Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN DBD PADA ANAK

1. Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan


Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keingingan makan dan minum masih baik. Untuk
mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan obat panas paracetamol 10 – 15
mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika simptom panas masih nyata diatas 38,5 0C. Obat panas
salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis.
Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan
manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita DBD ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvulsi sebaiknya
kasus ini dianjurkan di rawat inap.

2. Kasus DBD derajat I & II


Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko
terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita disarankan diinfus cairan
kristaloid.
Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai
untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari harga normal, merupakan
indikator adanya kebocoran plasma dan ssebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat
rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam.
Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin, nyeri perut dan
produksi air kemih yang kurang sebaiknya dianjurkan rawat inap. Penderita dengan tanda-tanda
perdarahan dan hematokrit yang tinggi harus dirawat di rumah sakit untuk segera memperoleh
cairan pengganti.
Volume dan macam cairan pengganti penderita DBD sama dengan seperti yang digunakan pada
kasus diare dengan dehidrasi sedang (6-10% kekurangan cairan) tetapi tetesan harus hati-hati.
Kebutuhan cairan sebaiknya diberikan kembali dalam waktu 203 jam pertama dan selanjutnya
tetesan diatur kembali dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran plasma terjadi. Pemeriksaan
hematokrit secara seri ditentukan setiap 4-6 jam dan mencatat data vital dianjurkan setiap saat untuk
menentukan atau mengatur agar memperoleh jumlah cairan pengganti yang cukup dan cegah
pemberian transfusi berulang. Perhitungan secara kasar sebagai berikut :

(ml/jam) = ( tetesan / menit ) x 3


Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan pengganti yang cukup untuk
mempertahankan sirkulasi secara efektif selama periode kebocoran (24-48 jam), pemberian cairan
yang berlebihan akan menyebabkan kegagalan faal pernafasan (efusi pleura dan asites),
menumpuknya cairan dalam jaringan paru yang berakhir dengan edema.

Kebutuhan Cairan
Tabel 1. Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedang
Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kg BB per hari
<7 220
7 – 11 165
12 – 18 132
> 18 88

Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat badan pasien
serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak
yang gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal anak umur yang sama.
Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan dari tabel berikut.

Tabel 2. Kebutuhan cairan rumatan


Berat badan (kg) Jumlah cairan (ml)
10 100 per kg BB
10 – 20 1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
> 20 1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)

3. Kasus DBD derajat III & IV


Dengue Shock Syndrome kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan
perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Semua penderita dengan renjatan sebaiknya
diberikan oksigen.
Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu
dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya
DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (Ringer Laktat,
5% Dekstrose dalam larutan Ringer Laktat atau 5% Dekstrose dalam larutan Ringer Asetat dan
larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam atau pada kasus yang sangat berat
(derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2x).
Jika syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan
berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam faal atau plasma) dapat diberikan dengan
jumlah 10-20 ml/kg/jam.
Selanjutnya pemberian cairan infus dilanjutkan dengan tetesan yang diatur sesuai dengan
plasma yang hilang dan sebagai petunjuk digunakan harga hematokrit dan tanda-tanda vital yang
ditemukan selama kurun waktu 24-48 jam. Pemasangan cetral venous pressure dan kateter urinal
penting untuk penatalaksanaan penderita DBD yang sangat berat dan sukar diatasi. Cairan koloidal
diindikasikan pada kasus dengan kebocoran plasma yang banyak sekali yang telah memperoleh
cairan kristaloid yang cukup banyak.
Pada umumnya 48 jam sesudah terjadi kebocoran atau renjatan tidak lagi membutuhkan cairan.
Reabsorbsi plasma yang telah keluar dari pembuluh darah membutuhkan waktu 1-2 hari
sesudahnya. Jika pemberian cairan berkelebihan dapat terjadi hipervolemi, kegagalan faal jantung
dan edema baru. Dalam hal ini hematokrit yang menurun pada saat reabsorbsi jangan
diintepretasikan sebagai perdarahan dalam organ. Pada fase reabsorbsi ini tekanan nadi kuat (20
mmHg) dan produksi urine cukup dengan tanda-tanda vital yang baik.
Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan melena diindikasikan
untuk memperoleh transfusi darah. Darah segar sangat berguna untuk mengganti volume masa sel
darah merah agar menjadi normal.

PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan agar kondisi pasien tidak bertambah parah adalah dengan
melakukan monitoring, seperti tanda vital dan kadar hematokrit yang harus dimonitor dan
dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
monitoring adalah:
 Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih sering,
sampai syok dapat teratasi.
 Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil
 Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan
tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
 Jumlah dan frekuensi diuresis.
Edukasi kepada ibu juga penting utuk dilakukan agar jika anak menunjukkan tanda-tanda
memburuk agar segera dilakukan tatalaksana dengan cepat jika perlu segera dibawa ke petugas
medis terdekat.
PROGNOSIS
Kematian telah terjadi pada 40-50% penderita DBD dengan syok, tetapi dengan perawatan
intensif yang cukup, kematian akan kurang mulai dari 2%. Ketahanan hidup secara langsung terkait
dengan manajemen awal dan intensif.

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R.E. and Kliegmen, R. 2003. Nelson Textbook of pediatrics. 17th edition, vol.2. Philadelphia:
W.B. Saunders Company

Soegijanto, Soegeng. 2001. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Pada Anak.


www.itd.unair.ac.id/gdl42/download.php?id=5 (Diakses pada tanggal 25 Mei 2010)

Suhendro, Nainggolan L., Chen, K., Pohan, H.T. 2007. Demam Berdarah Dengue. Dalam: Sudoyo
A.W., Setyohadi B., Alwi I., Simadibrata M.K., Setiati S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai