Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
a. Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal berupa urine
maupun yang melalui gastrotestinal yang berupa fekal. [CITATION
Tar15 \l 1033 ]
b. Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan penyingkiran,
pembersihan, dan penyisihan. [CITATION Has17 \l 1033 ]
c. Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal
sebagai hasil filtrasi dari plasma darah diglomerulus dari 180
liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi hanya 1-2 liter
saja yang dapat berupa urine, sebagian besar hasil filtrasi akan
diserap kembali ke tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh
tubuh. [CITATION Tar15 \l 1033 ]
d. Eliminasi fekal merupakan makanan yang sudah dicerna
kemudian sisanya akan dikeluarkan dalam bentuk fases, jadi
eleminasi fekal adalah proses pengeluaran sisa pencernaan
melalui anus. [CITATION Tar15 \l 1033 ]

2. Eliminasi Urine `
a. Anatomi fisiologi System tubuh yang berperan dalam eliminasi
urine.
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (dibelakang
selaput perut) terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri,
tulang punggung ginjal berperan sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring
darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa.
[CITATION Hid15 \l 1033 ]
a) Fungsi Ginjal[CITATION Tar15 \l 1033 ]
a.1 Pengatur dan volume komposisi darah.
a.2 Pengatur jumlah dan konsentrasi elektrolit pada
cairan ekstrasel, seperti natrium, klorida, kalsium,
magnesium fosfat dan hydrogen.
a.3 Membantu mempertahankan keseimbangan asam
basa (pH) darah.
a.4 Pengatur tekanan darah.
a.5 Pengeluaran dan pembersihan hasil metabolisme
tubuh sepertiurea, asam urat dan kreatinin yang
jika dikeluarkan dapat bersifat toksin khususnya
pada otak.
a.6 Pengeluaran komponen asing seperti pengeluaran
obat pestisidadan zat-zat berbahaya lainnya.
b) Berdasarkan fungsi ginjal, ginjal melakukan tiga fungsi
mekanik yaitu :[CITATION Tar15 \l 1033 ]
b.1 Filtrasi Glomerular
Filtrasi plasma terjadi pada glomerulus
dinefronmerupakan langkah pertama produksi
urine ultrafitrasi terjadi dimana plasma menembus
barier dari membran endotalium. Glomerulus
kemudian hasilnya masuk kedalam ruang intra
kapsul bowman.
b.2 ReabsorbsiTubular
Dari 180 liter perhari plasma yang difiltrasi tidak
semuanya dikeluarkan dalam bentuk urine, lebih
banyak diserap kembali atas rabsorbsi dalam
tubulus ginjal terutama zat-zat atau material yang
penting bagi tubuh hanya 1-2 liter yang
dikeluarkan dalam bentuk urine.
b.3 Sekresi Tubular
Sekresi tubular adalah kelebihan dari reabsorbsi,
merupakan proses aktif yang memindahkan zat
keluar kapiler peritubulad melewati epitel sel-sel
tubular masuk ke luman nafron untuk dikeluarkan
dalam urine.

2) Ureter [CITATION Tar15 \l 1033 ]


Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari
ginjal ke kandung kemih, panjangnya 25-30cm dengan
diameter 6 mm berjalan mulai dari parvissetinggi lumbalke-2
ada tiga lapisan jaringan pada ureter, yaitu pada bagian
dalam adalah epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot
polos dan bagian luar lapisan fibrasa.

3) Kandung Kemih[CITATION Tar15 \l 1033 ]


Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot
yang berfungsi menampung urine sebelum dikeluarkan
melalui uretra, kandung kemih terletak pada rongga pelvis,
pada laki-laki kandung kemih berada di belakang sinfisis
pubis dan rectum sedangkan pada wanita kandung kemih
berada dibawah utara dan di depan vagina.

4) Uretra [CITATION Tar15 \l 1033 ]


Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampaike
meatuspada wanita panjangnya sekitar 4 cm, lebarnya
antara klitoris dengan liang vagina, pada laki-laki panjangnya
sekitar 20 cm terbagi atas 3 bagian :prostatikuretra yang
panjangnya sekitar 3 cm terletak dibawah leher kandung
kemih sampai kelenjar prostal, bagian kedua adalah
membran nasea yang panjangnya 1-2 cm yang sekitarnya
terdapat spinter uretra eksterna, dan pada bagian akhir
adalah kavernus atau penileuretra yang panjangnya sekitar
15 cm memanjang dari penissampai orifisium uretra.
Fungsi dari uretra adalah mengeluarkan urine dari
kandung kemih keluar adanya spinter uretra interna yang
dikontrol secara involunter memungkinkan pengeluaran
urine dapat dikontrol.

b. Karakteristik dan Komposisi Urine [CITATION Tar15 \l 1033 ]


1) Karakteristik
a) Volume, pada orang dewasa rata-rata urine yang
dikeluarkan setiap berkemih berkisar 250-400 ml,
tergantung dari intake dan kehilangan cairan. Jika
pengeluaran urine berkurang dari 30 ml/jam,
kemungkinan terjadi gangguan fungsi ginjal.
b) Warna, urine normal warnanya kekuning-kuningan jernih.
Warna ini terjadi pada dehidrasi. Obat-obatan juga dapat
mengubah warna urine seperti warna merah atau oranye
gelap.
c) Bau bervariasi tergantung komposisi. Bau urine yang
menyengat atau memusingkan timbul karena urine
mengandung ammonia.
d) Kadar pH sedikit asam antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0.
Namun demikian pH dipengaruhi oleh intake makanan.
Misalnya urine vegetarian menjadi sedikit basa.
e) Berat jenis 1.003-1.030.
f) Komposisi air 93-97%.
g) Osmolaritas (konsentrasi osmotik) 855-1.335 mOsm/liter.
h) Bakteri tidak ada.
2) Komposisi Urine[ CITATION Tar15 \l 1033 ]
a) Zat buangan nitrogen seperti urea yang merupakan
deaminasi asam amino oleh hati dan ginjal; kreatinin
yang merupakan pemecahan keratin fosfat dalam otot
rangka; amonia yang merupakan pemecahan deaminasi
oleh hati dan ginjal; asam urat merupakan pemecahan
dari purin; serta urobilin dan bilirubin yang merupakan
pemecahan dari hemoglobin.
b) Hasl nutrien dan metabolisme seperti karbohidrat, keton,
lemak, dan asam amino.
c) Ion-ion seperti natrium, klorida, kalium, kalsium, dan
magnesium.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine [ CITATION


Hid15 \l 1033 ]
1) Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang
mempengaruhi output atau jumlah urine. Protein dan natrium
dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu,
kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2) Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih
dapat menyebabkan urine banyak bertahan d dalam vesika
sehingga memengaruhi ukura vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
3) Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya dengan ketersediaan
fasilitas toilet.
4) Stres psiklogis
Meningkatkan stress dapat mengakibatkan seringnya
frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatkan
sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
5) Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria
yang baik untuk fungsi stingter. Hilangnya tonus otot vesika
urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih
menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
6) Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat
memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditentukan
pada anak-anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun
dngan bertambahnya usia, kemampuan untuk mengontrol
buang air kecil meningkat.
7) Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu seperti diabetes mellitus dapat
memengaruhi produksi urine.
8) Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi urine, seperti adanya kultur masyarakat yang
melarang untuk buang air kecil di tempat tetentu.
9) Kebiasaan seseorang
Dalam keadaan tirah baring, seseorang yang sakit akan
merasa kurang nyaman atau bahkan kesulitan untuk
berkemih melalui urinal atau pot urine karena terbiasa
berkemih di toilet.
10)Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting untuk membantu
proses berkemih adalah kandung kemih, otot abdomen, dan
pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
11)Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus
yang dapat menyebabkan penurunan jumlah poduksi urine
karena dampak dari pemberian obat anestesi.
12)Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau
penurunanjumlah urine. Misalnya, pemberian diuretic dapat
meningkkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik atau antihiprtensi dapat menebabkan retensi
urine.
13)Pemeiksaan diagnostic
Prosedur diagnostic yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan salurah kemih seperti intravenous
pyelogram(IVP), dengan mebatasi jumlah asupan dapat
mempengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan
cystoscopy dapat menimbulkan edema local pada uretra
yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

d. Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine[ CITATION Hid15 \l 1033 ]


1) Retensi Urine
Retensi urine adalah penumpukan urine dalam kandung
kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya. Dengan demikian menyebabkan
distensi dari vesika urinaria, atau retensi urine dapat pula
merupakan keadaan seseorang mengalami pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap. Kandung urine normal
dalam vesika urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan
sampai batas jumlah tersebut urine merangsang reflex untuk
berkemih. Dalam kadaan distensi, vesika urinaria dapat
menampung sebanyak 3.000-4.000 ml urine.
a) Tanda-tanda klinis
a.1 Ketidaknyamanan daerah pubis
a.2 Distensi vesika urinaria
a.3 Ketidakseimbangan untuk berkemih
a.4 Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit
(25-50 ml)
a.5 Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan
dengan asupannya
a.6 Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
a.7 Adanya urine sebanyak 3.000-4.000 ml dalam
kandung kemih
b) Penyebab
b.1 Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis
vesika urinaria
b.2 Trauma sumsum tulang belakang
b.3 Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot
detrusor yang lemah
b.4 Sfingter yang kuat
b.5 Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran
kelenjar prostat)

2) Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol
ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia
yaitu proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat,
penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau
sedative. Inkontinensia urine terdiri atas berikut.
a) Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan (urge incontinence)
merupakan keadaan seeorang mengalami pengeluaran
urine tanpa dasar, terjadi segera setelah merasa
dorongan yang kuat untuk berkemih.
a.1 Kemungkinan Penyebab
a.1.1 Penurunan kapasitas kandung kemih
a.1.2 Iritasi pada reseptor regangan kandung
kemih yang menyebabkan spasme
(infeksi saluran kemih)
a.1.3 Minum alcohol atau kafein
a.1.4 Peningkatan cairan
a.1.5 Peningkatan konsentrasi urine
a.1.6 Distensi kandung kemih yang berlebihan
a.2 Tanda-Tanda klinis
a.2.1 Sering miksi (miksi lebih dari dua jam
sekali)
a.2.2 Spasme kandung kemih

b) Inkontinensia Total
Inkontinensia total (total incontinence) merupakan
keadaan seseorang mengalami pengeluaran urine yang
terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
b.1 Kemungkinan Penyebab
b.1.1 Disfungsi neurologis
b.1.2 Kontraksi independen karena
pembedahan
b.1.3 Trauma atau penyakit yang memengaruhi
saraf medulla spinalis
b.1.4 Fistula
b.1.5 Neuropan
b.2 Tanda-Tanda Klinis
b.2.1 Aliran konstan yang terjadi pada saat
tidak diperkirakan
b.2.2 Tidak ada distensi kandung kemih
b.2.3 Nokturia
b.2.4 Pengobatan inkontinensia tidak berhasil

c) Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres (stress incontinence) merupakan
keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 500 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan
abdomen.
c.1 Kemungkinan Penyebab
c.1.1 Perubahan degenaritif pada otot pelvis
dan struktur penunjang yang
berhubungan dengan penuaan
c.1.2 Tekanan intraabdominal tinggi (obesitas)
c.1.3 Distensi kandung kemih
c.1.4 Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
c.2 Tanda-Tanda Klinis
c.2.1 Adanya urine menetes dengan
peningkatan tekanan abdomen
c.2.2 Adanya dorongan berkemih
c.2.3 Sering miksi (lebih dari dua jam sekali)

d) Inkontinensia Refleks
Inkontinensia reflex (reflex incontinence) merupakan
keadaan seseorang mengalami pengeluaran urine yang
tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai
jumlah tertentu.
d.1 Kemungkinan Penyebab
d.1.1 Kerusakan neurologis (lesi medulla
spinalis)
d.2 Tanda-Tanda Klinis
d.2.1 Tidak ada dorongan untuk berkemih
d.2.2 Merasa bahwa kandung kemih penuh
d.2.3 Kontraksi atau spasme kandung kemih
tidak dihambat pada interval teratur

e) Inkontinensial Fungsional
Inkontinensial fungsional merupakan keadaan
seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara
tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
e.1 Kemungkinan Penyebab
e.1.1 Kerusakan neurologis (lesi medula
spinalis)
e.2 Tanda-Tanda Klinis
e.2.1 Adanya dorongan untuk berkemih
e.2.2 Kontraksi kandung kemih cukup kuat
untuk mengeluakan urine

3) Enuresis
Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih
(mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol
sfingter eksterna. Enuresis biasanyaa terjadi pada anak-
anak umunya pada malam hari.
a) Factor Penyebab Enuresis
a.1 Kapasitas vesia urinaria lebih besar dari kondisi
normal
a.2 Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-
tandadari indikasi keinginan berkemih tidak
diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya
bangun tidur untuk ke kamar mandi
a.3 Vesika urinaria peka rangsng dan seterusnya tidak
dapat menampung urine dalam jumlah besar
a.4 Suasana emiosional yang tidak menyenangkan di
rumah (misalnya persaingan dengan saudara
kandung atau cekcok dengan orang tua)
a.5 Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa
anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa
dibantu untuk mendidiknya
a.6 Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau
neurologis system perkemihan
a.7 Makanan yang banyak mengandung garam dan
mineral, atau makanan pedas
a.8 Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi

4) Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan
membuat stoma pada dinding perut untuk drainase urine.
Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi
pada kandung kemih.

3. Eliminasi Alvi/Fekal
a. Anatomi fisiologi system tubuh yang beperan dalam eliminasi
fekal [ CITATION Tar15 \l 1033 ]
1) Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
a) Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan
pertama kali untuk system pencernaan. Rongga mulut
dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah), srta
kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan.
b) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan
rongga mulut dengan esophagus. Di dalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel), yaaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi.
c) Esophagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±
25 cm dan berdiameter 2 cm. Esophagus berbentuk
seperti tabung berotot yang menghubungkan rongga
mulut dengan lambung, denngan fungsi menyalurkan
makanan ke lambung.
d) Lambung
Lambung merupakan oan pencernaan yang paling
fleksibel karena menampung makanan sebanyak 1-2liter.
Bentuknya seperti huruf J atau kubah dan terletak di
kuadran kiri bawah abdomen. Fungsi utama lambung
adalah menyimpan makanan yang sudah bercampur
dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
2) Saluran Gastrointestinal Bagian Bawah
e) Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang
terletak di antara sfingter pylorus lambung dengan katup
ileosekal yang merupakan bagian awal usus besar,
posisinya terletak di sentral bawah abdomen yang
didukung oleh lapisan mesentrika (berbentuk seperti
kipas) yang memungkinkan usus halus ini mengalami
perubahan bentuk (seperti berkelok-kelok). Adapun
fungsinya adalah menerima sekresi hati dan pancreas,
mengabsorpsi saripati makanan, dan menyalurkan sisa
hasil metabolism ke usus besar.
f) Usus besar atau kolon
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih
besar dari usus halus. Ia memiliki panjang 1,5 meter dan
berbentuk huruf U terbalik. Usus besar terbagi 3 daerah
yaitu : asenden, transversum, desenden. Fungsi kolon
adalah :
1) Menyerap air selama proses pencernaan
2) Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (biotin)
sebagai hasil simbiosis denan bakteri usus, misalnya
E.coli
3) Membentuk massa fases
4) Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (fases)
keluar dari tubuh
g) Rectum
Rectum merupakan lubang tempat pembuangan
fases dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, fases
akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum.

b. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolism berupa fases dan flatus yang berasal dari saluran
pencernaan melalui anus. Dalam proses defekasi terjadi dua
macam reflex berikut :
1) Refleks defekasi intrinsic
Refleks ini berawal dari fases yang masuk ke rectum
sehingga terjadi distensi rectum, yang kumudian
menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan
terjadilah gerakan peristaltic. Setelah fases sampai di anus,
secara sistematis sfingter interna relaksasi, maka terjadilah
defekasi.
2) Refleks defekasi parasimpatis
Fases yang masuk ke rectum akan merangsang saraf
rectum yang kemudian diteruskan ke medula spinal (spinal
cord). Dari jaras spinal kemudian dikembalikan ke kolon
desenden, sigmoid, dan rectum yang menyebabkan
intensifnya peristaltic, relaksasi sfingter internal, maka
terjadilah defekasi.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi [ CITATION Hid15 \l


1033 ]
1) Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan
mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki
kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air
besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki
kemampuan mengontrol secara penuh, dan pada usia lanjut
poses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2) Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi
dapat memengaruhi proses defekasi. Makanan yang
memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat
memengaruhi.
3) Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi kurang
sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.
4) Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena
melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma
dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga
proses gerakan peristaltic pada daerah kolon dapat
bertambah baik dan memudahkan dalam membantu proses
kelancaran proses defekasi.
5) Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi, seperti
penggunaan lakansia (obat pencahar) atau antasida yang
terlalu sering.
6) Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses
defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki
gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di
tempat yang bersih atau toilet. Maka, ketika orang tersebut
buang air besar di tempat yang terbuka atau tempat yang
kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7) Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi prose defekasi,
biasanya penyakit-penyakit yang berhubungan langsung
pada system pencernaan, seperti gastroenteritis atau
penyakit infeksi lainnya.
8) Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan
untuk berddefekasi, seperti nyeri pada beberapa kasus
hemoroid dan episiotomi.
9) Kerusakan Sensoris Dan Motoris
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat
memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan
proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal
ini dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang
atau kerusakan saraf lainnya.

d. Masalah-Masalah Umum Eliminasi Alvi/Fekal [ CITATION Tar15 \l


1033 ]
1) Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya
fases yang kering dank eras melalui usus besar.
2) Impaksi Fekal (fecal imfaction) : massa fases yang keras di
lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi
material fases yang berkepanjangan.
3) Diare : keluarnya fases cairan dan meningkatnya frekuensi
bang air besar akibat cepatnya kimus melewati usus besar
sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk menyerap air.
4) Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran fases dan gas melalui sfingter anus
akibat kerusakan fungsi sfingter atau persarafan di daerah
anus.
5) Kembung : flatus yang berlebihan di daerah intestinal
sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan
karena konstipasi penggunaan obat-obatan dan
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas
dapat berefek anestesi
6) Hemoroid : pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibatpeningkatan tekanan di daerah tersebut.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian [ CITATION Tar15 \l 1033 ]
a. Eliminasi urine
1) Riwayat keperawatan
a) Pola berkemih pasien
b) Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan,
lamanya
c) Factor yang memengaruhi berkemih dan usahayang
dilakukan selama mengalami masalah eliminasi urine

2) Pemeriksaan fisik
a) Penampilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien
gelisah, atau menahan sakit
b) Keadaan kulit
Kulit kering, mukosa mulut kering, turgor kulit kurang,
lidah menjadi kering tanda kekurangan cairan. Kulit
berkeringat, basah dapat disebabkan karena pasien
menahan nyeri saat berkemih. Kaji adanya edema atau
asites mungkin dapat terjadi
c) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena,
distensi kandung kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan,
tenderness, dan bising usus
d) Genetalia Wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus, dan
keadaan atrofi jaringan vagina
e) Genetalia Laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya
pembesaran skrotum
3) Intake dan Output Cairan
a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)
b) Kebiasaan minum di rumah
c) Intake : cairaninfus, oral, makanan, NGT
d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan
e) Output urine dari urinal, kantong urine, drainase
ureterostomi, dan sitostomi
f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, dan
kepekatan

4) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan urine (urinalisis) :
a.1 Warna (normalnya jernih kekuningan)
a.2 Penampilan (normalnya jenih)
a.3 Bau (normalnya beraroma)
a.4 pH (normalnya 4,5-8,0)
a.5 Berat jenis (normalnya 1,005-1,030)
a.6 Glukosa (normalnya negative)
a.7 Keton (normalnya negative)
b) Kultur urine (N: kuman pathogen negative)

b. Eliminasi Alvi/Fekal
1) Riwayat keperawatan
a) Pola defekasi : frekuensi, perubahan pola
b) Perilaku defekasi :penggunaan laksatif, cara
mempertahankan pola, tempat yang biasa digunakan
c) Deskripsi fases : warna, bau, dan tekstur, jumlah
d) Diet : makanan yang memengaruhi defekasi, makanan
yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola
makan yang teratur atau tidak
e) Cairan : jumlah dan jenis minuman per hari
f) Aktivitas : kegiatan sehari-hari
g) Kegiatan yang spesifik
h) Penggunaan medikasi : obat-obatan yang memengaruhi
defekasi
i) Stres : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk
menghadapi atau bagaimana menerima
j) Pembedahan atau penyakit menetap

2) Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltic, adanya
massa pada perut bagian kiri bawah, tenderness
b) Rectum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan
warna, lesi, fistula, hemoroid, adanya massa, tenderness

3) Keadaan Fases
Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal
dalam fases

4) Pemeriksaan Diagnostik
a) Kolonoskopi
b) Proktosigmoidoskopi
c) Rontgen dengan kontras

2. Diagnosis Keperawatan[CITATION PPN16 \l 1033 ]


a. Gangguan Eliminasi Urine
1) Defenisi
Disfungsi eliminasi urine

2) Penyebab
a) Penurunan kapasitas kandung kemih
b) Iritasi kandung kemih
c) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda
gangguan kandung kemih
d) Efek tindakan medis dan diagnostic (mis. Operasi ginjal,
operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)
e) Kelemahan otot pelvis
f) Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Imobilisasi)
g) Hambatan lingkungan
h) Ketidakmampuan mengkonsumsikan kebutuhan eliminasi
i) Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly
saluran kemih kongenital)
j) Imaturitas (pada anak usia <3 tahun)

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Desakan berkemih a) Distensi kandung kemih
b) Urin menetes (dribbling) b) Berkemih tidak tuntas
c) Sering buang air kecil (hesitancy)
d) Nokturia c) Volume residu urine
e) Mengompol meningkat
f) Enuresis

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Infeksi ginjal dan saluran kemih
b) Hiperglikemia
c) Trauma
d) Kanker
e) Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis
f) Neuropati diabetikum
g) Neuropati alkoholik
h) Stroke
i) Parkinson
j) Skeloris multiple
k) Obat alpha adrenergic

b. Inkontinensia Fekal
1) Defenisi
Perubahan susunan buang air besar dari pola normal yang
ditandai dengan pengeluaran fases secara involuter (tidak
disadari).

2) Penyebab
a) Kerusakan susunan saraf motoric bawah
b) Penurunan tonus otot
c) Gangguan kognitif
d) Penyalahgunaan laksatif
e) Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rectum
f) Pascaoperasi pullthroughdan penutupan kolosomi
g) Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
h) Diare kronis
i) Stres berlebihan

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Tidak mampu mengontrol a) Fases keluar sedikit-
pengeluaran fases sedikit dan sering
b) Tidak mampu menunda
defekasi
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a) Bau fases
b) Kulit perianal kemerahan

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Spina bifida
b) Atresia ani
c) Penyakit hirschsprung

c. Inkontinensia Urin Berlanjut


1) Defenisi
Pengeluaran urin tidak terkendali dan trus menerus tanpa
disertai atau perasaan penuh pada kandung kemih.

2) Penyebab
a) Neuropati arkus refleks
b) Disfungsi neurologis
c) Kerusakan refleks kontraksi detrusor
d) Trauma
e) Kerusakan medulla spinalis
f) Kelainan anatomis (mis. Fistula)

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Keluarnya urin konstan (tidak tersedia)
tanpa distensi
b) Nokturia lebih dari 2 kali
sepanjang tidur

4) Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
a) Berkemih tanpa sadar (tidak tersedia)
b) Tidak sadar inkontinensia
urin

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Cedera kepala
b) Trauma
c) Tumor
d) Infeksi medulla spinalis
e) Fistula saluran kemih

d. Inkontinensia Urin Berlebih


1) Definisi
Kehilangan urin yang tidak terkendali akibat overdistensi
kandung kemih

2) Penyebab
a) Blok spingter
b) Kerusakan atau ketidakadekuatan jalur aferen
c) Obstruksi jalan keluar urin (mis. Impaksi fekal, efek agen
farmakologis)
d) Ketidakadekuatan detrusor (mis. Pada kondisi stres atau
tidak nyaman, deconditioned voiding)

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Residu volume urin a) Kandung kemih
setelah berkemih atau distensi (bukan
keluhan kebocoran sedit berhubungan dengan
urin penyebab reversibel
b) Nokturia akut) atau kandung
kemih distensi dengan
sering, sedikit
berkemih atau dribbling

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a) Residu urin 100 ml atau
lebih

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Asma
b) Alergi
c) Penyakit neurologi: cedera/tumor/infeksi medulla spinalis
d) Cedera kepala
e) Sclerosis multiple
f) Dimieliminasi saraf
g) Neuropati diabetikum
h) Neuropati alcohol
i) Striktura uretra/leher kandung kemih
j) Pembesaran prosfat
k) Pembengkakan perineal

e. Inkontinensia Urin Fungsional


1) Definisi
Pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan dan tidak
mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat.

2) Penyebab
a) Ketidakmampuan atau penurunan mengenali tanda-
tanda berkemih
b) Penurunan tonus kandung kemih
c) Hambatan mobilisasi
d) Factor psikologis: penurunan perhatian pada tanda-tanda
keinginan berkemih (depresi, bingung, delirium)
e) Hambatan lingkungan (toilet jauh, tempat tidur terlalu
tinggi, lingkungan baru)
f) Kehilangan sensorik dan motoric (pada geriatric)
g) Gangguan penglihatan

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Mengompol sebelum (tidak tersedia)
mencapai atau selama
usaha mencapai toilet

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
a) Mengompol di waktu (tidak tersedia)
pagi hari
b) Mampu mengosongkan
kandung kemih lengkap

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Cedera kepala
b) Neuropati alkoholik
c) Penyakit Parkinson
d) Penyakit dimielinisasi
e) Sclerosis multiple
f) Stroke
g) Demensia progresif
h) Depresi

f. Inkontinensia Urin Refleks


1) Definisi
Pengeluaran urin yang tidak terkendali pada saat volume
kandung kemih tertentu tercapai.

2) Penyebab
a) Kerusakan konduksi impuls di atas arkus refleks
b) Kerusakan jaringan (mis. Terapi radiasi)

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Tidak mengalami a) Volume residu urin
sensasi berkemih meningkat
b) Dribbling
c) Sering buang air kecil
d) Hesitancy
e) Nokturia
f) Enuresis

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis
b) Cystitis
c) Pembedahan pelvis
d) Sklerosis multiple
e) Kanker kandung kemih atau pelvis
f) Penyakit Parkinson
g) Demensia

g. Inkontinensia Urin Stres


1) Definisi
Kebocoran urin mendadak dan tidak dapat dikendalikan
karena aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdominal.

2) Penyebab
a) Kelemahan intrinsic spingter uretra
b) Perubahan degenerasi/non degenerasi otot pelvis
c) Kekurangan estrogen
d) Peningkatan tekanan intraabdomen
e) Kelemahan otot pelvis

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Mengeluh keluar urin (tidak tersedia)
<50ml saat tekanan
abdominal meningkat
(mis. Saat berdiri, bersin,
tertawa, berlari, ata
mengangkat benda
berat)

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
a) Pengeluaran urin tidak a) Overdistensi abdomen
tuntas
b) Urgensi miksi
c) Frekuensi berkemih
meningkat

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Obesitas
b) Kehamilan/melahirkan
c) Menopose
d) Infeksi saluran kemih
e) Operasi abdomen
f) Operasi prosfat
g) Penyakit Alzheimer
h) Cedera medulla spinalis

h. Inkontinensia Urin Urgensi


1) Definisi
Keluarnya urin tidak terkendali sesaat setelah keinginan
yang kuat untuk berkemih (kebelet).

2) Penyebab
a) Iritasi reseptor kontraksi kandung kemih
b) Penurunan kapasitas kandung kemih
c) Hiperaktivitas detrusor dengan kerusakan kontraktilitas
kandung kemih
d) Efek agen farmakologis (mis. Deuretik)

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Keinginan berkemih yan (tidak tersedia)
kuat disertai dengan
inkontinensia
4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Riwayat penyakit peradangan pelvis dan/atau vagina
b) Riwayat penggunaan kateter urin
c) Infeksi kandung kemih dan/atau uretra
d) Gangguan neurogenic/tumor/infeksi
e) Penyakit Parkinson
f) Neuropati diabetikum
g) Operasi abdomen

i. Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin


1) Definisi
Pola fungsi system perkemihan yang cukup untuk memenuhi
kebutuahan eliminasi yang dapat ditingkatkan.

2) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Mengungkapkan a) Jumlah urin normal
keinginan untuk b) Karakteristik urin
meningkatkan eliminasi normal
urin

3) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a) Asupan cairan cukup

4) Kondisi Klinis Terkait


a) Cedera medulla spinalis
b) Sclerosis multiple
c) Kehamilan
d) Trauma pelvis
e) Pembedahan abdomen
f) Penyakit posfat

j. Konstipasi
1) Definisi
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran fases
sulit dan tidak tuntas serta fases kering dan banyak.

2) Penyebab
Fisiologis :
a) Penurunan motilitas gastrointestinal
b) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
c) Ketidakcukupan diet
d) Ketidakcukupan asupan serat
e) Ketidakcukupan asupan cairan
f) Aganglionik (mis. Penyakit Hircsprung)
g) Kelemahan otot abdomen
Psikologis :
a) Konfusi
b) Depresi
c) Gangguan emosional
Situasional :
a) Perubahan kebiasaan makan (mis. Jenis makanan,
jadwal makan)
b) Ketidakadekuatan fisik harian kurang dari yang dianjuran
c) Penyalahgunaan laksatif
d) Efek agen farmakologis
e) Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
f) Kebiasaan menahan dorongan defekasi
g) Peubahan lingkungan

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Defekasi kurang dari 2 kali a) Fases keras
seminggu b) Peristaltic usus menurun
b) Pengeluaran fases lama
dan sulit

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
a) Mengejan saat defekasi a) Distensi abdomen
b) Kelemahan umum
c) Teraba massa pada
rektal

5) Kondisi Klinis Terkait


a) Lesi/cedera pada medula spinalis
b) Spina bifida
c) Stroke
d) Sclerosis multiple
e) Penyakit parkinson
f) Demensia
g) Hiperparatiroidisme
h) Hipoparatiroidisme
i) Ketidakseimbangan elektrolit
j) Hemoroid
k) Obesitas
l) Pasca operasi obstruksi bowel
m) Kehamilan
n) Pembesaran prostat
o) Abses rektal
p) Fisura anorektal
q) Prolapse rektal
r) Ulkus rektal
s) Rektokel
t) Tumor
u) Penyakit hircsprung
v) Impaksi fases

k. Retensi Urin
1) Definisi
Pengososngan kandung kemih yang tidak lengkap

2) Penyebab
a) Peningkatan tekanan uretra
b) Kerusakan arkus refleks
c) Blok spingter
d) Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf)
e) Efek agen farmakologis (mis. Atropine, belladonna,
psikotropik, antihistamin, opiate)

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
a) Sensasi penuh pada a) Disuria/anuria
kandung kemih b) Distensi kandung kemih

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
a) Dribbling a) Inkontinensia berlebih
b) Residu urin 150 ml atau
lebih
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Benigna prostat hyperplasia
b) Pembengkakan perineal
c) Cedera medulla spinalis
d) Rektokel
e) Tumor di saluran kemih

l. Resiko Inkontinensia Urin Urgensi


1) Definisi
Berisiko mengalami pengeluaran urin yang tidak tekendali

2) Faktor Resiko
a) Efek samping obat, kopi, dan alcohol
b) Hiperrefleks destrussor
c) Gangguan system saraf pusat
d) Kerusakan kontraksi kandung kemih: relaksasi spingter
tidak terkendali
e) Ketidakefektifan kebiasaan berkemih
f) Kapasitas kandung kemil kecil

3) Kondisi Klinis Terkait


a) Infeksi/tumor/batu saluran kemih dan/ atau ginjal
b) Gangguan system saraf pusat

m. Resiko Konstipasi
1) Definisi
Berisiko mengalami penurunan frekuensi normal defekasi
disertai kesulitan dan pengeluaran fases tidak lengkap.
2) Factor Resiko
Fisiologis
a) Penurunan motilitas gastrointestinal
b) Pertumbuhan gigi tidak adekuet
c) Ketidakcukupan asupan serat
d) Ketidakcukupan asupan cairan
e) Ganglionic (mis. Penyakit Hircsprung)
f) Kelemahan otot abdomen
Psikologis
a) Konfusi
b) Depresi
c) Gangguan emosional
Situasional
a) Perubahan kebiasaan makan (mis. Jenis makanan,
jadwal makan)
b) Ketidakadekuatan toileting
c) Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
d) Penyalahgunaan laksatif
e) Efek agen farmakologis
f) Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
g) Kebiasaan menahan dorongan defekasi
h) Perubahan lingkungan

3) Kondisi Klinis Terkait


a) Lesi/cedera pada medulla spinalis
b) Spina bifida
c) Stroke
d) Sclerosis multiple
e) Penyakit parkinson
f) Demensia
g) Hiperparatiroidisme
h) Hipoparatiroidisme
3. Intervensi Keperawatan[CITATION PPN18 \l 1033 ]
a. Gangguan Eliminasi Urine
1) Manajemen eliminasi urine :
a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia
urine
b) Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
c) Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
d) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
e) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
f) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
g) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
h) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/
berkemih
i) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
j) Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
k) Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu

b. Inkontinensia Fekal
1) Latihan Eliminasi Fekal
a) Monitor peristaltic usus secara teratur
b) Anjurkan waktu yang konsisten untuk buang air besar
c) Berikan, privasi, kenyamanan dan posisi yang
meningkatkan proses defekasi
d) Ubah program latihan eliminasi fekal, jika perlu
e) Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu, sesuai
program atau hasil konsultasi
f) Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan
g) Anjurkan olahaga sesuai toleransi

c. Inkontinensia Urin Berlanjut


1) Kateterisasi Urine
a) Peiksa kondisi pasien (mis. Kesadaran, tanda-tanda vital,
daerah perineal, distensi kandung kemih, inkontinensia
urine, refleks berkemih)
b) Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruang tindakan
c) Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan
dorsal recumbent (untuk wanita) dan supinasi (untuk laki-
laki)
d) Pasang sarung tangan
e) Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan
NaCl atau aquades
f) Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip
aseptic
g) Sambungkan kateter urin dengan urine bag
h) Isi balon dengan NaCl 0.9% sesuai anjuran pabrik
i) Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha
j) Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari
kandung kemih
k) Berikan label waktu pemasangan
l) Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine

d. Inkontinensia Urin Berlebih


1) Perawatan Inkontinensia Urine
a) Identifikasi penyebab inkontinensia urine
b) Identifikasi perasaan dan persepsi pasien terhadap
inkontinensia urine yang dialaminya
c) Monitor kebiasaan BAK
d) Bersihkan genital dan kulit sekitar secara rutin
e) Berikan pujian atas keberhasilan mencegah inkontinensia
f) Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine lengkap
atau kultur
g) Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2-3 jam menjelang
tidur
h) Ajarkan memantau cairan keluar dan amsuk serta pola
elliminasi urine
i) Anjurkan konsumsi buah dan sayur untuk menghindari
konstipasi

e. Inkontinensia Urin Fungsional


1) Latihan Berkemih
a) Periksa kembali penyebab gangguan berkemih
b) Monitor pola dan kemampuan berkemih
c) Hindari penggunaan kateter indwelling
d) Siapkan area toilet yang aman
e) Sediakan peralatan yang dibutuhkan dekat dan mudah
dijangkau
f) Jelaskan arah-arah menuju kamar mandi/toilet pada
pasien dengan gangguan penglihatan
g) Anjurkan intake cairan adekuat untuk mendukun output
urine
h) Anjurkan eliminasi normal dengan beraktivitas dan
olahraga sesuai kemampuan

f. Inkontinensia Urin Refleks


1) Perawatan Inkontinensia Urin
a) Identifikasi penyebab inkontinensia urine
b) Monitor kebiasaan BAK
c) Bersihkan genetalia dan kulit secara rutin
d) Buat jadwal konsumsi obat-obat deuritik
e) Anjurkan minum minimal 1500 cc/hari, jika tidak
kontraindikasi
f) Anjurkan menghindari kopi, minuman bersoda, the dan
cokelat
g) Anjurkan konsumsi buah dan sayur untuk menghindari
konstipasi

g. Inkontinensia Urin Stres


1) Latihan Otot Panggul
a) Monitor pengeluaran urine
b) Berikan reinforcement positif selama melakukan latihan
dengan benar
c) Anjurkan berbaring
d) Anjurkan tidak mengkontraksikan perut, kaki dan bokong
saat melakukan latihan otot panggul
e) Anjurkan menambah durasi kontraksi-relaksasi 10 detik
dengan siklus 10-20 kali, dilakukan 3-4 kali sehari
f) Ajarkan mengkontraksikan sekitar otot uretra dan anus
seperti menahan BAB/BAK selama 5 detik kemudian
dikendurkan dan direlaksasikan dengan siklus 10 kali
g) Ajarkan mengevaluasi latihan yang dilakukan dengan
cara menghentikan urin sesaat saat BAK, seminggu
sekali
h) Kolaborasi rehabilitas medic untuk mengukur kekuatan
kontraksi otot dasar panggul, jika perlu

h. Inkontinensia Urin Urgensi


1) Latihan berkemih
a) Periksa kembali penyebab gangguan berkemih
b) Monitor pola dan kemampuan berkemih
c) Hindari penggunaan kateter indwelling
d) Siapkan area toilet yang aman
e) Sediakan peralatan yang dibutuhkan dekat dan mudah
dijangkau
f) Anjurkan intake cairan adekuat untuk mendukun output
urine
g) Anjurkan eliminasi normal dengan beraktivitas dan
olahraga sesuai kemampuan

i. Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin


1) Manajemen eliminasi urin
a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkotinensia
urine
b) Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
c) Monitor eliminasi urine Monitor eliminasi urine (mis.
Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
d) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
e) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
f) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
g) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi

j. Konstipasi
1) Manajemen konstipasi
a) Periksa tanda dan gejala konstipasi
b) Periksa pegerakan usus, karakteristik fases
c) Identifikasi factor resiko konstipasi
d) Monitor tandan dan gejala ruptus usus dan/atau
peritonitis
e) Anjurkan diet tinggi serat
f) Lakukan masase abdomen, jika perlu
g) Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
h) Latih buang air besar secara teratur
i) Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi

k. Retensi Urin
1) Kateterisasi Urine
a) Peiksa kondisi pasien (mis. Kesadaran, tanda-tanda vital,
daerah perineal, distensi kandung kemih, inkontinensia
urine, refleks berkemih)
b) Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruang tindakan
c) Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan
dorsal recumbent (untuk wanita) dan supinasi (untuk laki-
laki)
d) Pasang sarung tangan
e) Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan
NaCl atau aquades
f) Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip
aseptic
g) Sambungkan kateter urin dengan urine bag
h) Isi balon dengan NaCl 0.9% sesuai anjuran pabrik
i) Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha
j) Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari
kandung kemih
k) Berikan label waktu pemasangan
l) Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine

l. Resiko Inkontinensia Urin Urgensi


1) Manajemen Eliminasi Urin
a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkotinensia
urine
b) Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
c) Monitor eliminasi urine Monitor eliminasi urine (mis.
Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
d) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
e) Ambil sample urine tengah (midstream) atau kultur
f) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
g) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
h) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi

m. Resiko Kontipasi
1) Pencegahan Konstipasi
a) Identifikasi factor resiko konstipasi
b) Monitor tanda dan gejala konstipasi
c) Identifikasi status kognitif untuk mengkomunikasikan
kebutuhan
d) Batasi minuman yang mengandung kafein dan alcohol
e) Jadwalkan rutinitas BAK
f) Jelaskan penyebab dan factor resiko konstipasi
g) Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan
(1500-2000 mL/hari)
h) Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat (25-30
gr/hari)
i) Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik sesuai kebutuhan

4. Implementasi/Pelaksanaan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakaukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yan dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
menggambarkan kiteria hasil yang diharapkan. (Perry Peter, 2006)
Menurut (Effendi, 2013) implamentasi adalah pengolahan daan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perkembangan dan tahap perencanaan (intervensi) jenis
tindakan pada implementasi ini tediri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan oleh kolaborasi atau tindakan rujakan atau
ketergantungan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi kriteria dan hasil yang diterapkan untuk dilihat kabar
hailnya, bila hasil evaluasi tidak berhasil, perlu disusun rencana
keperawatan yang baru, perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi
perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga
sehingga perlu pula peerencanaan waktu yang sesuai dengan
kesediaan keluarga. (Supijinto, 2004)
Tahap evaluasi mnentukan kemajuan pasien yang untuk
pencapaian hasil diinginkan dan respon pasien terhadap keaktifan
intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana keperawatan
jika diperlukan. (Nugroho Taufan, 2011)
Tahap akhir dari proses keperawatan mengevaluasi
kemampuan pasien kearah pencapaian hasil dimana dalam
evaluasi menggunakan istilah SOAP. (Nugroho Taufan, 2011)
S (Subjektif) : data subjektif berisi dari pasien melalui
anamnesis (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung.
O (Objektif) : data objektif, data dari observasi melalui
pmriksaan fisik
A (Assesment) : analisa dan interpretasi berdasarkan data yang
terkumpul kemudian dibuat kesimpulannya yang
meliputi diagnose antisipasi diagnose atau
masalah potensial serta perlu tidaknya digunakan
dilakukan tindakan segera.
P (Planning) : perencanaan merupakan tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi
diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk
tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, S. M. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indakator


Dignostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Uliyah, A. A. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Wartonah, T. d. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan proses keperawatan. Jakarta


Selatan: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai