Oleh :
Pembimbing :
Halaman Judul.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 25
BAB V PENUTUP........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Prolaps uteri merupakan bagian dari prolaps organ panggul (POP) yang
melalui vagina. Prolaps uteri disebabkan oleh melemah atau meregangnya otot
Prolaps organ panggul (POP) dapat mengenai segala usia, tetapi kasus ini
lebih dari 50% ditemukan pada wanita yang berusia tua. Prevalensi POP
40% setiap kenaikan satu dekade dan mencapai puncaknya pada wanita berusia
60-69 tahun.(3,4)
morbiditas yang berat, tetapi prolaps uteri sangat mempengaruhi interaksi sosial,
psikologis, dan fisik penderita, sehingga dapat sangat menurunkan kualitas hidup
penderita terutama jika telah terjadi berbagai komplikasi.(4) Oleh karena itu sangat
penting bagi seorang tenaga medis untuk mengetahui tentang kasus prolaps uteri
secara komprehensif agar diagnosis dan tatalaksana dapat dilakukan secara cepat
dan tepat dan berbagai komplikasi dapat dihindari. Berikut adalah laporan kasus
elongatio colli + sistokel stadium III dan rektokel stadium II yang dirawat di
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
uterus dari posisi anatomisnya yang normal melalui vagina. Prolaps uterus
disebabkan oleh melemah atau meregangnya otot dasar panggul dan ligamentum
yang menyokong uterus.(1)(2) Prolaps uteri merupakan salah satu bagian dari
prolaps organ panggul (POP), yang dapat bermanifestasi sebagai prolaps uteri,
prolaps vaginal, sistokel (prolaps dinding anterior vagina) dan rektokel (prolaps
B. EPIDEMIOLOGI
Prolaps organ panggul (POP) dapat mengenai segala usia, tetapi kasus ini
lebih sering terjadi pada wanita yang berusia tua. Prevalensi POP meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi POP meningkat sebesar 40% setiap
kenaikan satu dekade dan mencapai puncaknya pada wanita berusia 60-69
tahun.(3)
tepatnya di Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya selama periode 2007 hingga 2011
menemukan bahwa terdapat 371 wanita yang didiagnosis POP, prolaps uteri
2
menemukan bahwa dari 371 kasus POP terdiri atas 61 kasus prolaps uteri
kombinasi.(5)
mengedan), ras, indeks massa tubuh (IMT), genetik, anatomis, dan riwayat
merupakan faktor yang paling berperan dalam terjadinya prolaps uteri.(2) Hal
menyokong uterus. Akibatnya, uterus dapat turun melewati dasar panggul, masuk
Selain faktor paritas, variasi genetik juga memegang peranan dalam terjadinya
prolaps uteri. Hal tersebut dengan perubahan gen yang mengekpresikan elastin
yang berperan penting dalam menjaga integritas jaringan dan dasar panggul.(6)
D. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat beberapa gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada kasus
prolapss uteri, tetapi semua pasien prolapss uteri pasti akan mengeluhkan adanya
massa yang menonjol dan turun melalui vagina. Disamping itu pasien juga dapat
mengeluhkan adanya rasa nyeri pada vagina, secret vagina, dan nyeri punggung
bawah yang kronik. Kasus prolaps uteri biasanya tidak terjadi sendiri, tetapi
3
disertai dengan adanya sistokel dan rektokel, sehingga juga akan disertai dengan
4
E. GRADING SYSTEM OF UTERINE PROLAPS
Sistem grading yang digunakan secara luas untuk menilai derajat prolapss
diklasifikasikan dari grade I hingga grade IV, dengan rincian sebagai berikut.(8)
skematiknya.(7)
5
F. DIAGNOSIS
Anamnesis
manifestasi klinis, misalnya adanya massa yang menonjol dari vagina, nyeri
vagina, nyeri punggung bawah, secret vagina, dengan atau tanpa gangguan miksi
dan defekasi.(2)(4)(7) Selain itu, pada anamnesis juga perlu dicari berbagai faktor
risiko yang dapat menyebabkan terjadinya prolaps uteri, terutama factor paritas.
Pemeriksaan Fisik
yang dianjurkan oleh Friedman dan Little, yakni sebagai berikut; penderita dalam
posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari,
apakah portio uteri pada posisi normal atau portio telah sampai introitus vagina,
atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita
berbaring dalam posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks
uteri yang lebih panjang dari ukuran normal dinamakan elongasio kolli.(9)
Pemeriksaan Penunjang
Papanicolaou (Pap smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada kasus
yang jarang terjadi yang dicurigai karsinoma, meskipun ini harus ditangguhkan ke
6
G. TATALAKSANA
Terdapat beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan pada kasus prolapss
pessarium, dan operasi. Target utama berbagai modalitas terapi tersebut adalah
untuk meringankan gejala dan untuk terapi konservatif bertujuan untuk mencegah
Observasi
perlu diobservasi apabila ada perburukan gejala, tetapi wanita yang mengalami
gaya hidup seperti berhenti merokok dan menghindari mengangkat berat dan
organ panggul, termasuk uterus. Latihan otot dasar panggul yang disarankan
adalah menggunakan prosedur Kegel yang akan mengontraksikan otot levator ani
penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa latihan otot dasar panggul dapat
mengurangi gejala yang terkait dengan stress, urge, dan mixed incontinence dan
mengurangi gejala prolaps ringan lainnya. Latihan otot dasar panggul yang
disarankan adalah selama 45-60 menit per hari yang dibagi menjadi tiga set
latihan. (3)(4)
7
Pessarium
Pessarium adalah alat yang terbuat dari silicon dan ditempatkan di vagina
mengurangi gejala prolaps yang terjadi (Gambar 3). Pessarium merupakan pilihan
terapi untuk semua stadium prolaps uteri dan dapat mencegah progresi prolaps,
serta menunda dilakukannya operasi. Namun, terapi ini bukan merupakan terapi
definitif karena apabila pessarium dilepas maka prolaps akan kembali terjadi.(3)(9)
Operasi
Terdapat beberapa pilihan teknik operasi yang dapat dilakukan pada kasus
Ventrofiksasi
Prosedur ini dilakukan pada wanita muda yang masih menginginkan anak.
8
Operasi Manchester
persalinan.(9)
Histerektomi vagina
Prosedur ini merupakan pilihan yang tepat pada prolaps uteri stadium
lanjut dan wanita yang telah menopause. Pada prosedur ini, setalah uterus
kanan dan kiri, serta ligamentu, infundibulo pelvikum. Setelah itu, dilakukan
dikemudian hari.(9)
Prosedur ini dilakukan dengan cara menjahir dinding vagina depan dengan
dinding vagina belakang, sehingga lumen vagina akan tertutup dan uterus akan
naik ke atas. Namun, prosedur ini tidak bermanfaat untuk memperbaiki sistokel
dan rektokel.(9)
H. KOMPLIKASI
diantaranya adalah kreatiniasasi mukosa vagina dan portio, ulkus decubitus pada
9
I. PROGNOSIS
berat, tetapi prolaps uteri sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita, baik
10
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Umur : 49 tahun
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Suku : Banjar
No. MR : 1-43-30-44
B. Anamnesis
lalu. Benjolan yang keluar berwarna merah muda dan teraba lunak, tetapi tidak
nyeri. Benjolan keluar perlahan lahan, awalnya (sekitar 2 bulan yang lalu benjolan
masih bisa dimasukkan, tetapi saat ini benjolan sudah berada di luar kemaluan
dan tidak bisa dimasukkan lagi. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya
11
gangguan pada BAB dan BAK. Pasien mengeluh sulit untuk BAK dan harus
Riwayat Haid :
Riwayat Perkawinan :
Menikah sebanyak satu kali selama 39 tahun, menikah pertama kali usia 17 tahun
Riwayat Obstetri :
C. Status Generalis
12
Tanda Vital : Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,8o C
- Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
hidung
Thorax
tidak melebar
(-/-)
13
Perkusi : sulit dilakukan terhalang payudara
Atas : Edema (-), gerak normal, parese (-), nyeri gerak (-)
Bawah : Edema (-), gerak normal, parese (-), nyeri gerak (-)
Stadium :
Aa Bb C
+3 +6 +7
gh pb tvl
6 2 7
Ap Bp
_
+2 +5
D. STATUS GINEKOLOGI
Inspeksi : tampak benjolan keluar dari introitus vagina ± 4cm, fluxus (-)
Pemeriksaan Dalam :
fluxus
VT : P : licin, menutup
CU : AF
CD : tidak menonjol
14
RT : (+) TSA : (+) menjepit kuat
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
15
GINJAL
Ureum 19 0-50 mg/dl
Kreatinin 0,59 0.72-1.25 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 141 136-145 Meq/L
Kalium 4.4 3.5-5.1 Meq/L
Chlorida 108 98-107 Meq/L
16
2. Pemeriksaan Urinalisis
22 Juli 2019 (10.12 WITA)
17
Gran% 89.2 50.0-81.0%
Limfosit% 6.8 20.0-40.0%
Monosit% 3.6 2.0-8.0%
Basofil# 0.02 <1.00
Eosinofil# 0.02 <3.00
Gran# 11.21 2.50-7.00
Limfosit# 0.85 1.25-4.00
Monosit# 0.45 0.30-1.00
F. Diagnosis
Rektokel stadium II
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana :
I. Follow Up
Tanggal
S O A P
Follow up
21/07/19 Keluar GCS:E4V5M6 - Prolaps Pro op TVH +
benjolan TD: 130/90 uteri KA +KPR
dari N: 78 stadium tanggal
kemaluan T: 36,7 IV 23/07/2019
R: 18x /menit - Sistokel operator : dr.
AICD (-) stadium Ihya Ridlo
III Nizomi, Sp.OG
St. ginekologi: - Rektokel (K)
Inspeksi: tampak stadium
benjolan keluar dari II
introitus vagina, fluxus
(-)
Palpasi: tidak teraba
adanya massa
Pemeriksaan Dalam :
Inspekulo :
18
benjolan keluar dari
introitus vagina (+),
portio licin, warna
merah muda
VT: portio licin,
menutup
RT: TSA menjepit kuat
19
- Rektokel - Mobilisasi
stadium bertahap
II - Aff DC hari
kamis
25/07/2019 Pkl
06.00 (sesuai
protap
pelepasan
kateter)
- Cek DR post
op
- Transfusi PRC
bila Hb <8 g/dl
22/05/19 Nyeri luka GCS:E4M6V5 Post op - Infus RL : D5
bekas TD: 120/70 TVH + KA = 2:1/24 jam
operasi N: 80 + KPR ai sampai 2 hari
(+), T: 36,7 prolaps post op
mobilisasi R: 18 uteri std.IV - Inj. Viccilin 4
(-) + x 750 mg
STG : elongation - Inj. Ketorolac
Terpasang kassa vagina colli + 3 x 30 mg IV
(+), flx (-) sistokel std - Inj. Asam
III + tranexamat
rektokel std 3x500 mg IV
II (H1) - Lepas kassa
vagina 1x24
jam (13.00
WITA)
- Monitoring
TV/kel/flx
20
24/05/19 Kel (-) GCS:E4M6V5 Post op - Diet TKTP
TD: 110/80 TVH + KA - PO nutriflam
N: 80 + KPR ai neo 3x1 tab
T: 36,7 prolaps - Po cefixime
R: 24 uteri std.IV 2x200 mg
+ - PO asam
STG : elongation mefenamat
V/V flx (-) colli + 3x500 mg
sistokel std - Mobilisasi
III + aktif
rektokel std - Pro KRS
II (H3) setelah
observasi
BAK
21
Foto durante operasi
22
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini dibahas sebuah kasus wanita berusia 49 tahun dengan
diagnosis prolaps uteri stadium IV + elongatio colli + sistokel stadium III dan
rektokel stadium II. Pasien dirawat di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin
sejak tanggal 18 Mei 2019 hingga diizinkan pulang pada tanggal 24 Mei 2019.
hari ke-2 post operasi dalam keadaan yang stabil dan tidak ada keluhan.
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis diketahui bahwa pasien
datang dengan keluhan utama adanya benjolan yang keluar dari kemaluan. Benjolan dari
kemaluan sejak ± 6 bulan yang lalu. Benjolan yang keluar berwarna merah muda
dan teraba lunak, tetapi dirasakan tidak nyeri. Benjolan keluar perlahan lahan,
awalnya (sekitar 3 bulan yang lalu benjolan masih bisa dimasukkan, tetapi saat
ini benjolan sudah berada di luar kemaluan dan tidak bisa dimasukkan lagi. Selain
itu, pasien juga mengeluhkan adanya gangguan pada BAB dan BAK. Keluhan
yang dialami pasien ini merupakan keluhan klasik yang ada pada pasien prolaps uteri,
yakni adanya massa yang menonjol dan turun melalui vagina. Disamping itu
pasien juga dapat mengeluhkan adanya rasa nyeri pada vagina, secret vagina, dan
24
nyeri punggung bawah yang kronik. Kasus prolaps uteri biasanya tidak terjadi
sendiri, tetapi disertai dengan adanya sistokel dan rektokel, sehingga juga akan
disertai dengan gangguan miksi dan defekasi.(2)(4)(7) Berdasarkan keluhan yang ada
pada pasien, selain prolaps uteri, kemungkinan besar juga terdapat sistokel dan
rektokel karena pada pasien juga ditemukan gejala gangguan BAB dan BAK,
pemeriksaan fisik.
Selain itu, pada anamnesis juga didapatkan data faktor risiko pada pasien
ini. Pasien ini merupakan seorang multipara yang telah melahirkan secara
pervaginam sebanyak 4x dengan berat bayi berkisar 3500-4000 gram. Hal tersebut
merupakan faktor risiko utama terjadinya prolaps pada pasien ini karena pada
uterus dapat turun melewati dasar panggul, masuk ke dalam vagina dan akhirnya
dengan yang dianjurkan oleh Friedman dan Little, yakni penderita dalam posisi
apakah portio uteri pada posisi normal atau portio telah sampai introitus vagina,
atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita
berbaring dalam posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks
uteri yang lebih panjang dari ukuran normal dinamakan elongatio kolli.(9) Pada
25
merah muda (portio servix) yang menonjol keluar ± 4 cm dari introitus vagina,
tetapi tidak ditemukan adanya secret ataupun perdarahan. Selain massa yang
keluar dari vagina, pada pengukuran panjang uterus menggunakan sonde uteri
elongation colli.
diagnosis pasien ini adalah prolaps uteri stadium IV + elongatio colli + sistokel
stadium III dan rektokel stadium II. Berdasarkan diagnosis tersebut maka
perasi yang dipilih untuk pasien ini adalah transvaginal histerektomi (TVH) +
jumlah anak. Prosedur ini merupakan pilihan yang tepat pada prolaps uteri
stadium lanjut dan wanita yang telah menopause. Pada prosedur ini, setalah uterus
kanan dan kiri, serta ligamentu, infundibulo pelvikum. Setelah itu, dilakukan
2 hari dan kemudian setelah kondisi pasien dipastikan stabil (tanda vital stabil
26
dan tidak ada perdarahan) pasien diizinkan untuk pulang pada tanggal 24 Mei
2019.
27
BAB V
PENUTUP
prolaps uteri stadium IV + elongatio colli + sistokel stadium III dan rektokel
stadium II. Pasien dirawat di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin sejak
tanggal 18 Mei 2019 hingga diizinkan pulang pada tanggal 24 Mei 2019.
hari ke-2 post operasi dalam keadaan yang stabil dan tidak ada keluhan.
28
DAFTAR PUSTAKA
5. Kusuma IG, Putra IG, Megadhana IW, Sanjaya IN, Manuaba IF.
Characteristic of patients with pelvic organ prolaps in obstetric and
gynecologic outpatient clinic in Sanglah Hospital, Bali, Indonesia from
January 2014 to December 2015. Bali Medical Journal. 2017;6(1):76-81.
29