Apa yang
kamu rasakan? Bagaimana kalau obat, sabun dan daun pepaya? Ya, pada air jeruk,
mangga dan cuka kamu akan merasakan kecut/masam. Sedangkan pada sabun, obat dan
pepaya kamu akan merasakan pahit. Orang jaman dulu membedakan antara asam dan
basa hanya dengan menggunakan lidah mereka. Namun seiring berkembangnya zaman
cara ini ditinggalkan, karena berbahaya dan tidak efektif.
Kadar keasaman dan kebasaan suatu zat tergantung pada jumlah ion H+(asam) dan OH-
(basa) yang terdapat dalam zat tersebut dan derajat ionisasi dari zat tersebut. Tingkat
keasaman dan kebasaan suatu zat dinyatakan dengan pH. Pada pembahasan kali ini, kita
akan mempelajari tentang pengertian asam basa. Materi Pengertian Asam Basa ini sangat
diperlukan sebagai landasan pengetahuan untuk memahami materi ilmu kimia berikutnya
yaitu menghitung tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat.
Stevante Arrhenius mengemukakan sebuah teori Asam Basa. Teori ini menyatakan bahwa asam
adalah suatu zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ di mana ion H+ ini
akan menjadi satu-satunya ion positif dalam larutan.
Sedangkan basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan ion
OH-, dan ion OH- ini akan menjadi satu-satunya ion negatif di dalam larutan.
Beberapa reaksi dalam ilmu kimia dilakukan dengan menggunakan pelarut selain air. Misalnya
pelarut alkohol, amoniak, toluena, dan benzena. Saat melarutkan senyawa-senyawa kimia pada
pelarut bukan air tentunya konsep teori Asam Basa Arrhenius tidak dapat digunakan untuk
menentukan zat Asam dan Basa.
J.N Bronstead dan T.N. Lowry mengemukakan teori lain tentang Asam Basa yang disebut dengan
Teori Asam Basa Bronstead Lowry. Menurut teori ini, asam adalah zat pemberi proton (donor
proton) dan basa adalah zat penerima proton (akseptor proton). Dari definisi ini maka suatu
asam akan membentuk konjugat setelah melepaskan proton, dan basa juga akan membentuk
konjugat setelah menerima proton.
Maka dalam teori asam basa konjugasi, dikenal istilah pasangan asam basa atau asam-basa
konjugat
Setelah mengetahui Teori Asam Basa Bronstead Lowry, maka Kita dapat menentukan suatu zat
yang mengandung hidrogen termasuk dalam kelompok zat asam atau basa. Bagaimana dengan
senyawa/zat yang aprotik (tidak mengandung H), bagaimana menentukan sifat asam ataupun
basanya?
Seorang ahli kimia G.N Lewis mengemukakan teori tentang asam basa yang disebut dengan
Teori Asam Basa Lewis. Menurut teori ini basa adalah zat yang memiliki satu atau lebih
pasangan elektron bebas yang dapat diberikan pada zat lain sehingga terbentuk ikatan kovalen
koordinasi, sedangkan asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron bebas
tersebut.
Zat yang termasuk basa menurut teori asam basa Lewis ternyata juga tergolong sebagai
basa menurut teori Bronstead Lowry.
Seperti pengantar yang telah diuraikan pada awal pembahasan, pada zaman dahulu
sebelum dikenalnya teori asam-basa, orang-orang membedakan asam dan basa dengan
cara mencicipinya.
Namun pada saat sekarang, telah dikenal berbagai indikator untuk membedakan asam dan
basa. Selain metodenya yang aman dan praktis indikator juga mampu memberikan hasil
yang lebih relevan.
Kertas Lakmus
Kertas Lakmus
Salah satu indikator yang sering digunakan adalah kertas lakmus. Terdapat dua jenis
kertas lakmus yakni kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah.
Kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru apabila terkena basa, tetapi jika
terkena asam atau zat netral maka tidak akan berubah warna.
Kertas lakmus biru akan berubah warna menjadi merah apabila terkena asam, tetapi jika
terkena basa atau zat netral maka tidak akana berubah warna.
Indikator Universal
Indikator universal
Kertas Lakmus hanya dapat membandingkan suatu zat itu termasuk asam atau basa,
kemudian dikembangkan lagi kertas indikator.
Kertas indikator universal mampu meunjukkan tingkat keasaman dan kebasaan dari suatu
zat.
Dengan membandingkan warna yang diperoleh untuk setiap zat yang diuji dengan kertas
standard yang ada pada indikator universal, Kita dapat menentukan tingkat keasaman dari
suatu zat
Indikator Larutan
Larutan Indikator
Selain kertas lakmus, dan indikator universal, terdapat pula beberapa indikator larutan yang
sering digunakan dalam eksperimen di laboratorium.
Contoh Indikator larutan ini adalah metil merah, metil jingga, bromotimol biru, dan beberapa
larutan lainnya. Indikator ini bekerja sama persis dengan kertas lakmus, larutan ini akan
memberikan perubahan warna jika terkena asam maupun basa.
Larutan Asam Basa Netral
Metil Merah merah kuning kuning
Metil Jingga orange kuning kuning
Bromotimol Biru kuning biru kuning
Fenoftalein (pp) tak berwarna pink tak berwarna
Indikator Alami
Selain indikator yang umum ditemukan di Laboraturium, terdapat beberapa tumbuhan disekitar
kita yang mampu menjadi indikator ketika pH berubah.
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Seperti diketahui, zat
utama dalam cuka adalah asam asetat. Basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu.
Seperti halnya dengan sabun, basa bersifat kaustik (licin), selain itu basa juga bersifat alkali
(bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian). Rasa
pahit merupakan salah satu sifat zat yang bersifat basa.
Kita dapat mengenali asam dan basa dari rasanya. Namun, kita dilarang mengenali asam dan
basa dengan cara mencicipi karena cara tersebut bukan merupakan cara yang aman. Untuk
mengidentifikasi asam dan basa yang baik dan aman dapat dengan menggunakan indikator.
Indikator yaitu suatu bahan yang dapat bereaksi dengan asam, basa, atau garam sehingga akan
menimbulkan perubahan warna.
1. Asam
Asam merupakan salah satu penyusun dari berbagai bahan makanan dan minuman, misalnya
cuka, keju, dan buah-buahan. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air akan
melepaskan ion H+. Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus
kimia asam selalu mengandung atom hidrogen. Ion adalah atom atau sekelompok atom yang
bermuatan listrik. Kation adalah ion yang bermuatan listrik positif. Adapun anion adalah ion yang
bermuatan listrik negatif.
Sifat khas lain dari asam adalah dapat bereaksi dengan berbagai bahan seperti logam, marmer,
dan keramik. Reaksi antara asam dengan logam bersifat korosif. Contohnya, logam besi dapat
bereaksi cepat dengan asam klorida (HCl) membentuk Besi (II) klorida (FeCl2).
Berdasarkan asalnya, asam dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam organik dan asam
anorganik. Asam organik umumnya bersifat asam lemah, korosif, dan banyak terdapat di alam.
Asam anorganik umumnya bersifat asam kuat dan korosif. Karena sifat-sifatnya itulah, maka
asam-asam anorganik banyak digunakan di berbagai kebutuhan manusia.
2.Basa
Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat melepaskan ion
hidroksida (OH-). Oleh karena itu, semua rumus kimia basa umumnya mengandung gugus OH.
Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka untuk memberi nama basa, cukup dengan
menyebut nama logam dan diikuti kata hidroksida.
3. Garam
Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan basa cenderung bereaksi
membentuk zat baru. Bila larutan asam direaksikan dengan larutan basa, maka ion H+ dari asam
akan bereaksi dengan ion OH- dari basa membentuk molekul air.
Ion-ion ini akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam. Bila garam yang
terbentuk ini mudah larut dalam air, maka ion-ionnya akan tetap ada di dalam larutan. Tetapi jika
garam itu sukar larut dalam air, maka ion-ionnya akan bergabung membentuk suatu endapan.
Jadi, reaksi asam dengan basa disebut juga reaksi penggaraman karena membentuk senyawa
garam.
Mari kita simak contoh reaksi pembentukan garam berikut!
Walaupun reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil reaksi (garam) tidak
selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan garam bergantung pada kekuatan asam dan
basa penyusunnya.
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, disebut garam normal,
contohnya NaCl dan KNO3. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam
dan disebut garam asam, contohnya adalah NH4 Cl. Garam yang berasal dari asam lemah dan
basa kuat bersifat basa dan disebut garam basa, contohnya adalah CH3COONa.
Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, H2SO4. Adapun KOH, NaOH,
Ca(OH)2 termasuk basa kuat.
Sebenarnya air murni adalah penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi bila dilarutkan asam,
basa, atau garam ke dalam air maka larutan ini dapat menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang
larut dalam air dan dapat membentuk suatu larutan yang menghantarkan arus listrik dinamakan
larutan elektrolit. Contohnya adalah larutan garam dapur dan larutan asam klorida. Zat yang tidak
menghantarkan arus listrik dinamakan larutan nonelektrolit. Contohnya adalah larutan gula dan
larutan urea.
Untuk mengetahui suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik atau tidak, dapat diuji dengan
alat penguji elektrolit. Alat penguji elektrolit sederhana terdiri dari dua elektroda yang
dihubungkan dengan sumber arus listrik searah dan dilengkapi dengan lampu, serta bejana yang
berisi larutan yang akan diuji. Mari kita lakukan kegiatan berikut untuk mengetahui apakah asam,
basa, dan garam dapat menghantarkan arus listrik.
Banyak sekali larutan di sekitar kita, baik yang bersifat asam, basa, maupun netral. Cara
menentukan sifat asam dan basa larutan secara tepat yaitu menggunakan indikator. Indikator
yang dapat digunakan adalah indikator asam basa. Indikator adalah zat-zat yang menunjukkan
indikasi berbeda dalam larutan asam, basa, dan garam. Cara menentukan senyawa bersifat
asam, basa, atau netral dapat menggunakan kertas lakmus dan larutan indikator atau indikator
alami.
Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan bersifat netral berbeda. Ada
dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari masing-masing kertas
lakmus tersebut adalah sebagai berikut.
a. Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru.
b. Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru.
c. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna.
Indikator Alami
Kekuatan suatu asam atau basa tergantung bagaimana senyawa tersebut dapat diuraikan
menjadi ion-ion dalam air. Peristiwa terurainya suatu zat menjadi ion-ionnya dalam air disebut
ionisasi. Asam atau basa yang terionisasi secara sempurna dalam larutan merupakan asam kuat
atau basa kuat. Sebaliknya asam atau basa yang hanya terionisasi sebagian merupakan asam
lemah atau basa lemah.
Jika ingin mengetahui kekuatan asam dan basa maka dapat dilakukan percobaan sederhana.
Perhatikan nyala lampu saat mengadakan percobaan uji larutan elektrolit. Bila nyala lampu
redup berarti larutan tergolong asam atau basa lemah, sebaliknya apabila nyala lampu terang
berarti larutan tersebut tergolong asam atau basa kuat.
Pada dasarnya derajat/tingkat keasaman suatu larutan (pH = potenz Hydrogen)) bergantung
pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ semakin asam larutan
tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ pada larutan sangat kecil, maka untuk menyederhanakan
penulisan digunakan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan
negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika dinyatakan dengan persamaan
pH = log (H+)
Analog dengan pH, konsentrasi ion OH juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama, yaitu
pOH (Potenz Hydroxide) dinyatakan dengan persamaan berikut.
Jumlah harga pH dan pOH = 14. Misalnya, suatu larutan memiliki pOH = 5, maka harga pH = 14
5 = 9. Harga pH untuk beberapa jenis zat yang dapat kita temukan di lingkungan sehari-hari
dinyatakan dalam Tabel.
Tabel pH
a. Indikator Universal.
Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan
peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan
yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
Indikator Universal
c. Larutan Indikator
Contoh indikator cair lainnya adalah indikator fenolftalin (Phenolphtalein = pp). pH di bawah 8,
fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna merah anggur apabila pH larutan di atas 10.
d. pH Meter
Pengujian sifat larutan asam basa dapat juga menggunakan pH meter. Penggunaan alat ini
dengan cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala
yang menunjukkan pH larutan.
pH meter digital
PH meter elektronik
REFERENSI:
Teguh Sugiyarto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa
adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH. Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+,
sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH. Asam Arrhenius dirumuskan sebagai
HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.
HxZ x H+ + Zx
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam,
sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion
sisa asam. Beberapa contoh asam dapat dilihat pada tabel 5.1.
H2SO4 2 H+ + SO42
Mg(OH)2 Mg+ + 2 OH
H2O(l) H+(aq) +
OH(aq)
Harga tetapan air adalah:
Jadi,
Pada suhu 25 C, Kw
yang didapat dari
percobaan adalah 1,0
1014.
Harga Kw ini tergantung
pada suhu, tetapi untuk
percobaan yang suhunya
tidak terlalu menyimpang jauh dari 25 C, harga Kw itu dapat dianggap tetap.
Harga Kw pada berbagai suhu dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Asam Kuat
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi
berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) H+(aq) + A(aq)
2. Asam Lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam
yang dalam larutannya hanya
sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya.
Reaksi ionisasi asam lemah
merupakan reaksi
kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan
sebagai berikut.
HA(aq) H+(aq) + A(aq)
Kekuatan basa
dipengaruhi oleh
banyaknya ion ion
OH yang dihasilkan
oleh senyawa basa dalam
larutannya.
Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH yang dihasilkan, larutan basa juga
dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Basa Kuat
Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Secara umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x(aq) Mx+(aq) +
x OH(aq)
dengan: x = valensi basa
M = konsentrasi basa
2. Basa Lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya.
Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
Untuk menyatakan
tingkat atau derajat
keasaman suatu larutan,
pada tahun 1910, seorang
ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan yang
sederhana.
Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+.
Bilangan ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 14 dan
ditulis:
Untuk menentukan pH
suatu larutan dapat
dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain
sebagai berikut.
1. Menggunakan Beberapa
Indikator
Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dapat berubah
warna pada rentang harga pH tertentu (James E. Brady, 1990).
Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH
indikator.
Indikator memiliki trayek perubahan warna yang berbeda-beda.
Dengan demikian dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh
daerah irisan pH larutan.
Contoh, suatu larutan dengan brom timol biru (6,0 7,6) berwarna biru dan
dengan fenolftalein (8,310,0) tidak berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,6
8,3.
Hal ini disebabkan jika brom timol biru berwarna biru, berarti pH larutan lebih
besar dari 7,6 dan jika dengan fenolftalein tidak berwarna, berarti pH larutan
kurang dari 8,3.
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan
proton.
Perhatikan contoh
berikut.
asam basa
asam basa
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor proton)
dan sebagai basa (akseptor proton).
Zat seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter).
Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa
Arrhenius karena hal-hal berikut :
1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga
menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat berupa
kation atau anion. Konsep asam-basa ronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam
dari NH4Cl. Dalam NH4Cl, yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam
air dapat melepas proton.
Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang disebut basa
konjugasi dari asam tersebut.
Sedangkan basa yang telah menerima proton menjadi asam konjugasi.
Perhatikan tabel berikut.
Pasangan asam-basa
setelah terjadi serah-
terima proton dinamakan
asam-basa konjugasi.
Basa menurut Lewis adalah zat yang dapat memberikan pasangan electron (donor
pasangan electron).
Lewis mengamati bahwa molekul BF3 juga dapat berperilaku seperti halnya asam (H+)
sewaktu bereaksi dengan NH3. Molekul BF3 dapat menerima sepasang elektron dari
molekul NH3 untuk membentuk ikatan kovalen antara B dan H.
Teori asam basa Lewis lebih luas dibandingkan Arhenius dan Bronsted Lowry , karena :
Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut
air, pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.
Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan transfer
proton (H+), seperti reaksi antara BF3 dan NH3.
Contoh :
Tunjukkan bagaimana reaksi asam basa antara larutan HCl dan NaOH menurut teori
Arhenius dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Lewis
Untuk menjelaskan reaksi ini menggunakan teori Lewis, nyatakan reaksi sebagai reaksi
ion:
H+ + OH H2O(l)
Ikatan kovalen koordinasi antara H dan O yang terbentuk akibat transfer sepasang
elektron dari OH ke H+