Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

I. LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN


KEAMANAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
a. Keselamatan, keamanan dan kenyamanan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setelah
kebuutuhan fisiologis. Keamanan dan keselamatan
terkait dengan kemampuan seseorang dalam
menghindari bahaya, yang di tentukan oleh tersebut
untuk melakukan tindakan pencegahan. Pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan bertujuan
melindungi tubuh agar terbebas dari bahaya
kecelakaan, baik pada klien, petugas kesehatan atau
individu yang terlibat dalam upaya memenuhi
kebutuhan tersebut. [ CITATION Has171 \l 14345 ]
b. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau
lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau
kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang
tidak dapat diduga dan tidak di harapkan karena dapat
menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram.
Keselamatan dan keamanan merupakan satu kesatuan
yang saling berhubungan Tujuan dari pelayanan
keperawatan sesungguhnya adalah menjamin keadaan,
pasien, keluarga, dan pemberi pelayanan kesehatan
atau perawat terhindar dari risiko keselamatan dan
keamanan[ CITATION Tar157 \l 14345 ]
2. Proses Infeksi
Infeksi merupakan keadaan dimana organisme parasit
masuk dan bertahan hidup pada host atau penjamu dan
menimbulkan respons inflamasi. Infeksi dapat menimbulkan
penyakit tergantung dari agen infeksius, lingkungan
penghantarnya, dan host. Proses infeksi merupakan
rangkaian siklus interaksi yang melibatkan adanya agen
infeksius, reservoir atau sumber,tempat keluarnya agen dari
reservoir atau sumber, model penularan, tempat masuknya
ke host, dan tingkat ketentanan host yang di sebut rantai
infeksi
3. Rantai infeksi
Adanya organisme patogenik belum memastikan bahwa
infeksi akan terjadi. Infeksi terjadi dalam suatu siklus yang
tergantung pada adanya semua elemen berikut.
a. Agen infeksius atau patogen
b. Reservoir atau tempat untuk pertumbuhan patogen
c. Jalur keluar dari reservoir
d. Jenis penularan
e. Jalur masuk ke tubuh penjamu
f. Kerentanan penjamu
4. Tahapan Proses Infeksi
a. Periode Inkubasi
Periode sejak masuknya kuman kedalam tubuh sampai
dengan munculnya gejala. Lamanya waktu yang di
butuhkan sampai gejala muncul bervariasi, bergantung
pada jenis penyakitnya.
b. Periode Prodromal
Periode sejak munculnya gejala umum sampai
munculnya gejala spesifik. Pada masa inin, individu sangan
infeksius.
c. Periode Sakit
Pada periode ini, gejala spesifik terus berkembang dan
menimbulkan manifestasi pada organ yang terinfeksi dan
seluruh tubuh. Lamanya waktu yang dibutuhkan sesuai
dengan kondisi individu dan patogenitas kuman.
d. Periode konvalensi
Periode ini berlangsung sejak menurunnya gejala
sampai individu kembali sehat. Lamanya waktu yang
dibutuhkan bergantung pada jeis penyakit dan kondisi
individu.
5. Jenis Infeksi
Berdasarkan jenisnya infeksi dapat di kelompokkan sebagai
berikut.
a. Infeksi lokal, infeksi yang terjadi pada lokasi tertentu
areanya terbatas gemoral atau tidak sistematis.
b. Infeksi sistemik atau global, infeksi yang bersifat
menyeluruh atau sistematik yang dapat menyebar satu
atau lebih organ tubuh. Infeksi sistemik yang berat di
sebut sepsis yang di tandai adanya demam (suhu tubuh
lebih dari 380C) atau suhu yang rendah (kurang dari
360C), pernapasan lebih dari 20 kali/menit atau PaCO 2
kurang dari 32 mmHg dan jumlah leukosit lebih dari
12.000 sel/mm3.
c. Infeksi Oportunitis
Merupakan infeksi yang disebabkan karena penurunan
daya tahan tubuh. Misalnya, infeksi jamur pada mulut,
infeksi saluran pencernaan, dan pneumonia
pneumositis carini pada pasien dengan AIDS.
d. Infeksi Akut
Infeksi yang terjadi secara mendadak dan cepat,
misalnya pada apendisitis.
e. Infeksi Kronis
Yaitu infeksi yang terjadi dalam jangka yang lama dan
membutuhkan pengobatan yang lama, seperti penyakit
bronkhitis, apendisitis kronis.
f. Infeksi sekunder
Merupakan infeksi yang terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi awal atau pertama seperti infeksi sekunder pada
luka bakar.
6. Beberapa upaya yang dapat di lakukan untuk mencegah
penyakit diantaranya, yaitu :
a. Asupan nutrisi yang ade kuat
Nutrisi merupakan bahan yang sangat penting dalam
meningkatkan daya tahan tubuh termasuk dalam
pembentukan antibodi. Tubuh membutuhkan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme yang akan
dipergunakan untuk energi, untuk membangun jaringan
tubuh yang rusak, serta aktivitas tubuh lainnya.
b. Olahraga
Olahraga membantu meningkatkan stamina tubuh,
meningkatkan fungsi jantung, otot, pernapasan, dan
fungsi tubuh lain.
c. Isthirahat dan tidur
Tubuh membutuhkan waktu istirahat untuk
mengembalikan kondisi. Keadaan kelelahan dapat
menimbulkan stres dan dapat menurunkan daya tahan
tubuh.
d. Kebersihan diri
Sebagai penyakit timbul karena kebersihan diri yang
kurang. Tubuh yang kurang bersih menjadi media
berkembangnya penyakit.
e. Pemberian vaksinasi
Vaksinasi merupakan upaya untuk pembentukan
antibodi atau penguat antibodi sehingga tubuh dapat
bertahan terhadap serangan patogen
f. Pengetahuan tentang penyakit infeksi
Pengetahuan individu trhadap penyakit infeksi sangat
penting sehingga dapat melakukan pencegahan dan
risiko penularan. Misalnya penyakit HIV/AIDS,
merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan seks,jarum suntik yang terkontaminasi, atau
air susu ibu.
7. Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan
keselamatan dan keamanan
a. Usia
Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui
akibat dari apa yang dilakukan pada orang tua atau
lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan
tulang.
b. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, menurunnya respon terhadap
rangsangan paralisis dan disorientasi. Keadaan ini
berpotensi terhadap risiko dekubitus, atropi, infeksi
paru-paru, dan jatuh.
c. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depresi, da marah akan
mudah sekali terjadi dan berpengaruh terhadap
masalah keselamatan dan keamanan, seperti risiko
mencederai diri sendiri atau orang lain.
d. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivas, paralisis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko
cedera atau gangguan integritas kulit.
e. Gangguan Persepsi Sensori
Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi
teradap rangsangan yang berbahaya, seperti gangguan
penciuman dan penglihatan sehingga risiko terjatuh,
keracunan, dan kebakaran dapat terjadi.
f. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi, seperti afasia atau tidak dapat
membaca menimbulkan kesalahan dalam
menerjemahkan pesan kecelakaan mudah terjadi.
g. Penggunaan antibodi yang tidak rasional
Antibodi dapat menimbulkan resistan dan syok
anafilaktik.
h. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan
tubuh yang kurang sehingga mudah terserang penyakit.
i. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah
putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap suatu penyakit dan membentuk antibodi.
j. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan
kelemahan dan mudah terserang penyakit, demikian
sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit
tertentu.
k. Tingkat pengolahan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan
keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8. Upaya pencegahan infeksi
Secara umum, tanggung jawab perawat dalam pencegahan
infeksi antara lain.
a. Mendidik individu agar terhindar dari infeksi dengan:
1) Memperkuat daya tahan tubuh melalui upaya
imunisasi perbaikan nutrisi, istrahat dan tidur yang
seimbang menghindari stress
2) Mendorong individu untuk melakukan hygine
personal dengan membiasakan diri mencuci tangan
dan mandi secara teratur.
b. Membiasakan diri mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan salah satu upaya paling
efektif dalam mengontrol infeksi. Tujuan adalah untuk
membunuh mikroorganisme yang terdapat pada tangan
yang mungkin dapat berpindah keklien,
pengunjung,peralatan dan tenaga kesehatan lain.
c. Mencegah penyebaran kuman penyakit melalui
tindakan desinfeksi dan sterillisasi perlatan rumah sakit.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atas
masalah[ CITATION Taq13 \l 1057 ]
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sensori
komunikasi pasien seperti adanya perubahan perilaku
pasien karena gangguan sensori komonikasi :
1) Halusinasi
2) Gangguan proses pikir
3) Kelesuan
4) Ilusi
5) Kebiasaan dan tidak bergairah
6) Perasaan terasing
7) Kurangnya konsentrasi
8) Kurangnya koordinasi dan keseimbangan
b. Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan klien:
1) Kesadaran menurun
2) Kelemahan fisik
3) Imobilisasi
4) Pengunaan alat bantu
c. Kondisi lingkungan :
1) Keadaan lingkungan yang licin
2) Pencahayaan yang kurang
3) Fasiltas penghalang tempat tidur
4) Terali atau pengunaan jendela
5) Fasilitas pengamanan risiko jatuh ditempat kamar
mandi
d. Faktor risiko yang berhubungan dengan kebijakan
rumah sakit. :
1) Penempatan pasien yang beresiko tinggi terjadinya
penularan terhadap pasien lain
2) Kontrol infeksi nosokomia
3) Kebijakan adanya sarana hand washing maupun
handrub
4) Pembatasan pengunjung
5) Penggunaan universal piccoution
2. Diagnosis [ CITATION PPN174 \l 14345 ]
a. Gangguan integritas kulit dan jaringan
1) Definisi
Kerusakan kulit (dermis atau epidermis) atau
jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul,sendi, dan
ligamen)
2) Penyebab
a) Perubahan sirkulasi
b) Perubahan status nutrisi
c) Kekurangan/kelebihan volume cairan
d) Penurunan mobilitas
e) Bahan kipas aritalis
f) Suhu lingkungan yang ekstrim
g) Faktor mekanis
h) Efek samping terapi radialis
i) Proses penuaan
j) Neuropati ferifer
k) Perubahan figmentasi
l) Perubahan hormonal
m) Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas
jaringan.
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Nyeri
b) Perdarahan
c) Kemerahan
d) Hematoma
e) Nyeri
f) Perdarahan
g) Kemerahan
5) Kondisi klinis terkait
a) Imobilisasi
b) Gagal jantung kongestif
c) Gagal ginjal
d) Diabetes melitus
e) Imunodefisiensi (mis. AIDS)
b. Risiko cedera
1) Definisi
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik
yang menyebabkan seseorang tidak lagi
sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik.
2) Faktor risiko
Eksternal
a) Terpapar patogen
b) Terpapar zat kimia toksik
c) Terpapar agen nosokomial
d) Ketidakamanan transportasi
Internal
a) Ketidaknormalan profil darah
b) Perubahan orientasi afektif
c) Perubahan sensasi
d) Disfungsi biokimia
e) Hipoksia jaringan
f) Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
g) Malnutrisi
h) Perubahan fungsi psikomotor
i) Perubahan fungsi kognitif
3) Kondisi klinis terkait
a) Kejang
b) Sinkop
c) Vertigo
d) Gangguan penglihatan
e) Gangguan pendengaran
f) Penyakit parkinson
g) Hipotensi
h) Kelainan nervus vestibularis
i) Retardasi mental
c. Risiko infeksi
1) Definisi
Berisiko mengalami peningkatan organisme
patogenik.
2) Faktor risiko
a) Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)
b) Efek prosedur invasif
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan
e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(1) Gangguan Peristaltik
(2) Kerusakan integritas kulit
(3) Perubahan sekresi pH
(4) Penurunan kerja siliaris
(5) Ketuban pecah lama
(6) Ketuban pecah sebelum waktunya
(7) Merokok
(8) Statis cairan tubuh
f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekuder
(1) Penurunan hemoglobin
(2) Imununosupresi
(3) Leukopenia
(4) Supresi respon inflamasi
(5) Vaksinasi tidak adekuat
3) Kondisi klinis terkait
a) AIDS
b) Luka bakar
c) Penyakit paru obstruktif kronis
d) Diabetes melitus
e) Tindakan invasif
f) Kondisi penggunaan terapi steroid
g) Penyalahgunaan obat
h) Ketuban pecah sebelum waktunya
i) Kanker
j) Gagal ginjal
k) Imunosupresi
l) Lymphedema
m) Leukositopenia
n) Gangguan fungsihati
d. Risiko jatuh
1) Definisi
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh
2) Faktor risiko
a) Usia > 65 tahun (pada dewasa) atau < 2 tahun
(pada anak)
b) Riwayat jatuh
c) Anggota gerak bawah prostesi (buatan)
d) Penggunaan alat bantu berjalan
e) Penurunan tingkat kesadaran
f) Perubahan fungsi kognitif
g) Lingkungan tidak aman(mis. Licin, gelap,
lingkungan asing)
h) Kondisi pasca operasi
i) Hipotensi ortostatik
j) Perubahan kadar glukosa darah
k) Anemia
l) Kekuatan otot menurun
m) Gangguan pendengaran
n) Gangguan kesimbangan
o) Gangguan penglihatan (mis. Sedasi, alkohol,
anastesi umum)
3) Kondisi klinis terkait
a) Osteoporosis
b) Kejang
c) Penyakit sebrovaskuler
d) Katarak
e) Glaukoma
f) Demensia
g) Hipotensi
h) Amputasi
i) Intoksikasi
j) Preeklampsi
3. Intervensi [ CITATION PPN175 \l 14345 ]
a. Gangguan integritas kulit
1) Integritas kulit dan jaringan
Tujuan :
Integritas kulit dan jaringan teratasi dengan kriteria
hasil
a) Elastisitas menurun (1)
b) Hidarsi menurun (1)
c) Perfusi jaringan menurun (1)
d) Kerusakan jaringan menurun (5)
e) Kerusakan lapisan kulit menurun (5)
f) Nyeri menurun (5)
g) Perdarahan menurun (5)
h) Kemerahan menurun (5)
i) Hematoma menurun (5)
j) Pigmentasi abnormal menurun (5)
k) Jaringan parut menurun (5)
l) Nekrosis menurun (5)
m) Abrasi kornea menurun (5)
n) Suhu kulit membaik (5)
o) Sensasi membaik (5)
p) Tekstur membaik (5)
q) Pertumbuhan rambut membaik (5)
Intervensi Perawatan luka
a) Definisi :
Mengidentifikasi dan meningkatkan
penyembuhan luka serta mencegah terjadinya
komplikasi luka.
b) Tindakan :
(1) Monitor karakteristik luka
(2) Monitor tanda-tanda infeksi
(3) Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
(4) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi pasien
(5) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(6) Anjurkan mengkomsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
(7) Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
(8) Kolaborasi pemberian antibiotik
b. Risiko cedera
1) Keamanan lingkungan rumah
Tujuan :
Keamanan lingkungan rumah teratasi dengan
kriteria hasil
a) Pemeliharaan rumah meningkat (5)
b) Pencahayaan eksterior meningkat (5)
c) Pencahayaan interior meningkat (5)
d) Ketersediaan air bersih meningkat (5)
e) Kebersihan penyimpanan meningkat (5)
f) Kebersihan persiapan makanan meningkat (5)
g) Kebersihan hunian meningkat (5)
h) Keamanan kunci pada pintu meningkat (5)
i) Keamanan kunci pada jendela meningkat (5)
j) Pemasangan handrail meningkat (5)
k) Perawatan detektor karbon monoksida
meningkat (5)
l) Sistem respon kegawatdaruratan meningkat (5)
m) Ketersediaan akses telpon meningkat (5)
n) Kemudahan akses kamar mandi meningkat (5)
o) Keamanan penyimpanan obat meningkat (5)
p) Ketersediaan perangkat bantu meningkat (5)
q) Pemeliharaan peralatan rumah meningkat (5)
r) Ketersediaan alarm kebakaran meningkat (5)
s) Pembuangan bahan berbahaya meningkat (5)
t) Keamanan area bermain anak meningkat (5)
u) Pelindung outlet listrik meningkat (5)
v) Pengaturan suhu ruangan meningkat (5)
w) Risiko jamur menurun (5)
x) Risiko asap beracun menurun (5)
y) Risiko asap tembakau menurun (5)
z) Risiko bahaya timbal menurun (5)
aa) Risiko suara berbahaya menurun (5)
Intervensi Manajemen keselamatan lingkungan
a) Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola lingkungan
fisik untuk meningkatkan keselamatan.
b) Tindakan :
(1) Identifikasi kebutuhan keselamatan
(2) Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan
(3) Memodifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
(4) Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
(5) Lakukan program sering bahaya
lingkungan
(6) Ajarkan individu keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lingkungan
c. Risiko cedera
1) Tingkat cedera
Tujuan :
Tingkat cedera teratasi dengan kriteria hasil
a) Toleransi aktivitas meningkat (5)
b) Nafsu makan meningkat (5)
c) Toleransi makanan meningkat (5)
d) Kejadian cedera menurun (5)
e) Luka/lecet menurun (5)
f) Ketegangan otot menurun (5)
g) Fraktur menurun (5)
h) Perdarahan menurun (5)
i) Ekspresi wajah kesakitan menurun (5)
j) Agitasi menurun (5)
k) Iritabilitas menurun (5)
l) Gangguan mobilitas menurun (5)
m) Gangguan kognitif menurun (5)
n) Tekanan darah membaik (5)
o) Frekuensi nadi membaik (5)
p) Frekuensi napas membaik (5)
q) Denyut jantung apikal membaik (5)
r) Denyut jantung radialis membaik (5)
s) Pola istirahat/tidur membaik (5)
Intervensi Pencegahan jatuh
a) Definisi :
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko
terjatuh akibat perubahan kondisi atau
psikologis.
b) Tindakan :
(1) Identifikasi risiko jatuh
(2) Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
(3) Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam keadaan terkunci
(4) Pasang handroll tempat tidur
(5) Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
(6) Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
(7) Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
untuk memanggil perawat
d. Risiko infeksi
1) Tingkat infeksi
Tujuan :
Tingkat infeksi teratasi dengan kriteria hasil
a) Kebersihan tangan meningkat (5)
b) Kbersihan badan meningkat (5)
c) Nafsu makan meningkat (5)
d) Demam menurun (5)
e) Kemerahan menurun (5)
f) Nyeri menurun (5)
g) Bengkak menurun (5)
h) Vesikel menurun (5)
i) Cairan berbau busuk menurun (5)
j) Sputum berwarna hijau menurun (5)
k) Drainase purulen menurun (5)
l) Piuria menurun (5)
m) Periode malaise menurun (5)
n) Periode menggigil menurun (5)
o) Letargi menurun (5)
p) Gangguan kognitif menurun (5)
q) Kadar sel darah putih membaik (5)
r) Kultur darah membaik (5)
s) Kultur urine membaik (5)
t) Kultur sputum membaik (5)
u) Kultur area luka membaik (5)
v) Kultur feses membaik (5)
w) Kadar sel darah putih membaik (5)
Intervensi Pencegahan infeksi
a) Definisi :
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko
terserang organisme patogenik.
b) Tindakan :
(1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
(2) Berikan perawatan kulit pada edema
(3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
(4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(5) Ajarkan etika batuk
(6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
(7) Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakaukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yan dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik menggambarkan kiteria hasil
yang diharapkan. (Perry Peter, 2006)
Menurut (Effendi, 2013) implamentasi adalah pengolahan
daan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perkembangan dan tahap perencanaan
(intervensi) jenis tindakan pada implementasi ini tediri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan oleh kolaborasi
atau tindakan rujakan atau ketergantungan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi kriteria dan hasil yang diterapkan untuk dilihat
kabar hailnya, bila hasil evaluasi tidak berhasil, perlu
disusun rencana keperawatan yang baru, perlu diperhatikan
juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan
melibatkan keluarga sehingga perlu pula peerencanaan
waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga. (Supijinto,
2004)
Tahap evaluasi mnentukan kemajuan pasien yang untuk
pencapaian hasil diinginkan dan respon pasien terhadap
keaktifan intervensi keperawatan kemudian mengganti
rencana keperawatan jika diperlukan. (Nugroho Taufan,
2011)
DAFTAR PUSTAKA

References
Haswita, S. K. (2017). kebutuhan dasar manusia untuk mahasiswa
keperawatan dan kebidanan . Jl. Man 6 No. 74 kramat jati, Jakarta
Timur.
jauhar, T. B. (2013). Asuhan Keperawatan : panduan lengkap menjadi
perawat profesional. Jakarta.
PPNI . (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia : definisi dan
indikator diagnostik, edisi 1 cetakan III. jl raya lenteng agung no. 64
jakarta selatan 12610.
PPNI . (2017). Standar intervensi keperawatan indonesia : defenisi dan
tindakan keperawatan, edisi 1 cetakan II. jl raya lenteng agung no
64 jakarta selatan 12610.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan. jln. raya lenteng agung no 101 jakarta selatan 12610:
salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai