Anda di halaman 1dari 54

Diagnostik Holistik

PENGELOLAAN HIPERTENSI DENGAN KONSEP


PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA
Kepanitraan Bagian IKM-IKK
Periode 18 Agustus – 4 September 2021

Oleh :

Chindy Putri Oktrisna, S.Ked 04054822022052


Fahira Anindita, S.Ked 04054822022196

Pembimbing:

Agita Diora Fitri, S.Kom, M.KKK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Akhir dengan Judul:


PENGELOLAAN HIPERTENSI DENGAN KONSEP PELAYANAN
KEDOKTERAN KELUARGA

Disusun Oleh :
Chindy Putri Oktrisna, S.Ked 04054822022052
Fahira Anindita, S.Ked 04054822022196

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Palembang, Agustus 2021
Mengetahui,

Kepala Bagian IKM-IKK FK Unsri

Agita Diora Fitri, S.Kom, M.KKK ............................................


Dosen Pembimbing Lapangan

dr. Hartini .......………........................


Dokter Pembimbing Puskesmas Sematang Borang

II
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir dengan judul “Pengelolaan Hipertensi dengan Konsep Pelayanan
Kedokteran Keluarga”. Laporan akhir ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Pimpinan Puskesmas Sematang Borang sekaligus dokter
pembimbing Puskesmas dr. Hartini beserta staf-staf Puskesmas Sematang Borang,
teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Palembang, Agustus 2021

Penulis

III
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER…………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….……… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………… 1
1.2. Tujuan…………………………………………………………………………. 2
1.3. Manfaat………………………………………………………………………... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 4
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………. 34
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………….…………..………. 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..……….45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….…………………….…. 46
LAMPIRAN…………………………………………….…….…………..………. 48

IV
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali dengan posisi duduk dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/ tenang.1 Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal
(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)
bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.2
Menurut World Health Organization (WHO), seseorang dapat dikatakan
lanjut usia apabila usianya 60 tahun atau lebih. Prevalensi hipertensi pada lansia
di Indonesia pada tahun 2013, usia 65-74 tahun sebesar 63,8% dan >75 tahun
sebesar 63,8%. Dua kelompok umur ini merupakan kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi. Dari data diatas dapat disimpulkan dari tahun ke tahun
terdapat meningkatan lansia yang menderita hipertensi dan ini perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan yang baik, meningkat prevalensi yang tinggi dan
komplikasi yang ditimbulkan cukup berat.3

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar


1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya.4
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, dengan
prevalensi hipertensi tertinggi diikuti dengan stroke, diabetes mellitus penyakit
ginjal kronik dan kanker. Prevalensi hipertensi naik dari 25,8 persen (Riskesdas
2013) menjadi 34,1 persen (Riskesdas 2018). Tidak ada perbedaan prevalensi

1
antara laki-laki dan wanita tetapi prevalensi terus meningkat berdasarkan usia:
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-
64 tahun (55,2%). Disability Adjusted Life Years (DAILYs) menyatakan untuk
semua kelompok umur, tiga faktor risiko hipertensi tertinggi pada laki-laki yaitu
merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula.
Sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik,
peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi.4,5
Saat ini hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia karena
hipertensi merupakan kasus yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
primer.Hipertensi merupakan penyakit yang sulit dideteksi karena kebanyakan
orang tidak menyadari gejala-gejala awal hipertensi. Komplikasi hipertensi juga
dapat berakibat pada penurunan kualitas hidup seseorang dan bahkan beresiko
tinggi menjadi penyakit jantung, ginjal, stroke dan kematian. Pada tahun 2020,
penyakit hipertensi menduduki posisi pertama dalam sepuluh penyakit terbanyak
di Puskesmas Sematang Borang. Dengan dasar ini, penulis mengangkat topik
“Hipertensi” sebagai topik untuk laporan diagnosis holistik sebagai salah satu
tugas kepaniteraan klinik di bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.

1.2. Tujuan

1. Tujuan Umum
Meningkatkan penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan pendekatan
kedokteran keluarga.
2. Tujuan Khusus
2.1 Menentukan diagnosis holistic pada pasien Hipertensi
2.2 Menentukan penatalaksanaan pasien Hipertensi secara komperhensif

1.3 Manfaat Praktis dan Teoritis


1. Manfaat Praktis
1.1 Laporan ini dapat menjadi panduan Puskesmas untuk menatalaksana
pasien hipertensi secara holistik dan komprehensif

2
1.2 Laporan ini dapat digunakan dan menjadi panduan Puskesmas untuk
mengurangi angka kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

2. Manfaat Teoritis
2.1 Laporan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk pembuatan diagnosis
holistik penyakit lainnya
2.2 Laporan ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai
hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali dengan posisi duduk dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/ tenang. Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh
diam-diam) yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat
umum. Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang
dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri
koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi menyatakan
pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih besar
kemungkinannya terkena stroke. 6
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke merupakan
penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat luas
terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya. Hipertensi sistolik dan
distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan
tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg,
sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali
terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140
mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali
daripada normotensi.7,8

2.1.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan

4
95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum
satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut.
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis
hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi
tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan
timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya
mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric
oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.9

2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat
tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.7 Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat
dilihat pada tabel 1. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan
menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi
komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan
hipertensi sekunder.10

Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi.


Penyakit Obat
a. Penyakit ginjal kronis a. Kortikosteroid, ACTH
b. Hiperaldosteronisme primer b. Estrogen (biasanya pil KB dg kadar
c. Penyakit renovaskular estrogen tinggi)
d. Sindroma cushing c. NSAID, cox-2 inhibitor
e. Pheochromocytoma d. Fenilpropanolamine dan analog
f. Koarktasi aorta e. Cyclosporin dan tacrolimus
g. Penyakit tiroid atau paratiroid f. Eritropoetin

5
g. Sibutramin
h. Antidepresan (terutama venlafaxine)

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC7),
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (dilihat tabel 2). Klasifikasi lain
menurut World Health Organization (WHO) dan International Society of
Hypertension Working Group (ISHWG) dapat dilihat pada tabel 3.11
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO) dan


International Society of Hypertension Working Group (ISHWG)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal < 130 Dan < 85
Normal tinggi / 130 – 139 Atau 85 – 89
pra hipertensi
Hipertensi derajat I 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi derajat II 160 – 179 Atau 100 – 109
Hipertensi derajat III ≥ 180 Atau ≥ 110

2.1.4 Faktor Risiko


Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu12:
1) Faktor genetika (riwayat keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu

6
keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang
tekanan darahnya normal.
2) Ras
Orang - orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara
merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda.
3) Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre – menopause
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia
yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak
setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif
terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon estrogen. Kadar estrogen
menurun setelah menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal
penyakit jantung.
4) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang
mempengaruhi faktor psikis kuat.
5) Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini
mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara
fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer pituitary otak akan
menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan
hidrokortison kedalam darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di
AS menemukan enam penyebab utama kematian karena stress adalah PJK,

7
kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri.
6) Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk
memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut.
Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan
perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun
lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan. Mereduksi
berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat menurunkan resiko
kardiovaskular secara signifikan.
7) Asupan garam
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambahdan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga
memperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata
bahwa pada kelompok penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak garam
terdapat lebih banyak hipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya
sedikit garam.
8) Rokok (Nikotin)
Dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru
dan disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi
nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan efinephrine
(adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah,
sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan
yang lebih tinggi.

9) Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara
keseluruhan semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan
darah. Tapi pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki
tekanan darah yang agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan

8
jumlah yang sedikit.
10) Kurang Aktivitas Fisik
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan olahraga
aerobik yang teratur tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan belum
turun.
11) Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar
kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.12

2.1.5 Patofisiologi
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan
dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing
penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang
kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor
tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan
periferal.

9
Gambar 1. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah.7

2.1.6 Gejala Klinis


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala
walaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, bisa timbul gejala berikut:
1) Sakit kepala
2) Kelelahan
3) Mual-muntah
4) Gelisah

10
5) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung, dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati hipertensif
yang memerlukan penanganan segera.13

6. Penatalaksanaan
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah
mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi, adapun
penatalaksanaannya sebagai berikut:
A. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor
risiko, yaitu:
1)Turunkan berat badan pada obesitas.
2)Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3)Hentikan konsumsi alkohol.
4)Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5)Pola makan yang sehat.
6)Istirahat cukup dan hindari stress.
7)Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)

Diet hipertensi.
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan lebih
hati-hati terhadap makanan yang dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain:
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng,
abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan lainnya.
2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap,
terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.

11
B. Medikamentosa meliputi:
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan pengobatan non
medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai
salah satu obat berikut:
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala
dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita,
penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat
diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat
tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi
di atas, ditambahkan metildopa 2x 125-250 mg. Penderita hipertensi dengan asma
bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/ hipertensi emergensi segera
rujuk ke rumah sakit.14

7. Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut14:
A. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler,
ensefalopati.
B. Mata: retinopati hipertensif.
C. Kardiovaskuler: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel
kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolik dan
berakhir pada gagal jantung (heart failure).
D. Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

12
E. Arteri perifer: klaudikasio intermiten

8. Pencegahan
Dalam melakukan pencegahan hipertensi, orang dewasa diharapkan mampu
menerapkan gaya hidup sehat dan menghilangkan faktor-faktor risiko yang dapat
dimodifikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
Hubungan erat antara obesitas dengan hipertensi telah banyak dilaporkan.
Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga mencapai IMT normal
18,5-22.9 kg/m2, lingkar pinggang, <90cm untuk laki-laki atau <80cm untuk
perempuan.
2) Melakukan olahraga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
(sejauh 3 kilometer) lima kali per-minggu dapat menurunkan tekanan darah.
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem syaraf sehingga menurunkan tekanan darah.
3) Berhenti merokok
Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan
merokok. Dapat dilakukan pendidikan atau konseling berhenti merokok
pada individu yang bertujuan untuk mendorong semua bukan perokok untuk
tidak mulai merokok dan menganjurkan keras semua perokok untuk
berhenti merokok serta membantu upaya mereka untuk berhenti merokok.
4) Mengurangi konsumsi alkohol
Satu studi meta-analisis menunjukan bahwa kadar alkohol seberapapun,
akan meningkatkan tekanan darah. Mengurangi alkohol pada penderita
hipertensi yang biasa minum alkohol, akan menurunkan TDS rerata 3,8
mmHG. Batasi konsumsi alkohol untuk laki-laki maksimal 2 unit per hari
dan perempuan 1 unit per hari, jangan lebih dari 5 hari minum per minggu
(1 unit = setengah gelas bir dengan 5% alkohol, 100 ml anggur dengan
10% alkohol, 25 ml minuman 40% alkohol).15

13
2.2. Konsep Pendekatan Kedokteran Keluarga
2.2.1. Pengertian dan Bentuk Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan
perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga
merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam
menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,
adopsi, maupun perkawinan.16
Keluarga adalah orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah dan ikatan adopsi, para anggota sebuah keluarga biasanya hidup
bersamasama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi satu
sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah ibu, anak
laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari, keluarga biasanya
menggunakan kultur yang sama.17

2.2.2 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Menurut (Murwani, 2007) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah:
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari
anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling

14
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam
memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga
anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.Fungsi
afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi
afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan
perembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian,
dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak

15
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.17

2.2.3 Tipe Keluarga


Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga. Menurut Friedman (1998) Tipe keluarga ada 2 yaitu17 :
Tipe keluarga Tradisional17
a) Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b) Extended family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
c) Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami/ istri, tinggal
dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
d) Niddle age / aging couple

16
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti
karier.
e) Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/ salah
satu bekerja diluar rumah.
f) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan
anakanaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g) Dual carrier
Suami istri/ keduanya orang karier dan tanpa anak.
h) Commuter married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i) Singgle adult
Wanita/ pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin.
j) Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k) Institusional
Anak-anak/ orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
l) Comunal
Satu rumah terdiri dari dua/ lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m) Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
n) Unmarried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
o) Cohibing couple

17
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

Tipe keluarga non tradisional17


a) The unmarried trenegemather yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d) The non marital heterosexual cohibitang family yaitu keluarga yang hidup
bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana suami istri (marital partners).
f) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk seksual dan membesarkan anak.
h) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilainilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab
membesarkan anak.
i) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya.
j) Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak mendapatkan
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

18
k) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan

2.2.4 Struktur Keluarga


Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi
seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke
arah positif. Tipe struktur kekuatan:
• Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap
anak)
• Referent power (seseorang yang ditiru)
• Resource or expert power (pendapat ahli)

19
• Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
• Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
• Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
• Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta
kasih misalnya hubungan seksual) Hasil dari kekuatan tersebut yang akan
mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan
norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan
dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah.17

2.2.5. Pengaruh Keluarga terhadap Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran
di bidang kesehatan meliputi:
A. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu
mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggita
keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan
dalam keluarga (suprajitno, 2004).
B. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yag mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang
tepat (Suprajitno, 2004). Friedman, 1998 menyatakan kontak keluarga dengan

20
system akan melibatkan lembaga kesehatan professional ataupun praktisi local
(dukun) dan sangat bergantung pada:
1) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga?
2) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi
salah satu anggota keluarga?
3) Apakah kepala keluarga takut akibat akibat terapi yang dialakukan terhadap
salah satu angghota keluargaya?
4) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk mampu menjangkau fasilitas
kesehatan?
C. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau
tanggung jawabnya secara penuh. Pemberian perawatan secara fisik
merupakan beban yang paling berat yang dirasakan keluarga (Friedman
1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga memiliki keterbatasan
dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Di rumah keluarga memiliki
kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat
dikaji:
1) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan
yang diperlukan pasien?
3) Bagaiman sikap keluarga terhadap pasien? (aktif mencari informasi tentang
perawatan terhadap pasien).

D. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga


1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki sekitar lingkungan
rumah
2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya
3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan

21
E. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada aggota keluarga yang
sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantra atau dukun. Untuk mengetahui
kemampuan keluarga dalam menfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang18:
1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau
keluarga
2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga
Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hambatan yang dapat muncul
terutama komunikasi (bahasa) yang kurang dimengerti oleh petugas kesehatan.
Pengalaman yang kurang menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan denga
petugas kesehatan.18

2.2.6. Tahapan Perkembangan Keluarga


a) Tahap I (Keluarga dengan pasangan baru)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim
yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan
kekerabatan, perencanaan keluarga.19

b) Tahap II (Childbearing family)


Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi siklus
kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah membentuk keluarga
muda sebagai suattu unit yang stabil (menggabungkan bayi yang baru kedalam
keluarga), memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan

22
pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek.19

c) Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)


Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 21⁄2 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah,
istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri- saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga
akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak,
mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam
keluarga dan diluar keluarga.19

d) Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)


Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas,
sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal
dan hubungan keluarga pada tahap ini juga maksimal.Tugas perkembangan
keluarga pada tahap IV adalah menyosialisasikan anak-anak termasuk
meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.19

e) Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)


Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama
enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan
keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia
lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja
adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang
dewasa muda.

23
f) Tahap VI (keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika
anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada tahap ini
adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewas muda, termasuk
memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya,
melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
pernikahan, membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.

g) Tahap VII (Orang tua paruh baya)


Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah
satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan
hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka,
memperkuat hubungan pernikahan.

h) Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan dan
berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan perkembangan tahap keluarga
ini adalah mempertahanka penataan kehidupan yang memuaskan.

2.2.7. Genogram
Genogram adalah pohon keluarga yang menggambarkan faktor
biopsikososial individu dan keluarga dalam 3 generasi. Genogram dapat pula
menggambarkan siklus hidup keluarga, penyakit, dan hubungan antaranggota
keluarga. Kegunaan genogram adalah untuk mengetahui hubungan di antara
anggota keluarga, masalah medis dan psikologis keluarga yang sederhana, mudah,
cepat serta murah. Informasi yang didapat dari genogram dapat digunakan oleh
seorang dokter untuk mengambil keputusan terhadap masalah pasien dan

24
keluarganya. Di Indonesia penggunaan genogram sebagai alat deteksi yang
diharapkan mampu mengungkapkan faktor risiko dalam sebuah keluarga belum
banyak digunakan dalam praktik sehari-hari sehingga perlu diteliti dengan
harapan penggunaan genogram ini dapat menjadi salah satu prosedur dalam
mengelola pasien dan keluarga pada praktik dokter. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui sejauh mana fungsi genogram dalam mendeteksi dini faktor risiko
penyakit keganasan dan degeneratif.

Gambar 2. Genogram

2.2.8. Family Assassment (APGAR, Screem)


Para pakar studi keluarga meyakini bahwa sesungguhnya sukar dalam
membuat indikator keberfungsian keluarga. Ada banyak model atau teori
mengenai keberfungsian keluarga namun sangat sedikit penjelasan mengenai
ukuran keberfungsian keluarga.
Beavers dan Hampson (1990) menyusun model keberfungsian keluarga
menggunakan konsep gaya dan kompetensi. Dimensi kompetensi digunakan
untuk menilai secara global kualitas kesehatan atau kompetensi keluarga yang
diaplikasikan ke dalam beberapa dimensi dan sub dimensi antara lain;
A. Struktur keluarga, meliputi kuasa, koalisi dan kedekatan orang tua
B. Metologi keluarga, meliputi keyakinan dan persepsi terhadap keluarga
C. Negosiasi, meliputi relasi untuk pemecahan masalah
D. Otonomi, termasuk menyatakan ekspresi, tanggungjawab, dan keterbukaan

25
E. Pengaruh, termasuk rentang perasaan, mood dan nada suara, dan konflik
empati.

Dunst, Trivette dan Deal (1988) menyarankan beberapa indikator keberfungsian


institusi keluarga yaitu:
A. Nilai keluarga yaitu nilai-nilai yang dianut dan yang diamalkan oleh semua
anggota keluarga. Nilai-nilai keluarga tersebut diantaranya;
1) Percaya dan mempunyai komitmen terhadap meningkatkan kesejahteraan
dan perkembangan anggota keluarga dan juga unit keluarga itu sendiri
2) Nilai, peraturan dan sistem kepercayaan yang jelas dan menerangkan
tingkah laku yang boleh dan tidak boleh diterima.
3) Hidup dengan penuh tujuan baik dalam waktu senang maupun susah
4) Berbagi tanggungjawab
5) Menghormati hak pribadi anggota keluarga
6) Mempunyai ritual dan tradisi keluarga
7) Mempercayai kepentingan untuk menjadi aktif dan mempelajari persoalan
baru
8) Mempercayai bahwa segala sesuatu masalah bisa diselesaikan jika
anggota Keluarga bekerjasama.
9) Mempertimbangkan tentang integrasi dan kesetiaan keluarga

B. Keterampilan Keluarga menilik kemampuan keluarga dan anggotanya


bertahan dalam berbagai situasi yang dihadapinya. Kemampuan tersebut
diantaranya;
1) Mempunyai strategi daya tindak (coping strategy) yang berbagai bagi
menangani peristiwa kehidupan yang normal dan bukan normal
2) Mengamalkan ciri fleksibilitas dan adaftif dalam mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber bagi memenuhi kebutuhan
3) lmu dan keterampilan yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan
dan menetapkan hasil.

26
4) Kemampuan untuk mengekalkan ciri positif dalam semua aspek
kehidupan termasuk melihat krisis dan tantangan sebagai peluang untuk
berkembang.
5) Kemampuan untuk menggerakkan anggota keluarga untuk memperoleh
sumber-sumber yang diperlukan
6) Kemampuan mewujudkan dan mengekalkan hubungan harmonis di dalam
dan di luar sistem keluarga
7) Kemampuan merencanakan dan menyusun tujuan keluarga

C. Pola interaksi merujuk pada kemampuan keluarga dan anggotanya


membangun dan mengembangkan pola-pola interkasi sosial baik di dalam
keluarga maupun di luar keluarga. Pola interaksi ini terdiri dari;
1) Anggota keluarga saling bersetuju mengenai nilai dan kepentingan
menggunakan waktu dan tenaga keluarga dalam menetapkan tujuan,
mengidentifikasi kebutuhan dan melaksanankan fungsi
2) Menghargai sumbangan dan pencapaian besar dan kecil anggota keluarga
dan mendorong anggota keluarga untuk terus berusaha memperbaikinya
3) Bersatu dalam menjalankan aktivitas keluarga
4) Berkomunikasi secara efektif dan sentiasa menggalakkan sumbangan ide
dan kritik positif dari anggota
5) Mengamalkan praktek mendengarkan secara efektif terhadap masalah,
kehendak, kekecewaan, aspirasi, ketakutan dan harapan anggota keluarga
dengan penuh dukungan
6) Meluahkan pengukuhan dan dukungan terhadap dan sesama anggota
keluarga.
Keberfungsian keluarga akan menjamin keluarga menjalankan fungsi-
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Perpaduan dan interaksi nilai keluarga,
keterampilan dan pola interaksi yang positif menjadikan keluarga memiliki
keberfungsian dalam menghadapi sebarang persoalan, mampu mengurus
sumber, menyusun tujuan dan melihat tantangan sebagai peluang untuk

27
mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan
anggota-anggotanya.

Tabel 4. Family APGAR


Komponen Indikator Skor
Adaptation kepuasan anggota keluarga dalam menerima 0-2
bantuan yang diperlukan dari anggota keluarga
lainnya
Partnership kepuasan angota keluarga terhadap berkomunikasi, 0-2
urun rembuk dalam mengambil keputusan dan atau
menyelesaikan suatu masalah yang sedang
dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
Growth kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan 0-2
yang diberikan keluarga dalam mematangkan
pertumbuhan dan kedewasaan setiap anggota
keluarga.
Affection kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang 0-2
serta interaksi emosional ynag berlangsung dalam
keluarga.
Resolve kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaam 0-2
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar
anggota keluarga.
Total

Tabel 5. Kuisioner APGAR Keluarga


Hampir Kadang Hampir
tidak -kadang selalu
pernah
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
menjalankan sesuai dengan seharusnya

28
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat
membantu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang saya hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan
keluarga saya untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
Saya puas dengan kehangatan/kasih sayang
yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang disediakan
keluarga untuk menjalin kebersamaan

Interpresinya :
Jawaban sering/selalu diberikan nilai 2, jawaban kadang-kadang
diberikan nilai 1 dan jawaban jarang/tidak pernah diberi nilai 0. bila hasil
akumulasi kelima nilai diatas adalah antara:
1. 7-10 = keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota keluarga
saling mendukung satu sama lain
2. 4-6 = keluarga yang dinilai adalah kurang sehat, dalam arti hubungan antara
anggota keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan
3. 0-3 = keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti samgat
memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar
anggota keluarga.

2.2.9. Family SCREEM


SCREEM keluarga (Sosial, Kultural, Religi, Ekonomi, Edukasi, Medis)
menggambarkanketersediaan sumber, penilaian kapasitas keluarga dalam
berpartisipasi pada ketentuan pelayanan kesehatan atau mengatasi krisis.21
Tabel 6. Family SCREEM
Sumber Patologi
Social Interaksi sosial merupakan bukti Terisolasi dari

29
antara anggota keluarga, anggota luar keluarga,
keluarga jalur komunikasi yang masalah
seimbang dengan grup sosial diluar komitmen
keluarga seperti teman, grup olahraga, berlebih
klub dan komunitas lainnya
Cultural Kebanggan budaya atau kepuasan Keterbelakangan
dapat teridentifikasi, khususnya dalam etnis/budaya
grup etnis yang jelas
Religious Tawaran agama yang memuaskan Ritual/dogma
pengalaman spiritual dan hubungan yang kaku, lemah
dengan grup diluar keluarga yang iman
mendukung
Economic Stabilitas ekonomi cukup untuk Kekurangan
menyediakan kepuasaan yang ekonomi yang
berhubungan dengan status keuangan tidak sesuai
dan kemampuan untuk menyatukan dengan rencana
permintaan ekonomi sesuai dengan ekonomi
norma kehidupan
Education Pendidikan anggota keluarga cukup Halangan untuk
untuk mengijinkan anggota keluarga memahami
memecahkan atau memahami sebagian
besar permasalahan yang muncul
dalam gaya hidup formal yang
dibangun oleh keluarga
Medical Perawatan kesehatan tersedia melalui Tidak tersedia
saluran yang mana secara mudah sumber
terbangun dan sebelumnya dialami peralatan/fasilitas
cara yang memuaskan dalam perawatan
Untuk mengisi kolom Family SCREEM kita harus bisa menentukan
sumber daya yang berguna dan yang tidak berguna ditinjau dari segi sosial,

30
budaya, agama, ekonomi, pendidikan, kesehatan. sumber daya yang berguna
dimasukkan kedalam kolom resource.
2.2.10. Prinsip-prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam
banyak terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/ pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan/ mewujudkan:22
A. Pelayanan yang holistic dan komprehensif
B. Pelayanan yang kontinyu
C. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
D. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
E. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral bagian dari
keluarganya
F. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
G. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum
H. Pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan I. Pelayanan yang
sadar biaya dan sadar mutu
Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka
disusun kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter untuk dapat disebut
menjadi dokter keluarga.

2.2.11. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Individu dan


Keluarga
Epidemiologic triangle biasa digunakan untuk menganalisis terjadinya
suatu penyakit. Timbulnya penyakit disebabkan tidak seimbangnya antar
penjamu (host), agen penyakit (agents), dan lingkungan (environment).

31
Gambar 3. Epidemiologic triangle
Teori klasik H. L. Brum menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu:
A. Gaya hidup (life style)
B. Lingkungan (social, ekonomi, politik, budaya)
C. Pelayanan kesahatan
D. Factor genetic (keturunan)
Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status
kesehatan seseorang.

Gambar 4. Teori H. L. Blum

32
Mandala of Health
Mandala kesehatan merupakan sebuah model yang menggambarkan ekosistem
manusia sebagai keterkaitan jaringan yang kompleks, dimana setiap
komponennya memiliki potensi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia
(Hancock 1985).

Gambar 5. Mandala of Heatlh

33
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. ACD
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Lematang III, no. 23, Palembang
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Penjual makanan
Dokter Muda : Chindy Putri Oktrisna, Fahira Anindita

3.2. Anamnesis ( Agustus 2021)


Keluhan utama
Sakit kepala sejak 7 hari yang lalu.

Riwayat perjalanan penyakit


Sejak 7 hari yang lalu, pasien mengeluh sakit kepala. Sakit dirasakan hilang
timbul, tidak dipengaruhi oleh aktifitas. Sesak nafas tidak ada. Pandangan kabur
tidak ada. Mual dan muntah tidak ada. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien
telah terdiagnosis hipertensi sejak 11 tahun yang lalu. Pasien mengaku pernah
mendapat obat dari puskesmas terdekat tapi sudah tidak pernah dikonsumsi lagi
sejak ±2 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Terdahulu


• Riwayat mengalami keluhan yang sama sebelumnya ada
• Riwayat kencing manis disangkal
• Riwayat penyakit hati (kuning) disangkal
• Riwayat penyakit tuberculosis disangkal

34
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Riwayat darah tinggi disangkal
• Riwayat kecing manis disangkal.
• Riwayat penyakit hati (sakit kuning) disangkal.
• Riwayat penyakit tuberculosis disangkal
• Riwayat Asma ada, pada anak kedua dan ketiga

Riwayat Pengobatan :
Amlodipin 1 x 5 mg
Captopril 2 x 25 mg
Diet rendah garam

Riwayat Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi dan tidur malam

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan ibu dari 3 orang anak. Pasien bekerja sebagai penjual makanan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suami pasien bekerja sebagai buruh
bangunan. Pendapatan keluarga tergolong kurang. Pasien tinggal di kelurahan
lebong gajah. Rumah yang ditinggali tergolong kecil dan merupakan rumah
kontrakan. Berdinding batako. Pencahayaan kurang. Ventilasi kurang baik. Pasien
tergolong ekonomi menengah ke bawah.

3.3. Pemeriksaan Fisik (24 Agustus 2021)


a. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 180/130 mmHg
Nadi : 87x/menit, regular
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,5oC

35
b. Status Lokalis
1. Kepala
Normosefali, simetris, ekspresi wajar
2. Mata
Eksoftalmus (-/-), endoftalmus (-/-), kelopak tenang, konjungtiva palpebral
anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, gerakan luas ke segala arah.
3. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, secret telinga (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
4. Hidung
Deformitas (-), septum deviasi (-), cavumnasi lapang (+), sekret (-), epistaksis (-),
anosmia (-).
5. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), atrofi papil (-), tonsil
tenang.
6. Leher
Pembesaran KBG (-), JVP tidak diperiksa, struma (-), kaku kuduk (-)
7. Paru-paru
Inspeksi : Statis simetris, dinamis tidak ada yang tertinggal, jejas (-),
retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Nyeri ketuk (-), sonor di kedua lapang paru, batas paru hepar ICS
VI linea midclavicular dextra.
Auskultasi : Vesikular (+) normal pada kedua lapang paru, ronkhi (-),
wheezing (-)
8. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung ICS IV linea
sternalis dextra, batas kiri jantung ICS V linea midclavicular
sinistra

36
Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
9. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
10. Ekstremitas
Akral hangat (+), edema pretibial (-), palmar pucat (-)

3.4. Diagnosis Holistik


3.4.1 Diagnosis Klinis: Hipertensi Stage II menurut klasifikasi JNC 7
3.4.2. Family Assesment
a. Fungsi Holistik
Komponen yang diperhatikan dalam fungsi holistik adalah fungsi biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi
1) Fungsi Biologi
Melalui asesmen yang dilakukan, dapat disimpulkan pada keluarga ini
memiliki resiko penyakit tidak menular yang dapat diturunkan yaitu hipertensi.
Tidak ditemukan kejadian penyakit menular ditemukan pada keluarga Ny. ACD.
Fungsi biologis keluarga ini dinilai cukup baik karena anggota keluarga yang lain
tidak memiliki keluhan dan temuan yang sama seperti Ny. ACD.

2) Fungsi Psikologis
Keluarga Ny. ACD memiliki fungsi psikologis yang cukup baik.
Hubungan antar anggota keluarga dekat satu sama lain. Bila mengalami masalah,
keluarga Ny. ACD memilih untuk diselesaikan secara kekeluargaan

3) Fungsi Sosial Ekonomi


Kondisi ekonomi keluarga dapat dikatakan menengah ke bawah. Ny. ACD
bekerja sebagai penjual makanan dan suami pasien bekerja sebagai buruh
bangunan memiliki pendapatan sebulan ± Rp. 1.500.000,-. Pendapatan keluarga

37
kurang. Anak pertama dari Ny. ACD sudah tamat SMA, anak yang kedua SMA,
dan yang ketiga SMP. Pasien tinggal di kelurahan Lebong Gajah. Rumah yang
Tipe rumah 36, berdinding batako dengan pencahayaan kurang, dengan
ventilasinya kurang baik.
b. Fungsi Fisiologis
Skor APGAR dapat digunakan dalam mengukur fungsi fisiologis suatu
keluarga. Fungsi ini digunakan dengan tujuan menilai fungsi keluarga dengan cara
masing-masing anggota keluarga menilai hubungan mereka dengan anggota
keluarga lainnya.
• Adaptation: Keluarga ini secara umum mampu beradaptasi antar anggota
keluarganya. Mereka saling mendukung, memberikan semangat, dan memberikan
saran sehari-harinya.
• Partnership: Kerjasama dan komunikasi keluarga ini cukup baik. Keluarga saling
berbagi informasi dan umumnya dapat membagi tugas satu sama lain di antara
anggota keluarga.
• Growth: Keluarga Ny. ACD saling mendukung satu sama lain
• Affection: Anggota keluarga saling menyayangi dengan cukup baik
• Resolve: Nilai kebersamaan cukup terasa di keluarga Ny. ACD

c. Fungsi Patologis
Fungsi patologis dari sebuah keluarga dapat dinilai dengan skor SCREEM
• Social: Interaksi keluarga ini dengan tetangga sangat baik
• Culture: Keluarga Ny. ACD merespon dengan baik budaya, tatakrama, adat
istiadat, dan sopat santun. Bahasa di rumah yang digunakan sehari-hari adalah
Bahasa Palembang
• Religious: Keluarga ini beribadah sesuai agama yang mereka anut (Islam).
• Economic: Status ekonomi keluarga Ny. ACD menengah ke bawah
• Educational: Tingkat pendidikan Ny. ACD buruk dengan pendidikan terakhir
SMP. Pendidikan terakhir Tn. J. adalah SMA. Pendidikan anak-anak mereka
cukup baik karena bersekolah di SMA dan SMP saat ini.

38
• Medical: Keluarga ini sudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang
memadai dan kesadaran untuk berobat ke fasilitas kesehatan kurang baik
d. Fungsi Hubungan Antar Manusia
Keseharian antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Sosialisasi
keluarga dengan masyarakat dan tetangga sekitar lingkungan rumah tergolong
sangat baik. Keluarga Ny. ACD senantiasa untuk membantu tetangga sekitar jika
sedang mengalami kesulitan.

e. Fungsi Keturunan
Genogram Keluarga Ny. ACD Fungsi genogram cukup baik, dikarenakan
tidak ada anggota keluarga mengalami gejala yang sama seperti yang dialami oleh
Ny. ACD

f. Fungsi Perilaku
Fungsi perilaku cukup baik. Tetapi keluarga Ny. ACD memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai masalah kesehatan. Hal ini ditandai dengan
perilaku Ny. ACD yang jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, diketahui
pasien terakhir memeriksakan diri 3 bulan yang lalu. Pasien juga jarang
mengonsumsi obat secara rutin.

g. Fungsi Non-perilaku
Lingkungan sekitar rumah Ny. ACD cukup baik. Interaksi dengan
tetangga cukup dekat. Jarak puskesmas/rumah sakit sangat dekat, berkisar antara
200 meter.

39
h. Fungsi Indoor
Kondisi dalam rumah tidak memenuhi syarat-syarat rumah sehat. Ruang
keluarga cukup luas. Pencahayaan rumah kurang baik. Pada ventilasi rumah yang
sedikit kurang sehingga untuk sirkulasi udara kurang baik. Di rumah Ny. ACD,
akses cahaya terdapat pada jendela. Jumlah jendela kurang banyak sehingga
menyebabkan keadaan rumah pada pasien kurang terang. Kamar tidur terkesan
sangat padat dan kurang pencahayaan. Kondisi lantai bersih dan dinding terbuat
dari batako dan masih ada yang belum dilapisi cat. Tempat Ny. ACD berjualan
makanan berada pada depan teras rumah. Kamar mandi berada di dalam rumah
dan terhubung dengan septic tank. Sumber air berasal dari sumur. Tidak tampak
sampah berserakan pada rumah Ny. ACD

i. Fungsi Outdoor
Ny. ACD tinggal di lingkungan yang cukup sehat. Meskipun rumah tidak
memiliki batas pagar masing-masing, rumah antar warga yang tidak hanya
dipisahkan dengan tembok saja. Di depan rumahnya tidak ada penumpukan
sampah dan tidak ada tanaman dan pohon di depan rumah Ny. ACD.

3.5 Penatalaksanaan Komprehesif


a. Farmakologis
- Amlodipine 1 x 5 mg
- Captopril 2 x 25 mg
- Hasil yang diharapkan:
Pasien mau meminum obat secara teratur dan menghindari faktor
risiko agar tidak memperberat penyakit serta keluhan yang dirasakan
pasien menjadi berkurang.

b.Edukasi

40
- Menjelaskan ke pasien mengenai penyakit hipertensi yang dideritanya,
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, dan cara
menjaga tekanan darah agar tetap dalam batas normal
- Menjelaskan pasien bahwa pasien harus minum obat teratur, pasien harus
mengatur pola makan dengan cara membatasi konsumi gula, garam serta
makanan berlemak/digoreng
- Menyarankan pasien untuk berolahraga, seperti jalan cepat keliling sekitar
pemukiman selama 30 menit dalam 3–4 x/ minggu
- Menyarankan pasien untuk mendapatkan waktu tidur yang cukup

c. Keterlibatan Keluarga
- Menyarankan suami dan anak pasien untuk meluangkan waktu dan
memperhatikan pola makan dan aktivitas pasien
- Menyarankan suami atau anak pasien untuk mengingatkan pasien mengenai
keteraturan minum obat dan kontrol rutin ke puskesmas mengenai penyakit
hipertensinya

3.6. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

41
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hipertensi
Keluhan utama yang dirasakan berupa sakit kepala yang dirasakan Ny.
ACD merupakan akibat dari hipertensi yang tidak terkontrol yang diakibat dari
ketidakteraturan dalam minum obat. Hal ini dapat terjadi akibat dari berbagai
faktor, salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang dimiliki
dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai komplikasi.
Ny. ACD juga tidak memperhatikan makanan-makanan yang harus dihindari
apabila seseorang memiliki penyakit hipertensi. Ny. ACD masih sering makan-
makanan yang mengandung garam yang tinggi dan makan makanan yang
digoreng. Ny. ACD memiliki resiko yang tinggi terkena hipertensi disebabkan
oleh Ny. ACD memiliki kebiasaan merokok, tidur larut malam dan minum kopi
sampai usia seperti sekarang.
Dari aspek usia Ny. ACD 49 tahun juga merupakan faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi. Ny. ACD tidak patuh dalam mengonsumsi obat-obat
penurun tekanan darah setiap hari. Disinilah peran dokter dan tenaga kesehatan
terutama di layanan primer untuk tetap mengedukasi masyarakat tentang
kesadaran terhadap kesehatan masingmasing individu dan sesama.
Edukasi yang dilakukan tidak hanya pada Ny. ACD saja, tetapi kepada
seluruh anggota keluarga. Hal ini dapat berguna untuk mencegah terjadinya
hipertensi pada anggota keluarga yang lain. Tidak hanya itu, pemberian edukasi
kepada seluruh keluarga dapat meningkatkan kepatuhan dalam mengontrol
tekanan darah karena anggota keluarga yang lain dapat mengingatkan Ny. ACD
untuk mengonsumsi obat setiap hari dan mengecek kesehatan secara rutin ke
puskesmas terdekat.

42
4.2 Inovasi Pencegahan Hipertensi
Jumlah kasus Hipertensi di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut
Riskesdas tahun 2018 prevalensi kejadian hipertensi mencapai 34.1% yang
semakin meningkat dibandingkan dengan tahun 2013. Maka dari itu, diperlukan
inovasi untuk mencegah terjadinya hipertensi.
Pengobatan penderita hipertensi di Puskesmas Sematang Borang sudah
cukup baik, namun masih ada beberapa penderita hipertensi yang jarang
mengontrol dan rutin minum obat, salahsatunya Ny. ACD. Adapun masyarakat
sehat yang masih kurang kesadarannya untuk mengukur tekanan darah secara
rutin. Hal ini terjadi dikarenakan pengetahuan penderita, keluarga, dan masyarakat
yang masih kurang mengenai penyakit hipertensi. Untuk menangani hal tersebut
dapat diadakan berbagai macam inovasi yang dilakukan, yaitu:
1. Penyuluhan secara Home Visite kepada penderita dan keluarga penderita
Hipertensi
Hal ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku, kebersihan
rumah dan lingkungan, ketaatan dalam meminum obat hipertensi, dan dukungan
terhadap penderita hipertensi dari keluarga hipertensi. Pemberian penyuluhan
secara Home Visite dilakukan oleh petugas kesehatan beserta kader kesehatan.
Petugas kesehatan memeriksa keadaan penderita hipertensi beserta keluarga
penderita, lalu memeriksa kebersihan lingkungan rumah, dan perilaku dan
kebiasaan setiap anggota keluarga penderita (seperti jumlah asupan garam perhari,
makanan berminyak, dan rutin berolahraga). Kemudian dilakukan edukasi
mengenai penyakit hipertensi (faktor resiko, gejala, penularan, pengobatan, dan
lain-lain). Petugas kesehatan juga memberikan edukasi mengenai obat hipertensi,
seperti cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang muncul ketika putus obat.
Penderita hipertensi diberikan inform consent mengenai penyakit dan
pengobatannya serta kesepakatan untuk tidak putus obat dengan alasan apapun.

2. Pembuatan poster edukasi mengenai bahaya dan pencegahan Hipertensi.


Hal ini ditujukan kepada penderita dan keluarga penderita khususnya pada
keluarga yang tinggal bersama dengan penderita hipertensi. Dengan kemajuan

43
teknologi yang sangat pesat, sudah sangat lumrah bagi masyarakat sekitar untuk
mempunyai gadget sebagai salah satu pembantu kehidupan. Dengan kita membuat
video mengenai hipertensi, keluarga penderita dapat mengetahui cara mengenali
gejala hipertensi, dan cara penanganannya dengan lebih mudah. Tentunya video
ini akan diperkenalkan oleh petugas kesehatan kepada keluarga penderita
Hipertensi dengan bantuan dari kader kesehatan. Petugas kesehatan memberikan
video edukasi dan menyebarkan leaflet ketika dilakukan penyuluhan Home Visite
atau penyuluhan berkala di Posyandu RT tersebut. Petugas kesehatan juga
memberikan edukasi mengenai hipertensi sembari masyarakat melihat video
edukasi. Peralatan untuk pemutaran video edukasi disiapkan oleh petugas dan
kader kesehatan. Video edukasi ini juga dapat dilihat secara mobile melalui
gadget dari masing-masing keluarga penderita. Bagi anggota keluarganya yang
tidak mempunyai smartphone, maka dapat diberikan video edukasi ketika sedang
dilakukan penyuluhan Home Visite.

44
Gambar 6. Contoh Leaflet Edukasi Hipertensi

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tingginya kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang
Palembang disebabkan oleh beberapa faktor. Sebagian besar adalah permasalahan
ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Pengetahuan
masyarakat yang kurang mengenai penyakit Hipertensi, pentingnya tindakan
preventif dibandingkan kuratif dalam penyakit Hipertensi, dan pengetahuan yang
kurang tentang tatalaksana Hipertensi menjadi faktor utama mengapa angka
kejadian kasus Hipertensi saat ini masih tinggi. Pengelolaan Hipertensi dengan
Konsep Pelayanan Kedokteran Keluarga sangat penting untuk diterapkan di

45
wilayah kerja Puskesmas agar penatalaksanaan dan pencegahan dapat berjalan
dengan komprehensif.

5.2 Saran
Kami menyarankan masukan kepada Puskesmas, yaitu yang pertama
adalah mengadakan audiensi kepada pemerintah daerah terkait untuk memberikan
bantuan tunai kepada masyarakat-masyarakat yang tidak mampu di daerah
Kelurahan Sematang Borang agar setidaknya pasien memiliki biaya untuk pergi
ke puskesmas ataupun memberikan layanan transportasi gratis yang mencakup
seluruh kecamatan di lingkungan kerja Puskesmas Sematang Borang agar mereka
memiliki fasilitas yang cukup untuk setidaknya memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas. Lalu, kedua kami menyarankan kepada Puskesmas untuk memulai
kembali penyuluhan tatap muka di pemukiman warga, dikarenakan keadaan
Pandemi Covid-19 banyak keterbatasan yang sulit untuk dilakukan, tetapi
mempertimbangkan keadaan ekonomi, mungkin lebih baik Petugas Puskemas
dapat turun langsung dengan menerapkan protokol yang ketat dan penggunaan
alat pelindung diri yang lengkap. Dengan menerapkan hal ini diharapkan jumlah
kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang menurun

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi


Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
2. Sudoyo Aw, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid Ii. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
3. World Health Organization (Who). 2013. About Cardiovascular Diseases.
World Health Organization: Geneva. Tersedia Di Http://Www.Who.Int/Card
Iovascular_Diseases/About_Cvd/En/ [Diakses 22 Agustus 2021]
4. Biro Komunikasi Dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Ri.
Hipertensi Penyakit Yang Paling Banyak Diidap Masyarakat.2019.

46
Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/View/19051700002/Hipertensi-penyakit-
Palingbanyakdiidapmasyarakat.Html#:~:Text=Berdasarkan%20Riskesdas%2
02018%20prevalensi%20Hipertensi,Tahun%20(55%2C2%25). Diakses Pada
22 Agustus 2021
5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018) Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Ri Tahun 2018.
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Infoterkini/Materi_Rakorpo
p_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.Pdf, Diakses Pada 23 Agustus 2021
6. Kandarini, Yenny. 2015. Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi.
Denpasar: Fk Unud
7. Perki. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. 2015.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Jakarta,
8. Yogiantoro, Mohammad. 2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam; Hal. 610. Jakarta.
9. Kasper, Braunwald, Fauci, Et Al. Harrison’s Principles Of Internal Medicine
17th Edition. New York: Mcgrawhill:2008
10. Catzel, Pincus & Ian Robets. (2010). Kapita Seleta Pediatri Edisi Ii. Alih
Bahasa Oleh Dr. Yohanes Gunawan. Jakarta: Egc.
11. Logan, Ag. 2011. Hypertension In Aging Patients. Expert Rev Cardiovasc
Ther 9(1): 113-120.
12. Nuraini, B. (2015). Risk Factors Of Hypertension. Jurnal Majority, 4(5)
13. Sitompul, A. P. (2018). Pemakaian Obat Generik Antihipertensi Yang
Banyak Diresepkan Di Apotek Samudra Kota Medan (Doctoral Dissertation,
Institut Kesehatan Helvetia).
14. Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Deepublish.
15. Departemen Kesehatan Ri, 2013, Pedoman Teknis Penemuan Dan
Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidakmenular
16. Stuart,G.W.,Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th Ed.).
Jakarta: Egc.

47
17. Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori Dan
Praktek.(Family Nursing Teori And Practice). Edisi 3. Alih Bahasa Ina
Debora R. L. Jakarta:Egc
18. Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Egc.
19. Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, Dan
Praktek. Edisi Ke-5. Jakarta: Egc.
20. Wattendorf Dj, Hadley Dw. Family History: The Three-Generation Pedigree.
Aafp. 2005;72(3):441–8
21. Syepriana, Y., Wahyudi, F., & Himawan, A. B. (2018). Gambaran
Karakteristik Kesiapan Menikah Dan Fungsi Keluarga Pada Ibu Hamil Usia
Muda (Doctoral Dissertation, Faculty Of Medicine
22. Prasetyawati, A. E. (2010). Kedokteran Keluarga. Rineka Cipta: Jakarta.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Kondisi rumah Ny. ACD

Gambar 1. Kondisi Depan Rumah Gambar 2. Kamar Tidur

48
Gambar 3. Dapur Gambar 4. Kamar Mandi

Gambar 4. Ruang Tamu

Gambar 5. Wawancara dan Pemberian Edukasi

49
Gambar 5. Pengukuran Tekanan Darah

LAMPIRAN 2. Pengisian Skor APGAR oleh Pasien.

APGAR SKOR KELUARGA


Tidak Kadang Selalu
APGAR Keterangan
pernah (0) (1) (2)
Saya merasa puas karena saya bisa
meminta bantuan pada keluarga
Adaptasi
/(teman-teman) saya pada saat saya 
merasa kesusahan.
Saya merasa puas dengan cara
keluarga /(teman-teman) saya
Partnership membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan

saya.
Saya merasa puas bahwa keluarga
/(teman-teman) saya menerima dan
Growth
mendukung keinginan saya untuk 
melakukan aktivitas atau arah baru.
Saya merasa puas dengan cara
keluarga /(teman-teman) saya
mengekspresikan perhatian dan kasih
Afeksi
sayang dan berespon terhadap emosi- 
emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai.
Saya puas dengan cara keluarga/
Resolve (teman-teman) saya menyediakan
waktu bersama- sama dengan saya. 
Total Nilai 9

Interpretasi :
 Nilai < 3 : Disfungsi keluarga tinggi
 Nilai 4 – 6 : Disfungsi keluarga sedang
 Nilai 7 – 10 : Baik

50

Anda mungkin juga menyukai