tes bersujud ( prone test )
…Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus glaukoma pada layanan primer bertujuan
mengendalikan tekanan intraokuler dan merujuk kedokter spesialis
mata di rumah sakit.
A. Medikamentosa
Pengobatan umumnya medikamentosa dengan obat-obat
glaukoma, contohnya Timolol 0.5%,2 x1tetes/hari. Jenis obat lain
dapat diberikan bila dengan 1 macam obat TIO belum terkontrol.
B. Konseling dan Edukasi
1. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat
penting untuk keberhasilan pengobatan glaukoma.
2. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat
glaukoma pada keluarga untuk memeriksakan matanya secara
teratur.
Diagnosis banding
Mata merah Mata Tenang
Tanpa penurunan Dengan penurunan Penurunan visus Penurunan visus
visus visus perlahan mendadak
1. Konjungtivitis 1. Glaukoma akut 1. Glaukoma 1. Uveitis
2. Perdarahan 2. Keratitis 2. Katarak posterior
subkonjungtiva 3. Ulkus kornea 3. Kelainan 2. Perdarahan
3. Pterigium 4. Uveitis anterior refraksi viterus
4. Pinguekula 5. Endoftalmitis 4. Retinopati 3. Ablasio retina
5. Episkleritis- 6. Panoftalmitis 5. Retinitis 4. Oklusi vena dan
skleritis 7. Trauma okuli pigmentosa arteri retina
6. Defisiensi Vit A 5. Neuritis optik
7. Mata kering
• Non-medikamentosa:
1.Membersihkan liang telinga secara hati-
hati dengan pengisap atau kapas yang
dibasahi dengan H2O2 3%.
2.Bila terdapat abses, dilakukan insisi dan
drainase.
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
1. Topikal
•• Larutan antiseptik povidon iodine
•• OE akut sirkumskripta pada stadium infiltrat:
Salep ikhtiol, atau
Salep antibiotik: Polymixin-B, Basitrasin.
•OE akut difus: Tampon yang telah diberi campuran Polimyxin-B, Neomycin,
Hidrocortisone, dan anestesi topical
2. Sistemik
•• Antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup berat.
•• Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen dapat diberikan.
Mastoiditis akut
Hafil, F., Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar, Hidung, tenggorokan, Kepala dan Leher. Ed Ke-6. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007
Adam, G. L. Boies, L.R. Higler, Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Ed ke-6. Jakarta: EGC. 1997
Sander, R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Am Fam Physician. 2001. Mar 1; 63 (5):927-936
11. Pria 35 tahun pilek, bersin-bersin, hidung buntu diikuti sakit kepala.
Pilek mula-mula encer tetapi setelah beberapa hari kental. Pada
pemeriksaan fisik hidung terdapat cairan kental, konka hiperemis dan
udem. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?
a.Rhinitis vasomotor
b.Rhinitis alergi
c.Rhinitis akut
d.Sinusitis maxilaris
e.Sinusitis frontalis
SKDI 3. Indera
Penyakit: Hidung dan Sinus Hidung
No. 2 Sinusitis Frontalis Akut
Tingkat Kemampuan 2
Sebagian besar sinusitis akut, terjadi sekunder karena:
• 1.common cold;
• 2.influenza;
• 3.measles, whooping cough, etc.
• Faktor Risiko
Trauma
Adanya penyakit di hidung yang mendasari, misalnya: rinosinusitis, rinitis
alergi.
Penyakit sistemik, seperti kelainan pembuluh darah, nefritis kronik, demam
berdarah dengue.
Riwayat penggunaan obat-obatan seperti NSAID, aspirin, warfarin, heparin,
tiklodipin, semprot hidung kortikosteroid.
Tumor, baik jinak maupun ganas yang terjadi di hidung, sinus paranasal,
atau nasofaring.
Kelainan kongenital, misalnya: hereditary hemorrhagic telangiectasia /
Osler's disease.
Adanya deviasi septum.
Pengaruh lingkungan, misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi,
tekanan udara rendah, atau lingkungan dengan udara yang sangat kering.
Kebiasaan
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan
Rinoskopi anterior Rinoskopi posterior
darah
• Pemeriksaan harus • Pemeriksaan • Tekanan darah perlu
dilakukan secara nasofaring dengan diukur untuk
berurutan dari anterior rinoskopi posterior menyingkirkan
ke posterior. penting pada pasien diagnosis hipertensi,
Vestibulum, mukosa dengan epistaksis karena hipertensi dapat
hidung dan septum berulang untuk menyebabkan
nasi, dinding lateral menyingkirkan epistaksis posterior
hidung dan konka neoplasma. yang hebat dan sering
inferior harus diperiksa berulang.
dengan cermat untuk
mengetahui sumber
perdarahan.
Diagnosis Banding
♠ Epistaksis Posterior: perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan
arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien
usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosklerosis, atau penyakit
kardiovaskular. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.
Beberapa penyebab epistaksis posterior antara lain: hipertensi, demam
berdarah, tumor ganas hidung atau nasofaring, dan penyakit darah seperti
leukemia, hemofilia, thalasemia dll
♠ Angiofibroma : suatu tumor jinak nasofaring yang secara histologik jinak
dan secara klinis bersifat ganas, karena mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya, seperti ke sinus
paranasal, pipi, mata dan tengkorak, serta sangat mudah berdarah yang sulit
dihentikan. Gejala klinis yang sering ditemukan adalah sumbatan hidung
yang progressif dan penderita akhirnya bernafas melalui mulut dan
epistaksis berulang massif.
...Diagnosis Banding
♠ Papiloma : Papilloma sinonasal secara klasik dikategorikan
berdasarkan gambaran histologinya. Tiga subtipe telah
ditetapkan oleh World Health Organization terhadap lesi ini
yaitu inverted papilloma, cylindrical cell papilloma dan
fungiform papilloma. Papiloma merupakan tumor jinak
yang berasal dari pseudostratified ciliated columnar
epithelium regio sinonasal, umumnya dinding lateral rongga
hidung kebanyakan pada meatus media, jarang dari septum
nasi ataupun sinus paranasal. Gejala utama yang paling
banyak dikeluhkan oleh penderita IP ini adalah sumbatan
hidung yang bersifat unilateral, diikuti oleh gejala rinorhea
dan perdarahan hidung. Kemudian gejala proptosis dan
epipora, pada kondisi yang lebih lanjut melibatkan orbita
dan duktus lakrimalis.
Tatalaksana
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis,
yaitu :
•1. Menghentikan perdarahan
•2. Mencegah komplikasi
•3. Mencegah berulangnya epistaksis
1. Adam, G.L, L. R. Higler. Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Ed. Ke 6. Jakarta: EGC. 1997
2. Iskandar, M. Teknik Penatalaksanaan Epistaksis. In : Cermin Dunia Kedokteran. No. 132. 2001. P 43-4
3. Mangunkusumo, E. Wardani, R.S. Epistaksis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher. Ed. Ke 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007
13. Seorang anggota kepolisian berusia 26 tahun datang ke
Puskesmas karena mengeluh telinga kanannya tiba-tiba
berdengung dan tidak dapat mendengar. Keluhan tersebut
terjadi setelah dia berlatih menembak, saat latihan dia enggan
menggunakan penutup telinga. Pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan pada kedua membran timpani.
• Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat?
a. Hasil anamnesis
b. Otoskopi
c. BERA
d. Audigram nada murni
e. Garpu Tala (Rine, Weber)
SKDI 3. Indera
Penyakit: Telinga, Pendengaran, Keseimbangan
No. 65 Tuli
Tingkat Kemampuan 2
• Tes garpu tala adalah tes sederhana untuk
mendeteksi gangguan pendengaran, serta
untuk mengetahui jenis kurang pendengaran
tipe konduktif atau sensorineural.
Tes Rhinne
• Untuk membandingkan hantaran melalui udara
(AC) dan hantaran melalui tulang (BC).
Interpretasi :
Normal : AC = BC
Rhinne (+) : Intensitas AC > BC = normal /
tuli saraf (SNHL)
Rhinne (-) : Intensitas AC < BC = tuli
konduktif
Tes Weber
• Untuk membandingkan hantaran tulang (BC)
telinga kiri dengan telinga kanan.
Interpretasi :
Tidak ada laserasi : Normal
Laserasi ke telinga yang sakit : Tuli
Konduktif (CHF)
Laserasi ke telinga yang sehat : Tuli Saraf
(SNHL)
Tes Scwabach
• Untuk membandingkan hantaran tulang (BC)
orang yang akan diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
Interpretasi :
Normal : BC op = BC pemeriksa
Bila BC op < BC pemeriksa : Schwabach
memendek = tuli saraf
Bila BC op > BC pemeriksa : Schwabach
memanjang = tuli konduktif
1. Hafil, F., Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar, Hidung, tenggorokan, Kepala dan Leher. Ed Ke-6.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007
2. Adam, G. L. Boies, L.R. Higler, Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Ed ke-6. Jakarta: EGC. 1997
3. Sander, R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Am Fam Physician. 2001. Mar 1; 63 (5):927-936
14. Laki-laki 65 th mata kabur terutama bagian
samping kanan dan kiri tampak gelap. Pada pemeriksaan
lapang pandang didapatkan hemianopia bitemoral.
Dimanakah kemungkinan letak lesi?
a.Retina
b.Nervus optikus
c.Chiasma
d.Traktus optikus
e.Nervus oculumotorius
SKDI 3 Indera
Penyakit: Akomodasi dan Refraksi
No. 51 Hemianopia, bitemporal, homonymous
Tingkat Kemampuan 2
LOKASI LESI DIJARAS PENGLIHATAN
Defek lapangan pandang diberbagai lokasi dijaras
penglihatan:
1. BUTA SIRKUMFERENSIAL
Keadaan ini dapat disebabkan oleh hysteria atau neuritis
optica. Neuritis optica dapat timbul setelah infeksi pada
sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis, saraf terinfeksi
ketika berjalan melalui kanalis optikus untuk masuk
kedalam rongga orbita.
2. BUTA TOTAL PADA SATU MATA
Keadaan ini dapat disebabkan oleh putusnya satu nervus
optikus.
3. HEMIANOPIA NASALIS
Keadaan ini dapat terjadi akibat lesi parsial pada sisi
lateral chiasma opticum.
4. HEMIANOPIA BITEMPORALIS
Keadaan ini disebabkan oleh terpotongnya chiasma
opticum secara sagital, kondisi ini paling sering terjadi
sebagai akibat tumor glandula hypophysis yang menekan
chiasma opticum.
SKDI 3 Indera
Penyakit: Telinga, Pendengaran, Keseimbangan
No. 71 Otitis Media Akut
Tingkat Kemampuan 4A
OMA
• Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau
seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu
kurang dari 3 minggu.
SKDI 3. Indera
Penyakit: Akomodasi dan Refraksi
No. 43. Astigmatisma Ringan
Tingkat Kemampuan 4A
• Astigmatisme adalah keadaan di mana sinar sejajar tidak
dibiaskan pada satu titik fokus yang sama pada semua
meridian. Hal ini disebabkan oleh kelengkungan kornea atau
lensa yang tidak sama pada berbagai meridian.
• Keluhan
• Pasien biasanya datang dengan keluhan penglihatan kabur dan
sedikit distorsi yang kadang juga menimbulkan sakit kepala.
Pasien memicingkan mata, atau head tilt untuk dapat melihat
lebih jelas.
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum biasanya baik.
• Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart akan menunjukkan
tajam penglihatan tidak maksimal dan akan bertambah baik
dengan pemberian pinhole.
• Penatalaksanaan
• Penggunaan kacamata lensa silindris dengan koreksi yang
sesuai.
Gerhard, K. L. Oscar, Gabriele. Doris, Peter. Opthalmology a short textbook. 2 nd Ed. New York. Thieme Stuttgart. 2007.
James, Brus. Dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005.
Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
18. Perempuan 55 th, ke UGD keluhan lemas dan TD
250/150 mmHg. Keluarga menceritakan psien mengeluh
sakit kepala hebat dan gangguan pengelihatan pagi
harinya. Tidak ada riw asma dan penyakit ginjal. Px
oftalmoskop terlihat perdarahan diretina. Tatalaksana
bagi pasien?
a. Labetalol iv
b. Nitroprusside iv
c. Clonidin oral
d. Nifedipin oral
e. Loop-diuretik iv
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Klasifikasi
1. Hipertensi emergensi (darurat)
• Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan
organ target. Hipertensi emergensi harus ditanggulangi
sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan
obat-obatan anti hipertensi intravena.
2. Hipertensi urgensi (mendesak)
• Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi
emergensi namun tanpa disertai kerusakan organ target.
Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan
dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti
hipertensi oral.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Patofisiologi hipertensi emergensi
Diagnosis
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.