Anda di halaman 1dari 18

5.

STIMULASI DINI DI TPA


 TPA dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas perkembangan melalui program
stimulasi/intervensi dini, terutama untuk bayi
dengan risiko tinggi penyimpangan
perkembangan.

 The Abecedarian Project adalah penelitian untuk


mengetahui apakah dapat mencegah retardasi
mental dengan menyelenggarakan program
intensif di suatu tempat (sejenis TPA panti)
segera setelah bayi lahir sampai anak menjelang
masuk sekolah.
 Carolina Approach to Responsive Education
(Project CARE) mempelajari intervensi dini yang
dilakukan di rumah oleh ibu, setelah belajar
metode intervensi seperti The Abecedarian
Project. Bayi/anak yang mendapat intervensi
dini di panti, ditambah kunjungan rumah
ternyata mempunyai tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi dibanding dengan intervensi hanya
dilakukan di rumah.

 Infant Health and Development Program (IHDP)


adalah penelitian intervensi dini pada bayi
prematur dan BBLR karena berisiko tinggi
terjadinya penyimpangan intelektual.
 Bayi yang lahir normal pun bila berada di
lingkungan yang tidak memberi stimulasi yang
memadai akan mengalami keterlambatan
perkembangan pada usia pra sekolah.

 Penelitian di California Utara pada bayi-bayi


berisiko tinggi penyimpanagan perkembangan
akibat keadaan keluarga dan sosial yang buruk,
kemudian diasuh di TPA dengan penekanan
pendidikan sejak umur 6-12 minggu dan dipantau
sampai umur 4,5 tahun ternyata IQnya lebih
tinggi dari anak-anak yang tidak mendapat
intervensi.
6. IMUNISASI
 TPA bekerja sama dengan dokter harus
mengupayakan agar anak terus mendapatkan
imunisasi teratur sesuai jadwal.

 Perlu dicatat imunisasi yang telah diperoleh


sebelumnya, sehingga dapat direncanakan
imunisasi selanjutnya dengan persetujuan orang
tua.
7. PENCEGAHAN SAKIT, CEDERA, DAN
KERACUNAN

a. Risiko tertular dan menularkan penyakit


 Penyakit yang mudah menular di TPA adalah
infeksi saluran nafas, saluran cerna, dan kulit.
 Penyebaran bakteri saluran cerna, virus, parasit
adalah akibat kontak erat dan higiene yang
buruk.
 Hal terpenting untuk pencegahan adalah
membiasakan mencuci tangan, buang air kecil
defekasi, cebok dengan baik dan benar,
pengawasan penyimpanan, pengolahan
penyajian makanan, sanitasi lingkungan,
pemanfaatan konsultan, pengelompokkan
berdasarkan umur, dan pelatihan pengasuh.
b. Risiko cedera
 Penyebab cedera di TPA terutama jatuh,
bertubrukan, luka sayat, tusuk, sengatan, lecet,
dan panas.
 Pencegahan yang dapat dilakukan misalnya,
lantai tempat bermain dari bahan yang lunak,
dibawah sarana panjat memanjat diberi alas
yang lunak, menjauhkan tempat bermain dari
dapur, baby walker rodanya dilepas, kursi bayi
disesuaikan besar badan bayi.
----------HAL 228-229-----------
---------HAL 230-231--------
 APHA dan AAP menganjurkan agar pengasuh
baru harus melalui masa orientasi tentang
kebijakan dasar, prosedur, kebutuhan anak,
disiplin, hubungan dengan orang tua, prosedur
kegawatan, dasar-dasar higiene, dan perlakuan
salah pada anak.
 Dilanjutkan dengan orientasi lanjutan selama 3
bulan terutama tentang prosedur pengendalian
infeksi dan penilaian kesehatan harian.
 Menurut Child Development Associate (CDA)
peranan pengasuh TPA adalah mengupayakan
lingkungan yang aman terhadap risiko cedera
dan sakit, meningkatkan kesehatan dan status
gizi, mengupayakan suasana, sarana dan
lingkungan yang menumbuhkan minat, rasa
aman, dan menyenangkan sehingga merangsang
anak untuk bermain, bereksplorasi dan belajar.
 Pengasuh (bersama orang tua) harus mengerti
tentang kebutuhan dasar tumbuh kembang
anak, tahapan tumbuh kembang anak, cara
memantau tumbuh kembang anak, cara
menyuluh orang tua, cara bermain dengan anak,
dan dapat melaksanakan petunjuk dari
konsultan.

 Para pengasuh sebaiknya diperiksa


kesehatannya secara berkala agar tidak
menularkan penyakitnya kepada anak-anak.
2. KONSULTAN
 Sebaiknya TPA mempunyai konsultan dengan
jadwal kunjungan yang tetap sehingga bisa
disusun jadwal untuk pemeriksaan anak dan
konsultasi.

 Konsultan dapat terdiri dari perawat senior,


dokter keluarga, dokter spesialis anak, psikolog,
psikiater, pendidik, ahli gizi, pekerja sosial, dll.

 Konsultan berperan sebagai pelatih untuk para


pengasuh dan orang tua tentang upaya
mencukupi kebutuhan tumbuh kembang anak,
pencegahan penyakit menular, pencegahan
kecelakaan, pertolongan pertama untuk anak
sakit atau cedera, dll.
3. BANGUNAN DAN RUANGAN
 Departemen Sosial mensyaratkan untuk 40 anak
dibutuhkan bangunan seluas 200 m2 diatas
tanah 1200 m2.

 Sebaiknya ada ruang menyusui, ruang


bermain/’belajar’, ruang tidur, ruang makan,
kamar mandi, kakus, dapur, ruang kantor, ruang
konsultasi, dan ruang lain yang dianggap perlu.

 Ukuran, letak, tinggi perabotan, saluran air,


ember, tempat sabun, dll disesuaikan dengan
tinggi anak.
 Kebersihan kamar mandi, kakus, dapur, kamar
tidur, kamar bermain, harus selalu diawasi. Air
bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang
cukup. Tempat sampah harus tersedia.

 Letak bangunan/ruangan harus aman, sebaiknya


tidak di tepi jalan atau dipinggir sungai, tidak
ada kolam, sumur terbuka, pagar kawat berduri,
jauh dari tempat pembuangan sampah, tidak ada
bagian yang berbahaya misal tangga, sumur
terbuka, stop kontak listrik yang rendah.
 Alat bermain harus aman, sesuai dengan jumlah
anak, ukuran disesuaikan dengan golongan
umur masing-masing, ada pagar pengaman,
lubang-lubang tidak berbahaya, kokoh,
permukaan tidak toksik, lantai lunak.

 Cahaya matahari harus banyak masuk ke semua


ruangan. Pertukaran udara semua ruangan
harus baik.
4. PERLENGKAPAN/PERALATAN
 Lantai, dinding, meja, kursi, tempat tidur
sebaiknya dari bahan yang mudah dibersihkan.
Alat makan, alat minum tidak mudah pecah dan
mudah dicuci. Alat permainan yang sesuai
dengan usia dan harus aman, tidak tajam, tidak
mudah tertelan, tidak mengandung bahan
beracun, mudah dicuci.
 Untuk pemantauan tumbuh kembang anak
harus disediakan timbangan bayi, timbangan
injak, pengukur tinggi badan, lingkar kepala.
Juga perlu disediakan alat pemeriksaan
kesehatan dan obat pertolongan pertama.

 Setiap anak harus memiliki buku/kartu


pemantauan tumbuh kembang seperti KMS,
kartu anak, yang sedikitnya berisi grafik berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala, tahapan
perkembangan anak, catatan imunisasi,
makanan, sakit, dll.
PENUTUP
 Tempat Penitipan Anak (TPA) diharapkan
mampu berperan sebagai pengganti keluarga
sementara untuk mencukupi kebutuhan dasar
anak selama di TPA agar bisa tumbuh kembang
optimal.

 Diperlukan pelatihan khusus dan buku pedoman


praktis tentang stimulasi dini untuk pengasuh di
TPA maupun orang tua, karena stimulasi dan
intervensi dini juga harus dilanjutkan terus di
rumah.
 Selain pelatihan, juga diperlukan pengawasan
dan bimbingan yang terus menerus oleh para
pakar (konsultan) sehingga program
stimulasi/intervensi dini dapat berlangsung
dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai