PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai manfaat
sangat besar. Kelainan yang menggangu fungsi mata salah satunya adalah strabismus.
Strabismus atau mata juling adalah gangguan penglihatan yang ditandai dengan
penyimpangan abnormal dari letak suatu mata terhadap mata lainnya, sehingga garis
penglihatan tidak paralel atau tidak sejajar dan pada waktu yang sama, kedua mata
tidak tertuju mata benda yang sama. Ketidaksesuaian penjajaran tersebut dapat terjadi
dalam segala arah-ke dalam, ke luar, ke atas, dan ke bawah. Besar penyimpangan
didapat), jenis penyimpangan (horizontal, vertical, torsional dan gabungan), status fusi
(Foria dengan kontrol fusi dan tropia tanpa kontrol fusi), dan variasi penyimpangan
5%, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kasus esotropia (juling ke dalam) terjadi
sekitar 3-5 kali lebih banyak daripada eksotropia (juling ke luar). Prevalensi strabismus
di Amerika, umur 1-3 tahun (1,9%), umur 4-54 tahun (3,3%), dan umur 55-75 tahun
(6,1%). Faktor risiko dari strabismus itu sendiri ada 3, yaitu riwayat keluarga, kelainan
refraksi (hiperopia ekstrem), dan kondisi-kondisi medis tertentu (down syndrome,
Usia : 40 tahun
Alamat : Belu
Agama : Katholik
Pendidikan terakhir : SD
2.2 ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA :Mata kanan juling sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien rujukan dari RS Swasta datang dengan keluhan mata kanan juling sejak
20 November 2018 (kurang lebih 2 bulan yang lalu) disertai dengan penglihatan yang
ganda. Keluhan ini dirasakan secara tiba-tiba yang di dahului dengan rasa tegang pada
leher. Penglihan ganda biasanya dirasakan pasien saat melihat jauh dengan kedua mata.
Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien dan tidak pernah dialami pasien sejak
ia kecil. Selain itu pasien juga mengeluh pandangannya terasa kabur saat melihat jauh.
Nyeri (-), gatal (-), merah (-), berair (-), silau (-), riwayat trauma (-), riwayat pemakaian
kacamata (-).
Tidak ada.
RIWAYAT PENGOBATAN :
Simvastatin 1 x 20mg
A. Status Generalis
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 37 0C
C. Status Antropometri
TB : 152 cm
BB : 48 kg
D. Status Lokalis
OD OS
5/5 Visus 5/5
Pergerakan
Bola Mata
Terbatas Kesegala Arah
Menyempit Normal
Lapangan
pandang
- Konsul Saraf
- Konsul IPD
- Ct-Scan Kepala
2.6 PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya 6 pasang otot mata
luar. Pergerakan bola mata ke segala arah ini bertujuan untuk memperluas lapang
pandangan, mendapatkan penglihatan foveal dan penglihatan binokular untuk jauh dan
dekat. Otot-otot bola mata ini mengerakan bola mata pada 3 buah sumbu pergerakan,
menggulirnya bola mata kearah temporal dan otot ini dipersarafi oleh saraf
ke VI (saraf abdusen).
menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke
aduksi, dan intorsi bola mata yang dipersarafi oleh saraf ke III (saraf
okulomotor).
adduksi, dan ekstorsi yang dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).
e. Muskulus oblik superior, kontraksinnya akan menghasilkan intorsi,
dan pada saat yang bersamaan. Gerakan kojugat horizontal melibatkan pergerakan
simultan pada kedua mata dengan arah berlawanan dari garis tengah. Satu mata
bergerak ke medial, sedangkan mata lainnya bergerak ke arah lateral. Dengan demikian
gerakan konjugat bergantung pada ketepatan koordinasi persarafan kedua mata dan
pada nuklei otot yang menpersarafi gerakan mata pada kedua sisi. Hubungan saraf
sentral yang kompleks juga mempengaruhi terjadinya gerakan tersebut. Saraf yang
mempersarafi otot-otot mata juga berperan pada beberapa refleks yaitu akomodasi,
bayangan tunggal dari kedua bayangan yang diterima oleh kedua mata sehingga terjadi
fusi dipusat penglihatan. Hal tersebut dapat terjadi karena dipertahankan oleh otot
penggerak bola mata agar selalu bergerak secara teratur, gerakan otot yang satu akan
mendapatkan keseimbangan gerak dari otot yang lainnya sehingga bayangan benda
yang jadi perhatian selalu jatuh tepat dikedua fovea sentralis. Syarat terjadi penglihatan
binokuler normal:
dengan baik, yakni dapat menggulirkan kedua bola mata sehingga kedua
Bayi yang baru lahir, faal penglihatan belum normal, visus hanya dapat
membedakan terang dan gelap saja. Adanya perkembangan umur, visus juga ikut
berkembang. Pada usia 5-6 tahun, visus mencapai maksimal. Perkembangan yang pesat
mulai saat kelahiran sampai tahun-tahun pertama. Bila tidak ada anomali
refraksi/kekeruhan media/kelainan retina maka visus tetap sampai hari tua. Tajam
penglihatan normal berarti fiksasi dan proyeksi normal sehingga mampu membedakan
pasang otot penggerak bola mata juga baik, serta susunan saraf pusatnya sanggup
menfusi dua gambar yang diterima oleh retina mata kanan dan kiri maka ada
Gangguan gerakan bola mata terjadi bila terdapat satu atau lebih otot mata yang
tidak dapat mengimbangi gerakan otot mata lainnya maka akan terjadi gangguan
strabismus.
3.2 Definisi
Esotropia adalah salah satu tipe strabismus atau ketidakseimbangan mata yang
bersifat konvergen horizontal.7 Istilah ini berasal dari 2 kata Yunani: Eso, yang berarti
ke dalam, dan trépò, berarti giliran. Esotropia atau yang diistilahkan sebagai mata
silang terjadi ketika salah satu mata melihat lurus ke depan sedangkan mata lainnya
Perkiraan prevalensi strabismus berkisar dari 0,8 – 6,8 % pada populasi yang
prevalensi yang serupa, sedangkan di Irlandia esotropia telah dilaporkan lima kali lebih
sering daripada eksotropia, di Australia esotropia dilaporkan dua kali lebih sering
daripada eksotropia dan di Asia (Hong Kong, Jepang dan Singapura) eksotropia lebih
3.4 Klasifikasi
Bentuk-bentuk esotropia:
1. Esotropia komitan, yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah
pandangan.
Esotropia infantil
Muncul sebelum usia 6 bulan. Anak-anak dengan estropia infatil berisiko untuk
Bayi dengan esotropia infatil biasanya fixates silang, yang berarti bahwa dia
menggunakan Mata yang lain untuk melihat ke arah yang berlawanan. Mata kanan
digunakan untuk melihat ke sisi kiri, dan mata kiri yang digunakan untuk melihat ke
Esotropia Didapat
- Esotropia akomodatif
Onset khas antara usia 1 dan 8 tahun, dengan usia onset rata-rata sekitar 2
tahun; mungkin muncul pada masa bayi atau muncul kembali sebagai
kelanjutannya
- Esotropia non-akomodatif
yang kira-kira sama jumlahnya dalam jarak dan dekat fiksasi dan tidak memiliki
kesalahan refraksi yang signifikan atau tidak ada perbaikan pada sudut esotropia
dengan koreksi kesalahan refraksi. Jika onsetnya akut, terutama jika dikaitkan dengan
3.5 Etiopatogenesis
Faktor Keturunan
jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka
bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.
Kelainan Anatomi
Kelainan Sensoris
lain : Kekeruhan media, lesi di retina, ptosis berat, anomali refraksi (terutama
Insufficiency atau exessive inneration dari salah satu atau beberapa otot.
- Mata juling ke dalam, bisa satu mata, bisa dua mata bergantian
- Mata malas
3.7 Diagnosis
Anamnesis :
Keluhan utama dan alasan datang untuk memeriksakan diri. Onset dan
Riwayat penyakit sistemik, berat badan lahir, prenatal, dan riwayat perinatal
kehamilan).
kacamata dan riwayat pemakaian, operasi otot ekstraokular atau operasi mata
Pemeriksaan :
Fungsi otot ekstraokular (duksi dan versi, termasuk incomitance seperti yang
Pemeriksaan nistagmus
Pemeriksaan funduskopi
Pengujian tambahan, seperti tes nistagmus optokinetic monokuler dan
esotropia infantile
jarak jauh dan dekat fiksasi selama penilaian. Metode pengukuran sudut esotropia dan
ada tidaknya koreksi bias harus didokumentasikan. Jika pasien tidak dapat
menggunakan uji pantulan cahaya kornea dengan atau tanpa prisma atau dengan
mengukur deviasi total dan, dengan demikian, digunakan untuk mengukur jumlah
operasi yang diperlukan. Tes prisma dan penutup simultan mengukur deviasi manifes
dan memberikan informasi yang berguna untuk pasien dengan vergensi fusional, di
mana penyelarasan dalam kondisi tampilan binokular lebih baik daripada selama
simultan digunakan oleh banyak ahli bedah sebagai sarana untuk menentukan apakah
sudut strabismus dalam posisi pandangan yang berbeda). Ketika versi terbatas,
penculikan penuh pada tes duction monokular dapat membedakan anak dengan
esotropia infantil atau akomodatif dari anak dengan esotropia paretik atau restriktif,
atau sindrom Duane esotropik. Oklusi monokuler dan rotasi oculocephalic ("manuver
kepala boneka" atau vestibuloocular refleks) sangat berharga pada bayi dan anak kecil
dan sering menunjukkan penurunan normal secara klinis yang mungkin tidak
didokumentasikan. Disfungsi otot oblik, pola A atau V, dan / atau deviasi vertikal atau
paresis, kelumpuhan, atau pembatasan otot ekstraokular tidak termasuk dalam ruang
lingkup ini.
Deteksi Nistagmus
Nystagmus pada pasien dengan esotropia dapat bermanifestasi, laten, atau laten nyata.
Nystagmus lebih umum pada pasien dengan strabismus onset dini daripada pada
mereka dengan strabismus onset lambat. Manifest nystagmus hadir secara konstan dan
mungkin horizontal, vertikal, dan / atau torsional. Ini biasanya simetris, meskipun dapat
bervariasi dalam besarnya, kecepatan, dan bentuk gelombang, tergantung pada arah
pandangan dan kondisi tampilan spesifik lainnya. Nistagmus laten (juga dikenal
sebagai oklusi nistagmus) adalah konjugat, dan ditandai dengan horizontal jerk mata
yang terlihat pada kondisi tampilan monokuler. Nistagmus laten (juga dikenal sebagai
oklusi nistagmus) adalah konjugat, dan ditandai dengan gerakan cepat ke arah
horizontal mata yang terlihat pada kondisi tampilan monokuler. Ini adalah satu-satunya
bentuk nistagmus yang membalik arah dengan perubahan fiksasi. Nistagmus laten
ditandai dengan penyimpangan hidung lambat pada mata fiksasi, diikuti oleh refleksasi
sakaradik. Nystagmus digambarkan sebagai laten karena terlihat ketika satu mata
laten nystagmus tetapi terbukti dalam kondisi tampilan teropong, dan amplitudonya
meningkat dengan oklusi monokular. Anak-anak dengan nystagmus laten nyata sering
hadir dengan kepala putar dan tahan mata fiksasi dalam adduksi. Walaupun esotropia
dan nistagmus sering hidup berdampingan dalam esotropia infantil, esotropia dan
Sensory Tes
Jika memungkinkan, status sensor binokular anak harus dinilai menggunakan Uji 4-
Titik Senilai dan tes stereoacuitas. Data yang andal mungkin sulit diperoleh pada anak
kecil. Pada pasien strabismik yang lebih tua (terutama esotropik), pengujian sensorik
yang lebih rinci kadang-kadang berguna, terutama jika ada riwayat diplopia. Pengujian
sensorik harus dilakukan sebelum tambalan atau occluder memisahkan status binokular
anak. Evaluasi ortoptic, yang harus mencakup lensa Bagolini, pengujian afterimage,
dan pengujian synoptopore, dapat lebih jauh menentukan status sensorimotor anak.
Stereopsis terjadi ketika dua gambar yang sedikit berbeda dari kedua mata terintegrasi
secara kortikal. Banyak tes yang tersedia untuk menentukan stereopsis, termasuk
Stereo Fly Test, Randot Test, Random-Dot E Test, TNO Test, Frisby Test, dan Lang
Stereopsis Test.
Penentuan kesalahan bias penting dalam diagnosis dan pengobatan ambliopia atau
mengevaluasi anak dengan asthenopia yang memiliki hiperopia tinggi atau anak
refleks retinoscopic dari gerakan "dengan" menuju netralitas ketika pasien menggeser
Sikloplegia yang adekuat diperlukan untuk retinoskopi yang akurat pada anak-anak
karena peningkatan nada akomodatif mereka dibandingkan dengan orang dewasa. Saat
ini, tidak ada cycloplegic ideal yang aman, memiliki onset dan pemulihan yang cepat,
menyediakan cycloplegia yang cukup, dan tidak memiliki efek samping lokal atau
sistemik.
Funduskopi
Kelainan saraf retina atau optik dapat terjadi pada anak-anak dengan esotropia, dalam
pada saraf optik untuk tanda-tanda pembengkakan, pucat, atau kelainan bawaan. Selain
pengujian sampul alternatif dengan adanya fiksasi yang baik). Perpindahan temporal
makula (paling sering terlihat pada pasien dengan retinopati prematuritas) dapat
menyebabkan sudut kappa positif, dengan perpindahan nasal dari pantulan cahaya
kornea. Ini dapat mensimulasikan eksotropia pada anak dengan mata sejajar atau
menutupi strabismus pada anak dengan esotropia. Sudut negatif kappa terlihat lebih
Additional Test
Uji duction berguna jika ada ketidak mampuan atau bukti lain dari restriksi otot
ekstraokular, atau jika dicurigai adanya paresis / kelumpuhan. Secara umum, pengujian
seperti itu pada anak-anak muda tidak layak sebagai prosedur kantor. Banyak dokter
mata melakukan tes duksi paksa secara rutin pada awal operasi otot ekstraokuler ketika
mata yang telah membaik dan telah diluruskan baik secara bedah maupun non bedah.
Pada orang dewasa dengan strabismus akuisita, tujuannya adalah mengurangi deviasi
Pengobatan non-bedah
kacamata yang tepat. Bayangan yang jelas di retina karena pemakaian kacamata
c. Obat farmakologik
dan 1% (dewasa).8
dan akomodasi (rasio KA/A) yang tinggi. Obat yang biasa digunakan adalah
Pengobatan Bedah
berbagai arah pandangan. Biasanya yang diukur adalah jauh dan dekat pada
posisi primer, arah pandangan sekunder untuk jauh, dan arah pandangan
tersier untuk dekat, serta pandangan lateral ke kedua sisi untuk dekat.8
2. Reseksi dan resesi – Cara yang paling sederhana adalah memperkuat dan
reseksi. Otot dilepaskan dari mata, ditarik sepanjang ukuran tertentu dan
kelebihan panjang otot dipotong dan ujungnya dijahit kembali pada bola
mata, biasanya pada insersi asal. Resesi adalah cara melemahkan otot yang
3.9 Komplikasi
1. Supresi
2. Amblyopia
Yaitu menurunkan visus pada satu / dua mata dengan / tanpa koreksi
Adalah suatu keadaan dimana fovea dari mata yang baik ( yang tidak
berdeviasi ) menjadi sefaal dengan daerah diluar fovea dari mata yang
berdeviasi.
4. Defect otot
Misal : kontraktur
Contoh : Paralyse Rectus Lateralis mata kanan akan terjadi Head Turn
kekanan.
BAB 4
PEMBAHASAN
salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan
Penglihatan ganda pada pasien ini terjadi karena mata pasien yang juling,
sehingga bayangan benda yang dilihat pasien tidak jatuh tepat di kedua fovea, sehingga
terjadi objek yang sama terlihat di dua tempat (diplopia). Karena diplopia ini juga lah
ekstraokular yang berperan dalam mengatur posisi mata dalam tiga sumbu rotasi. Kerja
primer suatu otot adalah efek utama yang ditimbulkan pada rotasi mata, efek yang lebih
kecil disebut efek sekunder atau tersier. Pada pasien didapatkan kelainan bola mata
kanan yang bergulir ke arah dalam (nasal), yang kemungkinan terjadi akibat adanya
kelemahan salah satu otot ekstaokuler dimana dalam kasus ini terjadi kelemahan otot
gerakan abduksi dan mempertahankan posisinya sehingga bola mata tertarik oleh otot
yang kerjanya berlawanan (rektus medialis) sehingga menyebabkan bola mata pasien
bergulir ke arah dalam/nasal. Sehingga kemungkinan juga terjadi gangguan pada saraf
terjadi pada anak umur > 6 tahun, remaja dan orang dewasa. Beberapa tanda dan gejala
tabel dibawah :
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien ini negalami
karena dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan,
onset yang tiba-tiba, hanya melihat ganda (diplopia) pada saat melihat jauh,
restriksi gerakan abduksi hanya pada satu mata saja yaitu mata kanan, yang
menjurus kepada esotropia yang disebabkan oleh adanya paresis pada nervus
nervus VI itu sendiri masih perlu digali lagi, baik melalui anamnesis,
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada esotropia akut yang disebabkan oleh adanya paresis
nervus. Diagnosa ini dipilih karena pada pasien ditemukan usia dewasa, sebelumnya
tidak pernah mengalami keluhan yang sama saat kecil. Onset terjadi secara tiba-tiba,
yang diinervasi oleh nervus abducens. Untuk penyebab paresis nervus abducens itu
Melitus. Untuk kemungkinan penyebab lain, perlu dievaluasi lagi agar dapat
KESIMPULAN
1. Dr. Patel, Dr. Jayantial. International Journal of Science and Research (IJSR).
2015, p:1510-1514
3. Vaughan, Daniel, and Taylor Asbury. 2018. Vaughan & Asbury's general
4. Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta :
EGC; 2008.
5. Snell, Richarcd. Anatomi Klinik Edisi Keenam. Jakarta : EGC; 2006.
6. Sihota R, Tandon R. 2015. Parsons’ Diseases of the Eye. India: Reed Elsevier