Anda di halaman 1dari 6

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

3.1.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

T1 = 28 oC = 301 K

T2 = 50 oC = 323 K

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Tetapan Kalorimeter


t (menit) T (oC) T (K)

0,5 40 313

1,0 38 311

1,5 37 310

2,0 37 310

2,5 36 309

3,0 36 309

3,5 35 308

4,0 35 308

4,5 35 308

5,0 35 308

3.1.2 Penentuan Kalor Penetralan

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kalor Penetralan


t (menit) T (oC) T (K)

0,5 32 305

1,0 32 305

1,5 30 303
2,0 30 303

2,5 30 303

3,0 29 302

3,5 29 302

4,0 29 302

4,5 29 302

5,0 29 302

THCl = 29 oC = 302 K

TNaOH = 29 oC = 302 K

Vtotal = 100 mL

3.2 Perhitungan

3.2.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

T 1+T 2−2.Ta
W = Vair x ρair x CH2O
Ta−T 1

Dimana =

W = tetapan kalorimeter (J/K)

V = volume (mL)

ρair = massa jenis air (g/mL)

CH2O = kapasitas kalor air (4,2 J/K.g)

Ta = suhu akhir sistem

T1 = suhu akuades kondisi termal

T2 = suhu akuades yang dipanaskan

( 301 K +323 K )−2. xxx K


W = 100 mL x 1 g/mL x 4,2 J/K.g
xxx K−301 K

624 K−xxx K
= 420 J/K
xxx K
−xxx K
= 420 J/K
xxx K

= 420 J/K.(-xxxxx)

= -xxxxx J/K

Jadi, nilai tetapan kalorimeter adalah -xxxxx J/K.

3.2.2 Penentuan Kalor Penetralan

1000
ΔHT = -( CH2O x mNaCl x W) (T’-T)
VxM

Dimana =

ΔHT = kalor penetralan (J/mol)

m = massa larutan (g)

M = konsentrasi larutan (M)

V = volume larutan (mL)

T’ = suhu akhir larutan (K)

T = suhu larutan pada keadaan termal (K)

mNaCl = M x VNaCl x MrNaCl

= 1 mol/L x 0,1 L x 58,5 g/mol

= 5,85 gter

1000
ΔHT = - (4,2 J/K.g x 5,85 g + (-xxxx J/K )) (xxxx K – 302 K)
0 , 05 mL x 1 mol/ L

1000
= -24,57 J/K – xxxxx J/K (xxxx K)
0 , 05 mL x 1 mol/ L

= -xxxxx J/K (xxxxxK) 20000 mol-1

= -xxxxx J. 20000 mol-1

= -xxxxx J/mol

= -xxxxxx kJ/mol

Jadi, nilai kalor penetralan yaitu -5674,2 kJ/mol.


3.3 Grafik

3.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan tetapan kalorimeter menggunakan alat

kalorimeter sederhana yang disusun sendiri. Alat kalorimeter terdiri dari wadah kaca dan

penutupnya serta dilengkapi dengan termometer sebagai pengukur suhu dan pengaduk lingkar

untuk mengaduk larutan agar menjadi homogen. Penutup kalorimeter berfungsi untuk

mencegah terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan. Gelas kimia dimasukkan ke dalam

wadah kaca sebagai tempat mereaksikan larutan. Bagian bawah gelas kimia, diisi dengan

gabus dan bahan isolasi yang berfungsi untuk menyangga gelas kimia dan juga

memperlambat pertukaran kalor dengan lingkungan.

Percobaan penentuan tetapan kalorimeter menggunakan akuades sebagai bahan

utama, diutama akuades diberikan dua perlakuan yaitu akuades yang dimasukkan ke dalam

kalorimeter sebanyak 100 mL dibiarkan hingga mencapai kesetimbangan termal, dan

sebanyak 100 mL dipanaskan hingga suhunya mencapai 50oC. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui suhu campuran dari kedua air tersebut, sehingga dapat menentukan tetapan

kalorimeter. Air yang berada di dalam kalorimeter mengalami perubahan suhu ketika

dicampurkan dengan air yang sudah dipanaskan. Perubahan suhu ini diukur tiap 30 detik

selama 5 menit dan 30 detik pertama suhu kalorimeter mencapai 40oC. Hal ini terjadi karena
adanya tabrakan antara molekul-molekul air yang memiliki suhu yang berbeda. Setelah

pencampuran, air yang memiliki kalor lebih tinggi akan melepaskan kalor ke air yang

suhunya lebih rendah. Data yang telah diperoleh, dibuatkan grafik suhu terhadap waktu

sehingga diperoleh nilai suhu akhir (Ta) yaitu –K. Diketahui nilai Ta tersebut sehingga dapat

dihitung tetapan kalorimeter yaitu sebesar - J/K. Berdasarkan tetapan kalorimeter yang

bernilai negatif, maka dapat diketahui bahwa reaksi bersifat eksoterm. Hal ini tidak sesuai

dengan teori, yaitu seharusnya reaksi bersifat endoterm karena. Karena akuades yang berada

di dalam gelas kimia akan menyerap kalor dari lingkungan yaitu akuades dengan suhu 50 oC.

Kesalahan yang terjadi disebabkan beberapa hal yaitu alat yang digunakan ketelitiannya tidak

sesuai dan juga adanya human error.

3.3.2 Penentuan Kalor Penetralan

Percobaan penentuan kalor penetralan dilakukan dengan menggunakan larutan HCl

dan larutan NaOH yang memiliki suhu dan konsentrasi yang sama agar dapat terjadi reaksi

penetralan yang sempurna. Sebelum dicampurkan di dalam kalorimeter terlebih dahulu suhu

kedua larutan HCl yang sudah ada dalam kalorimeter. Hal ini dilakukan agar terjadi

kesetimbangan antara larutan asam dan basa sehingga terjadi reaksi netralisasi. Hal ini

dibuktikan dengan penambahan indikator metil jingga. Metil jingga memberikan memberikan

warna masing-masing dalam larutan yang suasananya asam, netral dan basa berlutut-lutut

adalah merah orange dan kuning. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, warna yang

ditunjukkan setelah campuran ditambahkan indikator metil jingga adalah warna kuning

sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan dalam keadaan basa dengan pH > 4,4 yang berarti

bahwa larutan ini mendekati netral.

Percobaan ini dilakukan dengan hal yang sama seperti pada penentuan tetapan

kalorimeter yaitu mengukur suhu larutan setiap 30 detik selama 5 menit. Hasil yang

didapatkan menunjukkan bahwa pada 30 detik pertama suhu larutan 32 oC dan setelah 5 menit
suhunya turun menjadi 29oC. Berdasarkan data tersebut kemudian dibuat grafik sehingga

didapat suhu akhir (T’) yaitu –K. Nilai T’ yang didapatkan kemudian digunakan untuk

menghitung kalor penetralan dan hasilnya yaitu –kJ/mol. Hal ini menunjukkan reaksi bersifat

eksoterm. Hal ini sesuai dengan teori, dimana reaksi bersifat eksoterm karena sistem (HCl)

melepaskan panasnya ke lingkungan (NaOH).

Anda mungkin juga menyukai