Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LARUTAN ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN


INDIKATOR ALAMI

DISUSUN OLEH:

AMRINA RAHMAYANTI (0034839194)

INTAN PRAHORO (0040632246)

NANDU PUTRAYADI (0031173136)

WIDYA PUTRI (0040635406)

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMA NEGERI 3 MUKOMUKO
BENGKULU
MUKOMUKO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asam dan basa sudah dikenal sejak lama dan disebut dengan
istilah pH (pangkat hidrogen). Larutan asam mempunyai rasa asam
dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan
lain). Sedangkan larutan basa terasa lebih pahit dan bersifat
kaustik (licin seperti bersabun). Indikator pH sangat penting
keberadaannya untuk menunjukkan sifat asam dan basa suatu
larutan. Hingga saat ini sudah banyak ditemui berbagai bentuk
indikator pH dari bahan sintesis. Beberapa jenis indikator pH
diantaranya dalam bentuk larutan dan kertas indikator asam basa.
Namun salah satu bentuk yang praktis dan banyak digunakan
karena relatif lebih awet adalah kertas indikator asam basa yang
sangat dibutuhkan di tingkat sekolah lanjutan sampai dengan
perguruan tinggi.
Indikator alami tersedia dalam 3 bentuk yaitu larutan, kertas dan
serbuk. Indikator alami dalam bentuk larutan memiliki kekurangan,
seperti mudah rusak, tidak dapat disimpan dalam waktu lama dan
tidak praktis karena harus dibuat terlebih dahulu ketika akan
digunakan. Sedangkan indikator alami dalam bentuk serbuk dapat
disimpan dalam waktu yang lama dan tidak mudah rusak.
Berdasarkan penelitian membuat indikator ama basa dalam bentuk
larutan, kertas dan serbuk dari kelopak bunga mawar merah,
kelopak bunga bugenville, kelopak bunga rosella, dan kubis ungu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga bentuk ekstrak
tersebut dapat digunakan sebagai indikator asam basa.
Beberapa jenis tumbuhan lainnya yang dapat digunakan
sebagai indikator asam basa alternatif, contohnya adalah bunga
sepatu, bunga kana, bunga pukul empat, bunga terompet, bunga
pacar air, kunyit, buah naga, bunga nusa indah, kulit manggis,
bunga anggrek, bunga kamboja, bayam merah, kol merah, dan
wortel. Hasil ekstrak beberapa tumbuhan tersebut mengalami
perubahan warna dalam titrasi asam basa, sehingga dapat
digunakan sebagai indikator alami.
Proses identifikasi asam basa pada suatu larutan diperlukan zat
atau senyawa kimia pengikat asam basa. Berasarkan penelitian
yang sudah dilakukan terhadap bunga terompet, bunga sepatu dan
beberapa jenis bunga berwarna lainnya, maka ditemukan zat atau
senyawa kimia yaitu antosianin yang dapat mengidentifikasi asam
maupun basa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa antosianin alami ternyata cenderung berasal dari pigmen
warna merah dan biru-ungu pada suatu tanaman, contohnya Rheo
discolor.
Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan
mengukur pH. pH merupakan suatu parameter yang digunakan
untuk menyatakan tingkat solusi. Larutan asam memiliki pH kurang
dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan pH
netralnya adalah 7. Selain itu, sifat asam basa juga dapat
ditentukan dengan menggunakan indikator warna yang dapat
menunjukkan suatu sifat suatu larutan dengan perubahan warna
yang terjadi. Misalnya lakmus, akan berwarna merah dalam larutan
yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang
bersifat basa.
Dalam kehidupan sehari-hari, senyawa asam dan basa mudah
dapat dengan mudah kita temukan mulai dari makanan, minuman
dan beberapa produk rumah tangga yang mengandung basa.
Contohnya sabun, deterjen, dan pembersih peralatan rumah
tangga. Sedangkan yang mengandung asam adalah cuka, jeruk
nipis, dan lainnya.

Antosianin tergolong pigmen warna yang disebut flavonoid.


Senyawa golongan flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat
diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar pula. Beberapa
pelarut yang bersifat polar antara lain aquades dan beberapa
pelarut organik lain seperti alkohol yang bisa digunakan dalam
ekstraksi antosianin.

Keadaan yang semakin asam pada saat ekstraksi apalagi


mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyak dinding
vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin banyak
yang terestrak.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah:
1. Bagaimana cara membuat indikator asam basa dari bahan
alami?
2. Bagaimana menentukan sifat asam basa suatu zat dengan
menggunakan indikator alami?
3. Bagaimana perubahan warna indikator yang terjadi pada larutan
asam basa?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara membuat indikator asam basa dari
bahan alami.
2. Untuk mengetahui sifat asam basa suatu zat dengan
menggunakan indikator alami.
3. Untuk mengetahui perubahan warna indikator yang terjadi pada
larutan asam basa.

D. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah pada praktikum ini adalah:
1. Asam basa
2. Teori asam basa
3. Indikator alami dan indikator buatan
4. pH
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. ASAM DAN BASA


1. Asam
Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik,
misalnya memiliki rasa asam, dapat merusak permukaan logam
juga lantai marmer atau bisa disebut korosif. Kata asam berasal
dari kata latin yakni acetum yang berarti cuka. Dalam definisi
modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberikan proton
kepada zat lain yang disebut basa (Fessenden, 1999).

Terdapat banyak zat-zat bersifat asam seperti asam klorida


dalam getah pencernaan dilambung, asam asetat sebagai asam
penyusun dalam cuka, asam karbonat yang memberikan rasa
segar dalam minuman berkarbonat, asam sitrat yang dikandung
dalam berbagai jeruk dan asam sulfat yang digunakan dalam
baterai atau aki mobil (Fessenden, 1999).

Ciri-ciri asam diantaranya rasanya asam, dapat mengbah


warna kertas lakmus biru menjadi merah, mempunyai pH
(derajat keasaman) kurang dari 7, dengan logam tertentu dapat
menghasilkan gas hidrogen dan bersifat korosif atau merusak
benda-benda yang dikenainya (Keenan, 1999).

2. Basa
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium
ketika dilarutkan dalam air. Kata basa (alkali) berasal dari
bahasa arab alqali yang berarti abu karena memiliki sifat yang
sama dengan abu. Basa merupakan zat yang memiliki sifat-sifat
yang spesifik seperti lilin (Coles, 1996).

Basa biasanya digunakan dalam pembuatan sabun.


Berbagai
Zat yang digolongkan ke dalam basa yaitu, soda kue, air kapur,
air sabun, air abu, dan pemutih pakaian. Basa dalam abu gosok
dapat bereaksi dengan kotoran berupa lemak atau minyak
sehingga sering digunakan untuk mencuci piring (Petrucci,
1992).

Basa memiliki ciri-ciri seperti pahit dan licin, mempunyai ph


lebih dari 7, mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat
menghantarkan listrik (termasuk larutan elektrolit), dapat
menetralkan asam dan bersifat kaustik atau dapat merusak kulit
(keenan, 1999).

B. TEORI ASAM BASA


1. Teori Asam Basa Arrhenius
Pengertian asam basa mula-mula dikemukakan oleh
Arrhenius pada tahun 1887. Menurut Arrhenius, asam
didefinisikan sebagai suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air
akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion hidrogen (H +)
sebagai satu-satunya ion positif. Basa didefinisikan zat yang bila
dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dengan
membentukion-ion hidroksil (OH-) sebagai satu-satunya ion
negatif (Utami, 2009).
Contoh:
- Reaksi ionisasi asam
−¿ ¿
+¿+Cl ¿
HCl ( aq ) → H
- Reaksi ionisasi basa
−¿¿
+ ¿+ OH ¿
NaOH ( aq ) → Na

2. Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry


Teori asam basa yang dikemukakan Arrhenius ternyata
memiliki keterbatasan, yakni asam dan basa tidak hanya
terdapat

dalam pelarut air, tetapi juga terdapat dalam pelarut bukan air.
Fakta-fakta tesebut mendorong J.N Bronsted dari Denmark dan
T. Lowry dari Inggris membuat pengertian baru mengenai asam
basa. Bronsted dan Lowry mendefinisikan asam sebagai zat
yang dapat memberikan proton (donor proton), sedangkan basa
adalah zat yang dapat menerima proton (aseptor proton)
(Utami, 2009).
Contoh:
−¿(aq)¿
HCl ( aq )+ H 2 O ↔ H 3 O ( aq ) +Cl

3. Teori Asam Basa Lewis


Teori asam basa yang lebih umum dikemukakan olen GN.
Lewis pada tahun 1923. Teori ini timbul dari kenyataan bahwa
teori Bronsted dan Lowry masih kurang luas jangkauannya.
Sebab pada kenyatannya ada beberapa reaksi asam basa yang
tidak melibatkan proton. Menurut konsep yang diajukan oleh
Lewis , asam didefinisikan sebagai spesi apa saja yang dapat
menerima pasangan electron. Sedangkan basa merupakan
spesi yang dapat memberikan pasangan elektron (Utami, 2009).
Contoh :
NH 3 ( aq ) + BF3 ( aq ) → NH 3 BF 3

C. INDIKATOR ALAMI DAN INDIKATOR BUATAN


1. Indikator Alami
Indikator adalah zat yang dapat memberi tanda (sinyal) yang
biasanya merupakan perubahan warna untuk keadaan tertentu.
Ada banyak zat yang warnanya bergantung pada pH. Zat yang
memberikan perubahan warna untuk asam atau basa ini disebut
indikator asam basa (Yunita, 2015).
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat
berubah warnanya dalam larutan basa, asam, dan netral.
Indikator alam yang biasanya digunakan dilakukan dalam
pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna
mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah,dan
dedaunan (Marwati, 2010).
Perubahan warna indikator bergantung pada jenis
tanamannya , misalnya kembang sepatu merah di dalam
larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa
akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan
berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan
berwarna hijau (Lutfi, 2007).
Hampir semua tumbuhan yang berwarna dapat digunakan
sebagai indikator alam walaupun kadang-kadang warna yang
dihasilkan kurang begitu jelas. Indikator alam ini dapat
diperoleh dengan mengekstraksi senyawa yang berasal dari
tumbuhan penghasil zat warna. Senyawa ini diantaranya
antosianin, betalin, biksin dan brasilin. Indikator alam tidak
tahan dalam bentuk larutannya dan memiliki trayek pH yang
spesifik. Oleh karena itu indikator alam tidak tahan dalam
bentuk larutan, maka ada cara yang lebih baik agar indikator
alam dapat bertahan lama yaitu dengan membuatnya dalam
bentuk kertas pH dan serbuk (Marwati, 2010).
Selain sebagai penentu sifat larutan, indikator alam ini juga
dapat digunakan sebagai indikator universal yaitu untuk
menentukan nilai pH larutan. Komposisi masa daun dan volume
pelarut dapat mempengaruhi trayek pH suatu indicator yang
menyatakan ekstrak zat warna tersebut. Cara pembuatan
indikator universal dari bahan alam adalah dengan merendam
kertas saring ke dalam ekstrak kemudian dikeringkan.
Berdasarkan cara tersebut maka indikator alam dapat dignakan
sebagai indikator universal. Penggunaanya cukup dengan
mencelupkan pada larutan yang akan diuji pH, kemudian
dengan warna standar indikator alam yang telah diketahui
sebelumnya (Mendham, 2014).

2. Indikator Buatan
Indikator adalah zat yang dapat memberi tanda (sinyal) yang
biasanya merupakan perubahan warna untuk keadaan tertentu.
Ada banyak zat yang warnanya bergantung pada pH. Zat yang
memberikan perubahan warna untuk asam atau basa ini disebut
indikator asam basa (Chang, 2003).

Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah


dibuat di laboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh
indikator
Buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah
dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa
kimia sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah
diberikan pada larutan asan maupun basa. Warna kertas
lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan
warna yang dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya
disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes) yang
berwarna biru di dalam kertas lakmus (Haryadi, 1996)

Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lamus


yang berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan
menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkan dalam
udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas
lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru,
karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi
dengan anion (OH-). Kertas lakmus merah dibuat dengan
proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus biru, tetapi
ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warna
menjadi merah (Vogel, 1985).

Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam


akan kembali terjadi. Jika kertas lakmus merah dimasukkan ke
dalam larutan yang bersifat asam, warna akan tetap merah
karena lakmus merah memang merupakan orkein dalam
suasana asam. Sedangkan apabila kertas lakmus merah
ditambahkan dari larutan yang bersifat basa, maka orkein yang
berwarna biru akan kembali terbentuk (Vogel, 1985).

D. pH
1. Teori dasar pH
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan
atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH >
7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai
pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang
digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah
bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah
(Syukri, 1999).

Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa


dapat diukur dengan pH meter yang berkerja berdasarkan
prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. Sistem
pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur
impedansi tinggi. Istilah pH berdasarkan dari “p”, lambing
metematika dari negatif logaritma, dan “H”, lambang kimia dari
unsur Hidrogen (Sutresna, 1996).

pH meter merupakan suatu alat yang berfungsi untuk


menentukan kadarcadangan atau dapat juga disebut sebagai
alat untuk menentukan konsentrasi ionhidrogen dalam
larutan.Pada prinsipnya pengukuran pH meter didasarkan pada
potensial elektro kimia yang terjadi antara solusi yang terdapat
di dalam elektodagelas (kaca membran) yang telah diketahui
dengan solusi yang terdapat diluarelektroda gelas yang tidak
diketahui (Sukardjo, 1985).

pH meter adalah suatu voltmeter elektronik dengan resistors


input yang tinggi.(Resistans input pH-meter yang baik adalah
dalam daerah 1012 – 1013Ω). Baik instrumen yang memakai
katup maupun memakai transistor, banyak yang dipakai. alat
alatini umumnya menggunakan listrik dari jaringan pusat (110
atau 220 V), dan mengandung rangkaian penyedia tenaga
(power supply). Instrument-instrument yang lebih murah
mengandung sebuah pengganda (amplifier) diferensial yang
memasukkan arus searah yang datang dari pengukur, menjadi
arus bolak balik (Nesbah, 2010).

BAB III
METODELOGI

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah :

Ulekan kayu cup plastik pipet tetes

Sendok gelas ukur

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah :
a. Bahan (A)

Kembang sepatu kunyit bugenville ungu

Bunga terompet
b. Bahan (B)

Air jeruk nipis cuka air kapur


Aqua air soda kue air garam

Air sabun ale-ale air gula

B. LANGKAH PERCOBAAN
Adapun langkah percobaan pada praktikum ini adalah :
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Gerus bunga sepatu menggunakan ulekan kayu hingga halus,


lakukan hal yang sama pada kunyit, bugenville, dan bunga
terompet.

3. Masukkan indikator yang sudah halus ke dalam gelas ukur, lalu


menuangkan kurang lebih 150ml air ke dalam gelas ukur.
4. Aduk ekstrak yang telah dicampur air dengan menggunakan
sendok, lalu saring menggunakan saringan .

5. Siapkan cup plastik sebanyak 36 buah yang masing-masing 4


cup cuka, jeruk nipis, ale-alr, air sabun, air kapur, air gula, air
garam, air soda kue, dan aqua.

6. Meneteskan masing-masing ekstrak tersebut ke dalam cup


yang sudah disediakan dengan menggunakan pipet tetes.

7. Menggoyangkan cup dan mengamati perubahan warna yang


terjadi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN

Bahan Warna setelah diuji dengan indikator


yang Kembang Kunyit Bugenville Bunga sifat
diuji sepatu terompet
Air jeruk Merah Kuning Merah Kuning Asam
nipis muda muda muda
Air garam Ungu Kuning Ungu Kuning Netral
Air sabun Hijau Coklat Kuning Jingga Basa
kehitaman
Air kapur Hijau Jingga Kuning Jingga Basa
Cuka Merah Kuning Merah Kuning Asam
Aqua Ungu Kuning Ungu Kuning Netral
Air soda Hijau Jingga Kuning Jingga Basa
kue muda
Air gula Ungu Kuning Ungu Kuning Netral
Ale-ale Merah Merah Merah Merah Asam
kehitaman muda pekat muda

B. PEMBAHASAN
1. Air jeruk nipis
Perubahan warna yang terjadi pada air jeruk nipis saat
ditetesi beberapa indikator alami seperti kembang sepatu,
kunyit, bugenville, dan bunga terompet. Pada saat ditetesi
kembang sepatu dan bugenville air jeruk nipis berubah warna
menjadi merah muda, ditetesi kunyit perubahan warna menjadi
kuning muda, dan ditetesi bunga terompet berubah warna
menjadi kuning. Dilihat dari perubahan warna yang terjadi saat
ditetesi indikator alami, air jeruk nipis memiliki sifat asam karena
bunga sepatu dan bugenville ketika dilarutkan dengan larutan
asam akan menunjukkan gejala dengan berwarna merah
sedangkan dilarutkan dengan larutan basa untuk kembang
sepatu menunjukkan warna hijau sedangkan bugenville
berwarna kuning. Kunyit dan bunga terompet jika dilarutkan
dengan larutan basa akan menunjukkan gejala berwarna jingga
sedangkan saat dilarutkan dengan larutan asam akan
menunjukkan warna kuning.

2. Air garam
Perubahan warna yang terjadi pada air garam saat ditetesi
kembang sepatu dan bugenville berubah warna menjadi ungu
sedangkan ditetesi kunyit dan bunga terompet berubah warna
menjadi kuning. Dilihat dari perubahan warna yang terjadi saat
ditetesi indikator alami, air garam memiliki sifat netral karena
bunga sepatu dan bugenville bila dilarutkan dengan larutan
netral akan menunjukkan gejala berwarna ungu sedangkan
kunyit dan bunga terompet menunjukkan gejala berwarna
kuning atau tidak terjadi perubahan warna.

3. Air sabun
Perubahan warna yang terjadi pada air sabun saat ditetesi
bunga sepatu akan mengalami perubahan warna menjadi hijau.
Pada saat ditetesi bugenville mengalami perubahan warna
menjadi kuning sedangkan saat ditetesi kunyit berwarna coklat
kehitaman dan ditetesi bunga teropet berwarna jingga. Dilihat
dari perubahan warna yang terjadi air sabun memiliki sifat basa
karena bunga sepatu dan bugenville ketika dilarutkan dengan
larutan asam akan menunjukkan gejala dengan berwarna
merah sedangkan dilarutkan dengan larutan basa untuk
kembang sepatu menunjukkan warna hijau sedangkan
bugenville berwarna kuning. Kunyit dan bunga terompet jika
dilarutkan dengan larutan basa akan menunjukkan gejala
berwarna jingga sedangkan saat dilarutkan dengan larutan
asam akan menunjukkan warna kuning.

4. Air kapur
Perubahan warna yang terjadi pada air kapur saat ditetesi
bunga sepatu akan mengalami perubahan warna menjadi hijau.
Pada saat ditetesi bugenville mengalami perubahan warna
menjadi kuning sedangkan saat ditetesi kunyit dan bunga
terompet berubah menjadi jingga. Dilihat dari perubahan warna
yang terjadi, air kapur memiliki sifat basa karena bunga sepatu
dan bugenville ketika dilarutkan dengan larutan asam akan
menunjukkan gejala dengan berwarna merah sedangkan
dilarutkan dengan larutan basa untuk kembang sepatu
menunjukkan warna hijau sedangkan bugenville berwarna
kuning. Kunyit dan bunga terompet jika dilarutkan dengan
larutan basa akan menunjukkan gejala berwarna jingga
sedangkan saat dilarutkan dengan larutan asam akan
menunjukkan warna kuning.

5. Cuka
Perubahan warna yang terjadi pada cuka saat ditetesi
kembang sepatu dan bugenville cuka berubah warna menjadi
merah sedangkan ditetesi kunyit perubahan warna menjadi
kuning. Dilihat dari perubahan warna yang terjadi saat ditetesi
indikator alami, cuka memiliki sifat asam karena bunga sepatu
dan bugenville ketika dilarutkan dengan larutan asam akan
menunjukkan gejala dengan berwarna merah sedangkan
dilarutkan dengan larutan basa untuk kembang sepatu
menunjukkan warna hijau sedangkan bugenville berwarna
kuning. Kunyit dan bunga terompet jika dilarutkan dengan
larutan basa akan menunjukkan gejala berwarna jingga
sedangkan saat dilarutkan dengan larutan asam akan
menunjukkan warna kuning.

6. Aqua
Perubahan warna yang terjadi pada aqua saat ditetesi
kembang sepatu dan bugenville berubah warna menjadi ungu
sedangkan ditetesi kunyit dan bunga terompet berubah warna
menjadi kuning. Dilihat dari perubahan warna yang terjadi saat
ditetesi indikator alami, aqua memiliki sifat netral karena bunga
sepatu dan bugenville bila dilarutkan dengan larutan netral akan
menunjukkan gejala berwarna ungu sedangkan kunyit dan
bunga terompet menunjukkan gejala berwarna kuning atau tidak
terjadi perubahan warna.

7. Air soda kue


Perubahan warna yang terjadi pada air soda kue saat ditetesi
bunga sepatu akan mengalami perubahan warna menjadi hijau.
Pada saat ditetesi bugenville mengalami perubahan warna
menjadi kuning muda sedangkan saat ditetesi kunyit dan bunga
terompet berubah menjadi jingga. Dilihat dari perubahan warna
yang terjadi, air soda kue memiliki sifat basa karena bunga
sepatu dan bugenville ketika dilarutkan dengan larutan asam
akan menunjukkan gejala dengan berwarna merah sedangkan
dilarutkan dengan larutan basa untuk kembang sepatu
menunjukkan warna hijau sedangkan bugenville berwarna
kuning. Kunyit dan bunga terompet jika dilarutkan dengan
larutan basa akan menunjukkan gejala berwarna jingga
sedangkan saat dilarutkan dengan larutan asam akan
menunjukkan warna kuning.

8. Air gula
Perubahan warna yang terjadi pada air gula saat ditetesi
kembang sepatu dan bugenville berubah warna menjadi ungu
sedangkan ditetesi kunyit dan bunga terompet berubah warna
menjadi kuning. Dilihat dari perubahan warna yang terjadi saat
ditetesi indikator alami, air gula memiliki sifat netral karena
bunga sepatu dan bugenville bila dilarutkan dengan larutan
netral akan menunjukkan gejala berwarna ungu sedangkan
kunyit dan bunga terompet menunjukkan gejala berwarna
kuning atau tidak terjadi perubahan warna.

9. Ale-ale
Perubahan warna yang terjadi pada ale-ale saat ditetesi
kembang sepatu berubah warna menjadi merah kehitaman,
ditetesi bugenville berwarna merah pekat sedangkan ditetesi
kunyit perubahan warna menjadi merah muda dan ditetesi
bunga terompet berwarna merah muda. Dilihat dari perubahan
warna yang terjadi , ale-ale memiliki sifat asam karena bunga
sepatu dan bugenville ketika dilarutkan dengan larutan asam
akan menunjukkan gejala dengan berwarna merah sedangkan
dilarutkan dengan larutan basa untuk kembang sepatu
menunjukkan warna hijau sedangkan bugenville berwarna
kuning. Kunyit dan bunga terompet jika dilarutkan dengan
larutan basa akan menunjukkan gejala berwarna jingga
sedangkan saat dilarutkan dengan larutan asam akan
menunjukkan warna kuning.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah:
1. Indikator alami dapat dibuat dengan cara mengambil ekstrak
dari tanaman yang akan dijadikan indikator asam basa yaitu,
kembang sepatu, kunyit, bugenville, dan bunga terompet.
2. Sifat asam basa yang didapat dari bahan yang diuji ketika
ditetesi indikator alami yaitu, air jeruk nipis, cuka,dan ale-ale
memiliki sifat asam sedangkan air kapur, air sabun, dan air soda
kue memiliki sifat basa. Sifat netral terdapat dalam air gula,
aqua,dan air garam. Sifat asam basa dapat dilihat dari
perubahan warna yang terjadi pada setiap bahan yang telah
ditetesi dengan ekstrak bunga sepatu,kunyit, bugenville, dan
bunga terompet.
3. Perubahan warna pada bahan alami terjadi secara signifikan
sehingga cocok untuk dijadikan sebagai indikator asam basa
alami. Perubahan warna indikator yang dimaksud adalah kunyit
yang berubah warna menjadi kuning ketika dicampur dengan
larutan asam, warna jingga ketika dicampur larutan basa dan
tidak mengalami perubahan warna ketika dicampur dengan
larutan netral, bunga kembang sepatu berubah warna menjadi
merah ketika dicampurkan larutan asam dan warna hijau ketika
dicampur dengan larutan basa, bugenville berubah warna
menjadi merah ketika dicampurkan larutan asam dan warna
kuning ketika dicampurkan larutan basa, dan bunga terompet
berwarna kuning ketika dicampurkan degan larutan asam dan
berwarna jingga ketika dicampurkan larutan basa sehingga
perubahan warna yang dihsilkan dari setiap indikator dapat
menetukan sifat asam basa.

B. SARAN
Adapun saran pada praktikum ini adalah :
1. Pembuatan indikator alami sebaiknya dilakukan dengan
menggerus bahan sampai halus kemudian diperas agar
mendapatkan ekstraknya.
2. Untuk mengetahui sifat asam basa sebaiknya meneteskan
indikator alami secukupnya.
3. Agar terjadi perubahan warna dengan sempurna pada saat
mengaduk bahan yg diuji dengan indikator harus benar-benar
tercampur merata.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Coles. 1996. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Rineka Cipta.

Fessenden R. J. 1999. Kimia Organik Jilid 2 dan Edisi Ketiga. Jakarta:


Penerbit Erlangga.
Haryadi, W. 1996. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Keenan, CW. 1999. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta: Erlangga.
Marwati, Siti. 2010. Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai
Indikator Alami pada Titrasi Asam Basa. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Kimia FMIPA UNY.
Mendham. 2004. Kimia untuk SMA. Jakarta: Yudhistira.
Nesbah. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bengkulu: UNIB.
Petrucci, Ralph. 1992. Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga
Sukardjo, Drs. 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta: PT Bina Aksara.
Sutresna. 1996. Kimia Dasar II. Bandung: Gama Exact.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB.
Utami, Budi dan Nugroho. 2009. Kimia Dasar untuk Universitas. Jakarta:
Erlangga.
Vogel. 1985. Kimia Dasar. Bandung: Remaja Karya.

LAMPIRAN
WIDYA PUTRI AMRINA RAHMAYANTI

INTAN PRAHORO NANDU PUTRAYADI

Anda mungkin juga menyukai