Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal abad ke-21 sekarang ini, ilmu kimia mengalami masa-masa

paling berpendar semenjak perintisannya di paruh sejak abad ke-19. hasil

penemuan baru dari berbagai penelitian dan eksperimen dapat kita nikmati dalam

berbagai produk yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Susunan

periodik sangat dikenal sebagai deretan unsur yang disusun menurut urutan nomor

atom menjadi pedoman dalam penyelesaian pelajaran kimia dan yang terkait,

seperti mengetahui wujud zat, nomor atom, nomor massa, kecenderungan antar

unsure, dan masih banyak lagi. Di dalam periodik unsur terdapat unsur-unsur

yang dibagi menjadi beberapa golongan dan periodik. Golongan dalam susunan

periodik dituliskan dalam bentuk kolom-kolom. Periodik dalam susunan periodik

dituliskan dalam bentuk baris, unsur yang mempunyai sifat yang sama diletakkan

dalam satu golongan.

Didalam susunan ini akan kita temukan nama-nama unsur disertai dengan

simbol, jari-jari, nomor atom, dan nomor massanya. Saat ini, jumlah unsur yang

terdapat dalam susunan periodik adalah 108 unsur, jumlah unsur ini masih dapat

berubah, jika ada unsur baru yang di temukan lagi sesuai dengan perkembangan

teknologi. Oleh karena itu, praktikum ini dimaksudkan untuk menambah

pengetahuan praktikan tentang unsur-unsur kimia, terutama golongan alkali (IA)

dan golongan alkali tanah (II), yang sebenarnya sering terjadi dalam kehidupan

sehari-hari serta tingkat asam dan basanya. Untuk itu, kita perlu melakukan

praktikum tentang teori tersebut untuk membuktikannya.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah percobaan ini, yaitu:

1. Bagaimana reaktifitas unsur logam alkali dan alkali tanah?

2. Bagaimana kelarutan logam alkali dan alkali tanah dalam garam sulfat?

3. Bagaimana kelarutan logam alkali dan alkali tanah dalam garam hidroksida?

3.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu:

1. Mengetahui reaktifitas unsur logam alkali dan alkali tanah.

2. Mengetahui kelarutan logam alkali dan alkali tanah dalam garam sulfat.

3. Mengetahui kelarutan logam alkali dan alkali tanah dalam garam hidroksida.

1.4 Prinsip Percobaan

Pada percobaan ini adalah Mereaksikan logam alkali tanah dengan air

dingin dan dilakukan pemanasan, kemudian diteteskan indikator PP untuk

mengetahui perubahan warnanya. Kemudian, mereaksikan logam alkali tanah

dengan larutan asam sulfat dan natrium hidroksida untuk mengetahui endapan

yang terbentuk.

1.5 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini, yaitu mahasiswa dapat mempelajari sifat unsur

golongan alkali (IA) dan alkali tanah (IIA).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Unsur-unsur didapatkan dalam berbagai wujud dan dapat berupa atom,

ion, serta senyawa. Suatu unsur dapat memiliki beberapa isotop dengan nomor

atom yang sama. Bila unsur-unsur dikelompokkan atas dasar kemiripan sifat, baik

sifat atom maupun senyawanya, dihasilkanlah sistem periodik. Kimia telah

mencapai perkembangan yang sangat cepat dalam usaha memahami sifat semua

unsur. Sistem periodik unsur telah memainkan peran yang sangat penting dalam

penemuan zat baru, serta klasifikasi dan pengaturan hasil akumulasi pengetahuan

kimia. Sistem periodik merupakan tabel terpenting dalam kimia dan memegang

peran kunci dalam perkembangan sains material. Berdasarkan jenis penyusunan

atomiknya senyawa anorganik diklasifikasikan atas senyawa molekular dan

padatan (Saito, 1996).

Unsur-unsur dalam deret lantanida, suatu ketika pernah disebut sebagai

unsur-unsur tanah langka. Beberapa tahun yang lalu, tanaman internasional

(International committee on Nomenclature), menganjurkan pemakaian nama

lantanoid dan aktinoid, tetapi kebanyakan ahli kimi tidak menggunakan nama ini

(Keenan dkk., 1984).

Semua zat di alam ini tersusun atas unsur-unsur. Menurut teori yang saat

ini diterima, hidrogen dan helium dihasilkan pertama sekali sesaat setelah Big

Bang, kira-ira 15 juta tahun lalu. Selanjutnya, unsur-unsur dengan nomor atom

lebih kecil dari 26 (sebelum besi dalam sistem periodik) dibentuk oleh fusi inti

dalam bintang-bintang muda, unsur-unsur yang lebih berat dihasilkan oleh reaksi

inti yang rumit yang menyertai pembentukan dan peluruhan bintang (Saito, 1996).
Lithium dan Na dapat diperoleh dengan elektrolisis garam leburan bertitik

leleh rendah seperti CaCl2 + NaCl. Karena titik lelehnya yang rendah dan mudah

menguap, K, Rb dan Cs tidak dapat dengan mudah dibuat melalui elektrolisis,

namun diperoleh dengan mengolah lelehan dengan uap Na. Logam-logam

dimurnikan dengan distilasi. Lithium, Na, K, dan Rb adalah keperakan tapi Cs

berwarna kuning keemasan. Karena hanya terdapat satu elektron valensi tiap atom

logam, energi ikatan dalam kemasan rapat kisi logam relatif lemah. Aliasi Na-K

dengan 77,2% K mempunyai titik leleh 12,3 o (Cotton dkk., 1989).

Logam-logam bereaksi dengan alkohol menghasilkan oksida, dan Na atau

K dalam C2H5OH atau butanol, umumnya digunakan dalam kimia organik sebagai

zat pereduksi dan sebagai sumber ion nukleofilik OR-. Natrium dan logam-logam

lainnya larut dengan hebat dalam air raksa. Amalgam natrium (Na/Hg) adalah

cairan bila natriumnya sedikit, tetapi berupa padatan bila banyak natriumnya.

Amalgam ini merupakan zat pereduksi yang sangat berguna dan dapat digunakan

untuk larutan akuades (Cotton dkk., 1989).

Struktur kristal logam alkali dan alkali tanah merupakan ketiga struktur

logam yang paling umum. Yaitu kubus berpusat tubuh, kubus berpusat muka, dan

heksagonal kemasan rapat. Beberapa sifat unsur ini yang tak biasa terdapat pada

logam, adalah titik lelehnya yang relatif rendah, rapatannya yang relatif rendah,

dan kelunakannya. Ketiga sifat ini, terutama khas bagi unsur-unsur alkali, salah

satu dari logam ini berupa cairan pada suhu sedikit diatas suhu kamar, dan tiga

diantaranya mempunyai rapatan yang lebih kecil dari pada rapatan air. Semuanya,

dari lithium sampai sesium, dapat mudah diubah bentuknya (deformasi) dengan

memencetnya diantara jempol dan jari telunjuk (dengan melindungi kulit baik-

baik). Unsur-unsur logam alkali tanah agak lebih keras, kekerasannya berkisar
dari barium, yang kira-kira sama kerasnya dengan timbel, sampai berilium, yang

cukup keras untuk menggores kebanyakan logam lainnya. Berilium digunakan

dalam aliase (paduan logam) untuk membuat pegas yang kelenturannya tahan

lama sekali. Magnesium digunakan untuk aliase berbobot ringan, terutama dalam

kapal terbang (Keenan dkk., 1984).

Ciri khas yang paling mencolok dari logam alkali dan alkali tanah, adalah

keaktifannya yang luar biasa besar. Mengapa kebanyakan orang tak kenal baik

logam-logam yang sangat umum, natrium, kalium dan kalsium, adalah karena

logam-logam ini begitu aktif sehingga mereka tak terdapat sebagai unsur, bila

bersentuhan dengan udara atau air. Tak satupun dari unsur-unsur IA dan IIA

terdapat di alam dalam keadaan unsurnya. Semua unsur alkali terdapat dalam

senyawa alam sebagai ion uni positif (positif satu) semua unsur alkali tanah

terdapat sebagai ion dipositif (positif dua) (Keenan dkk., 1984).

Bila konsentrasi logam bertambah, akan terbentuk himpunan ion logam.

Di atas konsentrasi 3 M, larutan-larutan akan berwarna seperti tembaga dengan

kilap logam. Sifat fisik, seperti hantaran listrik yang luar biasa tinggi, mirip

dengan cairan-cairan logamnya (Cotton dkk., 1989).

Sifat metalik (sifat sebagai logam), secara kimia sifat metalik suatu unsur

berkaitan dengan kecenderungannya untuk kehilangan elektron. Sifat metalik

dalam keluarga-keluarga A, cenderung makin bertambah dari atas ke bawah pada

tabel berkala. Pertambahan ini mungkin kurang menyolok dalam golongan alkali

ketimbang dalam golongan-golongan lainnya, sebab bahkan litium sekalipun

bersifat sangat metalik. Dalam sebagian besar reaksi kimia, unsur dari natrium

sampai sesium, berkalukan secara sama. Litium agak berbeda, mungkin karena

ionnya begitu kecil sehingga rapatan muatannya sangat tinggi untuk suatu ion
bermuatan satu. Litium sudah pasti adalah logam, tetapi yang paling kurang

metalik dari unsur-unsur keluarga IA, berdasarkan pada sifatnya sebagai

penyumbang (donor) elektron. Sesium yang paling metalik (Keenan dkk., 1984).

Logam alkali dan alkali tanah adalah zat pereduksi yang sangat kuat,

karena begitu mudah kehilangan elektron. Mereka mudah bergabung dengan

kebanyakan unsur non logam, membentuk senyawa ion seperti halida, hidrida,

oksida, dan sulfida. Karena litium dan logam alkali tanah bereaksi langsung

dengan nitrogen pada suhu tinggi, mereka terus terbakar dalam udara meskipun

semua oksigen yang tersedia sudah habis (Keenan dkk., 1984).

Logam-logam bereaksi langsung dengan sebagian unsur-unsur

mengahsilkan senyawa binner atau aliasi. Sebagian besar diberikan untuk unsur

yang tepat. Yang paling penting adalah oksida, diperoleh dengan pembakaran.

Mereka dengan mudah terhidrolisi oleh air, yaitu (Cotton dkk., 1989):

M2O + H2O 2M+ + 2OH

M2O2 + 2H2O 2M+ + 2OH- + H2O2 (1)

2MO2 + 2H2O O2 + 2M+ + 2OH- + H2O2

Logam alkali tanah bereaksi dahsyat dengan air, kalsium, stronsium, dan

barium bereaksi kurang dahsyat. Dalam hal kalium rubidium, dan sesium, reaksi-

reaksinya begitu cepat dan begitu eksotermik, sehingga hidrogen yang dilepaskan

biasanya segera menyala. Litium bereaksi jauh lebih lambat daripada unsur-unsur

IA lainnya, tetapi masih cukup cepat sehingga reaksi litium air telah diselidiki

untuk dibuktikan sebagai pereaksi pendorong (propelan) untuk torpedo. Dari

unsur-unsur IIA berilium dan magnesium tak bereaksi dengan air, kecuali pada

suhu yang tinggi. Litium serupa magnesium dalam banyak reaksi kimia, dan
berilium serupa aluminium. Hubungan secara diagonal dari kesempatan ini , yang

melibatkan sebuah unsur periode 2 dan 3 (Keenan dkk., 1984).

Mulai dari hidrogen, lebih dari 100 unsur akan terbangun bila elektron

secara bertahap dimasukkan kedalam orbital 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, dan 3d satu

demi satu dari tingkat energi terendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Bila

unsur-unsur dengan sifat yang mirip disusun dalam kolom-kolom, akan terbangun

sistem periodik. Sistem periodik unsur modern didasarkan atas sistem yang

dipublikasikan oleh D. I. Mendeleev tahun 1892, dan berbagai tabel sejak itu telah

diusulkan. Tabel periodik bentuk panjang yang direkomendasikan oleh IUPAC

kini menjadi standar, dan sistem ini memiliki nomor golongan 1 untuk golongan

alkali sampai 18 untuk gas mulia (Saito, 2004).

Senyawa organik adalah senyawa molekular yang mengandung terutama

atom karbon dan hidrogen. Karena kimia anorganik membahas semua senyawa

selain senyawa organik, lingkup kimia anorganik sangat luas. Dalam kimia

anorganik kita harus mempelajari sintesis, struktur, ikatan, reaksi, dan sifat fisika

unsur, senyawa molekular dan senyawa padat dari 103 unsur. Akhir-akhir ini,

struktur senyawa kristalin telah ditentukan dengan cukup mudah dengan

menggunakan analisis struktural kristal tunggal sinar-X, dengan menggunakan

difraktometer otomatis. Kemajuan ini telah menghasilkan perkembangan yang

cepat daerah-daerah baru kimia anorganik yang dulunya tidak terjangkau. Riset

dalam senyawa berdimensi lebih tinggi, seperti senyawa kompleks multi-inti,

senyawa kluster, dan senyawa anorganik padat yang mengandung banyak atom

logam dan ligan yang terikat dengan cara yang rumit, menjadi lebih mudah

dilakukan. Kita harus ingat bahwa dalam kimia anorganik padat komposisi

elemental unsurnya tidak harus bilangan bulat (Saito, 2004).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat Percobaan

3.1.1 Bahan Percobaaan

Bahan-bahan yang digunakandalam percobaan ini antara lain logam Mg

dan Ca, larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, BaCl2 masing-masing 0,5 M, 1 mL H2SO4,

1 mL NaOH dan indikator phenolptalein (PP), tissue, dan akuades.

3.1.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain tabung reaksi,

gelas kimia, cawan penguap, pipet tetes, pinset, penjepit gegep, rak tabung, sikat

tabung, dan pemanas (bunsen dan kaki tiga).

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Reaktifitas Unsur

Menyiapkan 3 buah tabung reaksi yang berisi 2 ml air. Setelah itu Mengisi

tabung reaksi (1) dengan logam Li, tabung reaksi (2) dengan logam Mg, dan

tabung reaksi (3) dengan logam Ca. Lalu diamati reaksi yang terjadi. Dipanaskan

tabung reaksi hingga terjadi reaksi (ditandai adanya gelembung-gelembung gas).

Setelah itu diteteskan indikator PP pada masing-masing tabung dan mencatat

perubahan warnanya.

3.2.2 Kelarutan dalam garam sulfat

Prosedur krerja dalam percobaan kelarutan garam sulfat yatu disiapkan

tabung reaksi sebanyak 4 buah, dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama


dengan MgCl2, tabung reaksi kedua dengan CaCl2, tabung reaksi ketiga dengan

SrCl2, tabung reaksi keempat dengan BaCl2, masing-masing sebanyak 1 mL

dengan konsentrasi larutan 0,5 M. Ditambahkannya 1 mL H2SO40,5 M ke dalam

masing-masing tabung reaksi. Diamati endapan yang terbentuk pada keempat

tabung tersebut.

3.2.3 Kelarutan dalam garam Hidroksida

Prosedur kerja dalam percobaan kelarutan dalam garam hidroksida yaitu

disiapkan tabung reaksi sebanyak 4 buah, dimasukkan ke dalam tabung reaksi

pertama dengan MgCl2, tabung reaksi kedua dengan CaCl2, tabung reaksi ketiga

dengan SrCl2, pada tabung reaksi keempat dengan BaCl2, masing-masing

sebanyak 1 mL dengan konsentrasi larutan 0,5 M. Ditambahkan 1 mL NaOH 0,5

M ke dalam masing-masing tabung reaksi. Diamati endapan yang terbentuk pada

keempat tabung tersebut.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pada logam alkali Na lebih reaktif dari Li. Kemudian pada logam alkali tanah Ca

lebih reaktif dari Mg. Jadi menurut kereaktifannya, Ca>Mg>Na>Li. Kemudian

dari segi pengendapan garam hidroksida yaitu semakin ke bawah semakin kecil

kelarutan yang terjadi yaitu Ca>Mg>Sr>Ba. Selanjutnya dari segi pengendapan

garam sulfat yaitu Mg>Sr>Ba>Ca.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium

Agar kedepannya dapat menyediakan peralatan laboratorium yang lebih

memadai serta memperbaiki fasilitas penunjang laboratorium sehingga praktikum

dapat berjalan lebih baik lagi.

5.2.2 Saran untuk asisten

Agar kedepannya tetap mempertahankan cara mengajarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Saito, T., 1996, Kimia Organik, Iwani Publishing Company, Tokyo.

Keenan, K.W., 1984, Kimia Untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.

Cotton, F.A., Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai