1. Asam
Asam itu asal ya dari bahasa latin, yaitu denfan ktaacidus yang artinya
masam. Asam menurut Arrhenius adalah senyawa yang menghasilkan ion
hidrogen ketika larut dalam pelarut air. Kekuatan asam ditentukan oleh
banyak-sedikitnya ion hidrogen yang dihasilkan. Semakin banyak ion H+
yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya.
Reaksi kekanan NH3 berperan sebagai aseptor proton (basa) dan H2O
sebagai donor proton (asam). Sedangkan reaksi ke kiri, ion amonium
(NH4+) dapat mendonorkan protonnya, sehingga berperan sebagai asam,
sering disebut dengan asam konyugasi
Untuk ion hidroksida (OH-) dapat menerima proton dan berperan sebagai
basa dan disebut dengan basa konyugasi.
Reaksi diatas menghasilkan pasangan asam basa konyugasi, yaitu asam 1
dengan basa konyugasinya, dan basa 2 dengan asam konyugasinya. Untuk
lebih jelasnya contoh lain diberikan seperti pada bagan 8.11, dua molekul
NH3 dapat bereaksi, dimana salah satu molekulnya dapat bertindak
sebagai donor proton dan molekul lain bertindak sebagai penerima
proton. Hasil reaksi dua molekul tersebut menghasilkan asam konyugasi
dan basa konyugasi.
Perkembangan selanjutnya adalah konsep asam-basa Lewis, zat
dikatakan sebagai asam karena zat tersebut dapat menerima pasangan
elektron bebas dan sebaliknya dikatakan sebagai basa jika dapat
menyumbangkan pasangan elektron. Konsep asam basa ini sangat
membantu dalam menjelaskan reaksi organik dan reaksi pembentukan
senyawa kompleks yang tidak melibatkan ion hidrogen maupun proton.
Reaksi antara BF3 dengan NH3, dimana molekul NH3 memiliki pasangan
elektron bebas, sedangkan molekul BF3 kekurangan pasangan elektron
(Bagan 8.12).
Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 secara
terpisah mendefinisikan asam-basa sebagai berikut:
Asam adalah donor proton dan sebaliknya basa disebut sebagai aseptor
proton
Kemudian teori ini lebih dikenal sebagai teori asam basa Bronsted-
Lowry sebagai penghargaan bagi mereka berdua. Konsep asam basa
Bronsted-Lowry tidak menentang konsep asam-basa Arrhenius akan
tetapi bisa dikatakan sebagai perluasan dari konsep tersebut.
Ion hidroksida dalam konsep Arrhenius tetap menjadi basa dalam konsep
Bronsted-Lowry disebabkan ion hidroksida dapat menerima H+ (aseptor
proton) untuk membentuk H2O.
Contoh:
HCl dan HNO3 adalah asam Bronsted-Lowry disebabkan kedua spesies ini
mampu memberikan ion H+ (proton H+) kepada air dengan reaksi
sebagai berikut:
HCl(aq) + H2O(l) -> H3O+(aq) + Cl-(aq)
HNO3(aq) + H2O ->H3O+(aq) + NO3-(aq)
NH3 dan ion OH- adalah basa menurut Bronsted-Lowry disebabkan kedua
spesies ini adalah aseptor proton. NH3 dapat bereaksi dengan air untuk
membentuk NH4+ dan OH- dapat bereaksi dengan H+ membentuk air.
NH3(g) + H2O(l) -> NH4+(aq) + OH-(aq)
OH-(aq) + H+(aq) -> H2O(l)
Salah satu keunngulan teori asam-basa Bronsted-Lowry adalah konsep ini
bisa menjelaskan mengenai sifat asam basa reaksi yang reversible.
Contoh jenis reaksi ini adalah reaksi disosiasi asam lemah CH3COOH.
CH3COOH(aq) + H2O H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Sekarang perhatikan reaksi yang hanya berjalan ke kanan
CH3COOH(aq) + H2O(l) -> H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
• CH3COOH adalah asam sebab spesies ini mendonorkan proton pada H2O
• H2O adalah basa sebab spesies ini menerima proton dari CH3COOH
Sedangkan untuk reaksi kebalikkannya
H3O+(aq) + CH3COO-(aq) -> CH3COOH(aq) + H2O(l)
• H3O+ adalah asam sebab spesies ini mendonorkan proton pada CH3COO-
• CH3COO- adalah basa sebab spesies ini menerima proton pada H3O+
Artinya reaksi reversible dari asam lemah diatas memiliki 2 asam dan 2
basa yang saling berpasangan yang kita sebut sebagai pasangan asam
basa konjugasi Bronsted-Lowry.
vhariieyandhiiey