Oleh :
ROSMIATI
011813243063
PROGRAM PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan kebidanan pada ibu dengan prolaps uteri di Poli Kandungan RSU
Haji Surabaya, telah disahkan oleh pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Rosmiati
011813243063
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Program Studi Pendidikan Bidan Poli Kandungan RSU Haji Surabaya
Fakultas Kedokteran UNAIR
2.2.7 Evaluasi
Dilakukan untuk menilai kondisi klien, apakah sesuai dengan intervensi
yang diharapkan. Terdiri dari evaluasi tindakan dan evaluasi tujuan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada kasus Ny. “S” dengan P50004 Menopause dengan prolaps uteri Grade III
didapatkan keadaan umum ibu baik, dan Ibu datang ke poli kandungan RSU Haji
Surabaya untuk kontrol ulang dan bongkar pasang pessarium.
Pada data subjektif didapatkan beberapa faktor resiko yterjadinya prolap
uteri pada Ny. S diantaranya : usia ibu sudah 76 tahun, sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa prolapsus lebih banyak terjadi pada wanita usia ≥ 50 tahun
(Hardianti dan Pramono, 2015). Ny S juga sudah tidak menstruasi atau
menopouse sejak 26 tahun terakhir, hal ini juga sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa prolap uteri biasanya terjadi pada wanita yang telah
mengalami menopause (Wiknjosastro, 2011). Prolapsus lebih umum terjadi
setelah menopause karena alat penyangga organ panggul yang sudah rusak atau
melemah sebelumnya misalnya karena trauma persalinan atau kelainan bawaan
lain maka pada usia pascamenopause akan menjadi lebih lemah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya prolapses (Kasiati, dkk, 2011). Pada riwayat obstetrik
ditemukan bahwa ibu pernah melakukan persalinan dengan dukun dan dari jumlah
paritas didapat ibu mempunyai 5 orang anak. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa faktor penyebab prolaps uteri yang sering adalah jumlah
paritas, usia, dan menopause, serta pertolongan persalinan yang tidak baik, seperti
pimpinan meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah
pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar
panggul yang tidak baik. (Wiknjosastro, 2011).
Pada riwayat penyakit, keluhan saat pertama kontrol ditemukan bahwa ibu
mengalami perasaan mengganjal pada vagina, ini sesuai dengan teori
(Wiknjosastro, 2011) yang mengatakan bahwa salah satu keluhan yang dijumpai
pada pasien dengan prolapsus uteri adalah perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna.
Pada pemeriksaan objektif, penegakan diagnosis prolapsus uteri dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan pada genetalia untuk melihat posisi seviks uteri,
kemudian ibu dianjurkan untuk meneran untuk menentukan posisi serviks uteri,
ini sesuai dengan teoti Friedman dan Little ( 1961) yang menganjurkan
pemeriksaan penderita dalam keadaan jongkok disuruh mengajan, dan ditentukan
dengan pemeriksaan jari apakah portio uteri berada pada tempatnya, atau portio
sampai ke introitus vagina. Pada kasus Ny.S penegakan diagnosis ditentukan
berdasarkan besarnya atau banyaknya uterus yang keluar dari introitus vagina,
pada Ny. S uterus yang keluar yang tampak pada vulva + 2 cm maka digolongkan
sebagai prolapsus derajad III, ini sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh
“Communittee of the International Continence Society”yang menyatakan bahwa
prolapse uteri derajat III yaitu pada posisi berdiri atau mengedan posisi servik
distal melewati lebih dari 1 cm ring hymen tetapi penonjolannya tidak lebih dari
panjang vagina di kurangi 2 cm.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk kasus Ny.S ini yaitu melakukan
pemncabutan dan pemasangan kembali pessarium dengan langkah sebagai
berikut, Menjelaskan kepada ibu bahwa untuk keadaan umumnya dalam keadaan
normal. Menganjurkan ibu untuk pipis dan membersihkan vaginanya di kamar
mandi, ibu sudah pipis dan sudah mencuci vaginanya. Meminta ibu untuk
membuka celana dalamnya dan membantu untuk naik ke tempat tidur gynekologi
dan memposisikan litotomi, ibu sudah melepas celana dan sudah naik ke tempat
tidur, dan sudah posisi litotomi Melakukan pencopotan pessarium, pesarium ibu
sudah di lepas. Melakukan pencucian pesarium dengan cara di rendam dalam
larutan 10 menit, kemudian di bilas dan direndam kembali di air DTT selama 5
menit, pessarium sudah di cuci. Melakukan pemasangan pessarium, pesarium
telah dipasang. Merapihkan ibu dan alat alat, ibu sudah memakai celana
dalamnya. Menganjurkan ibu untuk kontol ulang 3 bulan kemudian yaitu pada
bulan Februari 2019, ibu bersedia. Sesuai dengan teori (Wiknjosastro, 2011) yang
menyatakan bahwa penatalaksanaan prolapsus uteri dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya latihan otot panggul, stimulasi otot-otot dengan alat
listrik, pengobatan dengan pessarium dan pengobatan operatif.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Prolap uteri merupakan suatu penyakit ginekologi yang dapat terjadi pada
wanita dalam siklus hidupnya. Bidan sebagai orang yang bertugas dalam
menemani wanita dalam setiap siklusnya harus mampu melakukan penangan dan
pelayanan yang tepat pada ibu dengan prolaps uteri. Pada Kasus prolap uteri yang
dialami oleh Ny.S telah dilakukan pengkajian data, faktor penyebab terjadinya
prolap uteri dikarenakan usia yang sudah lebih dari > 50 tahun, paritas yang > 2,
persalinan dengan dukun, dan faktor menopause. penegakan diagnosa pada Ny. S
diperoleh pada saat pemeriksaan genitalia, di dapatkan uterus tampat keluar dari
vagina + 2 cm, sehingga Ny. S didiagnosa dengan prolapse uteri grade III.
perencanaan dan pelaksanaan asuhan kebidanan telah dilakukan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan dan standar yang ada.
5.2 Saran
Mahasiswa kebidanan harus menambah pengetahuan tentang prolaps uteri
agar mampu memberikan asuhan pelayanan kebidanan yang baik dan tepat kepada
ibu yang menderita prolaps uteri.
Wanita dengan usia lebih dari 50 tahun tau telah memasuki masa menopause
bisa melakukan latihan Kegel untuk menguatkan otot-otot panggul. Mengurangi
mengejan atau tidak berlebihan mengejan saat buang air besar akan
meminimalkan tekanan intraabdominal sehingga diharapkan akan mengurangi
angka kejadian dari prolaps uteri.
DAFTAR PUSTAKA