Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kimia adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (natural
science) yang berguna untuk memahami apa yang terjadi di lingkungan
sekitar. Slabaugh dan Parson (dalam Effendy, 2002:2) mendefinisikan ilmu
kimia sebagai ilmu tentang sifat-sifat zat, perubahan zat, hukum-hukum dan
prinsip yang menggambarkan perubahan zat, serta konsep-konsep dan teori-
teori yang menafsirkan atau menjelaskan perubahan zat.
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Larutan
terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu larutan asam, basa dan netral. Sifat
asam-basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pH
nya. pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7. Larutan
basa mempunyai pH lebih besar dari 7. Sedangkan larutan netral mempunyai
pH sama dengan 7.
Mempelajari cara menentukan pH dan sifat larutan sangat penting untuk
mengetahui apakah larutan itu bersifat asam ataupun basa. Biasanya cara
yang digunakan untuk menentukan sifat dan pH larutan adalah dengan
menggunakan indikator. Indikator tersebut antara lain kertas lakmus, larutan
fenolftalein, brom timol biru, metil merah, serta metil orange.
Ada beberapa cara yang lazim digunakan manusia dalam mengukur pH
suatu larutan, diantaranya adalah dengan menggunakan indikator universal
atau kertas indikator pH, menggunakan pH meter, menggunakan kertas
lakmus ataupun melalui perhitungan dengan mengetahui konsentrasi suatu
larutan tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui nilai pH berbagai
macam konsentrasi larutan dengan menggunakan alat pengukur pH yang
berbeda.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pH
Tingkat asam atau basa pada umumnya dinyatakan sebagai nilai pH dan
dapat diukur dengan pH meter (Bleam, 2017). Nilai pH memiliki peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari dan perlu dipantau bagi kontrol kualitas
produk farmasi, kosmetik, dan makanan (Schaude et al., 2017). Kondisi pH
pada cairan tubuh perlu dipantau untuk mengetahui tingkat kualitas kesehatan
tubuh (Rios Mera et al., 2017). Kondisi pH sebagai salah satu parameter
kualitas air perlu dimonitor bagi kelangsungan hidup organisme seperti
konsumsi air minum, pemantauan air kolam, air akuarium, atau air pada
kolam budidaya perairan (Zhao et al., 2013).
pH adalah jumlah konsentrasi ion Hidrogen (H+ ) pada larutan yang
menyatakan tingkat keasaman dan kebasaan yang dimiliki. pH merupakan
besaran fisis dan diukur pada skala 0 sampai 14. Bila pH < 7 larutan bersifat
asam, pH > 7 larutan bersifat basa dan pH = 7 larutan bersifat netral.
Pengukuran pH biasanya dilakukan dengan menggunakan pH meter.
(Ngafifuddin dkk., 2017).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Konsep pH pertama
kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark, Soren Peder Lauritz Sorensen
pada tahun 1909. Alat ukur keasaman pada air tersebut digunakan untuk
mengukur kandungan pH atau kadar keasaman pada air mulai dari pH 0
sampai pH 14. Dimana pH normal memiliki nilai 6.5 hingga 7.5 sementara
bila nilai pH < 6.5 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat asam sedangkan
nilai pH > 7.5 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa. pH 0
menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
kebasaan tertinggi (Azmi dkk., 2016).
Menurut Santoso (2008), derajat keasaman dapat dirumuskan sebagai
berikut, pH = -log [H+]. Sedangkan derajat kekuatan basa dapat dirumuskan
sebagai berikut, pOH = -log [OH-] → pH = 14 – pOH.

5
2.2 Konsentrasi Larutan
Menurut Santoso (2008), konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut dalam suatu larutan. Konsentrasi larutan akan tinggi (pekat) bila zat
terlarutnya banyak dan zat pelarutnya sedikit. Sedangkan konsentrasi larutan
akan rendah (encer) bila zat terlarutnya sedikit dan zat pelarutnya banyak.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan, dapat diketahui diantaranya melalui
molaritas dan normalitas.
1. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap satu liter
larutan. Dapat dinyatakan melalui rumus berikut.
M = mol zat terlarut = n
Liter larutan V
Dimana, M = molaritas, n = mol, V = volume larutan dalam ml.
2. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zaat terlarut dalam satu liter
larutan. Dapat dinyatakan melalui rumus berikut.
N = ek
V
N = M×a
N = m × 1000 × a
Mr V
Dimana, N = normalitas larutan, ek = ekivalen zat terlarut, V = volume
larutan, M = molaritas, a = valensi (banyaknya ion), m = massa zat
terlarut.

Adapun hubungan antara konsentasi larutan dengan pH adalah semakin


besar konsentrasi ion H+ , maka semakin kecil nilai pH (asam). Sedangkan,
jika semakin besar konsentrasi ion OH-, maka semakin besar nilai pH (basa).
Larutan dengan pH 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH =
2, tetapi larutan dengan pH 8 adalah 10 kali lebih basa daripada larutan
dengan pH 7 (Santoso, 2008).

6
2.3 Teori Asam-Basa
Untuk menjelaskan penyebab sifat asam dan basa, sejarah perkembangan
ilmu kimia mencatat berbagai teori. Pada tahun 1777, Lavoisier
mengemukakan bahwa asam mengandung oksigen. Unsur itu yang dianggap
bertanggung jawab atas sifat-sifat asam (nama oksigen diberikan oleh
Lavoisier yang berarti pembentuk asam). Namun pada tahun 1810, Humphrey
Davy menemukan bahwa asam hidrogen klorida tidak mengandung oksigen.
Davy kemudian menyimpulkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen yang
merupakan unsur dasar dari setiap asam. Kemudian pada tahun 1814, Gay
Lussac menyimpulkan bahwa asam adalah zat yang dapat menetralkan alkali
dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu
dengan yang lain. Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa,
dan yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Arrhenius pada
tahun 1884. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan
ion H+ sedangkan basa melepaskan ion OH- . Jadi, pembawa sifat asam
adalah ion H+ sedangkan pembawa sifat basa adalah OH- (Ari A., 2008).

2.3.1 Asam
Menurut Supeno (2009), Asam secara umum merupakan senyawa kimia
yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih
kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat
memberi proton (ion H+) kepada zat lain yang disebut basa, atau dapat
menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi
dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam.
Adapun pengertian asam menurut para ilmuwan adalah sebagai berikut.
1. Menurut Boyle: asam adalah zat yang dapat memerahkan lakmus biru.
2. Menurut Arrhenius: asam adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan
melepaskan ion hidrogen (H+).
3. Menurut Bronsted-Lowry: asam adalah pendonor proton (H+).
4. Menurut Lewis: asam adalah akseptor elektron
Menurut keorganikannya, asam dapat dibedakan atas dua yaitu asam
organik dan asam anorganik. Asam organik adalah asam karboksilat atau

7
asam yang terbentuk karena persenyawaan dengan senyawa organik
(misalnya hidrokarbon).
Contoh asam organik:
1. Asam asetat (CH3COOH)
2. Asam benzoat (C6H5COOH)
3. Asam format (HCOOH)
Semua asam organik adalah asam lemah. Sedangkan asam anorganik
adalah asam yang terbentuk karena persenyawaan dengan senyawa
anorganik (misalnya hidrogen dengan klorin). Asam anorganik ada yang
merupakan asam kuat, yaitu:
1. Asam sulfat (H2SO4)
2. Asam klorida (HCl)
3. Asam nitrat (HNO3)
4. Asam bromida (HBr)
5. Asam iodida (HI)
6. Asam klorat (HClO4)
Asam selain asam-asam di atas merupakan asam lemah, contoh:
1. Asam askorbat
2. Asam karbonat
3. Asam sitrat
4. Asam etanoat
5. Asam laktat
6. Asam fosfat

2.3.2 Basa
Menurut Supeno (2009), basa adalah senyawa kimia yang menyerap
ion hidronium ketika dilarutkan dalam air. Basa memiliki pH lebih besar
dari 7. Basa adalah zat (senyawa) yang dapat bereaksi dengan asam,
menghasilkan senyawa yang disebut garam. Contoh basa : sabun mandi,
sabun cuci, sampo, pasta gigi, pupuk, obat mag. Adapun pengertian basa
menurut para ilmuwan adalah sebagai berikut.
1. Menurut Boyle: basa adalah zat yang dapat membirukan lakmus merah

8
2. Menurut Arrhenius: basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan
melepaskan ion hidroksida (OH-)
3. Menurut Bronsted-Lowry: basa adalah akseptor proton (H+)
4. Menurut Lewis: basa adalah donor elektron
Contoh basa kuat:
1. Litium hidroksida (LiOH)
2. Natrium hidroksida (NaOH)
3. Kalium hidroksida (KOH)
4. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
5. Stronsium hidroksida (Sr(OH)2)
6. Rubidium hidroksida (RbOH)
7. Barium hidroksida (Ba(OH)2)
8. Magnesium hidroksida (Mg(OH)2)
Semua basa lainnya selain 8 macam basa ini merupakan basa lemah.
Adapun sifat-sifat basa antara lain mempunyai rasa pahit, terasa licin
seperti sabun bila terkena kulit, dapat mengubah kertas lakmus merah
menjadi kertas lakmus biru, menghantarkan arus listrik dan dapat
menetralkan asam

2.4 Alat Ukur pH


Menurut Partana (2008), suatu larutan yang belum diketahui dengan pasti
nilai pH-nya, dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur pH. Ada dua
jenis alat ukur pH, yaitu pH meter dan indikator universal.

2.4.1 pH Meter
Sensor adalah komponen yang digunakan untuk mendeteksi suatu
besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan
rangkaian listrik tertentu. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen
yang memiliki arti ukuran kekuatan suatu asam. Sebuah pH meter terdiri
dari sebuah elektroda (probe pengukur) yang terhubung ke sebuah alat
elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Prinsip kerja utama
pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa elektrode kaca (glass

9
electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam larutan.
Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0.1 mm yang berbentuk
bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca non konduktor
atau plastik memanjang, yang selanjutnya diisi dengan larutan HCl (0,1
mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam sebuah kawat elektrode
panjang berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa
setimbang AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat
elektrode Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil. Inti sensor pH terdapat
pada permukaan bulb kaca yang memiliki kemampuan untuk bertukar ion
positif (H+) dengan larutan terukur. Pada sebuah sistem pH meter secara
keseluruhan, selain terdapat elektrode kaca juga terdapat elektrode
referensi. Kedua elektrode tersebut sama-sama terendam ke dalam media
ukur yang sama. Elektrode referensi digunakan untuk menciptakan
rangkaian listrik pH meter. Untuk menghasilkan pembacaan pH yang
valid, elektrode referensi harus memiliki nilai potensial stabil dan tidak
terpengaruh oleh jenis fluida yang diukur (Azmi dkk., 2016).
pH meter merupakan alat yang dapat mengukur tingkat pH larutan.
Sistem pengukuran dalam pH meter menggunakan sistem pengukuran
secara potensimetri. pH meter berisi elektroda kerja dan elektroda
referensi. Perbedaan potensial antara dua elektroda tersebut sebagai fungsi
dari pH dalam larutan yang diukur. Sinyal tegangan yang dihasilkan pada
pengukuran dengan elektrode pH berada pada kisaran mV, sehingga perlu
diperkuat dengan penguat operasional (Ramya V. dan B. Palaniappan,
2012).
pH meter adalah alat ukur yang dapat memberikan informasi mengenai
derajat keasaman suatu larutan. pH meter ini dapat mengukur derajat
keasaman/kebasaan air antara 1-10 pH dengan lebih akurat (Ihsanto,
2014).

2.4.2 Indikator Universal


Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi
dengan asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi (Nuryanti, dkk., 2010).

10
Indikator universal, umumnya berbentuk pita kertas berwarna kuning,
jika dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa, warna kertas akan
berubah sesuai keasaman atau kebasaan larutan tersebut. Untuk
menentukan pH larutan yang diuji, warna yang timbul dibandingkan
dengan warna pada skala pH indikator. Indikator universal ada yang
memilki pH 1-11 dan 1-14, juga yang sangat akurat dengan harga pH
pecahan (Brady 2004).
1. Kertas Indikator
Kertas indikator asam basa adalah suatu bahan yang dapat berubah
warna apabila diberikan pada larutan asam atau basa. Kertas indikator
asam basa biasa digunakan untuk membedakan suatu larutan bersifat
asam atau basa dengan memberikan perubahan warna yang berbeda
pada larutan asam dan basa. Kertas indikator asam basa pada
umumnya berupa kertas indikator sintetis yang dikenal dengan
sebutan lakmus merah dan biru (Hervey D, 2000).
2. Kertas Lakmus
Indikator asam-basa adalah zat warna yang mempunyai warna
berbeda dalam larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang
bersifat basa. Oleh karena itu, indikator asam-basa dapat digunakan
untuk membedakan larutan asam dan larutan basa. Contohnya adalah
kertas lakmus. Lakmus berwarna merah pada larutan asam dan
berwarna biru pada larutan basa (Hervey D, 2000).

11
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum “Pengukuran pH” ini dilaksanakan pada Hari Senin, 30
September 2019 pukul 09.20-11.20 WIB. Bertempat di laboratorium
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain beaker glass,
pH meter, alat pencapit, dan botol semprot.
Adapun bahan-bahan yang digunakan antara lain larutan HCl 0,1 M dan 1
N, larutan H2SO4 0,1 M dan 1 N, NaOH 0,1 N dan 0,01 N, akuades, kertas
indikator pH, kertas lakmus merah dan biru.

3.3 Langkah Kerja


1. Disiapkan masing-masing larutan pada beaker glass
2. Diukur ph masing-masing larutan menggunakan ph meter dan kertas
indikator
3. Dicelupkan kertas lakmus merah dan lakmus biru berturut-turut ke dalam
masing-masing larutan
4. Dicatat hasil pengukuran dan diamati perubahan yang terjadi

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Pengukuran pH

Larutan pH Meter Kertas Indikator pH


0,1 M 4,98 1
HCl
1N 4,75 1
0,1 M 4,92 1
H2SO4
1N 4,8 0-1
0,1 N 8,6 11
NaOH
0,01 N 7,8 9

Tabel 2. Pengamatan Perubahan Warna


Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru
0,1 M Tetap merah Berubah merah
HCl
1N Tetap merah Berubah merah
0,1 M Tetap merah Berubah merah
H2SO4
1N Tetap merah Berubah merah
0,1 N Berubah biru Tetap biru
NaOH
0,01 N Berubah biru Tetap biru

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum “Pengukuran pH”, telah didapatkan data dari
pengukuran pH terhadap larutan HCl (0,1 M dan 1 N), H 2SO4 (0,1 M dan 1
N) serta larutan NaOH (0,1 N dan 0,01 N). Ketiga sampel larutan tersebut
diberi perlakuan dengan tiga cara yang berbeda pula, yaitu dengan
pengukuran melalui kertas indikator, kertas lakmus, dan pH meter. Tiga
sampel tersebut memiliki konsentrasi yang berbeda-beda, sehingga jika
dijumlahkan total sampel yang diuji coba beserta perbedaan cara
pengukurannya terdapat 24 (dua puluh empat) buah sampel.
Pengukuran pertama terhadap pH dilakukan menggunakan kertas indikator.
Seperti menurut Brady (2004), untuk menentukan pH larutan yang diuji,
warna yang timbul dibandingkan dengan warna pada skala pH indikator.
Dalam praktikum ini, hasil yang di dapatkan oleh kelompok tertentu
dibandingkan dengan hasil pengukuran milik kelompok lain. Berdasarkan

13
data yang telah diperoleh, perbedaan pengukuran menggunakan kertas
indikator hanya terletak pada larutan H2SO4 1 N, yaitu skalanya terletak
antara 0-1 dan 1. Sedangkan untuk nilai skala pada larutan lainnya sama
persis seperti data yang didapatkan dari kedua kelompok tersebut.
Pengukuran kedua terhadap pH dilakukan menggunakan kertas lakmus.
Seperti menurut Hervey (2000), lakmus berwarna merah pada larutan asam
dan berwarna biru pada larutan basa. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil
pengukuran kedua kelompok adalah sama. Yakni kertas lakmus merah yang
dicelupkan ke dalam larutan asam (dalam praktikum digunakan HCl dan
H2SO4) tidak mengalami perubahan warna, yang berarti tetap berwarna
merah. Sedangkan kertas lakmus biru yang dicelupkan ke dalam larutan asam
mengalami perubahan warna menjadi biru. Hal tersebut seperti yang
dikemukakan oleh Supeno (2009), menurut Boyle: asam adalah zat yang
dapat memerahkan lakmus biru. Selanjutnya adalah kertas lakmus merah
yang dicelupkan ke dalam larutan basa (dalam praktikum digunakan NaOH)
mengalami perubahan warna menjadi biru. Sama seperti menurut Supeno
(2009), menurut Boyle basa adalah zat yang dapat membirukan lakmus
merah. Sedangkan kertas lakmus biru yang dicelupkan ke dalam larutan basa
tidak mengalami perubahan warna, yang berarti tetap berwarna biru.
Pengukuran ketiga terhadap pH dilakukan menggunakan pH meter.
Menurut Ihsanto (2014), pH meter ini dapat mengukur derajat
keasaman/kebasaan air antara 1-10 pH dengan lebih akurat. Berdasarkan data
yang diperoleh, hasil pengukuran kedua kelompok dengan alat tersebut
terlihat berbeda. Beberapa hanya berbeda dari dua selisih angka di belakang
koma. Berikut data dari kelompok lain, diantaranya larutan HCl 0,1 M dan 1
N menghasilkan nilai 4,91 dan 4,70, larutan H 2SO4 0,1 M dan 1 N
menghasilkan nilai 4,89 dan 4,83, serta larutan NaOH 0,1 N menghasilkan
nilai 8,46. Sedangkan untuk larutan NaOH 0,01 N menghasilkan nilai 8,09,
dimana terjadi selisih yang lebih besar dibandingkan dengan data NaOH 0,01
N pada tabel, yaitu sebesar 0,29. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya
perbedaan waktu saat pengukuran menggunakan pH meter antara kedua
kelompok.

14
Dapat diketahui juga bahwa ada hubungan antara konsentrasi larutan
dengan pH nya. Berdasarkan data kedua kelompok, larutan asam dengan
konsentrasi 1 N memiliki nilai konsentrasi ion H+ lebih besar daripada
larutan dengan 0,1 M, yang menyebabkan larutan asam 1 N memiliki pH
kecil (lebih asam) daripada larutan asam 0,1 M. Seperti menurut Santoso
(2008), hubungan antara konsentasi larutan dengan pH adalah semakin besar
konsentrasi ion H+ , maka semakin kecil nilai pH (asam). Sedangkan, jika
semakin besar konsentrasi ion OH-, maka semakin besar nilai pH (basa).
Larutan dengan pH 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH 2,
tetapi larutan dengan pH 8 adalah 10 kali lebih basa daripada larutan dengan
pH 7.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

15
Berdasarkan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran terhadap pH larutan dapat digunakan dengan tiga cara, yaitu
dengan kertas lakmus, kertas indikator, dan pH meter. Larutan asam memiliki
pH < 6,9 dan larutan basa memiliki pH > 7,1. Larutan asam dapat mengubah
kertas lakmus biru menjadi berwarna merah, tetapi tidak mengubah warna
pada kertas lakmus merah (tetap). Sedangkan, larutan basa dapat mengubah
kertas lakmus merah menjadi berwarna biru, tetapi tidak mengubah warna
pada kertas lakmus biru. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui
pula bahwa hasil pengukuran pH menggunakan pH meter lebih akurat
dibandingkan pengukuran menggunakan kertas indikator. Adanya konsentrasi
pada larutan juga memiliki hubungan dengan pH suatu larutan yang dapat
menentukan apakah larutan tersebut lebih asam atau lebih basa.

5.2 Saran
Lebih berusaha lagi untuk meningkatkan ketelitian dalam setiap praktikum
atau pengamatan, baik bagi seorang praktikan maupun yang lainnya. Teruntuk
permasalah sarana dan prasarana, semoga pihak yang berkewajiban menjadi
lebih memerhatikan segala bentuk penunjang akademik bagi setiap insan yang
berkemauan kuat dalam menuntut ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Ari A, Andian. 2008. BAB VIII Larutan Asam Dan Basa. Bahan Ajar Kimia
Dasar.

16
Azmi, Zulfian., Saniman dan Ishak. 2016. Sistem Penghitung Ph Air Pada
Tambak Ikan Berbasis Mikrokontroller. Jurnal ilmiah saintikom (sains dan
computer). Vol.15, No. 2, Mei 2016
Bleam, W., 2017. Soil and Environmental Chemistry (Second Edition). Academic
Press
Brady JA, F Senese. 2004. Chemistry Matter and Its Change.4th Ed.P.698-
798.John Willey,Sons.New york.
Effendy. 2002. Upaya untuk Mengurangi Kesalahan Konsep dalam Pengajaran
Kimia dengan Menggunakan Strategi Konsep Kognitif. Media Komunikasi
Kimia, 2 (6): 1-22.
Hervey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. The Mc Graw-Hill Companies,
Inc. United States of America.
Ihsanto, Eko dan Sadri Hidayat. 2014. Rancang Bangun Sistem Pengukuran Ph
Meter Dengan Menggunakan Mikrokontroller Arduino Uno. Jurnal Teknologi
Elektro. Vol.5 No.3, Hlm. 130
Ngafifuddin, Muchammad., Susilo dan Sunarno. 2017. Penerapan Rancang
Bangun Ph Meter Berbasis Arduino Pada Mesin Pencuci Film Radiografi
Sinar-X. Jurnal Sains Dasar 2017 6 (1) 66 – 70
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C. dan Raharjo, T.J., 2010, Indikator Titrasi
Asam-Basa dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L), Agritech,
30 (3): 178-183.
Partana, Crys Fajar. 2008. Kimia 1 Smp Kelas VII. Bogor: Yudhistira Ghalia
Indonesia
Ramya V. dan B. Palaniappan. (2012), Embeddeb pH Data Acquisition and
Logging, Advanced Computing: An International Journal ( ACIJ ), 1 (3) : 45-
63.
Rios-Mera, J.D., da Silva Pinto, J.S., Contreras-Castillo, C.J. 2017. Effect of
Ultimate pH and Ageing on Thermal Denaturation of Bovine Muscle
Proteins. Meat Sci., 131: 25-27. doi:10.1016/j.meatsci. 2017.04.017
Santoso, Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia. Jakarta : Wahyumedia

17
Schaude, C., Fröhlich, E., Meindl, C., Attard, J., Binder, B., Mohr, G.J. 2017. The
Development of Indicator Cotton Swabs for the Detection of pH in Wounds.
Sensors, 17. doi:10.3390/s17061365
Supeno, Minto. 2009. Interaksi Asam Basa: Kimia. Medan: USU Press
Zhao, D., Hao, Z., Wang, J., Tao, J. 2013. Effects of pH in Irrigation Water on
Plant Growth and Flower Quality in Herbaceous Peony (Paeonia lactiflora
Pall). Sci. Hortic., 154: 45-53. doi:10.1016/j.scienta.2013.02.023

18

Anda mungkin juga menyukai