MEDIS
Disusun Oleh:
DANU KAMAJAYA
MOCHAMAD AZAM
TEGUSI M. WALY
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS
SEMARANG
1
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas dalam
penjelasan UUD 1945 bahwa Negara Republik Indonesia berdasar atas hukum
Dalam negara hukum, hukum merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, salah satu ciri
utama dari suatu negara hukum terletak pada kecenderungannya untuk menilai tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh masyarakat atas dasar peraturan-peraturan hukum. Dalam
artian bahwa sebuah negara dengan konsep negara hukum selalu mengatur setiap tindakan
dan tingkah laku masyarakatnya berdasarkan atas Undang-undang yang berlaku untuk
dengan apa yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945 bahwa setiap warga negara
berhak atas rasa aman dan bebas dari segala bentuk kejahatan.2
1 UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen UUD 1945 (Jakarta : Sinar Grafika, 2002),
hlm 67
2 Juliha Suratna.Peranan Visum er Repertum Sebagai Alat Bukti dalam Dakwaan Penuntut Umum
terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Berat. ( Makasar : Universitas Hasanudin, 2014 ), hlm 1
2
Meskipun segala tingkah laku dan perbuatan telah diatur dalam setiap Undang-
undang, kejahatan masih saja marak terjadi di negara ini. Media massa baik media
elektronik maupun media cetak yang diwarnai dengan banyaknya kejahatan dan
sebagainya. Abortus provakatus kriminalis merupakan suatu tindak kejahatan yang dengan
sengaja menghilangkan nyawa janin yang masih di dalam kandungan, sehingga aborsi
seperti itu diklasifikasikan sebagai kejahatan serius dan bagi pelakunya diancam sanksi
pidana.
dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1981 dinilai sebagai salah satu produk hukum bangsa
Indonesia yang mempunyai predikat sebagai karya agung di mana KUHAP sangat
memperhatikan hak-hak seseorang yang tersangkut tindak pidana, mulai dari proses
telah mengatur tentang aborsi yaitu pada Pasal 346 349 KUHP. Pada Pasal 346 KUHP
dengan demikian dapat diketahui aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perUndang-
kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang yang disuruh melakukan itu.
Wanita dalam hal ini adalah wanita hamil yang atas kehendaknya ingin menggugurkan
kandungannya, sedangkan tindakan yang menurut KUHP dapat disuruh melakukan untuk
3
tindakan tersebut adalah tabib, bidan atau juru obat, atau bahkan tenaga medis. Seorang
yang melanggar suatu peraturan hukum pidana harus mendapatkan pidana yang setimpal
Indonesia. 2,3
Aborsi yang sudah diatur dalam KUHP sudah sangat memadai dan bahkan sangat
Indonesia mengenai aborsi mempunyai status hukum yang illegal sifatnya karena
melarang aborsi tanpa kecualian. Dengan demikian, KUHP tidak membedakan abortus
bahwa apapun alasan aborsi itu dilakukan tetap melanggar hukum yang berlaku di
Indonesia.
sangat meresahkan dokter atau ahli medis Indonesia yang bekerja. Tujuan ahli medis yang
utama untuk menyelamatkan nyawa pasien tidak akan tercapai karena jika ahli medis
menggugurkan kandungan untuk keselamatan ibu maka ahli medis tersebut terancam
sasnksi pidana, tetapi kalau ahli medis tidak melakukan hal itu maka nyawa pasien dalam
hal ini ibu dapat terancam kematian, hal ini merupakan perdebatan di dalam hati nurani
4
Aborsi dengan alasan medis diatur kemudian di dalam UU No.23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, dalam Pasal 15 beserta penjelasannya. Dalam Pasal tersebut dijelaskan
bahwa Tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan medis dalam keadaan darurat untuk
menyelamatkan ibu dan atau janin atas pertimbangan tim ahli medis dan dengan
persetujuan ibu hamil atau keluarganya. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga
medis harus berdasarkan indikasi medis dan atas persetujuan tim ahli. Indikasi medis
artinya suatu keadaan atau kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis
tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu ibu hamil da atau janinnya terancam bahaya
kematian, sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah tenaga yang memiliki
keahlian dan kewenangan yang melakukannya adalah dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan.
tetapi dalam perkembangannya tindakan aborsi yang bertentangan dengan hukum terjadi di
mana-mana banyak faktor dan sistem nilai yang menyebabkan meluasnya aborsi di
mempraktikkan keluarga berencana. Faktor lain adalah menyangkut hubungan remaja yang
semakin bebas dengan lawan jenis meskipun mereka belum berstatus kawin. Perilaku
seksual yang semakin bebas tersebut sangat rentan dengan tingkat aborsi yang tinggi di
Indonesia. Perubahan sikap dan perilaku seksual ini dapat mengakibatkan peningkatan
masalah-masalah seksual seperti aborsi, penyakit kelamin dan masalah kehamilan yang
5
tidak dikehendaki, walaupun dalam perkembangannya tindakan aborsi tetap dikenai tindak
pidana bagi yang melakukannya tetapi masih saja banyak yang melakukannya di Indonesia.
Pada tahun 1998 di Indonesia diperkirakan sudah terjadi sejuta aborsi tidak aman
(unsafe abortion) dilakukan tiap tahun. Hal ini diungkapkan dalam dikusi terbatas mengenai
(PKBI) tanggal 24 April 1998 di Jakarta. Aborsi pada saat ini memang pro dan kontra di
tengah masyrakat, ada yang pro aborsi yaitu masyarakat yang ingin melegalkan aborsi dan
ada yang kontra terhadap aborsi yaitu golongan yang menentang tindakan aborsi. Sering
kali perdepatan itu terpusat pada dua kutub. Kutub pertama berargumentasi bahwa aborsi
merupakan hak, maka aborsi yang aman menjadi hak pula. Kutub kedua mempertahankan
aborsi sebagai pelanggaran nilai sosial. Fakta menunjukkan bahwa Indonesia tidak berada
pada kedua-duanya. Pelayanan aborsi tidak ada, tetapi aborsi dilakukan secara diam-diam
Kasus yang baru baru ini terjadi adalah pada februari 2016 ini adalah kasus klinik
aborsi di cikini, jakarta pusat. Kasubdit Sumdaling Ditreskrimsus AKBP Adi Vivid
menjelaskan, tim penyidik dalam kasus klinik aborsi Klinik dokter Suripno yang berlokasi
klinik tersebut. Ada dua lokasi yang digerebek yaitu di Jalan Cimandiri dan Jalan Cisadane.
6
Dalam penggerebekan ini, polisi mengamankan 9 tersangka yang terdiri dari asisten dokter,
pendidikan hingga bangku SMP. "Salah satu tersangka, M, mengaku dokter padahal hanya
lulusan SMP," kata Adi. Dalam menjalankan praktik ilegalnya, para tersangka mematok
tarif bervariasi tergantung usia kandungan. Untuk janin yang usianya 3 bulan ke bawah,
sindikat ini memasang tarif Rp 2,5 hingga Rp 3 juta. Sedangkan untuk usia kandungan
yang digunakan di klinik sindikat ini pun sungguh mengejutkan. Alat-alatnya sangat tidak
layak dan obat-obatnya kedaluwarsa. Temuan itu diperlihatkan dalam gelar kasus praktik
aborsi ilegal pada Rabu 24 Februari 2016. Seorang petugas bernama Wiji Saraswati
nampak terperangah melihat kondisi alat yang diduga digunakan untuk praktik
"Lihat, ini cairan infusnya sudah expired dari Januari 2014. Sudah 2 tahun. Ini juga
karatan," ujar Wiji kepada wartawan sambil menunjukkan sebuah alat berbentuk sumpit
besi yang ujungnya terdapat lengkung seperti kepala sendok. Dia lalu menunjukkan sebuah
alat berbentuk huruf U selebar jengkal telapak tangan orang dewasa yang berkarat.
Menurut dia, alat kesehatan yang tidak steril tersebut dapat mengakibatkan pasien
7
menderita tetanus dalam jangka pendek dan menderita infeksi yang dapat mengakibatkan
infeksi otak.
"Jangka pendeknya ini (alat aborsi berkarat) bisa jadi sarang kuman. Walau pun
sudah dibersihkan, kuman bisa bersembunyi di lubang-lubang karat dan tetanus. Jangka
panjangnya kalau masuk ke pembuluh darah, bisa terjadi sepsis dan sampai ke otak," jelas
Wiji.
Kasus abortus provokatus kriminalis ini sangat meresahkan oleh karena itu, penulis
Provocatus Kriminalis di Indonesia dan tanggung jawaban pidana. Serta makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas matakuliah Kedokteran dan Ilmu Forensik Klinis dosen pengampu
II. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud (definisi) Abortus Provocatus dan jenis jenis abortus lainnya?
Indonesia ?
8
BAB II
PEMBAHASAN
I. Abortus Provocatus
Secara medis, aborsi adalah penghentian dan pengeluaran hasil kehamilan dari
rahim sebelum janin bisa hidup di luar kandungan (viabiliti), umur janin bias hidup di
9
luar kandungan ini ada yang memberi batas 20 minggu, tetapi ada pula yang memberi
sedangkan berumur 7-9 bulan disebut premature, berumur 9 bulan atau lebih disebut
mature. Jadi, pengeluaran janin yang berakibat kematian terjadi sampai dengan umur
sesudah umur itu dan mengakibatkan kematian janin disebut pula pembunuhan bayi
(infanticide).4
Abortus provocatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah aborsi berasal dari
Provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis abortus. Dalam kamus
Latin - Indonesia sendiri, abortus diartikan sebagai wiladah sebelum waktunya atau
Dengan kata lain pengeluaran itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja
dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau caralainnya. Oleh
karena janin itu dikeluarkan secara sengaja dengan campur tangan manusia, maka
aborsi janis ini biasanya dinamai dengan nama procured abortion atau abortus
provocatus atau aborsi disengaja. Sedangkan dalam istilah moral tidak ada perbedaan
antara sebelum dan sesudah janin bisa hidup di luar kandungan, secara moral, aborsi
10
berarti pengeluaran janin secara sengaja yang mengakibatkan kematian janin yang
Ada beberapa istilah untuk menyebut keluarnya konsepsi atau pembuahan sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang biasa disebut aborsi (abortion), di antaranya: 5,6
hukum;
baik;
disengaja;
1. Abortus Spontan, yaitu pengguguran kandungan yang terjadi secara alamiah tanpa
ada usaha dari luar atau campur tangan manusia, meliputi abortion spontaneous
5 Ibid,hlm 12
6 Suryono Ekotama, Abortus Provokatus Bagi Korban Perkosaan, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 2002
11
secara alamiah). Dalam dunia kedokteran juga istilah abortus habitualis untuk
biasanya terjadi pada saat kandungan berusia lima minggu (haid terlambat satu
minggu) sampai minggu ke-16. Abortus habitualis merupakan salah satu jenis
diinginkan, meliputi:
si ibu).
alasan lainnya, misalnya malu pada tetangga, belum mampu secara ekonomi,
dan sebagainya).7,8
12
Penguguran kandungan yang terjadi secara alamiah tanpa ada usaha dari luar atau
campur tangan manusia menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak dapat
dipidana karena tidak mengandung unsur kesengajaan. Dalam usia yang sangat muda
keguguran dapat saja terjadi, misalnya karena aktivitas ibu yang mengandung terlalu
bersepeda dan sebagainya. Walaupun keguguran menimbulkan korban dalma hal ini
disebut janin tetapi tidak dapat dipidana karena tidak ada unsur kesengajaan.
II. Pertanggung Jawaban Yuridis Tindakan Aborsi Provucatus Ditinjau Dari Aspek
Dasar hukum yang mengatur tindak pidana abortus provokatus kriminalis sampai
saat ini tindak pidana tersebut masih diatur dalam pasal 299, 346, 347, 348,dan 349
KUHP. Rumusan dalam pasal 299 KUHP menyatakan bahwa, Barang siapa dengan
itu dapat gugur kandungannya dihukum penjara selama-lamanya empat tahun atau
ketentuan pidana yang dibentuk dengan maksud untuk melarang tindakan- tindakan
yang dilakukan olah para aboteur-aboteur, yang biasanya merawat atau telah
13
menyarakan seorang wanita mendapatkan perawatan dengan memberitahukan atau
dengan memberikan harapan kepada wanita tersebut bahwa dengan perawatan itu suatu
Dalam pasal 299 ayat (1) KUHP merupakan tindak pidana fomil sehingga tindak
pidana tersebut dianggap selesai dilakukan oleh sipelaku, jika pelaku telah melakukan
menimbulkan harapan bahwa dengan perawatan tersebut suatu kehamilan itu dapat
meninggal dunia.
Hukum Pidana adalah Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannnya atau menyuruh orang lain untuk itu, dincam dengan pidana penjara
maksimal empat tahun. Dari pengertian yang dimaksud dalam Pasal 346 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya diatur dala KUHP tersebut, maka
1. Wanita yang dengan sengaja menyebabkan kandungannya menjadi gugur atau mati,
atau
14
3. Orang lain yang disuruh untuk melakukan itu.
mematikan kandungan yang dilakukan dengan sengaja oleh seoarang wanita atau irang
yangdisuruh melakukan untuk itu. Wanita hamil dalam hal ini adalah wanita yang hamil
menurut KUHP dapat dapat disuruh untuk lakukan itu adalah tabib, bidan atau juru
obat. Pengguguran kandungan atau pembunuhan janin yang ada di dalam kandungan
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya: dengan obat yang diminum
atau dengan alat yang dimasukkan ke dalam rahim wanita melalui lubang kemaluan
wanita.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dalam Pasal 346 KUHP dapat
ditemukan beberapa unsure antara lain: 1) wanita hamil atau orang yang disuruh untuk
Seseorang dikatakan telah lakukan kejahatan aborsi, apabila orang tersebut telah
Meskipun demikian dalam Pasal 347 Ayat (1) KUHP yang menyebutkan Barang
siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau matinya kandungan seorang wanita
tidak dengan izin wanita tersebut, dipidana dengan penjara maksimal dua belas tahun.
Jadi dari bunyi padal tersebut di atas ditambahkan pelaku aborsi tidak hanya wanita
15
hamil atau orang yang disuruh lakukan itu, tetapi juga oleh orang yang tanpa izin
wanita hamil tersebut telah melakukan tindak pidana aborsi. Unsur pertama tindak
pidana aborsi yang diatur dalam Pasal 346 KUHP ialah unsure wanita atau orang lain
yang disuruh lakukan untuk itu (subjek tindak pidana). Dalam KUHP memang tidak
ada penjelasan yang jelas tentang hal ini, namun wanita hamil dapat diartikan yang sel
telurnya telah dibuahi oleh sel sperma sehingga tidak mengalami menstruasi hingga
melahirkan kandungannya atau dengan kata lain wanita hamil adalah wanita yang
melahirkan.
Sedangkan orang yang disuruh lakukan untuk itu adalah orang yang dengan
persetujuan wanita hamil tersebut melakukan tindak pidana aborsi, misalnya: dokter,
bidan, juru obat, dukun, atau orang yang mempunyai kemampuan untuk itu. Unsur
kedua dari tindak pidana yang diatur dalam Pasal 346 adalah unsur dengan sengaja.
Yang dimaksud dengan sengaja adalah mempunyai niat atau keinginan untuk
melakukan sesuatu. Wujud dengan sengaja dalam tindak pidana aborsi bisa berupa
meminum obat peluruh haid degan dosis yang tinggi, memasukkan benda tajam
kedalam alat kelaminnya untuk menggugurkan kandungan. Unsur ketiga yang diatur
dalam Pasal 346 KUHP adalah unsur menyebabkan gugur atau matinya kandungan
maksudnya janin yang berada di dalam kandungan wanita tersebut keluar sebelum
waktunya tiba akibat paksaan atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
16
janin tersebut gugur atau mati. Aborsi yang diatur dalam Pasal 346 KUHP berbeda
dengan kejahatan yang diatur dalam Pasal 341 KUHP yang berbunyi Seorang ibu
yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh
anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Menurut penjelasan Pasal
tersebut, yang diancam hukuman dalam Pasal ini adalah seorang ibu yang membunuh
anaknya sendiri, ketika anak itu dilahirkan atau beberapa saat kemudian setelah anak itu
dilahirkan, kerana takut akan ketahuan oleh orang lain. Aborsi yang dimaksud dalam
Pasal 346 KUHP hanya mencakup mengguguran kandungan karena kesengajaan saja
tidak dapat dimaksud sebagai salah satu tindak pidana karena tidak mencakup unsur
Hal ini juga sesuai dengan rumusan Pasal 347 KUHP yang menyatakan Bahwa
barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang
perempuan tidak dengan izin perempuan itu dihukum penjara lima enam bulan dan jika
dengan perbuatan itu perempuan jadi mati, dia dihukum penjara selama-lamanya 15
tahun
Hal tersebut sesuai juga dengan rumusan Pasal 348 KUHP bahwa, Barang siapa
17
dengan izin perempuan itu dihukum penjara lima tahun enam bulan dan jika perbuatan
Dalam Pasal 349 KUHP juga menyatakan bahwa : jika seorang tabib, dukun
beranak, atau tukang obat membantu dalam kejahatan yang tersebut dalam Pasal 346
KUHP bersalah atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
Pasal 347 dan 348 KUHP maka hukuman yang ditentukan dalam pasal itu dapat di
tambah sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk
Berarti pasal 348 KUHP dikenakan kepada orang yang sengaja menggugurkan atau
membunuh kandungan seorang perempuan. Antara pasal 299 KUHP dengan Pasal-
pasal 346, 347, dan 348 KUHP terdapat hubungan yang erat, walaupun pasal 299
KUHP tidak diatur dalm title XIX tentang kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa,
akan tetapi ditepatkan dal titel XIV yaitu yang mengtur kajahatan terhadap tata susila
karena delik sebagai diatur dalam Pasal 299 KUHP itu tidak ada sangkut pautnya
yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan
yang berwenang Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal. 191,
mengatakan bahwa: Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan
18
kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 ayat (1) sehingga mengkibatkan kerugian harta benda, luka berat atau
kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
Pasal 75 ayat (2) juga mengatakan bahwa: larangan melakukan aborsi dapat
dikecualikan berdasarkan: indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/janin yang menderita penyakit
genetik berat dan/cacat bawaan maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan atau kehamilan akibat perkosaan
yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Kemudian pada
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
sengaja. Oleh sebab itu dalam KUHP tidak mengenal pengguguran kandungan tidak
sengaja (culpose adrijiving). Dan unsure kesengajaan merupakan syarat, artinya pera
pelaku harus mempunyai kesengajaan (opzet) yang ditujukan pada akibat yang di
larang atau yang di kehendaki oleh Undang-Undang berupa gugurnya atau matinya
19
kandungan. Sebenarnya terjadinya tindak pidana Abortus Provokatus Kriminalis tidak
1. Karena kedua belah pihak (wanita yang mengandung dan aboteur/dokter dan
prinsip dagang yaitu disatu sisi pasien sangat menginginkan janin dalam
keuntungan banyak.
2. Pengawasan tidak ada atau tidak mudah mengontrol praktek tindak pidana
3. Pelaksanaan sanksi yang masih belum jelas, misalnya ancaman sanksi yang di
jatuhkan kepada para pelaku yang melakukan tindak pidana Abortus Provokatus
mengadakan razia sehingga bagaimana bias ditindak kalau kejahatan yang mereka
Para pelaku dan pembantu dari tindak pidana Abortus Provokatus Kriminalis dalam
melakukan tindak pidana tersebut tidak atau kurang mengetahui akibat-akibat yang
dapat ditimbulkan, jika tindak pidana ini dilakukan baik akibat hukum maupun akibat
bagi kesehatan. Akibat hukum dapat berupa sanksi pidana penjara dan denda sesuai
ancaman dari pasal yang dilanggar, sedangkan akibat kesehatan disamping kematian
20
juga kesakitan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya terjadi
terjadinya pendaharahan diluar haid yang normal serta kemungkinan nantinya hamil
diluar kandungan.
Akibat dari tindak pidana Abortus Provokatus Kriminalis dapat dikenakan bagi
wanita yang menggugurkan kandungannya atau para aboteur atau juga yang membantu
tindak pidana tersebut, maka akibat kesehatan hanya dirasakan bagi wanita yang
sangat berhubungan sekali antara kesehatan dengan hukum, dimana dengan banyaknya
akibat yang timbul bagi kesehatan maka hukum mengatur larangan untuk melakukan
tindak pidana tersebut, disamping itu untuk melindungi jiwa wanita yang mengandung
janin juga untuk menghormati hak hidup dari janin yang berada dalam kandungan
ibunya.
yang ditujukan kepada janin yang berada dalam kandungan itu dalam Bab XIX Buku II
KUHP Pasal 346 sampai Pasal 349 KUHP yang mengatur masalah kejahatan terhadap
nyawa, kejahatan yang mengatur atau menyebabkan matinya janin dari seorang wanita.
III. Pertanggungjawaban Hukum Pada Kasus Klinik Aborsi Cikini, Jakarta Pusat
21
Pada kasus klinik aborsi terdapat tenaga medis yang terlibat yaitu 1 dokter dan 2
perawat. Tenaga medis yang terlibat ini telah melakukan kejahatan di dalam
profesinya. Ancaman pidana tentunya lebih berat karena sangat bertentangan dengan
profesinya. Pada kasus ini seorang dokter yang melakukan aborsi tidak berdasarkan
indikasi medis dan papan nama dokter yang tertulis tidak sesuai dengan surat ijin
Kasus ini memenuhi syarat kasus yang memerlukan pertanggung jawaban pidana yaitu :
1. Harus ada perbuatan yang dapat dipidana, yang termasuk dalam rumusan delik
undang undang.
3. Harus ada kesalahan (schuld) adalah jika perbuatan itu : 1) bersifat bertentangan
(verwijtbaarheid).
Para tenaga medis yang terlibat dikenai pasal 75 juncto Pasal 194 UU RI Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan; Pasal 73, 77, 78. Kemudian dijerat pelanggaran UU RI
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Lalu Pasal 299, 346, 348, dan 349
22
KUHP. Terakhir Pasal 55, 56 KUHP ancaman kurungan maksimal 10 tahun dan denda
Rp 1 miliar.
Aborsi dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Dalam pasal 75 :
a. Indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
korban perkosaan.
c. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
e. Yang dimaksud dengan konselor dalam ketentuan ini adalah setiap orang yang
telah memiliki sertifikat sebagai konselor melalui pendidikan dan pelatihan. Yang
23
dapat menjadi konselor adalah dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan setiap orang yang mempunyai minat dan memiliki keterampilan untuk itu.
Menghadapi situasi seperti ini, tenaga medis tetap harus berusaha menyadari
perlu dibantu dengan melihat jalan keluar lain yang tidak langsung melakukan
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 73
Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
Pasal 77
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk
lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah
dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda
24
registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
Pasal 78
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 55 KUHP
1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
25
Pasal 56
2. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk
melakukan kejahatan.
26
BAB III
KESIMPULAN
Penutup
tersangka / terdakwa tindak pidana. Luka ringan tidak disebutkan dalam KUHP, namun
diisyaratkan dalam pasal 352 ayat 1 sebagai penganiayaan ringan, luka berat tertera
jelas pada KUHP pasal 90, dan luka sedang dapat diartika luka yang diantara luka
ringan dan berat. Berdasarkan KUHAP pasal 21 ayat 4 tersebut yang dapat dilakukan
penahanan adalah tindak pidana yang tertera pada KUHP pasal 351 ayat 1. Sedangkan
Kualifikasi luka yang tertera dengan jelas pada undang undang tersebut adalah
luka berat. Tersangka / terdakwa penganiayaan dengan kualifikasi luka pada korban
merupakan luka berat maka dapat dilakukan penahanan. Sedangkan kualifikasi luka
ringan yang disamakan dengan penganiayaan ringan tertera pada KUHP pasal 352.
luka ringan ( KUHP pasal 352 ) tidak masuk kedalam tindak pidana yang dilakukan
penahanan ( berdasar KUHAP pasal 21 ayat 4). Kualifikasi luka sedang tidak diatur
didalam KUHP dan penganiayaan yang mengakibatkan luka sedang juga tidak diatur
dalam KUHP secara tertulis. Namun, penganiayaan yang mengakibatkan luka sedang
sudah termasuk dalam tindak pidana penganiayaan ( KUHP pasal 351 ), karena yang
27
terjadi adalah sebuah kesengajaan oleh tersangka / terdakwa dan mengakibatkan luka
yang tidak ringan ( jika luka ringan merupakan tindak pidana yang tidak memerlukan
melakukan penganiayaan dengan kualifikasi luka pada korban merupakan luka sedang
Saran
Kualifikasi luka sedang tidak tertulis pada Kitab Undang Undang Hukum Pidana.
Kualifikasi luka sedang akan mempersulit dokter jika tidak terdapat kriteria yang jelas
dalam penentuan derajat luka. Derajat luka sedang ini hendaknya dijabarkan dengan jelas
baik didalam Ilmu Kedokteran Forensik maupun didalam Kitab Undang Undang Hukum
Pidana. Penjabaran derajat luka yang jelas akan mempermudah dokter pembuat visum
dalam menentukan derajat luka. Korban luka luka juga akan merasakan keadilan jika
derajat luka yang diterimanya dapat ditentukan dengan baik oleh dokter. Tersangka /
terdakwa tindak pidana juga dapat diproses dengan tegas dalam hal menentukan perlu
28
DAFTAR PUSTAKA
1. UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen UUD 1945 (Jakarta : Sinar
2000)
7. Meidina Sinaga. Gambaran Penggunaan Bahan Pada Perawatan Luka Di Rsud Dr.
29
10. Arif Dwi Atmoko. Penangkapan dan Penahanan ( Surabaya : Universitas Surabaya,
2011)
30