Anda di halaman 1dari 17

Presentasi Kasus

ILMU PENYAKIT MATA

Oleh:

Chichi Februwati G0006190


Shabrina Nur Zidny G0007156
Wiraditya Sandi Dwi Pristiyanto G0007172
Yustin Kurnia G0007177
Aningdita Kesumo G0007186
Khonita Adian Utami G0007202

Pembimbing:
DR. Senyum Indrakila, dr., Sp.M.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2011
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. B
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai
Alamat : Parang Cantelan 03/01 Laweyan, Ska
Tgl pemeriksaan : 3 Juni 2011
No. CM : 01069801

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : bengkak pada mata kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh bengkak
pada mata kanan. Pasien merasa ada yang mengganjal pada mata kanannya
tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya mata merah, mata berair/
nrocos dan keluar sekret (blobok). Terkadang mata kanan dirasa nyeri dan
pasien mengucek matanya karena dirasa gatal. Pasien tidak mengeluhkan
adanya pusing, atau silau jika melihat cahaya (-).
Pasien tidak mengetahui penyebab bagaimana kelopak bawah mata
kanan bisa bengkak dan timbul mata merah. Pasien tidak pernah merasa
kelilipan, ataupun trauma sebelumnya.
Pasien pernah memberikan obat tetes yang beli di apotik untuk
mengatasi keluhan di matanya. Namun, pasien merasakan keluhannya
tidak berkurang dengan obat tetes tersebut. Karena tidak adanya perbaikan,
pasien memeriksakan diri ke RSDM.

1
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi :-
- Riwayat DM :-
- Riwayat trauma :-
- Riwayat pakai kacamata :-

D. Riwayat Penyakit Keluarga


- R. Sakit serupa : disangkal
- R. Hipertensi : disangkal
- R. DM : disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses Peradangan Normal
Lokalisasi Kelopak mata, Normal
Konjungtiva bulbi
Sebab Bakteri Normal
Perjalanan Akut Normal
Komplikasi Belum ditemukan Normal

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
T = 130/80 mmHg N = 80x/1menit Rr = 18x/1menit S = afebril

B. Pemeriksaan subyektif OD OS
Visus sentralis jauh 6/6 6/6
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan

2
Visus Perifer
Konfrontasi test Normal Normal
Proyeksi sinar Normal Normal
Persepsi warna Normal Normal

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
Kelainan warna ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang
Geraknya dalam batas normal dalam batas normal
3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Heteroforia tidak ada tidak ada
Strabismus tidak ada tidak ada
Exophtalmus tidak ada tidak ada
Enophtalmus tidak ada tidak ada
4. Ukuran bola mata
Mikrophtalmus tidak ada tidak ada
Makrophtalmus tidak ada tidak ada
Ptisis bulbi tidak ada tidak ada
Buftalmus tidak ada tidak ada
5. Gerakan Bola Mata
Temporal superior normal normal
Temporal inferior normal normal
Temporal normal normal

3
Nasal normal normal
Nasal superior normal normal
Nasal inferior normal normal
6. Kelopak Mata
Gerakannya dalam batas normal dalam batas normal
Lebar rima dalam batas normal dalam batas normal
Blefarokalasis tidak ada tidak ada
Tepi kelopak mata
Oedem ada tidak ada
Hiperemis ada tidak ada
Entropion tidak ada tidak ada
Ekstropion tidak ada tidak ada
7. Sekitar saccus lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
8. Sekitar Glandula lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
9. Tekanan Intra Okuler
Palpasi normal normal
Tonometer Schiotz tidak dilakukan tidak dilakukan
10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada
Konjungtiva Fornix
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada

4
Konjungtiva Bulbi
Pterigium tidak ada tidak ada
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada
Injeksi konjungtiva ada tidak ada
Caruncula dan Plika Semilunaris
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sikatrik tidak ada tidak ada
11. Sklera
Warna putih putih
Penonjolan tidak ada tidak ada
12. Cornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Limbus jernih jernih
Permukaan rata, mengkilap rata,mengkilap
Sensibilitas normal normal
Keratoskop (Placido) tidak dilakukan tidak dilakukan
Fluoresin Test tidak dilakukan tidak dilakukan
Arcus senilis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Isi jernih jernih
Kedalaman dalam dalam
14. Iris
Warna coklat coklat
Gambaran spongious spongious
Bentuk bulat bulat
15. Pupil
Ukuran 3 mm 3 mm
Bentuk bulat bulat

5
Tempat sentral sentral
Reflek direct (+) (+)
Reflek indirect (+) (+)
16. Lensa
Ada/tidak ada ada
Kejernihan jernih jernih
Letak sentral sentral
Shadow test (-) (-)
17. Corpus vitreum
Kejernihan tidak dilakukan tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


OD OS
Visus sentralis jauh 6/6 6/6
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan
Visus sentralis dekat tidak dilakukan tidak dilakukan
Sekitar mata adanya tanda radang dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
dalam orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Kelopak mata pada tepi ditemukan dalam batas normal
oedem dan hiperemis
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal

Tekanan IntraOkuler dalam batas normal dalam batas normal


Konjunctiva bulbi hiperemis, dalam batas normal
injeksi konjunctiva (+)
Sklera dalam batas normal dalam batas normal

6
Kornea dalam batas normal dalam batas normal
Camera oculi anterior dalam batas normal dalam batas normal
Iris dalam batas normal dalam batas normal
Pupil dalam batas normal dalam batas normal
Lensa
Kejernihan jernih jernih,
Letak sentral sentral
Shadow test (-) ( -)
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS BANDING
- OD Hordeolum
- OD Konjunctivitis

VI. DIAGNOSIS
- OD Hordeolum eksternum
- OD Konjunctivitis bakteri

VII. TERAPI
Kloramfenikol tetes mata 0.5%
Eritromisin 250 mg
Pro Analgetik bila disertai nyeri

VIII. PROGNOSIS OD
Ad vitam baik
Ad sanam baik
Ad kosmetikum baik
Ad fungsionam baik

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hordeolum
1. Definisi
Hordeolum adalah suatu infeksi akut, terlokalisasi, piogenik
(biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokus) pada satu atau beberapa
kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata. Hordeolum juga bisa
didefinisikan sebagai peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
2. Etiologi
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam
kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit. Staphylococcus
aureus merupakan agen infeksius pada 90-95% dari kasus hordeolum.
Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis dan
dapat tumbuh berulang
3. Klasifikasi
Hordeolum dikenal dengan bentuk hordeolum internum dan
eksternum.
a. Hordeolum eksternum (stye)
Merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll, biasanya
menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.
Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah, nyeri bila ditekan. Stye merupakan abses
folikel bulu mata yang terasa nyeri. Pada hordeolum ini, adanya
pus dapat keluar dari pangkal rambut. Kebanyakan kasus membaik
dengan sendirinya.

8
b. Hordeolum internum
Merupakan radang kelenjar Meibom yang memberikan
penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum
internum ini biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum.
4. Gejala
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila
ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka
terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya.
Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak,
meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Di tengah daerah yang
membengkak seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan.
Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan
melepaskan sejumlah nanah.
5. Diagnosa
Diagnosa hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik.
6. Pengobatan
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan
kompres hangat, 4 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.
Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk penyerapan nanah.
Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat berulang atau terjadinya
pembesaran kelenjar aurikel. Biasanya tidak diperlukan antibiotik oral bila
tidak terjadi peradangan menyeluruh di kelopak mata. Namun bila terjadi,
dapat diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg diklosasilin 4 kali
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di
bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah
dan kantong nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi.

9
Insisi Hordeolum
Sebelum dilakukan insisi terlebih dulu dilakukan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain
atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:
a. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
b. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan kuretase atau ekskohleasi
seluruh isi jaringan yang meradang di dalam kantongnya dan kemudian
diberikan salep antibiotik.
7. Faktor penyulit
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang
merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita
dan abses palpebra.

B. Konjungtivitis
1. Definisi
Konjungtivitis adalah suatu peradangan atau infeksi yang
mengenai jaringan konjungtiva, dan keadaan ini dapat bersifat akut
amaupun kronis.
2. Penyebab
Penyebab konjungtivitis sangat beraneka ragam, dalam hal ini
menurut Vaughan dan Taylor asbubry yakni :
a. Bakterial
purulenta : Neisseria gonorrhoe, N. meningitidis
kataral akut : Pneumokokus, Haemophilus
kataral sub akut : H.influenzae
menahun : S. aureus, Moraxella lacunata
b. Klamidia  Chlamydia trachomatis
c. Virus
d. Ricketsia, Jamur, Parasit

10
e. Alergi/ imunologik
f. Adanya riwayat kontak kimiawi atau iritasi
g. Berkaitan dengan penyakit sistemik
h. Sekunder akibat dakriosistitis atau kanalikulitis
i. Penyebab lain yang tidak diketahui
3. Tanda dan Gejala
Pasien dapat mengeluhkan :
a. Nyeri dan iritasi
Konjungtivitis jarang dikaitkan dengan apapun selain perasaan
tidak nyaman. Nyeri menandakan sesuatu yang lebih serius seperti
cedera atau infeksi kornea.
b. Kemerahan
Pada konjungtivitis, seluruh permukaan konjungtiva
termasuk yang melapisi lempeng tarsal ikut terlibat. Jika
kemerahan terlokalisir pada injeksi siliar limbus siliaris,
pertimbangkan adanya keratitis, uveitis, atau glaukoma akut.
c. Sekret
Sekret merupakan produk kelenjar yang pada konjungtiva
bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret purulen menandakan
konjungtivitis bakteri, sedangkan konjungtivitis virus terutama
dikaitkan dengan sekret berair.
d. Umumnya tidak ada penurunan visus
e. Produksi air mata berlebihan (epifora)
Tanda :
Gambaran berikut dapat terlihat pada penyakit konjungtiva :
a. Papila
Merupakan bentuk lesi meninggi pada konjungtiva tarsal
atas dengan ᶲ 1 mm dan memiliki inti vaskuler sentral. Papila
merupakan tanda nonspesifik inflamasi kronis. Hal ini disebabkan
adanya septa fibrosa antara konjungtiva dan subkonjungtiva yang

11
memungkinkan jaringan diantaranya membengkak dengan infiltrat
inflamasi. Papila raksasa ditemukan pada penyakit mata alergi.

b. Folikel
Merupakan lesi gelatinosa oval meninggi dengan ᶲ sekitar 1
mm yang biasanya ditemukan pada konjungtiva tarsal bawah dan
tepi tarsal atas, dan kadang pada limbus.Tiap folikel
mempresentasikan kumpulan limfoid dengan pusat germinalnya
sendiri. Penyebab folikel lebih spesifik (misal: infeksi virus dan
klamidia).

c. Adanya dilatasi pembuluh darah konjungtiva


d. Perdarahan subkonjungtiva seringkali berwarna merah terang
karena teroksigenasi penuh oleh udara sekeliling melalui
konjungtiva.
e. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis)
seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan
peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.

12
4. Klasifikasi
a. Konjungtivitis bakteri
Merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Jenis ini
banyak disebabkan kuman berbentuk kokus maupun batang baik
gram positif maupun negatif. Organisme tersering yakni,
Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus.
Pasien datang dengan mata merah, iritasi mata dan timbul sekret
mata. Kondisi ini biasanya sembuh sendiri meski obat tetes mata
antibiotik spektrum luas akan mempercepat kesembuhan. Apusan
konjungtiva untuk kultur diindikasikan bila keadaan ini tidak
menyembuh.
b. Konjungtivitis virus
Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri
berdasarkan :
1. sekret berair
2. adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar
getah bening preaurikuler
3. kemungkinan adanya edema kelopak dan lakrimasi
berlebih
Organisme penyebab tersering yakni adenovirus, penyakit ini dapat
sembuh dengan sendirinya namun sangat menular. Terapi tidak
diperlukan pada konjungtivitis ini, kecuali terdapat infeksi
sekunder. Pasien diinstruksikan higiene untuk meminimalkan
penyebaran infeksi
c. Konjungtivitis alergi
Dapat dibagi menjadi akut dan kronis
1. Akut (konjungtivitis demam hay).
Merupakan bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE
terhadap alergen yang tersebar di udara. Gejala dan tanda antara
lain :
- Injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis)

13
- Rasa gatal
- Lakrimasi
2. Konjungtivitis vernal (kataral musim semi) juga diperantarai
oleh IgE. Sering mengenai anak laki-laki dengan riwayat atopi.
Dapat timbul sepanjang tahun.gejala dan tanda antara lain :
- rasa gatal
- fotofobia
- lakrimasi
- cobblestone appearance
- folikel dan bintik putih limbus
- lesi pungtata pada epitel kornea
- plak oval opak yang dapat menggantikanm zona bagian
atas epitel kornea apabila penyakit semakin parah
Terapi awal dengan anti histamin dan penstabil sel mast (misal:
natrium kromoglikat, lodoksamid). Steroid topikal dibutuhkan pada
kasus-kasus berat. Penggunaan lensa kontak dapat mengalami reaksi
alergi terhadap lensa yang digunakan atau bahan pembersih lensa
yang menyebabkan konjungtivitis papilar raksasa.
d. Infeksi klamidia
Berbagai serotipe Chlamydia trachomatis yang merupakan
organisme intraselular obligat menyebabkan dua bentuk infeksi mata :
1. Keratokonjungtivitis inklusi
Penyakit yang ditularkan secara seksual dan berlangsung kronis
(hingga 18 bulan) kecuali dengan terapi adekuat. Pasien datang
dengan konjungtivitis folikular mukopurulen dan terjadi mikropannus
yang berhubungan dengan parut subepitel. Pengobatan kasus ini
dengan tetrasiklin topikal dan sistemik serta dirujuk ke klinik
penyakit menular seksual.

2. Trakoma

14
Penyebab infektif kebutaan tersering di dunia. Lalat rumah
merupakan vektor penyakit ini, dengan didukung higiene yang buruk
dan penduduk yang padat diiklim kering dan panas.
Kriteria diagnostik
i. Ada 5 atau lebih folikel di konjungtiva palpebral.
ii. Scar konjungtiva pada tarsal superior (entropion + trikiasis)
iii. Pannus pada konjungtiva bulbi.
iv. Herbert pit pada folikel daerah limbus.
Pengobatan dilakukan dengan tetrasiklin atau eritromisin oral atau topikal.
Azitromisin diperlukan dalam sekalipemakaian. Adanya komplikasi
semacam entropion dan trikiasis membutuhkan koreksi bedah.
4. Diagnosa
a. Diagnosis ditegakkan setelah riwayat dan pemeriksaan fisik. Kultur
dapat diperlukan pada beberapa keadaan.
b. Benda asing pada mata harus divisualisasi dengan menggunakan lampu
khusus, yang disebut lampu Wood.
5. Penatalaksanaan
a. Konjungtivitis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau
krim antibiotik, tetapi sering sembuh dalam waktu sekitar dua minggu
walaupun tanpa pengobatan. Karena konjungtivitis bakterial sangat
menular di antara anggota keluarga dan teman sekolah, diperlukan teknik
mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi individu yang
terinfeksi. Anggota keluarga tidak boleh bertukar bantal atau seprai.
b. Konjungtivitis viral biasanya diobati dengan kompres hangat.
Teknik mencuci tangan yang baik diperlukan untuk mencegah penularan.
c. Konjungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila
mungkin. Antihistamin atau tetes mata yang mengandung steroid dapat
digunakan untuk mengurangi gatal dan inflamasi.
d. Konjungtivitis yang disebabkan iritan diobati dengan
mengeluarkan benda asing, diikuti dengan penggunaan obat antibakteri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bessette. 2010. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine.


http://emedicine.medscape.com/article/798940-overview#showall.
Ilyas, S. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
pp: 92-94.
James, B., Chew, C., and Bron, A. 2003. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9.
Jakarta: Erlangga. pp: 50-66.
Kastam. 2008. Hordeolum. http://emedicine.medscape.com/article/1213080-
overview.
Marlin, D.S. 2009. Conjunctivitis, Bacterial.
http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview.
Riordan E. P., Whitcher JP. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology,
17th edition. New York: McGraw-Hill.
Sukmagara, J. 2008. Fakultas Kedokteran UGM solidaritas 2002. Art of Therapy.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Suroso, A. 1994. Penyakit Mata. Konjungtiva dan kelainannya. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Yanoff M., Duker JS. 2008. Yanoff & Duker Ophthalmology 3rd edition.
Philadelphia: Mosby, An Imprint of Elsevier.

16

Anda mungkin juga menyukai