Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS :

KELAINAN REFRAKSI
Pembimbing :
Dr. dr. Arti Lukitasari Sp.M

Oleh :
Achmad Hafidz Aziz
201620401011138

SMF Ilmu Kesehatan Mata


RS Bhayangkara Kediri
Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Usia : 68 th
Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl.Airlangga II, Gg. V / 13, Ngasem
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anamnesis
Keluhan Utama : Penglihatan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

Kedua mata terasa kabur sejak 2 tahun yang lalu, 3 bulan yang lalu
pandangan mata kiri seperti tertutup kabut putih. sakit/nyeri mata (-),
kemeng/cekot-cekot (-), nrocoh (-), sekresi mukus berlebih (-), gatal (-),
merah (-), silau (-), perih (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah seperti ini sebelumnya, belum pernah memakai kacamata


sebelumnya, riwayat hipertensi (+), riwayat Diabetes Mellitus (+), alergi
obat (-), 1 minggu yang lalu ops katarak OS
Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini


Riwayat Penyakit Sosial :

tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis Vital Sign
Kesadaran : Compos TD : 130 / 80 mmHg

mentis Nadi : 87 kali / menit

Status gizi : Baik RR : 20 kali / menit

BB : 70 Kg Suhu : 36,5

TB : 155 cm
Visus
VOD : 0,4

VOS : 0,4

Pergerakan bola mata


OD bisa semua arah

OS bisa semua arah OD ke segala OS ke segala


arah arah

Tekanan intra okuler


TIOD : dbn

TIOS : dbn
Segmen anterior okuli dextra sinistra :
Palpebra : Edema -/-, hiperemi -/-
Konjungtiva: Penebalan konjungtiva -/-, CVI -/- , sekret -/-

Kornea : Keruh -/-


BMD : Dalam +/+
Iris : Reguler +/+, sinekia -/-
Pupil : Refleks pupil +/+, bulat +/+, 3mm/3 mm
Lensa : Jernih +/+

Segmen posterior okuli dextra sinistra : dalam batas normal


DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING
OD Miopia -
OS Hipermetropia
Presbiopia
TERAPI
Koreksi miopia dengan lensa sferis negatif terkecil yang menghasilkan visus
terbaik
Koreksi hipermetropia dengan lensa sferis positif terbesar yang
menghasilkan visus terbaik
Koreksi presbiopia dengan kacamata bifokal dengan lensa sferis positif
+3,00
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Mata kanan didiagnosis miopia, miopia merupakan rabun jauh, akibat

ketidakmampuan untuk melihat jauh, akan tetapi dapat melihat dekat


dengan lebih baik.
Miopia adalah Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke

mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias


membentuk bayangan di depan retina.
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata
yang terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat :
Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-
posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut
sebagai miopia aksial
Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
disebut miopia kurvatura/refraktif
Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus. Kondisi ini disebut miopia indeks
Miopi karena perubahan posisi lensa. Misalnya: posisi lensa lebih ke
anterior, misalnya pasca operasi glaukoma
Sementara mata kiri didiagnosis hipermetropia, hal ini

sesuai dengan kepustakaan bahwa hipermetropia


merupakan keadaan mata yang tidak berakomodasi
memfokuskan bayangan di belakang retina.
Hipermetropia merupakan gangguan kekuatan

pembiasan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang


retina.
Hipermetropia dapat dibagi menjadi:
Hipermetropia manifes adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi
dengan kacamata positif maksimal yang dapat memberikan visus
normal.
Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi
dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk
melihat jauh.
Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat
diimbangi dengan akomodasi atatupun kacamata positif.
Hipermetropia laten, dimana kelainan Hipermetropia tanpa
siklopegia diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Hipermetropia total adalah Hipermetropia yang ukurannya
didapatkan sesudah diberikan sklopegia.
Kedua mata didiagnosis pula sebagai Presbiopia.
Presbiopia adalah gangguan penglihatan terutama dekat
pada orang berusia >40 tahun akibat gangguan
akomodasi.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat
:
Kelemahan otot akomodasi
Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien
berusia lebih dari 40 tahun, akan memberikan keluhan
setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair
danserin terasa pedas. Pada pasien presbiopia kacamata
atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang
berkekuatan tertentu, biasanya:
40-45 tahun + 1.0 D
45-50 tahun + 1.5 D
50-55 tahun + 2.0 D
55-60 tahun + 2.5 D
>60 tahun + 3.0 D

Anda mungkin juga menyukai