Kelahiran dan tumbuh kembang P-4 didorong oleh situasi kehidupan negara yang
terjadi pada pertengahan tahun 1965. Orde Baru menilai bahwa terjadinya tragedi nasional,
G-30-S/PKI pada tahun 1965, adalah karena bangsa Indonesia tidak melaksanakan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Setelah bangsa
Indonesia mampu mengatasi akibat dari gejolak yang ditimbulkan oleh gerakan G-30-
S/PKI, serta telah mampu untuk menetapkan program pembangunnya, dirasa perlu untuk
sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasarnya. Maka Majelis
pelaksanaan P-4 merupakan kehendak rakyat yang ditetapkan oleh MPR RI sebagai
peraturan perundang-undangan yang sah, sehingga apapun pelaksanaan P-4 adalah bersifat
konstitusional.
Dilihat dari segi tujuan yang hendak dicapai oleh pemasyarakatan P-4, yakni
dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, memang belum sepenuhnya tercapai. Namun
pendidikan politik normatif dalam batas-batas tertentu telah tercapai. Apalagi kalau dilihat
dari sisi kuantitatif target audience yang telah mengikuti pemasyarakatan P-4 dapat
dikatakan telah tercapai. Memang kalau dilihat secara kualitatif masih jauh dari kualitas
yang diharapkan. Kita sadar bahwa pembinaan sikap dan perilaku membutuhkan waktu
Sebagai akibat bahwa pemasyarakatan P-4 adalah penjabaran dari suatu Ketetapan
bersifat sentralistis, dan dari atas ke bawah (top-down approach), sehingga banyak pihak
yang terlalu cepat dan sangat pendek, mengakibatkan pula kurang profesionalnya para
penatar P-4, sehingga sering terjadi penatar yang over-acting, menutupi kelemahan
dirinya. Keadaan semacam ini yang menyebabkan pemasyarakatan P-4 menjadi kurang
yang kurang bersih, kurang transparan, terjadi banyak penyimpangan, bahkan sementara
pihak menuduh terjadinya KKN adalah karena P-4. Kami sendiri mengalami kebingungan
bagaimana seorang mampu mengadakan korelasi antara pelaksanaan P-4 dan terjadinya
KKN. Sepanjang yang saya ketahui sampai kini belum ada studi yang mengadakan analisis
Kritik terhadap gerakan penataran P-4 ini lebih mencuat, setelah terjadinya korupsi
P-4 tidak dapat membendung terjadinya korupsi, sehingga waktu bergulir gerakan
reformasi penataran P-4 dipandang kurang menguntungkan dan dicabut dengan Ketetapan
MPR-RI No. XVIII/MPR/1998. Namun TAP MPR ini mengandung anomali, di satu sisi
penataran P-4 dicabut, tetapi di sisi lain Pancasila sebagai dasar negara harus dilaksanakan
secara konsisten. Dengan dicabutnya penataran P-4, maka lembaga yang mengurusnya,
sebagai indoktrinasi yang dinilai melanggar HAM. Kedua, Pancasila saat itu menjadi alat
politik. Mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah dicap sebagai anti Pancasila,"
katanya. Pada masa Orde Baru Soeharto ada P4. Kemudian pada saat MPR dipimpin Taufik
Kiemas ada Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Dan sekarang pada masa Presiden Joko
sendiri," ujar politisi Partai Golkar itu. Jika pada waktu P4 ada 36 tuntunan pengamalan
kepada UKP-PIP yang dipimpin Yudi Latif untuk membumikan Pancasila kepada generasi
muda," imbuhnya.
Dalam dialog seorang peserta sempat bertanya soal komunisme atau PKI. Menurut
Hardisoesilo, isu PKI bukanlah untuk mengalihkan isu tentang Islam seperti kasus Habib
Rizieq. Isu PKI ini muncul karena memang ada perkembangan di bawah (akar rumput).
1
Soeprapto. Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila VIS A VIS Pedoman Umum Implementasi Pancasila
dalam Kehidupan Bernegara. https://lppkb.wordpress.com/p4-vis-a-vis-pedoman-umum-ps/, diakses 9 juni 2018
"Sudah ada simbol-simbol komunisme seperti palu arit. Di daerah saya di Banyuwangi ada
Menkumham menyatakan tidak ada PKI, dan sebaliknya Panglima TNI menyebut adanya
informasi tentang PKI, isu PKI tidak sekadar untuk mengalihkan isu, tapi apa yang saya
lihat di bawah di daerah saya, isu ini perlu mendapat perhatian," pungkasnya. 2
Beberapa sumber mengatakan kegiatan tersebut tidak efektif dalam mengatasi beberapa
masalah tentang nepotisme, KKN, dan korupsi, namun membumikan nilai – nilai pancasila
untuk meminimalkan sangatlah penting. Mengenal dan memahami tentang nilai – nilai
yang terkandung dalam pancasila ini dapat memberikan landasan pada generasi baru untuk
bertindak dan lebih memahami ke bhinekaan. Pancasila adalah filosofi berbangsa, dasar
Indonesia. Teks Pancasila sebagai ideologi negara tetap sama sejak 1945, tetapi
penafsirnya harus senantiasa kontekstual, sesuai dengan jiwa dan spirit demokrasi yang
berkembang, baik di Indonesia maupun di belahan negara lain di dunia. Demokrasi dan
Pancasila, tidak bisa dipisahkan karena tanpa demokrasi, Pancasila tak mungkin bertahan
2
Tribun News. Hardisoesilo : Sosialisasi Empat Pilar MPR berbeda dengan P4 dan
http://www.tribunnews.com/mpr-ri/2017/09/30/hardisoesilo-sosialisasi-empat-pilar-mpr-berbeda-dengan-p4-
dan-ukp-pip
2. Apanya yang salah dengan 36 butir P4 ?
Pada masa Orde Baru Soeharto ada P4. Kemudian pada saat MPR dipimpin Taufik
Kiemas ada Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Dan sekarang pada masa Presiden Joko
Widodo ada Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila. Jika pada waktu P4 ada
kepada UKP-PIP yang dipimpin Yudi Latif pada saat itu untuk membumikan Pancasila
kepada generasi muda. Berikut kita akan bandingkan 36 butir P4 dan 45 butir yang tertera
36 butir 45 butir
Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan
dan beradab beradab
Sila Kelima :Keadilan sosial bagi Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh
seluruh rakyat indonesia rakyat Indonesia
Tabel diatas dapat kita lihat 36 butir pada P4 dan 45 butir. Perbandingan 36 butir
dan 45 butir ini tidak bergitu kontras dengan kata lain, poin – poin pada butir 36 masih ada
di 45 butir terbaru tersebut. Tiga puluh enam butir sebelumnya nampaknya malah menjadi
justru pegangan untuk berkembang ke 45 butir setelahnya. Tiga puluh enam butir P4 tidak
dapat dianggap salah, karena poin – poin yang ada di 36 butir tersebut masih tertera pada
45 butir terbaru. Perkembangan ke 45 butir ini mungkin karena perlu penyesuaian di era
reformasi ini, sehingga beberapa poin perlu ditambahkan dalam menghadapi
Mengapa lahir lembaga Unit Kerja Presiden ( UKP ) yang membidangi Pembinaan
Kritik terhadap gerakan penataran P-4 lebih mencuat, setelah terjadinya korupsi di
4 tidak dapat membendung terjadinya korupsi, sehingga waktu bergulir gerakan reformasi
penataran P-4 dipandang kurang menguntungkan dan dicabut dengan Ketetapan MPR-RI
No. XVIII/MPR/1998. Namun TAP MPR ini mengandung anomali, di satu sisi penataran
P-4 dicabut, tetapi di sisi lain Pancasila sebagai dasar negara harus dilaksanakan secara
konsisten. Dengan dicabutnya penataran P-4, maka lembaga yang mengurusnya, yakni BP-
7 dibubarkan pula.
Pancasila sebagai dasar negara harus dilaksanakan secara konsisten sosialisasi dan
Pembentukan lembaga UKP-PIP yang kemudian berubah menjadi BPIP dibentuk dengan
Pancasila itu sendiri. Lahirnya UKPPIP ini merupakan bentuk konsistensi negara dalam
pasal 3 dan pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang
Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi
UKPPIP tersebut.
Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja
UKP-PIP mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan umum
pembinaan ideologi Pancasila dan melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja
Tugas dan Fungsi UKPPIP yang telah tertera pada Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila
menghayati nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila dan mengangkat tinggi Bhineka
Tunggal Ika.
Apa titik beda yang signifikan antara BPIP dengan BP7 semasa Orde Baru ?
Pancasila (BP7) yang pernah dibentuk di era Presiden Soeharto. Menurut Yudi, BP7 lebih
sudah ada tapi justru bagaimana program Pancasila dan wawasan kebangsaan yang sudah
dijalankan itu tidak overlapping, tidak hanya di permukaan tapi lebih sistematis dan
tetap akan dikirim oleh lembaga yang memiliki kewenangan, seperti Majelis
Berdasarkan berita tersebut telah jelas perbedaan BPIP dan BP7, BPIP tidak
memiliki agenda berbagai penataran seperti yang dilakukan oleh BP7. BPIP lebih meluas
lagi hingga keberbagai lembaga negara dan seluruh kebijakan yang dikeluarkan oleh
lembaga tersebut.
3
Abdul Aziz. Yudi Latif Tegaskan UKP-PIP beda dengan BP7 Orde Baru. https://tirto.id/yudi-latif-tegaskan-ukp-pip-
beda-dengan-bp7-orde-baru-cqfi
3. Menurut anda, saat – saat sekarang ini apa yang signifikan dan mendasar yang
dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat sekarang tak peduli lagi dengan ideologi
bangsanya. Mereka acuh tak acuh karena sibuk dengan urusan masing-masing. Hal itu juga
Indonesia sekarang. Apalagi, para penulis seperti Daniel Bell (”The End of Ideology”) dan
Francis Fukuyama (”The End of History”) telah memberikan sinyal pada ideologi-ideologi
dunia seperti Pancasila bahwa abad ideologi telah berakhir karena yang memenanginya
perlu direjuvenasi, kiranya perlu mempertanyakan terlebih dulu tentang apakah Pancasila
masih sesuai dengan semangat kemanusiaan Indonesia. Pertanyaan itu penting untuk
diajukan. Sebab, pada dasarnya ideologi itu dibentuk sejarah kemanusiaan yang tengah
berlangsung.
Dalam bukunya yang berjudul The German Ideology yang ditulis pada 1846, Marx
dan Engels mengemukakan bahwa ideologi itu pada dasarnya adalah suatu kesadaran
arus globalisasi, ideologi Pancasila dirasakan tak cukup lagi dapat mengakomodasi
sendiri, cari selamat, dan sebagainya. Ia juga menjadikan hubungan interpersonal itu kini
tak dibatasi lagi oleh letak geografis. Hubungan tersebut dapat dilakukan lewat dunia maya,
kendalinya”, masyarakat dihimpun dalam sebuah global village (Giddens, 5:2002), lalu ia
akibat dari persoalan gaya hidup globalisasi yang sudah merasuk dalam kesadaran pola
hidup mereka. Dalam kategori itu masyarakat Indonesia lebih memilih hal-hal yang instan
dan gaya hidup yang serba up-to-date: handphone, McDonald’s, Coca-Cola, internet, dan
sebagainya ketimbang repot-repot berdiskusi apakah kebudayaan globalisasi itu cocok atau
Jika kebudayaan seperti itu masih terus menonjol dalam ruang kesadaran ideologis
masyarakat, tampaknya akan sulit bagi bangsa ini mengembalikan identitas kebangsaan
masyarakat itu sendiri. Di situ Pancasila sebagai ideologi bangsa pun dapat dipastikan
hanya akan menjadi simbol yang tak memiliki secuil pun makna sama sekali.
Pancasila sulit disosialisaikan dengan baik. Berbagai kebudayaan asing serta berbagai
masalah di media elektronik lebih mudah dapat merusak pemahaman Ideologi Pancasila
hingga kebinekaan. Era generasi sekarang ini mudah sekali mengakses beberapa informasi
melalui internet. Informasi yang salah yang dapat merusak pemahaman Ideologi Pancasila.
Konflik dalam masyarakat akan mudah terjadi dengan informasi – informasi yang ada.
Pembekalan di bidang sekolah mungkin akan menjadi strategi yang baik untuk
menanamkan pola pikir dalam menyaring informasi yang berada di media elektronik,
namun pembatasan media elektronik yang ada di Indonesia juga harus menjadi fokus
permasalahan dalam membumikan Ideologi Pancasila ini. Era generasi sekarang ini
masyarakat mudah terpicu oleh isu – isu yang berada di Media elektronik. Orang – orang
yang salah dapat memungkinkan timbul gerakan – gerakan dalam masyarakat yang akan
mungkin dapat menyingkirkan Pancasila dasar negara. Berbagai cara lain dengan
dilakukan, namun tidak dipungkiri di era sekarang ini masyarkat lebih dekat dengan
internet. BPIP tentunya harus mempertimbangkan hal tersebut. BPIP harus benar – benar
tidak tergoyahkan dengan isu – isu yang berada di media elektronik. Sosialisasi 45 butir
ini tentunya juga dapat dilakukan di media elektronik dan dunia pendidikan formal lainnya,
Sehingga 45 butir tersebut dapat di jelaskan dengan tegas di pendidikan formal dan dapat
disosialisaikan lebih ringan disertai contoh – contoh untuk menanamkan nilai – nilai