Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

THORACIC OUTLET SYNDROME

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Patologi Khusus

Yang dibimbing oleh:

Kamarul Arifin,S.Fis., M.Si

Disusun oleh:
JULIA KARTIKA HAPSARI
201106005

PRODI FISIOTERAPI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas


izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula
kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata


kuliah Patologi khusus yang berjudul Thoracic Outlet Syndrome. Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang Thoracic Outlet Syndrome karena
sangat penting untuk kita ketahui apa itu Throracic Outlet Syndrome dan kami
juga akan membahas lebih detail. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam
pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.

i
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................1
BAB II..................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1 Definisi Thoracic Outlet Syndrome......................................................2
2.2 Etiologi Thoracic Outlet Syndrome......................................................3
2.3 Patofisiologi Thoracic Outlet Syndrome..............................................3
2.4 Epidemiologi Thoracic Outlet Syndrome............................................4
2.5 Tanda dan Gejala....................................................................................5
2.6 Intervrensi Thoracic Outlet Syndrome................................................6
PENUTUP...........................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Outlet toraks adalah ruang antara tulang klavikula dan tulang rusuk
pertama.Ini adalah suatu lorong sempit terisi dengan pembuluh darah, otot,
dan saraf. Jika otot bahu di dada tidak cukup kuat untuk menahan tulang
selangka agar tetap pada posisinya, hal tersebut akan dapat membuat
penekanan pada saraf dan pembuluh darah yang terletak di bawahnya.
Kondisi tersebut akan menyebabkan berbagai gejala yang sekarang kita
kenal dengan sindrom outlet toraks.

Kelainan disebabkan oleh: (1) Dropping shoulder-girdle merupakan


gangguan dimana otot menopang mengalami kelenturan sehingga terjadi
penekanan pada trunkus saraf antara kosta 1 dan klavikula yang menekan,
(2) Cervical rib terjadi oleh karena pembesaran dari prosesus transversus
vertebra, (3) Scaleneus anterior syndrome: terjadi penekanan pada bidang
medial tendo skaleusanterior diinsersinya pada kosta pertama, yang
menyebabkan tekanan pada daerah serabut subklavia. Penatalaksanaan
secara konservatif adalah dengan latihan-latihan postural bahu dan Terapi
modalitas meliputi terapi panas, exercise untuk postural retraining,
strengthening dan stretching otot-otot bahu. Penatalaksannanoperatif
dilakukan apabila terapi konservatif tidak berhasil. Operasi yang dilakukan
disesuaikan dengan penyebabnya.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Thoracic Outlet Syndrome ?
2. Bagaimana pemeriksaaan Thoracic Outlet Syndrome ?
3. Bagaimana Intervensi Thoracic Outlet Syndrome ?
1.3Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan ilmu
dan kepustakaan mengenai gambaran Thoracic Outlet Syndrome.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1Definisi Thoracic Outlet Syndrome
Thoracic Outlet adalah sebuah lorong yang terdapat diantara tulang
rusuk dan tulang selangka yang merupakan jalan keluar atau dilewati saraf
(pleksus brakialis) dan pembuluh darah (arteri dan vena subklvia). Thoracic
Oultet Compression Syndrome adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh
penekanan dari saraf (pleksus brakialis).

2.2Etiologi Thoracic Outlet Syndrome


Thoracic Outlet Syndrome diakibatkan adanya kompresi terhadap pembuluh
darah atau saraf yang terletak di Thoracic Outlet tepat dibawah tulang selangka.
Thoracic Outlet Compression Syndrome dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
Thoracic Outlet Compression Syndrome Arterial (ATOCS), Thoracic Outlet
Compression Syndrome Vena (VTOCS) dan Thoracic Outlet Compression
Syndrome Neurogenik (NTOCS). Menurut diagnosis yang dilakukan oleh
Richard J. Sanders, Sharon L. Hammond dan Neal M. Rao, penyebab
terkompresinya pembuluh tersebut bervariasi, diantaranya adalah :

a. NTOCS : Penyebabnya adalah Trauma yang menyebabkan perubahan


dalam tubuh yang dapat mempermudah terjadinya kompresi pada
pembuluh di Thoracic Outlet.
b. VTOCS : Penyebabnya adalah Postur tubuh saat melakukan aktivitas
yang dilakukan terus berulang-ulang yang dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan di Thoracic Outlet
c. ATOCS : Penyebabnya biasanya berkembang secara spontan, tidak
berhunbungan dengan trauma atau aktivitas yang berulang-ulang. ATOS
hampir selalu dikaitkan dengan tulang rusuk serviks atau tulang rusuk
pertama yang anomali.
Penyebab lain yang diakibatkan jarang terjadi tetapi harus dipertimbangkan
secara sistematis, seperti: tumor, hyperostosis, osteomyelitis, dan lain-lain.
Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan klinis dan pencitraan medis (CT dan
MRI)

2.3Patofisiologi Thoracic Outlet Syndrome


Thoracic Outlet Compression Syndrome diakibatkan oleh 3 jenis
penyebab, yaitu pleksus brakhialis (TOCS neurogenik), arteri (TOCS arteri),
dan vena (TOCS vena). Ketiga jenis tersebut merupakan subjek yang rentan
terjadi kompresi. Penyebab terjadinya kompresi pada Thoracic Outlet
Compression Syndrome karena adanya celah sempit dari pangkal leher
menuju aksila dan lengan bagian atas atau proksimal.

Selain itu juga dapat diakibatkan oleh rusaknya jaringan atau iritasi struktur
neurovaskular pada akar leher atau daerah thoraks bagian atas yang
dikelilingi oleh otot scalenus anterior dan scalenus medialis, antara klavikula
dengan kosta pertama atau diatas pectoralis minor muscle. Penekanan pada
daerah yang terserang Thoracic Outlet Compression Syndrome dapat
mengakibatkan kekurangan saraf utama (menyangkut pleksus brakhialis,
arteri dan vena subclavia).
2.4 Epidemiologi Thoracic Outlet Syndrome
Dari 1000 orang penderita Thoracic Outltet Syndrome mencapai 3-80
orang di Amerika Serikat. Thoracic Outlet Syndrome 3 kali lebih banyak
diderita oleh wanita dibandingkan pria dan banyak dijumpai pada
pasienpasien usia 20-55 tahun. Prevalensi pada perempuan tinggi
dikarenakan perempuan memiliki beban yang cenderung besar pada bahu
karena adanya jaringan tambahan yakni payudara pada perempuan,
menyempitnya saluran thoraks, dan anatomi sternum yang lebih rendah
mengubah otot-otot scalene.

2.5 Tanda dan Gejala


Thoracic Outlet Compression Syndrome biasanya terjadi bila adanya
penekanan pada bagian-bagian tertentu dari tubuh. Penekanan pada syaraf dapat
menyebabkan beberapa ciri-ciri, antara lain :

1. Mati rasa dan kesemutan dilengan dan jari.


2. Sakit dan nyeri pada leher, bahu, lengan, atau tangan.
3. Gerakan tangan atau lengan tidak mudah digerakan atau gerakannya
terbatas.
Gejala yang dialami penderita Thoracic Outlet Compression Syndrome yaitu :

1. Sering merasakan sakit di lengan atau tangan, yang dapat menyebabkan


kecacatan yang signifikan.
2. Gejala neurologi seperti nyeri lengan atas dan bawah, nyeri leher dan
bahu, kesemutan atau mati rasa pada jari, hilangnya rasa raba, kelemahan
motorik (kurang kuat dalam memegang sesuatu).
3. Gejala vaskular seperti klaudikasio ekstremitas atas selama aktifitas,
pucat, dingin, kelainan suplai darah perifer, mikroemboli, dan perubahan
warna kulit.
4. Gejala yang berkaitan dengan pembuluh darah vena dan arteri seperti
perubahan warna tangan (warna sedikit kebiru-biruan), terdapat benjolan
di tulang selangka, bintik hitam kecil
di jari-jari tangan, dan satu atau lebih jari tangan tampak pucat
2.6 Intervensi Thoracic Oultet Syndrome
 Tes Roos / elevated arm stress: pasien menekuk lengan ke luar
sebesar 90o dan pemeriksa menekan tulang belikat penderita ke
bawah sembari penderita membuka-tutup jari-jari tangan sisi
yang diperiksa. Apabila gejala-gejala seperti nyeri lengan
muncul dalam sembilan puluh detik, maka tes ini dinyatakan
positif.

 Tes Adson: pasien diminta memutar kepala dan mengangkat dagu ke sisi
yang sakit. Apabila denyut nadi pergelangan tangan hilang atau
berkurang, maka tes ini positif, menunjukkan adanya penekanan
komponen pembuluh darah yang tertekan oleh otot skalenus atau tulang
iga.
 Eden’s Tes : awali tes dengan mempalpasi radial pulse pasien, lalu
berikan traksi pada shoulder dan tekan clavikula pasien. Selanjutanya
amati gejala yang muncul atau penurunan radial pulse pasien.
Positif jika gejala terprovokasi atau radial pulse tidak teraba.

 Tes Wright: lengan pasien diangkat ke atas kepala, apabila ada


penurunan jumlah atau hilangnya denyut nadi, maka tes dinyatakan
positif, menunjukkan bahwa arteri di ketiak tertekan oleh otot pektoralis
minoris atau penonjolan korakoid.
 Intervensi Thoracic Outlet Syndrome

Penanganan yang diberikan kepada pasien Thoracic Outlet Cervical Syndrome,


meliputi :

1. Infrared
Penggunaan infrared ini bertujuan untuk menaikkan temperatur
jaringan sehingga timbul vasodilatasi pembuluh darah, infrared dapat
memberikan efek pemanasan yang ringan pada otot yang akan
menimbulkan pengaruh sedative pada ujung-ujung syaraf sensoris.

2. Ultrasound
Penggunaan ultrasound ini berfungsi untuk meningkatkan wound
healing dan menyebabkan efek thermal dan efek nonthermal sehingga
terjadinya relaksasi pada otot.

3. Stretching
Stretching ini diberikan kepada pasien Thoracic Outlet Cervical
Syndrome untuk meningkatkan ekstensibilitas otot yang menjalani
tightness melalui proses penguluran jaringan yang akan meningkatkan
panjang otot dan fleksibilitasnya sehingga akan meningkatkan ROM.
4. Transverse Friction
Transverse friction merupakan gerakan transverse atau melintang
yang dapat manipulasi atau massage ringan pada suatu titik tertentu pada
jaringan. Friction dapat di terapkan pada kapsul sendi, antara otot dan
ligament, serta otot dengan otot.
Transverse friction bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah,
menurunkan rasa nyeri, melepaskan perlengketan jaringan atau mencegah
pembentukan jaringan abnormal crosslink. Dengan begitu, elastisitas
yang kembali membaik diharapkan dapat mengembalikan gerakan
fungsional.

5. ROM Exercise
Exercise ROM aktif (latihan rom aktif) adalah latihan ROM yang
dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan orang lain. Latihan ini bisa
dilakukan sendiri oleh pasien dengan Thoracic Outlet Cervical Syndrome
ringan yang tujuannya untuk memelihara mobilitas persendian.
6. Resisted Exercise
Manfaat yang diperoleh dari resisted exercise meliputi peningkatan
muscle performance, meningkatkan kekuatan soft tissue, mengurangi
tekanan pada sendi selama menjalani aktivitas, meningkatkan
kemampuan fisik selama beraktivitas dan secara ototmatis terjadi
peningkatan kemampuan aktivitas fungsional dan sosial.

7. Acitve Exercise dan Pasive Exercise


Diberikan dengan tujuan untuk memlihara dan meningkatkan
lingkup gerak sendi. Dalam gerakan pasif juga dapat diberikan manipulas
berupa traksi-translasi.

8. PNF
Propioceptif Neuromusular Fasilitation (PNF) berusaha
memberikan rangsangan sedemikian sehingga diharapkan timbul reaksi-
reaksi yang sesuai dengan perangsangan yang akhirnya gerakan-gerakan
yang diinginkan tercapai. Tujuan PNF adalah untuk meningkatkan
kekuatan otot untuk mengembalikan gerak fungsional adar dapat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari.
BAB III

PENUTUP
3.1Kesimpulan
Outlet toraks adalah ruang antara tulang klavikula dan tulang rusuk
pertama.Ini adalah suatu lorong sempit terisi dengan pembuluh darah, otot,
dan saraf. Jika otot bahu di dada tidak cukup kuat untuk menahan tulang
selangka agar tetap pada posisinya, hal tersebut akan dapat membuat
penekanan pada saraf dan pembuluh darah yang terletak di bawahnya.
Kondisi tersebut akan menyebabkan berbagai gejala yang sekarang kita
kenal dengan sindrom outlet toraks.
DAFTAR PUSTAKA

Rehabil J O. Thoracic Outlet Syndrome: Definition, Aetiological Factors,


Diagnosis, Management and Occupational Impact. US National Library
of Medicine National Institutes of Health [Internet]. December, 2012.
Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3526474/ accessed 26
Mei 20 4.

Mayo Clinic Staff. Thoracic Outlet Syndrome [Internet]. August, 2016.


Available from : http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/thoracicoutlet-syndrome/symptoms-causes/dxc-20237890.
accessed 26 Mei 2021 21

Sanders R J, Hammond S L, Rao N M . Diagnosis of Thoracis Outlet Syndrome


[Internet]. September, 2007. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0741521407007343 accessed
26 Mei 2021

Aprilia putri.ROM (Range Of Motion) [Internet]. 2012. Available from


:http://www.academia.edu/9543827/ROM_Range_Of_Motion

Anda mungkin juga menyukai