Perubahan struktur yang banyak dijumpai selama kehamilan adalah striae distansae,
yang juga dikenal sebagai striae gravidarum atau stretch mark (gambar 10-3). Predileksi striae
termasuk area yang cenderung mengalami tarikan, yaitu abdomen, pinggul, bokong dan dada.
1
Faktor genetik seperti riwayat keluarga, riwayat pribadi, dan ras merupakan prediktor kuat
untuk individu yang berisiko mengalami striae distansae , pertambahan berat badan yang
berlebihan dan perubahan indeks massa tubuh. Hal ini menguatkan faktor genetik sebagai faktor
predisposisi.
Gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan selama kehamilan, merupakan suatu
kondisi fisiologik, namun dapat juga sebagai pertanda kondisi awal suatu dermatosis atau
dermatosis yang spesifik pada kehamilan. Kebanyakan pada pasien dengan penyakit kulit
selama kehamilan tidak berhubungan dengan kehamilannya (seperti dermatitis atopi). Bab ini
membahas suatu dermatosis spesifik pada kehamilan yang relatif jarang terjadi.
Gambar 107-1. Linea nigra, merupakan garis hiperpigmentasi yang terbentang dari simpisis pubis ke prosesus
xipoideus sternum. Hiperpigmentasi biasanya pada garis di bawah umbilikus
2
TABEL 107-1
Perubahan Fisiologik Kulit Selama Kehamilan
Pigmentasi
Hiperpigmentasi difus
Hiperpigmentasi selektif (genital, aksila, skar baru)
Areola sekunder
Linea nigra
Melasma (kloasma, topeng pada kehamilan)
Hiperpigmentasi pada efelid dan nevus melanositik
Rambut
Hirsutisme
Penebalan pada kulit kepala
Telogen effluvium pada post partum
Alopesia androgenik post partum
Kuku
Hiperkeratosis subungual
Onikolisis distal
Lekuk transversal
Rapuh
Pertumbuhan yang cepat
Kelenjar (glandular)
Peningkatan fungsi ekrin (kecuali telapak tangan) (miliaria, dishdrotik, eksim, hiperhidrosis)
Peningkatan akivitas tiroid dengan diiukti olef defisiensi relative yodida
Peningkatan fungsi kelenjar sebasea (pertumbuhan pada tuberkel Montgomery’s)
Penurunan fungsi kelenjar apokrin
Perubahan struktur
Striae distensiae (stria pada kehamilan)
Molluscum fibrosum gravidarum (acrochorons)
Perubahan vaskular
Spider angioma (spider nevi, nevi aranel)
Eritema Palmaris
Carpal tunnel syndrome
Non pitting edema (tangan, tumit, kaki, wajah)
Varicosities
Cutis marmorata
Ketidakstabilan vasomotor
Dernografisme / gatal
Purpura
Hiperemia / hyperplasia gingival
Granuloma piogenikum (granuloma gravidarum,epulis pada kehamilan)
Hemoroid
Hemangioma, hemeangioendothelioma, glomangiomas
Telengiektasia nevoid unilateral (teleangiektasia dermatomal superfisial unilateral)
Mukosa
Gingivitis (gingivitis marginal, hipertrofi papiloma pada gusi)
Jacquenier – Chadwick sign (diskolorisasi kebiruan pada vagina dan serviks)
Goodell’s sign (pelunakan pada servikal)
3
DERMATOSIS PADA KEHAMILAN YANG DAPAT BERISIKO
TERHADAP JANIN
Pemfigoid (herpes) gestasional (PG;lihat bab 57) merupakan erupsi vesikobulosa yang sangat
gatal, muncul pada pertengahan hingga akhir masa kehamilan dan masa awal post partum. PG
secara klasik dimulai pada trimester kedua dan ketiga, dan tampak mendadak sebagai lesi
pruritus urtikarial dengan dasar kulit normal atau kulit yang eritem. PG dihubungkan dengan
peningkatan insiden berat badan bayi kecil
Sekilas Pandang
untuk masa kehamilan dan lahir prematur.
PG diperantarai oleh proses imunologi.
4
ditemukan pada wanita hamil di Amerika Serikat (kurang dari 0,1% sampai dengan 0,7%),
Kanada (0,1%), Australia (0,2 % sampai dengan 1,5%), dan Eropa (0,1% sampai dengan 1,5%).
Etiologi
Gambaran Klinis
Secara klasik ditemukan pada pasien hamil selama trimester ketiga dengan gatal yang
sedang sampai dengan berat, ditemukan terlokalisir pada telapak tangan dan kaki atau semua
badan. Gatal dimulai selama trimester pertama dan kedua pada 15% – 25% kasus. Gatal yang
terus-menerus dapat dilihat dari ekskoriasi sekunder, walaupun lesi kulit yang timbul pertama
kali tidak ada. Awalnya pasien hanya mengeluh gatal pada malam hari dan gejala ini biasanya
terasa semakin berat sepanjang malam sejalan dengan perjalanan penyakit. KH kadang-kadang
didahului dengan infeksi saluran kencing. Gejala gatal dapat disertai lemah, mual, muntah, atau
tidak nafsu makan. Kira-kira satu diantara lima pasien KH dapat ditemukan gejala klinis ikterik
yang progresif, urin berwarna gelap, dan kotoran yang berwarna terang. Gejala klinis ini
biasanya didahului oleh rasa gatal yang berlangsung selama 1-4 minggu.
Perjalanan Penyakit
KH ditandai dengan gejala tersebut di atas dan biokimia yang abnormal secara khas
menetap sampai dengan 2-4 minggu setelah melahirkan. Diperkirakan sebesar 45%-70% pasien
KH akan mengalami kembali KH pada saat kehamilan berikutnya. Beberapa wanita dapat
5
mengalami kekambuhan KH setelah minum obat kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung estrogen sintetik dan progesteron.
Walaupun gambaran yang muncul pada ibu hamil dapat bervariasi , namun pada kasus
yang berat dapat menyebabkan perdarahan sekunder postpartum karena penurunan vitamin K.
Selain itu, wanita yang terkena mempunyai kecenderungan mengalami penyakit kolelitiasis atau
batu empedu. Pada KH terdapat risiko pada janin antara lain peningkatan lahir prematur, stress
pada janin selama proses melahirkan, dan kematian janin. Komplikasi ini merupakan akibat dari
anoksia plasenta akut, meningkatnya mekonium pada cairan amnion. Komplikasi pada janin
dapat diturunkan dengan cara mengurangi terapi dan induksi persalinan setelah paru janin
matang
Pemeriksaan Laboratoris
Peningkatan serum asam empedu merupakan indikator yang paling sensitif terhadap KH.
Pada wanita hamil yang sehat, total asam empedu (TBAs, Total Bile Acids) sedikit meningkat di
atas normal , kadar 11,0 µM masih dianggap normal pada kehamilan lanjut. Batasan yang jelas
kadar biokimia yang yang menunjukkan suatu KH belum dibuat. Bagaimanapun, Brites et al
mengenalkan Suatu gambaran kinik KH yang sering ditemui sebagai berikut: (1) kosentrasi total
asam empedu serum TBAs yang lebih tinggi dari 11,0 µM (normal: 4,6-8,7 µM); (2)
perbandingan antara cholic acid - chenodeoxycholic acid lebih dari 1,5 ( normal 0,7-1,5) atau
proporsi TBAs lebih dari 42%. (3) Rasio konjugasi glisin-konjugasi taurin dari asam empedu
kurang dari 0,1 (normal: 0,9-2,0) atau konsentrasi glycocholic acid lebih dari 2,0 µM (normal
0,6-1,5 µM). Tingkat gatal dan keparahan penyakit biasanya berhubungan dengan konsentrasi
asam empedu.
Hasil tes fungsi hati yang sedikit meningkat, dan sering dijumpai peningkatan
transaminase, alkalin fosfatase, 5’-nukleotidase, kolesterol, trigliserida, fosfolipid, lipoprotein X.
Diantara parameter ini, alanin transaminase yang paling sensitif, seperti peninggian enzim ini
tidak ditemui pada kehamilan yang sehat, tetapi sering ditemui pada KH. γ Glutamil tranferase,
dimana biasanya mempunyai kadar rendah pada kehamilan lanjut, mempunyai kadar normal
atau sedikit meningkat pada KH. Bilirubin direk atau terkonjugasi sering ditemukan pada KH.
Albumin mungkin menurun sedikit, dimana α2-globulin dan β-globulin sedikit meningkat.
Pemeriksaan tes hati tunggal pada dasarnya tidak dapat mendiagnosis suatu KH.
6
Diagnosa Banding
Terapi
Penatalaksanaan KH ditujukan untuk meningkatkan daya tahan dan kualitas hidup janin.
Walaupun tata laksana pada obstetrik sangat bervariasi, diperlukan pengawasan janin tiap
minggu sejak kehamilan minggu ke-34. Sebagai tambahan, banyak penulis merekomendasikan
pada kasus yang berat secepatnya dilakukan tindakan induksi persalinan, biasanya dilakukan
pada kehamilan minggu ke-ber37 dan minggu ke-38 segera setelah paru janin matang.
Pada kasus yang ringan, penanganan simptomatis yang adekuat dapat dengan pemberian
campuran emolient dan anti pruritus topikal. Pemberian anti histamin jarang memberikan
respon. Pemberian fototerapi UVB menunjukkan efektifitas yang bervariasi. Sebuah penelitian
melaporkan supresi estrogen fetoplasenta oleh deksametason efektif pada 10 wanita hamil
dengan KH. Namun, ada literatur yang menyebutkan sebuah kasus yang mengalami perburukan
setelah pemberian deksametason.
Kolesteramin dan anion lain yang bertukar ikatan asam empedu dapat menurunkan
sirkulasi enterohepatik. Beberapa uji coba tidak terkontrol menyarankan kolesteramin dapat
efektif menurunkan gejala sampai dengan 70% pada pasien dengn KH ringan. Akan tetapi,
terdapat kekurangan pada uji acak plasebo-kontrol kolesteramin karena belum menunjukkan
kesimpulan yang pasti tentang efikasi obat ini. Lebih jauh, efek kolesteramin diawasi selama
beberapa hari, pada kasus yang berat hasilnya mengecewakan, dapat menurunkan vitamin K
yang dapat memicu koagulopati.
Ursodeoxycholic acid (UDCA) merupakan asam empedu yang hidrofilik yang natural,
memiliki efek hepatoprotektif melalui penambahan ekskresi asam empedu hidrofobik, metabolit
progesterone sulfat, dan komponen lain hepatotoksik. UDCA menurunkan tingkat asam empedu
pada kolostrum, tali pusat, dan cairan amnion. Hasil beberapa, uji acak plasebo -kontrol UDCA
menunjukkan bahwa ketika diberikan dosis UDCA antara 450 mg – 1200 mg / hari, UDCA
bertoleransi baik dan mempunyai efek yang tinggi dalam mengontrol gejala klinis dan fungsi
hati yang abnormal pada KH. Efek UDCA lebih cepat dan lebih lama dibandingkan dengan
7
kolesteramin. Peningkatan efikasi dapat dijangkau dengan penambahan pemberian S-
adenosylmethionine. UDCA aman dan bertolelaransi baik pada pengobatan dan dapat
menurunkan angka kematian janin yang berhubungan dengan KH.
Keberhasilan pengobatan pada sebuah kasus KH yang berat dan refraktan dilaporkan
dapat menggunakan plasmaferesis dimulai pada kehamilan minggu ke-32. Obat ini bertoleransi
baik dan dapt memberikan perbaikan gejala yang cepat. Namun, pengobatan ini tidak dapat
mengembalikan kondisi biokimia yang abnormal.
Nomenklatur
Von Hebra pertama kali menggunakan istilah impetigo herpetiformis pada tahun 1872 yang
menggambarkan suatu erupsi akut pustular yang biasanya muncul pada trimester tiga kehamilan.
Sekarang dianggap suatu varian dari psoriasis pustular yang diakibatkan perubahan hormon
selama kehamilan, akan tetapi beberapa pengarang menyatakan bahwa penyakit ini memiliki
gejala klinis yang berbeda.
Gambaran Klinis
Psoriasis pustular pada kehamilan mempunyai ciri erupsi akut yang biasanya terjadi
segera pada trimester tiga. Kondisi ini mempunyai manifestasi sebagai patch eritem dimana
pada pinggirnya terdapat pustul subkorneal (gambar 107-4). Erupsinya secara khas terdapat
pada daerah flexor yang dapat menyebar secara sentrifugal dan kadang dapat menyeluruh. Lesi
subungual dapat menyerupai onikolisis. Walaupun jarang, namun bisa terdapat lesi erosi pada
mukosa yang nyeri. Wajah, telapak tangan, dan telapak kaki biasanya tidak terdapat lesi. Lesi
eritem dapat terasa gatal maupun nyeri. Bisa diikuti oleh gejala demam, kedinginan (menggigil),
malaise, diare, mual, dan artralgia. Walaupun jarang, dapat terjadi tetani, delirium, dan kejang
bila terjadi hipokalsemia yang berat.
8
Pemeriksaan Laboratorium
Perjalanan Penyakit
Psoriasis pustulosa pada kehamilan biasanya muncul pada trimester akhir, namun pernah
dilaporkan beberapa kasus yang muncul pada trimester
pertama, selama masa nifas, wanita tidak hamil yang KOTAK 107 – 1
minum obat oral kontrasepsi, dan wanita post Diagnosis Diferensial Psoriasis
Pustular pada Kehamilan
menopause. Gejala ini dapat terjadi progresif selama Menyerupai
masa kehamilan. Ciri yang penting pada kelainan ini Erupsi obat pustular
Pemfigoid gestationis
adalah membaik segera setelah persalinan. Kekambuhan
Dapat Dipertimbangkan
pada kehamilan berikutnya sering ditemui dan gejalanya Pemfigus vulgaris
lebih berat dengan onsetnya yang lebih cepat. Dilaporkan Dermatitis herpetiformis
Dermatosis subkorneal pustular
juga beberapa terjadi kekambuhan selama mestruasi atau Erupsi pustular pada penyakit
penyakit Bowel
sebelum menstruasi datang.
Disingkirkan
Bila penyakit meluas , biasanya mempunyai Infeksi menyebabkan erupsi pustular
prognosis yang buruk. Komplikasi pada ibu biasanya
tidak mengancam jiwa, tapi dapat terjadi bila pada ibu terdapat hipokalsemia dan sepsis oleh
karena infeksi bakteri. Komplikasi yang paling ditakutkan adalah insufisiensi plasenta yang
dapat mengakibatkan kematian janin atau neonatal. Berdasarkan hal ini sering dilakukan induksi
segera untuk persalinan.
Diagnosis Banding
Pada kotak 107-1 memperlihatkan diagnosis banding dari psoriasis pustular pada
kehamilan.
9
Terapi
Kondisi cairan dan elektrolit harus diawasi dan segera dikoreksi bila terdapat gangguan
keseimbangan elektrolit. Pengawasan terhadap janin penting, karena penurunan denyut jantung
janin, merupakan tanda awal hipoksemia. Fungsi jantung dan ginjal ibu dapat terkompensasi
sesuai progresifitas penyakit ini, oleh karena itu diperlukan pengawasan yang baik. Induksi
persalinan merupakan pilihan utama bila tidak terdapat perbaikan dengan terapi farmakologi dan
suportif. Fototerapi dengan atau tanpa retinoid minum, klofazimin, metotreksat, sulfapiridin, dan
sulfon dapat diberikan pada ibu yang tidak menyusui setelah terminasi kehamilan atau setelah
persalinan.
Etiologi
10
pertambahan berat badan dengan PUPPP masih kontroversi. Beberapa pendapat mengatakan
bahwa peningkatan peregangan kulit abdomen di menyebabkan perubahan pada jaringan
kolagen dan atau elastik sehingga dapat mencetuskan reaktivasi imun ibu yang sebelumnya
tidak mempunyai stimuli antigen. Selain itu, DNA janin dapat dideteksi pada kulit ibu yang
terlibat dan telah dihipotesis mempunyai kaitan dengan kondisi ini.
Gambaran Klinis
Sekilas Pandang
PUPPP biasanya terjadi pada
primigravida selama trimester akhir
kehamilan (onset rata-rata 35 minggu),
sebaliknya pada beberapa kasus dapat terjadi
pada awal kehamilan dan segera pada
Pruritic Urticarial Papules and Plaques of
periode post partum. Lesinya polimorfik
Pregnancy (Poylimorphic Eruption of
dapat berupa urtikaria (yang paling sering Pregnancy) merupakan dermatosis yang
ditemui), vesikel, purpura, polisiklik, atau sering muncul, bersifat self-limited, dan
target. Pada beberapa individu mempunyai muncul pada primigravida pada akhir
lesi morfologi yang seragam (monomorfik). masa kehamilan
Folikulitis pruritik pada kehamilan bersifat
Lesinya khas, yaitu papul eritem
jinak, ditandai oleh rasa gatal, papul
urtikarial yang dikelilingi halo berukuran 1-2 folikuler, pustul yang steril yang muncul
mm. Erupsi dimulai dari abdomen, pada pada bulan keempat dan kesembilan masa
striae gravidarum pada periumbilikal. Gatal kehamilan
dirasakan pada .lesi dan biasanya timbul Manifestasi prurigo gestasional berupa
bersamaan dengan timbulnya lesi. pruritik papul pada area ekstensor. Pada
PG tidak ditemukan kelainan pada hasil
Penyebaran segera terjadi ke paha , bokong, pemeriksaan laboratorium dan
payudara dan lengan. Namun tidak menyebar histopatologi, serta tidak merubah resiko
ibu dan janin
ke telapak tangan dan kaki serta kulit di atas
Erupsi atopik pada kehamilan merupakan
payudara. Gatal yang hebat dapat kombinasi dari folikulitis pruritik pada
kehamilan, PG, dan lesi eksematous yang
mengganggu tidur, akan tetapi tidak ada
muncul selama masa kehamilan
gejala sistemik yang dilaporkan oleh pasien.
Pemeriksaan Laboratorium
11
Perjalanan Penyakit
PUPPP terjadi pada primigravida di trimester terakhir, walaupun juga dapat terjadi pada
trimester pertama. Dilaporkan juga beberapa kasus yang terjadi segera pada periode post partum.
Gejala berlangsung singkat, rata-rata 6 minggu. Gejala hebat jarang menetap lebih dari 1
minggu. Remisi spontan terjadi beberapa hari setelah persalinan. Rekurensi dapat terjadi pada
kehamilan berikutnya atau yang meminum pil kontrasepsi. Prognosis janin dan ibu pada
kekambuhan ini tidak berubah. Dilaporkan satu kasus yang berdampak pada bayi baru lahir.
Pada kasus seri didapatkan perbandingan bayi laki-laki dengan perempuan 29:14.
Diagnosis Banding
Terapi
Walaupun tidak berbahaya terhadap ibu dan janin, gatal yang dirasakan terus-menerus
dan intens. Gatal dapat diobati dengan anti pruritus topikal, antihistamin, dan kortikosteroid
topikal. Pemberian kortikosteroid oral yang singkat jarang dilakukan, tapi dapat efektif untuk
mengontrol gejala yang sulit diobati dengan pengobatan topikal. Induksi segera dapat
dipertimbangkan bila didapatkan gatal hebat yang menetap.
Prurigo pada kehamilan (PG) dihubungkan dengan penyakit yang dibatasi oleh kelainan
termasuk prurigo gestationis Besnier’s, Nurse’s early onset Prurigo of Pregnancy, dan papular
dermatitis of Spangler. Penyakit ini relatif sering ditemukan, kira-kira 1 diantara 450 kehamilan.
Pada tahun 2006. Ambros-Rudolf et al. mengajukan klasifikasi PG yang baru sebagai bagian
dari penyakit yang kompleks, erupsi atopik pada kehamilan (AEP. Lihat erupsi atopik pada
kehamilan).
Gambaran Klinis
Diskrit, gatal. papul ekskoriasi dengan onset biasanya terjadi pada trimester kedua. Lesi
berukuran 5-10 mm dan predileksinya pada permukaan ekstensor. Pustul biasanya dapat dilihat,
tetapi vesikel tidak. Kadang lesi tampak berupa krusta atau eksematus. Beberapa mengusulkan
peranan atopi dimana terdapat pada wanita hamil dengan riwayat atopi, beberapa individu
didapatkan peningkatan Imunoglobulin E pada serum. Akan tetapi pada penelitian lain tidak
didapatkan hubungan antara PG dengan atopi.
12
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada kelainan pada pemeriksaan serologis. Gambaran histopatologik tidak spesifik,
didapatkan infiltrat sel radang kronik disertai keterlibatan pada epidermis. Hasil pemeriksaan
imunofluresens langsung dan tidak langsung negatif.
Perjalanan Penyakit
Onset terjadi selama trimester kedua dan ketiga, dimana insidens yang paling tinggi
terjadi selama trimester kedua. Lesi biasanya menghilang setelah persalinan, tapi dapat menetap
sampai 3 bulan setelah melahirkan. Kambuh pada kehamilan berikutnya sangat variatif.
Prognosis ibu dan janin sangat baik.
Diagnosis Banding
Pririgo gestasional dapat menyerupai dermatitis atopi, untuk membedakan dua kondisi
ini sulit. Cholestasis of pregnancy, pruritic folliculitis of pregnancy (PFP), folikulitis mikrobial
pada wanita hamil, dan PUPPP dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.
Terapi
KOTAK 107 – 2
Diagnosis Diferensial Pruritic
Urticarial Papules and Plaques of
Pregnancy
Menyerupai
Pemfigoid gestationis
Folikulitis pruritik pada kehamilan
Prurigo pada kehamilan
Dermatitis kontak
Dapat Dipertimbangkan
Erupsi kulit karena obat
Erupsi eksantem karena infeksi virus
Pitiriasis rosea
Dermatitis eksfoliatif atau eksematus
Disingkirkan
Skabies
13
Folikulitis Pruritik pada Kehamilan (FPK).
Epidemiologi
Gambaran Klinik
Pada FPK muncul gejala khas berupa gatal, folikular, monomorfi, erupsi papular dimana
onsetnya terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Lesi biasanya kecil, papul eritem, pustule
dengan predileksi pada punggung, dapat juga menjadi generalisata.
Pemeriksaan Laboratorium
Perjalanan Penyakit
Onset biasanya pada trimester kedua dan ketiga dan remisi spontan pada 2-3 minggu
post partum. Rekurensi pada kehamilan berikutnya jarang ditemui. Prognosis janin dan ibu tidak
berubah. Namun, sebuah penelitian prospektif pada 14 pasien dengan FPK menunjukkan janin
laki-laki lebih dominan (2:1) dan penurunan berat lahir janin.
Diagnosis Banding
Erupsi papulopustular seperti akne, folikulitis mikrobial, dan dermatosis pruritus pada
kehamilan (seperti: PUPPP, PK, PG) dapat menjadi diagnosa banding. Tidak terdapatnya
komedo, tidak ada keterlibatan pada wajah, dan rasa gatal merupakan hal yang penting untuk
membedakan FPK dengan akne. Infeksi folikulitis dapat disingkirkan dengan pewarnaan khusus
dan kultur. Tidak seperti PUPPP, FPK tidak terdapat striae maupun urtika. Pemeriksaan
histopatologi sering dilakukan untuk membedakan kedua penyakit ini, walaupun sebenarnya
tidak diperlukan. Lesi PK tidak folikular dan terdapat pada ekstremitas. Dengan pemeriksaan
histopatologi dan DIF serta tidak ditemukannya bula dapat menyingkirkan diagnosa PG.
14
Terapi
Untuk terapi simptomatis dapat diberikan benzoil peroksida 10%, steroid topikal potensi
rendah atau kombinasi keduanya. Anti jamur topikal, antibiotik topikal dan sistemik terbukti
tidak bermanfaat. Dilaporkan satu kasus yang sukses diterapi dengan fototerapi narrow band
UVB sebanyak 20 kali.
Berhubungan dengan dermatosis spesifik pada kehamilan yang lain, gejala klinis EAK
terjadi mulai pada awal kehamilan, mengenai punggung dan ektremitas. Tidak terdapat
hubungan dengan paritas atau gestasi. Terdapat 20% EAK yang mengalami kekambuhan berupa
dermatitis atopi dimana tidak diawali dengan dermatitis atopi dan memberikan gambaran klinis
eksim (tipe-E EAK) atau tipe lesi prurigo (tipe P EAK). Disebutkan terdapat pergeseran profil
ekspresi sitokin menjadi ekpresi sitokin T helper 2 yang dapat menyebabkan kekambuhan
dermatitis atopi selama kehamilan. Eksim sering ditemukan pada wanita hamil sesering pada
wanita yang sedang tidak hamil, sehingga
pengajuan terminologi EAK perlu sebagai suatu
dermatosis pada kehamilan. Erupsi eksematus
sering ditemukan pada wanita hamil dengan kondisi
kulit yang gatal hampir seluruh tubuh dan
diperlukan suatu diagnosis diferensial.
15
Tabel 107-2
16
17