1,2
Jenis kelamin
Perbandingan penyakit ini pada wanita dan pria mencapai 3--5:1
Usia
Usia terbanyak penderita CTS adalah 45-60 tahun, dan hanya 10% dari
penderita yang berusia di bawah 31 tahun.
ANATOMI
3,4
Gambar 1. Anatomy terowongan karpal dari anterior. (1) adalah ujung proksimal
terowongan karpal diantara tendon flexor carpi radialis (FCR dan flexor carpi ulnaris
(FCU). (2) adalah daerah flexor retinaculum yang paling tebal, kemudian retinaculum
meluas ke distal dan di level sendi carpometacarpal menjadi paling tipis (3).
Zona anatomis dari fleksor retinakulum meluas dari radius distal sampai
metafisis proksimal dari metakarpal III. Ia melekat kuat pada os hamatum dan os
pisiforme pada sisi ulnar atau medial dari terowongan karpal dan pada
tuberkulum os trapezius dan ujung distal os scaphoid pada sisi radial atau
lateral. Fleksor retinakulum dapat dibagi menjadi tiga komponen. Bagian
proksimal merupakan kelanjutan langsung dari fasia antebrachii profunda. Agak
ke distal adalah ligamentum carpi transversum. Bagian yang paling distal adalah
aponeurosis antara otot thenar dan hipotenar.
Walaupun terowongan karpal tampak terhubung dengan kompartemen
fleksor dari lengan bawah di proksimal dan ruang midpalmar di distal, tetapi ia
bersifat seperti kompartemen tertutup dan mengatur tekanan cairan jaringannya
sendiri. Ligamentum carpi transversum paling tebal pada perlekatannya dengan
os hamatum dan tuberkulum os trapezius, yang juga merupakan bagian paling
sempit dari terowongan karpal.
Sisi radial dari fleksor retinakulum terbelah menjadi terowongan yang
terpisah untuk tendon muskulus carpi radialis, membentuk lapisan retinakulum
superfisial dan profundus. Terowongan ini berhubungan langsung dengan
terowongan fibrooseus untuk tendon fleksor carpi radialis yang terbentuk di
anterior ujung distal os scaphoid dan berlanjut ke distal di bagian dorsal os
trapezius.
Gambar 2. Anatomi terowongan karpal, potongan melintang setinggi level karpal distal.
H= os hamatum, C=os capitatum, Td=os trapezoid, Tm=os trapezium, FDP I-IV= tendon
mm.flexor digitorum profundi, FDS I-IV=tendon mm. Flexor digitorum superficialis, FPL=
tendon m.flexor pollicis longus. Perhatikan bahwa tendon m.flexor carpi radialis (FCR)
berada di kompertemen yang terpisah.
tendon fleksor digitorum superfisial di sisi ulnar dan fleksor carpi radialis di sisi
radial, di dorsal atau dorsoradial dari tendon m.palmaris longus.
Sekitar 5 cm dari lipatan pergelangan, cabang kutaneus palmar dari
n.medianus membelah, dan memisah ke bawah fasia antebrachii diantara
tendon m. palmaris longus dan flexor carpi radialis. Cabang ini kemudian
menembus fasia antebrachii profunda, lalu lewat di atas flexor retinaculum dan
memisah menjadi cabang radial dan cabang ulnar yang menginervasi kulit
telapak tangan. Setelah keluar dari terowongan karpal, n.medianus membelah
menjadi 6 cabang terminal. Cabang motorik rekurens memberikan inervasi
aferen pada otot-otot thenar (flexor pollicis brevis, abductor pollicis brevis, dan
opponens policis). Terdapat 3 cabang untuk jari, yaitu cabang untuk jari jempol
dan telunjuk. Dua cabang lainnya menginervasi jari telunjuk dan jari tengah.
Otot-otot lumbricales diinervasi oleh cabang motorik dari cabang untuk jari
telunjuk dan jari tengah.
Musculus flexor digitorum superficialis berorigo di epikondilus medialis
humerus distal dan prosesus koronoid dan diafisis proksimal dari radius, terbagi
menjadi 4 otot di lengan bawah, dan melewati terowongan karpal sedalam
fleksor retinakulum menuju falang media jari-jari telunjuk, tengah dan kelingking.
Di dalam terowongan karpal, tendon m.fleksor digitorum superficialis yang
menuju jari tengah dan jari manis relatif lebih ke anterior dibanding tendon jari
telunjuk dan jari kelingking.
Musculus fleksor digitorum profundus berorigo di duapertiga proksimal
ulna dan membrana interosseus. Bagian radial dari otot ini membentuk tendon
ke jari telunjuk dan bagian ulnar membentuk tendon ke jari tengah, jari manis
dan jari kelingking. Keempat tendon tersebut masuk ke falang distal dari jari-jari,
melewati terowongan karpal di sisi paling dorsal, di dorsal tendon m.fleksor
digitorum superficialis. Otot-otot lumbricales berorigo di tendon m.fleksor
digitorum profundus setelah melewati terowongan karpal.
ETIOLOGI
2,3,4
Idiopatik
Sekunder
Carpal canal stenosis (kongenital atau dapatan)
Penyakit kolagen dan autoimun (tenovaginitis, artritis rematoid,
skleroderma, polimialgia rematik, SLE, gout, chondrocalcinosis dll)
Penyakit endokrin (DM, penyakit tiroid, estrogen, progesteron,
gonadotropin, growth hormon)
Amiloidosis
Polineuropati
Infeksi
Kelainan pada terowongan karpal (kista, tumor, kelainan otot dll)
Obesitas
Edema tangan primer atau sekunder
Trauma akut (fraktur, cedera remuk pada tangan, perdarahan, luka bakar
dll)
Penyakit kongenital (mucopolysaccharidosis, mucolipidosis)
Sekunder karena penggunaan obat-obatan (kontrasepsi oral, antikoagulan,
defisiensi vit B6 dll)
Penyebab lain-lain
PATOFISIOLOGI
Pengaruh kompresi pada serabut saraf
4,5,6
4,5,6
GEJALA KLINIS
2,3,4
Penegakan diagnosis CTS sebagian besar cukup dari gejala klinis pasien.
Keluhan yang paling sering adalah nocturnal acroparesthesia, yaitu rasa
kesemutan dan nyeri yang dapat sampai mengganggu tidur malam. Gejala ini
biasanya berkurang dengan perubahan posisi lengan, dikibaskan atau dipijat,
atau menggantung lengan ke bawah. Ada yang merasa lebih enak bila tangan
direndam di air dingin. Gejala dapat timbul di siang hari juga dan dipicu oleh
posisi tertentu atau kegiatan seperti menjahit, mengemudi, memegang telpon
atau buku.
Pada awalnya, sebagian besar pasien tidak dapat menunjukkan pada jari
mana tumbul paresthesia, jadi mereka menunjuk pada seluruh tangan dan
terkadang pada punggung tangan juga. Bila diminta lebih spesifik atau dilakukan
manuver yang menimbulkan gejala, mereka menggambarkan keluhan menjalar
ke tiga jari pertama dan sisi radial jari IV. Keluhan sering menjalar ke lengan
bawah, terkadang sampai ke bahu. Keluhan kesemutan harus dibedakan dengan
kondisi-kondisi patoligis yang lain, seperti gangguan vaskuler.
Pasien juga mengeluhkan kelemahan pada tangan yang terkena,
sehinggasering menjatuhkan benda yang dipegang. Ini akibat dari berkurangnya
sensasi atau kelemahan pada jari jempol dan jari lainnya untuk gerakan oposisi.
Pemeriksaan Fisik
2,3,4
dan paresthesia di tiga jari pertama dalam 60 detik maka dianggap positif.
Menurut Phalen, hal ini disebabkan karena kompresi n.medianus diantara
tepi proksimal ligamentum transversum dan tendon fleksor di sebelahnya.
Tes Phalen positif pada 66-88% pasien dengan CTS, dengan false positif
mencapai 20%. Bila hasil tes Tinel dan Phalen dikombinasikan, hasil yang
positif penting secara diagnostik karena dapat mengidentifikasi sampai
dengan 90% pasien dengan CTS.
3. Tes Durkan
10
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EMG
4,5,6
12% dari seluruh kasus. Selain itu, sensitivitas alat EMG dapat mendeteksi
perubahan konduksi subklinis yang tidak memerlukan terapi (false positif).
IMAJING
1,3,4
Imajing hanya mendapat peran kecil pada diagnostik CTS, yang terutama
didasarkan pada temuan klinis dan pemeriksaan konduksi saraf. Radiografi
konvensional maupun CT jarang digunakan untuk CTS karena informasi yang
didapat tidak banyak bermanfaat. Akhir-akhir ini MRI resolusi tinggi dan
ultrasound frekuensi tinggi dapat menunjukkan kompresi n.medianus dan
mendeteksi SOL dalam terowongan karpal dan kelainan pada tendon fleksor. MRI
dan USG dapat juga digunakan untuk evaluasi postoperatif dan komplikasi
pembedahan.
MRI
Gambaran MRI mempunyai resolusi intrinsik yang tinggi dan dapat
menunjukkan perbedaan intensitas sinyal antara tendon, selubung tendon, saraf,
lemak, tulang dan pembuluh darah, sehingga dapat digunakan untuk visualisasi
isi terowongan karpal dengan baik.
Gambar 10. MRI T1WI potongan axial. Anatomi normal. Terowongan karpal dibatasi di sisi
ventral oleh flexor retinaculum, suatu struktur fibrous dengan intensitas sinyal rendah
(tanda panah) dan di dorsal oleh tulang-tulang karpalia. N.medianus tampak sebagai
struktur dengan intensitas sinyal intermediate (sama dengan otot) di dekat retinaculum
(panah melengkung). Tendon otot-otot fleksor mempunyai intensitas sinyal yang sangat
rendah.
Pembengkakan lokal maupun difus pada saraf yang dapat terlihat paling
baik di level os pisiforme
Pemipihan (flattening) pada n.medianus yang terlihat paling baik di level
os hamatum.
Peningkatan intensitas pada gambaran T2WI.
13
Gambar 11. (kiri) MRI T1WI potongan axial. Sindrom terowongan karpal.
N.medianus(panah) tertekan di antara flexor retinaculum dan tendon-tendon fleksor,
tampak membesar dan bengkak pada kasus CTS berat ini. (kanan) MRI T2WI potongan
sagital. Pembengkakan n.medianus pada tempat masuknya di terowongan karpal tampak
noduler (pseudoneuroma) dan menampakkan peningkatan intensitas sinyal (panah
putih).
USG
Dengan USG, dapat diperoleh informasi yang hampir sama dengan MRI,
dengan biaya yang jauh lebih rendah. USG juga memungkinkan dilakukan studi
dinamik, pemeriksaan saat bergerak, yang sulit dilakukan pada MRI. Tetapi detil
anatomis dan resolusi gambar lebih rendah dari MRI; struktur tulang tidak
terlihat, dan sulit digunakan sebagai panduan operasi. Akurasinya juga sangat
operator-dependent.
14
Gambar 12. USG potongan longitudinal. N.medianus normal (panah) dapat dikenali
karena posisinya yang superfisial dan struktur fasikuler hipoekoik, dibandingkan dengan
struktur tendon fleksor yang hiperekoik.
Gambar 13. (kiri) USG potongan longitudinal. Sindrom terowongan karpal. N.medianus
tampak memipih pada level ligamentum carpi transversum (panah besar), dan tampak
menebal dan bengkak di proksimal (panah kecil). (kanan) USG potongan axial. Tampak
pemipihan n.medianus pada level masuknya di kanal.
DIAGNOSA BANDING
3,4
15
SOL intrakranial
Multiple sklerosis
Radikulopati servikal
Siringomielia servikal
Thoracic outlet syndrome
Tumor saraf perifer (schwanoma, hamartoma dll)
Brachioplexitis idiopatik (Parsonage-Turner syndrome/neuralgic
amyotrophy)
Pleksopati brakialis
Sindrom pronator
Neuropati ulnar
Neuropati radial
Neuropati generalisata (DM, mononeuritis multiplex)
Sindrom Churg-Strauss
Kontusio n.medianus
Lesi vaskuler
Fenomena Raynaud
Hypothenar hammer syndrome (cedera pada arteri ulnaris di tangan
dengan cedera n. ulnaris sekunder)
16
TERAPI
Terapi Konservatif
4,7,8,9,10
1. Modifikasi lifestyle
Menghindari gerakan berulang, menggunakan peralatan yang
ergonomis saat bekerja, beristirahat secara berkala, dan beralih pekerjaan
sering dianjurkan untuk penderita penyakit ini, namun bukti yang
mendukung maupun menentang efektifitas metode ini masih belum
memadai.
2. Terapi oral
Pemberian kortikosteroid oral dapat memberikan perbaikan gejala
pada jangka pendek, dengan efek yang mulai berkurang setelah sekitar 8
minggu setelah obat dihentikan. Pemberian obat-obatan seperti NSAID,
diuretik, dan pyridoxin (B6) telah terbukti tidak lebih efektif dari plasebo.
3. Splinting
Ada banyak bukti yang mendukung penggunaan splint netral dan
cock-up, dengan hasil perbaikan klinis yang hampir sama.
17
Gambar 14. Macam-macam splint. (atas) splint dengan metal di daerah palmar
untuk menjaga posisi pergelangan tetap netral. (tengah) splint dengan
Metacarpophalangeal (MCP) bebas. (bawah) splint dengan imobilisasi MCP untuk
mencegah otot-otot lumbrikal masuk ke dalam terowongan karpal.
Gambar 15. Tehnik injeksi pada terowongan karpal. Jarum dimasukkan pada sisi
ulnar tendo palmaris longus dan masuk secara miring ke arah MCP joint dari jari
telunjuk.
antara dosis yang diberikan dan perbaikan klinis belum banyak diteliti, dan
belum banyak data yang mendukung jenis atau formulasi kortikosteroid
mana yang lebih baik. Biasanya digunakan triamcinolon 20mg,
diinjeksikan menggunakan spuit 1cc dengan jarum 25G.
Komplikasi utama dari tehnik ini adalah cedera pada n.medianus. nervus
ini terletak tepat di bawah tendon m.palmaris longus, tepat di tengah
pergelangan dan medial dari tendon m.flexor carpi radialis. Bila kesulitan
mengidentifikasi tendon m.palmaris longus, pasien disuruh menyentuh
ujung jari V dengan jempol. Lipatan medial yang terbentuk berdekatan
dan segaris dengan n.medianus.
Metode yang biasa dilakukan adalah menginjeksi tepat medial dari tendon
palmaris longus atau tepat diantara tendon palmaris longus dan flexor
carpi ulnaris. Metode yang lain adalah dengan menginjeksi di lateral
tendon palmaris longus atau diantara tendon palmaris longus dan flexor
carpi radialis. Satu penelitian menyimpulkan bahwa metode alternatif ini
memberikan jarak yang lebih aman dari jarum terhadap n.medianus,
tetapi meningkatkan resiko mengenai cabang kutaneus palmaris dari
n.medianus.
Pembedahan
4,7,10
Gambar 16. Tehnik operasi pada CTS. (kiri) insisi pada telapak tangan diarahkan
ke pergelangan tangan. (kanan) diseksi ligamentum carpi transversum.
20
1,2,3,4
21
gejala bila durasi gejala sebelum mulai terapi kurang dari 1 tahun, dan gejala
belum terlalu berat.
Pada pemberian injeksi kortikosteroid lokal, dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan sampai dengan 24% menyatakan gejala hilang dalam 3
bulan dan bebas gejala sampai 2 tahun, dan yang menyatakan adanya perbaikan
klinis mencapai 67%.
22
KEPUSTAKAAN
23