Anda di halaman 1dari 31

1.

1 Manajemen Program
RESUME
Kesehatan Ibu Anak (KIA)

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar. Pemerintah
Daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil
sesuai standar kepada semua ibu hamil di wilayah kerja tersebut dalam kurun
waktu satu tahun.
Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran ibu hamil di wilayah kabupaten/kota dalam satu tahun
menggunakan data proyeksi BPS atau data riil yang diyakini benar,
dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil survei/ riset yang terjamin
validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2. Standar kuantitas adalah Kunjungan 4 kali selama periode kehamilan
(K4) dengan ketentuan:
a. Satu kali pada trimester pertama.
b. Satu kali pada trimester kedua.
c. Dua kali pada trimester ketiga.
3. Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T,
meliputi: a. Pengukuran berat badan. b. Pengukuran tekanan darah. c.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). d. Pengukuran tinggi puncak
rahim (fundus uteri). e. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung
Janin (DJJ). f. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi. g.
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet. h. Tes Laboratorium.
i. Tatalaksana/penanganan kasus. j. Temu wicara (konseling).

No Standar Pelayanan Minimal Program Puskesmas


.
1. Standar Kuantitas:
a. Satu kali pada trimester pertama. Semua kunjungan Ante
b. Satu kali pada trimester kedua. Natal Care terlaksana di
c. Dua kali pada trimester ketiga. Puskesmas Boom Baru,
namun paling banyak Ibu
melakukan kunjungan ke-4
karena biasanya sudah
melakukan kunjungan ke
pelayanan jejaring seperti
Klinik ataupun Rumah
Sakit.
2. Standar Kualitas
Pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T Pelayanan antenatal di KIA
sudah terlaksana dengan
baik.

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar. Pemerintah
Daerah tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu
Bersalin sesuai standar kepada semua ibu bersalin di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran ibu bersalin di wilayah kabupaten/kota dalam satu
tahun menggunakan data proyeksi BPS atau data riil yang diyakini benar,
dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil survei/ riset yang terjamin
validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2. Standar persalinan normal adalah Acuan Persalinan Normal (APN)
sesuai standar.
a. Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Tenaga penolong minimal 2 orang, terdiri dari: dokter dan bidan, atau
2 orang bidan, atau Bidan dan perawat.
3. Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan Dasar dan Rujukan.

. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai
standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi usia 0-28 hari di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran bayi baru lahir di wilayah kabupaten/kota Setiap bayi
baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai
standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi
usia 0-28 hari di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun dalam
satu tahun menggunakan data proyeksi BPS atau data riil yang diyakini
benar, dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil survei/ riset yang
terjamin validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2. Standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama periode
neonatal, dengan ketentuan:
a. Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
b. Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
c, Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari.

3. Standar kualitas:
a Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam). Perawatan neonatal
esensial saat lahir meliputi: (1) Pemotongan dan perawatan tali pusat. (2)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). (3) Injeksi vitamin K1. (4) Pemberian
salep/tetes mata antibiotic. (5) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin
Hepatitis B0).
b. Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari). Perawatan
neonatal esensial setelah lahir meliputi: (1) Konseling perawatan bayi
baru lahir dan ASI eksklusif. (2) Memeriksa kesehatan dengan
menggunakan pendekatan MTBM. (3) Pemberian vitamin K1 bagi yang
lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan
injeksi vitamin K1. (4) Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24
jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan. (5) Penanganan dan
rujukan kasus neonatal komplikasi.
No Standar Pelayanan Minimal Program Puskesmas
.
1. Standar Kuantitas:
a. Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam Kunjungan Neonatal 1, 2 &
b. Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari 3 terlaksana di puskesmas,
c. Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 namun KN1 jarang sekali
hari. ada kunjungan karena
biasanya terlaksana di
Rumah Sakit.
2. Standar Kualitas
a. Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir Kedua pelayanan neonatal
b. Pelayanan Neonatal Esensial setelah esensial terlaksana di
lahir puskesmas, namun untuk
pelayanan neonatal esensial
saat lahir lebih banyak
melakukan pemberian
imunisasi Hepatitis B
karena biasanya terlaksana
di Rumah sakit.

4. Pelayanan Kesehatan Balita


Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah
Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
kepada semua balita di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu
satu tahun.
Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran balita di wilayah kabupaten/kota dalam satu tahun
menggunakan data proyeksi BPS atau data riil yang diyakini benar,
dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil survei/ riset yang terjamin
validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2. Pelayanan kesehatan balita sehat adalah pelayanan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan menggunakan buku KIA dan skrining
tumbuh kembang, meliputi:
a. Pelayanan kesehatan Balita usia 0 -11 bulan: Penimbangan minimal 8
kali setahun, pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali /tahun.
pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun pemberian kapsul
vitamin A pada usia 6-11 bulan 1 kali setahun, pemberian imunisasi
dasar lengkap.
b. Pelayanan kesehatan Balita usia 12-23 bulan: Penimbangan minimal 8
kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan), pengukuran
panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 kali/ tahun, pemberian kapsul vitamin A
sebanyak 2 kali setahun, dan pemberian Imunisasi Lanjutan.
c. Pelayanan kesehatan Balita usia 24-59 bulan: Penimbangan minimal 8
kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan), pengukuran
panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 kali/ tahun, pemberian kapsul vitamin A
sebanyak 2 kali setahun.
d. Pemantauan perkembangan balita.
e. Pemberian kapsul vitamin A.
f. Pemberian imunisasi dasar lengkap.
g. Pemberian imunisasi lanjutan.
h. Pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan.
i. Edukasi dan informasi.
3. Pelayanan kesehatan balita sakit adalah pelayanan balita menggunakan
pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
No Standar Pelayanan Minimal Program Puskesmas
.
1. Pelayanan Kesehatan Balita Sehat Pelaksanaan pelayanan
sudah sesuai SPM di
Puskesmas Boom Baru, dan
juga dibantu dengan adanya
UKM (Posyandu)
2. Pelayanan Kesehatan Balita Sakit (MTBS pelayanan balita
menggunakan pendekatan
manajemen terpadu balita
sakit, sudah terlaksana
dengan baik oleh Tenaga
Kesehatan dan Pemegang
program MTBS di
Puskesmas Boom Baru

Analisis KIA berdasarkan rencana program pemerintah dan program di puskesmas


boom baru
- Semua standar pelayanan minimal sudah terlaksana dengan baik, mulai dari fasilitas
yang lengkap dan pelayanan yang baik, namun ada kendala pada jumlah sumber daya
manusia dan kurangnya kesadaran pasien untuk melakukan kunjungan setiap saat. Data
dikumpulkan mandiri oleh Puskesmas Boom Baru dan berkoordinasi dengan pelayanan
Kesehatan jejaring seperti Bidan, Klinik, dan Rumah Sakit, lalu dilaporkan berkala
setiap bulannya.

Mengetahui,
Preseptor Puskesmas Boom Baru

dr. Hj. Dian Hayati


NIP. 197910012006042017
RESUME
Program Pengendalian Penyakit (P2P)

Gambaran kondisi umum, potensi dan permasalahan pencegahan dan


pengendalian penyakit dipaparkan berdasarkan hasil pencapaian program, kondisi
lingkungan strategis, kependudukan, sumber daya, dan perkembangan baru lainnya.
Potensi dan permasalahan pencegahan dan pengendalian penyakit menjadi input dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit.

A. Penyakit Menular
Prioritas pencegahan dan pengendalian penyakit menular tertuju pada pencegahan
dan pengendalian penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, pneumoni, hepatitis, malaria,
demam berdarah, influenza, flu burung dan penyakit neglected diseases antara lain
kusta, frambusia, filariasis, dan shsitosomiasis. Selain penyakit tersebut, penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis
B, dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal juga tetap menjadi perhatian
walaupun pada tahun 2014 Indonesia telah dinyatakan bebas polio dan tahun 2016
sudah mencapai eliminasi tetanus neonatorum. Termasuk prioritas dalam pengendalian
penyakit menular adalah pelaksanaan Sistim Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa,
Kekarantinaan Kesehatan untuk mencegah terjadinya Kejadian Kesehatan yang
Meresahkan (KKM) dan pengendalian panyakit infeksi emerging.
1. Penyakit Menular Langsung
a. HIV AIDS dan IMS
b. TB
c. ISPA
d. Hepatitis dan ISP
2. Penyakit Tular Vektor Zoonotik
a. Malaria
b. Zoonis
c. Filariasis dan Kecacingan
d. Arbovirosis
B. Penyakit Tidak Menular
Permasalahan penyakit tidak menular cenderung meningkat dalam beberapa
decade terakhir ini baik secara global maupun nasional. Morbiditas maupun
mortalitas beberapa penyakit tidak menular utama cenderung meningkat di hampir
semua negara. Persepsi bahwa PTM merupakan masalah di negara maju ternyata
tidak benar. Estimasi penyebab kematian terkait PTM yang dikembangkan oleh
WHO menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan peyebab tertinggi
kematian di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia sebesar 37 persen.
Lebih dari 80 persen dari kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan
diabetes serta 90 persen dari kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik terjadi
di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah. Disamping itu dua per tiga
dari kematian karena penyakit kanker terjadi di negara-negara berpendapatan
menengah ke bawah.
C. Penyakit terabaikan
a. Filariasis
b. Schistosomiasis
c. Kusta
d. Frambusia
D. Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA
Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan
yang signifikan. Data dari Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional
(gejala-gejala depresi dan ansietas), sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini
berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia.
Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah
1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa
berat (psikotis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar
14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami pemasungan.
Gangguan jiwa dan penyalahgunaan Napza juga berkaitan dengan masalah perilaku
yang membahayakan diri, seperti bunuh diri. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri
pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0.5 % dari 100.000
populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang dilaporkan dalam satu
tahun. Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa
Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah Puskesmas dan bekerja
bersama masyarakat, mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat.

Sumber: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Rencana Aksi


Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 2015-2019. 2018.

Berikut merupakan beberapa program P2P di Puskesmas Boom Baru yang meliputi:

A. P2P Menular
1. Imunisasi
a. Cakupan imunisasi dasar lengkap
b. Cakupan UCI
c. Cakupan bias campak
d. Cakupan bias DT
e. Cakupan bias TD
f. Cakupan imunisasi lanjutan pada baduta (MR, DPT)
g. Cakupan TD pada bumil
h. Cakupan TD pada WUS
2. HIV
Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV
3. TB
a. Pelayanan orang dengan suspek TB
b. Cakupan penderita TB BTA (+)
c. Cakupan penderita TB BTA (-)
d. Presentase pasien TB yang mengetahui status HIV
e. Angka keberhasilan pengobatan TB semua kasus
f. Kontak serumah BTA + yang ada balita PPINH
4. Infeksi Saluran Pencernaan
a. Jumlah penderita diare balita yang harus diteukan/dicapai di suatu wilayah
dalam satu tahun
b. Jumlah penderita diare dewasa yang harus diteukan/dicapai di suatu wilayah
dalam satu tahun
c. POPM kecacingan
d. Skrining hepatitis B pada ibu hamil
5. Saluran Pernafasan Atas
a. Cakupan penderita balita pneumonia yang harus ditemukan di suatu wilayah
dalam satu tahun
b. Cakupan penderita batuk bukan pneumonia yang ditemukan di suatu
wilayah dalam satu tahun
6. Surveilans
a. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi <24jam
b. Penemuan kasus Non Polio AFP rate per 100.000 anak <15 tahun
7. DBD
a. Cakupan penemuan penanganan DBD per 100.000 penduduk
b. Angka bebas jentik DBD

B. P2P Tidak Menular


a. Pelayanan kesehetan penderita hipertensi sesuai standar
b. Pelayanan kesehatan penderita DM sesuai standar
c. Pelayanan kesehatan dengan gangguan jiwa berat sesuai standar
d. Pelayanan kesehatan usia produktif (>15-59 tahun) sesuai standar
e. Pelayanan IVA dan sadanis pada wus
f. Presentase kelurahan yang melaksanakan kegiatan posbindu PTM

Analisis P2P berdasarkan rencana program pemerintah dan program di puskesmas


boom baru
1. Sebagian besar rencana program pemerintah sudah tercakup pada program P2P
yang terdapat pada puskesmas boom baru namun ada beberapa program yang
tidak ada seperti P2P malaria dan penyakit terabaikan seperti filariasis,
schistosomiasis, kusta dan frambusia.
RESUME
Upaya Perbaikan Gizi

Direktorat gizi masyarakat mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan


kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang gizi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Direktorat Gizi Masyarakat menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan mutu dan kecukupan gizi,
kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan konsumsi gizi;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan mutu dan kecukupan gizi,
kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan konsumsi gizi;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
mutu dan kecukupan gizi, kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan
pengelolaan konsumsi gizi;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan mutu
dan kecukupan gizi, kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan
pengelolaan konsumsi gizi;
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan mutu dan kecukupan
gizi, kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan konsumsi
gizi;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Gizi Masyarakat


Sasaran kegiatan adalah meningkatnya perbaikan gizi masyarakat di tahun 2019 adalah :
a. Ibu hamil Kurang Energi Kronik mendapat makanan tambahan
Makanan tambahan bagi ibu hamil KEK yang disediakan pusat yang
terdistribusi ke puskesmas sesuai dengan jumlah sasaran.
b. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Ibu hamil yang mendapat tablet yang mengandung Fe dan asam folat baik yang
berasal dari Program maupun Mandiri minimal diberikan 90 tablet selama masa
kehamilan (setiap bulannya mendapat 10 tablet tambah darah).
c. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif
Bayi yang mencapai umur 5 bulan 29 hari yang mendapat ASI tanpa diberikan
makanan lain/pendamping pada bayi selama 6 bulan dan dicatat melalui register
pencatatan/buku KIA/KMS.
d. Bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Proses inisiasi dimulai dari bayi baru lahir diletakan segera ssetelah lahir dengan
posisi tengkurap di dada atau perut ibu minimal 1 jam sehingga kulit bayi melekat
pada kulit ibu.
e. Balita kurus mendapat makanan tambahan
Presentase makanan tambahan bagi balita usia 6-59 bulan dengan BB/PB atau
BB/TB  -3SD sampai Z -2SD (kurus) yang disediakan oleh pusat yang terdistribusi
ke puskesmas sesuai dengan jumlah sasaran.
f. Remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang bersekolah di
SLTP/SLTA/sederajat yang mendapat tablet yang mengandung Fe dan asam folat,
baik berasal dari Program maupun Mandiri minimal 13 tablet setiap bulan (1 tablet
setiap minggu dan 1 tablet setiap hari selama 10 hari masa haid, minimal 4 bulan).

Sumber: Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat RI. Rencana Aksi Program


Kesehatan Masyarakat Tahun 2015-2019.

Berikut merupakan beberapa program yang terkait dengan Upaya Perbaikan Gizi yang
terdapat di Puskesmas Boom Baru:
a. Cakupan balita ditimbang
b. Prevalensi balita gizi kurang
c. Prevalensi balita gizi buruk
d. Prevalensi bumil KEK
e. Prevalensi balita stunting
f. Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT
g. Balita dengan gizi buruk mendapat perawatan
h. Cakupan Balita Usia 0-24 bulan dan Keluarga Miskin dengan Gizi Kurang yang
mendapat MPASI/PMT
i. Cakupan ASI eksklusif
j. Cakupan bumil mendapat Fe 90
k. Cakupan vitamin A ibu nifas
l. Cakupan vitamin A bayi dan balita
m. Cakupan bayi baru lahir mendapat IMD
n. Cakupan remaja putri mendapat tablet Fe

Analisis Rencana Program Pemerintah dan Puskesmas Boom Baru


1. Semua program upaya perbaikan gizi yang di rencanakan oleh pemerintah sudah
tercakup dalam program pelayanan gizi di Puskesmas boom baru, namun terdapat
beberapa tambahan yaitu pada puskesmas boom baru terdapat indikator cakupan
balita ditimbang, prevalensi balita gizi kurang, prevalensi balita gizi buruk,
prevalensi bumil KEK, prevalensi balita stunting, cakupan vitamin A pada ibu nifas,
bayi dan balita.

Mengetahui,
Preseptor Puskesmas Boom Baru

dr. Hj. Dian Hayati


NIP. 197910012006042017
RESUME
Kesehatan Lingkungan

Pelayanan kesehatan lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan


yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Kegiatan pelayanan kesehatan
lingkungan dilakukan dalam bentuk:
a. Konseling;
Konseling dilakukan terhadap pasien. Konseling dilakukan oleh tenaga
kesehatan lingkungan. Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit
dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan pengobatan dan/atau
perawatan. Dalam hal pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan tidak memungkinkan
untuk menerima konseling, Konseling dapat dilakukan terhadap keluarga atau
pihak yang mendampingi. Konseling dapat menggunakan alat peraga,
percontohan, dan media informasi cetak atau elektronik. pelayanan konseling di
puskesmas harus dilaksanakan setiap hari kerja. Berdasarkan konseling terhadap
pasien dan/atau hasil surveilans kesehatan yang menunjukan kecenderungan
berkembang atau meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat faktor
risiko lingkungan, tenaga kesehatan lingkungan harus melakukan inspeksi
kesehatan lingkungan terhadap media lingkungan.
b. Inspeksi kesehatan lingkungan;
Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara:
a) pengamatan fisik media lingkungan;
b) pengukuran media lingkungan di tempat;
c) uji laboratorium; dan/atau
d) analisis risiko kesehatan lingkungan.
Berdasarkan hasil inspeksi kesehatan lingkungan dapat ditetapkan intervensi
kesehatan lingkungan yang dapat dilaksanakan secara mandiri atau bekerjasama
dengan pemangku kepentingan dan pihak terkait lainnya.
c. Intervensi kesehatan lingkungan.
Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa:
a) komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan
masyarakat;
b) perbaikan dan pembangunan sarana;
c) pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau
d) rekayasa lingkungan.

Kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan dan intervensi kesehatan lingkungan


dapat dilaksanakan di luar jam kerja puskesmas. Kegiatan inspeksi kesehatan
lingkungan dan/atau intervensi kesehatan lingkungan dapat dilakukan secara
terintegrasi dengan kegiatan lintas program dan lintas sektor yang terkait. Dalam
melaksanakan program kesehatan atau pengawasan kualitas media lingkungan,
tenaga kesehatan lingkungan berhak atas akses informasi yang diperlukan, akses
memasuki tempat yang dicurigai memiliki potensi berkembangnya faktor risiko
lingkungan dan pengambilan dan pengujian sampel media lingkungan dan/atau
spesimen biomarker.
Untuk terselenggaranya kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas harus didukung dengan ketersediaan:
a. sumber daya manusia
Sumber daya manusia paling sedikit satu orang tenaga kesehatan lingkungan
yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
b. sarana dan prasarana yang diperlukan; dan
Sarana dan prasarana paling sedikit meliputi:
a) ruangan promosi kesehatan yang sesuai untuk konseling yang terintegrasi
dengan layanan konseling lain;
b) laboratorium kesehatan lingkungan yang terintegrasi dengan laboratorium
yang ada puskesmas;
c) peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan lingkungan; dan
d) media komunikasi, informasi, dan edukasi.
c. pendanaan yang memadai.
Pendanaan dibebankan pada anggaran pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sumber: Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia no 13 tahun 2015 tentang


penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas.

Analisis Rencana Program Pemerintah dan Puskesmas Boom Baru


1. Semua program upaya Kesehatan lingkungan yang di rencanakan oleh pemerintah
sudah tercakup dalam program Kesehatan lingkungan di Puskesmas boom baru, namun
terdapat beberapa hal yang berbeda di lapangan yaitu pada puskesmas boom baru
pelaksanaan inspeksi pada masa pandemi berkurang dan terhambat, sehingga
pelaksanaan dilakukan sembari dengan program puskesmas yang lain dan masih
berhubungan dengan kegiatan dilapangan, seperti posyandu dan posbindu, kader-kader
dan tenaga Kesehatan juga akan melakukan inspeksi jika dirasa mempunyai SDM dan
waktu yang cukup.

Mengetahui,
Preseptor Puskesmas Boom Baru

dr. Hj. Dian Hayati


NIP. 197910012006042017
RESUME
Promosi Kesehatan Puskesmas

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.

Strategi dasar utama promosi kesehatan meliputi:


1 . Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan
meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga
dan masyarakat untuk mencegah penyakit. meningkatkan kesehatannya,
menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan. Terdapat beberapa pemberdayaan; pemberdayaan
individu, pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan masyarakat.
a. Pemberdayaan individu
Pemberdayaan individu dilakukan oleh setiap petugas kesehatna
puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan
pelayanan puskesmas. Selain itu individu yang menjadi sasaran
kunjungan misal, upaya keperawatan kesehatan masyarakat, Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS).
b. Pemberdayaan keluarga
Pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh petugas puskeesmas yang
melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari
individu pengunjung puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di
wilayah kerja puskesmas.
c. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarkat (sekelompok anggota masyarakat) yang
dilakukan oleh petugas puskesmas merupakan penggerakan atau
pengorganisasian masyarakat. Beberapa pemberdayan masyarakat yang
harus dilakukan puskesmas dalam wujud UKBM adalah:
 Upaya kesehatn ibu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina keluarga
Balita
 Upaya pengobatan: Pos Obat Desa, Pos Kesehatan Desa
 Upaya perbaikan gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi)
 Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada, Pos Kesehatan
Pesantren.
 Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan LIngkungan
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan
aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan. Seseorang akan terdorong
untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan apabila lingkungan
sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian dll) mendukung.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,
khususnya dalam upaya mengajak individu, keluarga dan masyarakat
mengalami peningkatan dari fase "tahu" ke fase "mau" perlu diciptakan
lingkungan yang mendukung. Keluarga atau orang yang mengantarkan pasien
ke Puskesmas, penjenguk (penjenguk pasien) dan petugas kesehatan
mempunyai pengaruh untuk menciptakan lingkungan yang kondusif atau
mendukung opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.

3. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh
masyarakat informal dan formal) agar masyarakan di lingkungan
puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatannya
serta menciptakan lingkungan sehat. Dalam upaya memberdayakan
individu, keluarga dan masyarakat. Puskesmas membutuhkan dukungan
dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu dilakukan,
Selama proses perbincangan dalam advokasi,perlu diperhatikan bahwa
sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-
tahapan:(1) memahami/ menyadari persoalan yang diajukan, (2) tertarik
untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan, (3) mempertimbangkan
sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan, (4) menyepakat: satu pilihan
kemungkinan dalam berperan, dan (5) menyampaikan langkah tindak lanjut.
Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang disediakan
untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan , bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan
harus ditegakkan. Kemitraari dikembangkan antara petugas kesehatan
Puskesmas dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam
pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana , dan advokasi.
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan
adalah (1) kesetaraan, (2) keterbukaan, dan (3) saling menguntungkan.

Pendukung dalam pelaksanaan promosi kesehatan

Dalam pelaksanaannya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat dengan metode


dan media yang tepat, serta tersedianya sumber daya yang memadai.

1. Metode dan media


Metode yang dimaksud adalah metode komunikasi. Pemilihan metode harus
dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima
informasi (termasuk sosial budayanya), dan hal-hal lain seperti ruang dan
waktu.
Sedangkan media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode
yang telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi.
2. Sumber daya
Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi
kesehatan puskesmas adalah tenaga (sumber daya manusia atau SDM),
sarana/peralatan termasuk media komunikasi dan dana atau anggaran.
Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh coordinator yang
mempunyai kapasitas di bidang promosi kesehatan yang dipilih dari tenaga
khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional penyuluh kesehatan
masyarakat atau PKM)

Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas

Promosi kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan gedung puskesmas seperti:

1. Tempat pendaftaran,
2. Poliklinik,
3. Ruang pelayanan KIA & KB
4. Ruang perawatan inap
5. Laboratorium,
6. Kamar obat,
7. Tempat pembayaran,
8. Klinik khusus, dan
9. Halaman puskesmas.

Kegiatan promosi kesehatan di luar gedung puskesmas

Promosi dilakukan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas.


Promosi kesehatan yang dilaksanakan di luar gedung puskesmas seperti:

1. Kunjungan rumah
2. Pemberdayaan berjenjang
3. Pengorganisasian masyarakat
1.2 Penyuluhan
RESUME
Penyuluhan
PHBS dan Tanda-Tanda Bahaya Pada Balita Sakit

1. Nama Kegiatan
PHBS dan Tanda-Tanda Bahaya Pada Balita Sakit
2. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnnya menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan penyakit pada anak,
dan meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kesehatan anak agar penyakit-
penyakit yang dapat mengancam jiwa anak terdeteksi lebih dini dengan adanya
pengetahuan ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada anak sakit.

3. Sasaran
Orangtua/wali yang datang ke posyandu Wijaya Kusuma di LK 10.
4. Target
20 orangtua/wali yang datang ke posyandu Wijaya Kusuma di LK 10.
5. Capaian
22 orangtua/wali yang datang ke Wijaya Kusuma di LK 10
6. Tempat
Posyandu DDTK LK 17,18.
7. Waktu
Sabtu, 18 September 2021 pukul 09.00-11.00 WIB
8. Metode
Pemaparan materi menggunakan gambar dan buku KIA
Lampiran poster
1.3 Pelaksanaan Imunisasi
RESUME
Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan


secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
campak, tetanus, dan difteri. Imunisasi lanjutan yag diberikan pada anak sekolah
usia dasar diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan usaha kesehatan sekolah.

PELAKSANAAN IMUNISASI
1. Pelaksanaan
Puskesmas Boom Baru
2. Sasaran
Balita dibawah usia 2 tahun
3. Target
15 Balita dibawah usia 2 tahun
4. Capaian
10 Balita dibawah usia 2 tahun
5. Waktu
Jumat, 14 September 2021 pukul 08.30-10.30 WIB
6. Tempat
Poli Imunisasi Puskesmas Boom Baru
7. Alat dan Bahan
1. Cold box
2. Vaccine carrier
3. Cold pack
4. Cool pack
5. Vaksin OPV
6. Vaksin MR
7. Vaksin DPT-HB-Hib
8. Auto Disable Syringe (ADS)
9. Safety box
10. Alcohol swab
11. Gown
12. Handschoon
13. Face shield
14. Termometer
8. Skrining
1. Mengukur suhu anak
2. Menanyanyakan kepada orangtua apakah terdapat demam akut pada anak
saat hari H pelaksanaan imunisasi
3. Menanyakan kepada orangtua apakah anak memiliki penyakit yang
berhubungan dengan autoimun atau sedang mengonsumsi obat steroid dalam
jangka waktu yang panjang.
4. Menanyakan kepada orangtua apakah terdapat riwayat alergi pada pemberian
imunisasi sebelumnnya
9. Alur pelaksanaan imunisasi
1. Orangtua mengumpulkan buku KIA/Lembar Imunisasi yang telah dilakukan
2. Form dikumpulkan pada tim skrining imunisasi
3. Pemanggilan anak berdasarkan urutan
4. Anak yang lolos pada tahap skrining dipersilahkan menuju meja vaksinasi
5. Anak dilakukan tindakan aseptik pada area penyuntikan untuk vaksin yang
diberikan secara injeksi, untuk vaksin oral diteteskan 2 tetes (OPV)
6. Setelah anak dilakukan imunisasi, anak dan orangutua diberikan edukasi
mengenai KIPI ringan yang mungkin terjadi setelah melakukan imunisasi
seperti nyeri lokal, dan reaksi sistemik seperti demam, malaise, lesu, nyeri
otot dan kepala, diberikan antipiretik bila perlu.
7. Anak dan orangtua dipersilahkan pulang.
10. Kontraindikasi
- Kontraindikasi vaksin polio dibedakan berdasarkan kontraindikasi umum dan
kontraindikasi spesifik vaksin polio oral.
Kontraindikasi Umum
Hipersensitivitas: pasien dengan reaksi alergi berat (anafilaktik) setelah pemberian
vaksin polio, atau polymyxin B, atau neomycin
Kehamilan: pasien hamil tanpa risiko tambahan terhadap polio tidak disarankan
mendapat vaksin. Walaupun tidak ada bukti bahwa vaksin memberi efek buruk pada
ibu atau janin
Penyakit akut dengan tingkat keparahan sedang-berat (baik dengan maupun tanpa
demam)
Kontraindikasi Spesifik Vaksin Polio Oral
Muntah dan diare
Individu dengan imunosupresi / gangguan imunodefisiensi (atau orang serumah
yang berhubungan dengan pasien gangguan imunodefisiensi)
- Kontraindikasi vaksin MR yaitu:
1. Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan gangguan
imunitas, yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar
atau mendapat steroid dosis tinggi (ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari
prednisolon)
2. Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau tenggorokan, sulit
bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau neomisin
3. Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam akut, sampai
penyakit ini sembuh
4. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG dan vaksin
virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada Imunisasi MMR ditunda lebih
kurang 1 bulan setelah Imunisasi yang terakhir. Individu dengan tuberculin
positif akan menjadi negatif setelah pemberian vaksin.
5. Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat Imunisasi MMR (karena komponen
rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan setelah mendapat
suntikan MMR.
6. Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian
imunoglobulin atau transfusi darah yang mengandung imunoglobulin (whole
blood, plasma). Dengan alasan yang sama imunoglobulin tidak boleh
diberikan dalam waktu 2 minggu setelah vaksinasi.
7. Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV). Sebenarnya
HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus tertentu, dianjurkan untuk
meminta petunjuk pada dokter spesialis anak (konsultan).
11. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang dapat timbul setelah melakuan imunisasi MR
adalah:
1. Reaksi lokal ringan
2. Reaksi lokal berat
3. Reaksi umum (sistemik)
4. Reaksi khusus; Sindrom Guilan-Barre), Neuritis brakialis, Syok anafilaktik
12. Penanggulangan KIPI
1.4 Edukasi/Konseling

RESUME
Edukasi Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan


penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah
HIV. Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum adalah
infeksi tuberkulosis pada paru-paru. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui batuk
atau bersin menyemburkan air liur yang telah terkontaminasi dan terhirup oleh orang
sehat yang kekebalan tubuhnya lemah terhadap penyakit tuberkulosis. Indonesia sendiri
termasuk lima besar negara dengan jumlah pengidap TB terbanyak di Asia Tenggara,
dengan jumlah pengidap yang mencapai 305.000 jiwa pada 2012. Apabila tuberkulosis
laten atau TBC tidak mendapat pengobatan, maka lebih dari 50 persen orang yang
mengidap penyakit ini dapat meninggal. Walau begitu, hanya satu banding sepuluh
kasus yang berkembang menjadi penyakit aktif.

PELAKSANAAN EDUKASI TB
1. Nama Kegiatan
Edukasi penyakit tuberkulosis
2. Waktu
Kamis, 14 September 2021 jam 10.00-10.20
3. Tempat
Poliklinik ISPA Puskesmas Boom Baru
4. Nama pasien
Ny. M
5. No RM
0003042
6. Poin edukasi
a. Melakukan penjelasan kepada pasien bahwa penyakit TB merupakan penyakit
infeksi kronis, terjadi infeksi oleh bakteri yang sangat menular dan memastikan
bakteri TB sudah tidak menginfeksi tubuh diperlukan waktu pengobatan selama
6 bulan dengan pemberian 4 macam obat.
b. Untuk pelaksanaan pengobatan, setelah pasien mengkonsumsi obat TB selama 2
minggu, mungkin akan merasa lebih baik dan tidak ingin melanjutkan
pengobatan terutama jika memiliki efek samping yang berarti. Namun, penting
untuk terus meminum obat seperti yang ditentukan dan menyelesaikan seluruh
rangkaian antibiotik. Minum obat selama 6 bulan adalah cara terbaik untuk
memastikan bakteri TBC terbunuh. Jika Anda berhenti minum antibiotik
sebelum menyelesaikan kursus atau melewatkan satu dosis, infeksi TB dapat
menjadi resisten terhadap antibiotik. Ini berpotensi serius karena bisa sulit
diobati dan akan memerlukan pengobatan yang lebih lama dengan terapi yang
berbeda, dan mungkin lebih beracun.
c. Memberi tahu pasien mengenai beberapa efek samping yang ditimbulkan selama
pengobatan berlangsung, seperti mual, muntah, pusing, anorexia, BAK berwarna
merah, dan lainnya.
d. Anjuran kepada pasien untuk melakukan pengecekan dahak rutin sesuai aturan
yang ada
e. Anjuran kepada pasien makan dengan gizi yang seimbang dan mengurangi
kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan TB.

Mengetahui,
Preseptor Puskesmas Boom Baru

dr. Hj. Dian Hayati


NIP. 197910012006042017
RESUME
Edukasi Diabetes Melitus (DM)

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 adalah penyakit metabolik kronik yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah disertai dengan kelainan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduannya. DM
tipe II merupakan penyakit tidak menular dengan tiga gejala klasik yaitu poliuri,
poifagia, dan polidipsi. Faktor risiko untuk mengalami DM tipe 2 mulai dari gaya
hidup, aktifitas fisik serta pola makan yang kurang baik yang memang cenderung sulit
untuk dikontrol secara komprehensif sehingga angka kejadian DM tipe 2 terus
meningkat.

PELAKSANAAN EDUKASI DM

7. Nama Kegiatan
Edukasi penyakit diabetes melitus
8. Waktu
Kamis, 20 September 2021 jam 08.45-09.00
9. Tempat
Poliklinik lansia puskesmas Boom Baru
10. Nama pasien
Tn. HM
11. No RM
0002935
12. Poin edukasi
f. Melakukan penjelasan kepada pasien bahwa penyakit DM atau kencing manis
merupakan penyakit gangguan metabolik kronis, terjadi gangguan fungsi kerja
insulin sehingga kadar gula atau glukosa dalam darang meningkat, penyakit ini
merupakan penyakit kronis yang hanya bisa dikontrol dengan minum obat secara
rutin, teratur dan seumur hidup.
g. Pasien disarankan untuk selalu memeriksa gula darah secara berkala dan
melakukan konsultasi ke dokter untuk pemantauan perjalanan penyakit DM
untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi dalam jangka panjang seperti
gangguan pada pembuluh darah jantung, perifer maupun otak, gangguan saraf,
gangguan pada mata dan komplikasi lain seperti ketoasidosis dan hipoglikemia.
h. Pasien perlu menjaga berat badannya di kisaran indeks massa tubuh (IMT)
normal serta berolahraga secara teratur, setidaknya 30-45 menit selama 3-5 kali
seminggu.
i. Anjuran kepada pasien untuk makan dengan gizi yang seimbang, dan
mengurangi makanan tinggi lemak jenuh
j. Mengarahan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan kaki, mata dan
tekanan darah secara berkala.

Mengetahui,
Preseptor Puskesmas Boom Baru

dr. Hj. Dian Hayati


NIP. 197910012006042017

Anda mungkin juga menyukai