Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN KESEHATAN

PELAYANAN FISIOTERAPI DI TENGAH PANDEMI

Nama Anggota Kelompok Protection:

1. Sanggri Felistea
2. M. Abdurrohman Khoirul Amin Al Mursyid
3. Dek Ayu Sukma Ardani
4. Natasya Dinna Kamilla
5. Anisa Husnia
6. Muhammad Raihan Azriel Saputra

Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit koronavirus


2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, singkatan dari COVID-19) di
seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi
nama SARS-CoV-2. Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019.1 Dan ditetapkan
sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret
2020.2 Pandemi ini telah menyebabkan gangguan sosioekonomi global, penundaan
atau pembatalan acara olahraga dan budaya, dan kekhawatiran luas tentang
kekurangan persediaan barang yang mendorong pembelian panik, serta pelayanan
fisioterapi pun juga terganggu. Situasi kondisi yang kita hadapi sekarang
diibaratkan sebuah perang global yang sebelumnya belum pernah terjadi, dan
seluruh dunia perang melawan musuh yang sama.

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember
2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-
19).3

1
Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat
menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk
atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian
jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet
tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka
orang itu dapat terinfeksi COVID-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi COVID-
19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya
mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari
orang yang sakit.4 Petugas kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi
COVID-19 berisiko lebih tinggi dan harus konsisten melindungi diri mereka
sendiri dengan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat.5

Kehadiran pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah mengubah


tatanan dunia dalam waktu singkat. Barangkali juga tidak ada yang pernah
membayangkan bahwa pandemi ini akan menyebabkan derita kemanusiaan yang
begitu mendalam. Bahkan dalam waktu yang tidak lama, pandemi ini telah
menyebar secara cepat dalam skala luas dan menimbulkan banyak korban jiwa.

Secara sosiologis, pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan sosial


yang tidak direncanakan. Artinya, perubahan sosial yang terjadi secara sporadis
dan tidak dikehendaki kehadirannya oleh masyarakat. Akibatnya, ketidaksiapan
masyarakat dalam menghadapi pandemi ini pada gilirannya telah menyebabkan
disorganisasi sosial di segala aspek kehidupan masyarakat. Lebih jauh, kondisi
masyarakat yang belum siap menerima perubahan akibat pandemi Covid-19 tentu
dapat menggoyahkan nilai dan norma sosial yang telah berkembang dan dianut
oleh masyarakat selama ini.6

Harus diakui bahwa dampak pandemi Covid-19 telah memaksa komunitas


masyarakat harus adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan sosial yang
diakibatkannya. Ragam persoalan yang ada telah menghadirkan desakan
transformasi sosial di masyarakat. Bahkan, bukan tidak mungkin peradaban dan
tatanan kemanusiaan akan mengalami pergeseran ke arah dan bentuk yang jauh
berbeda dari kondisi sebelumnya. Lebih lanjut, wajah dunia pasca pandemi bisa
saja tidak akan pernah kembali pada situasi seperti awalnya.

2
Kedepan, masyarakat akan dihadapkan pada situasi perubahan yang tidak
pernah terbayangkan sebelumnya. Sejumlah tata nilai dan norma lama harus ditata
ulang dan direproduksi kembali untuk menghasilkan sistem sosial yang baru.
Munculnya tata aturan yang baru tersebut kemudian salah satunya ditandai dengan
adanya himbauan dari pemerintah untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah
sejak awal kemunculan virus ini di Indonesia. Begitu pula dengan pola kebiasaan
masyarakat yang guyub, senang berkumpul dan bersalaman, kini dituntut untuk
terbiasa melakukan pembatasan sosial.

Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di


tengah merebaknya pandemi Covid-19 juga telah mempengaruhi kebijakan-
kebijakan negara dalam mengatur perilaku dan kebiasaan masyarakat. Kebijakan
psysical distancing telah mengubah ragam bentuk perilaku masyarakat yang
kemudian mengharuskan adanya jarak fisik dalam proses interaksi sosialnya.

Dalam konteks ini, perilaku dan kebiasaan masyarakat secara


konvensional di masa pra-pandemi kemudian diatur dan ditransformasikan
melalui pola interaksi secara virtual. Kondisi ini sekaligus mempertegas bahwa
fungsi teknologi menjadi sangat penting sebagai perantara interaksi sosial
masyarakat di era pandemi saat ini.7

Harus diakui kondisi normal baru akan menyebabkan perubahan sosial,


termasuk pola perilaku dan proses interaksi sosial masyarakat. Sederhananya,
normal baru menekankan pada perubahan perilaku untuk tetap menjalankan
aktivitas secara normal, namun tetap merujuk pada protokol kesehatan yang
kemudian harus dibiasakan. Meskipun demikian, penerapan normal baru tidak
akan berjalan dengan maksimal, bila tidak disertai kedisiplinan tinggi oleh
masyarakat. Apalagi data kasus Covid-19 hingga kini masih menunjukkan angka
fluktuasi.8

Menurut WCPT, fisioterapi memberikan pelayanan kepada individu atau


kelompok untuk memperbaiki, mengembangkan dan memelihara gerak dan
kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau
kelompo tersebut. Layanan fisioterapi diberikan dimana individu atau kelompok

3
individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada proses pertambahan usia dan
atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit.9

Di tengah pandemi ini fisioterapi memiliki peran penting untuk tetap


menjaga kesehatan masyrakat, terutama dalam masalah pernapasan. Covid telah
mengakibatkan resiko penangan fisioterapi semakin berbahaya dikarenakan
perawatan fisioterapi membutuhkan kontak fisik langsung antara terapis dan
pasien. Jumlah pasien yang datang ke rumah sakit pun telah mengalami
penurunan sebagai bentuk penghindaran dari paparan covid ini.10

Pandemi dari COVID-19 telah banyak merubah susunan perwatan dalam


dunia kesehatan, dan menghentikan perawatan pasien.11 World Health
Organization (WHO) telah merekomendasikan untuk menunda perawatan yang
dianggap tidak mendesak untuk memastikan keamanan, dengan tetap menjamin
layanan rehabilitasi esensial.12 Agar penanganan pelayanan fisioterapi dapat
berjalan dengan baik walaupun ditengah pandemi ini, situs resmi Ikatan
Fisioterapi Indonesia (IFI) telah mengeluarkan beberapa kebijakan tentang
pelayanan fisioterapi di antaranya :

I. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan adalah hal utama yang perlu diperhatikan oleh seorang
fisioterapis pada saat:
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukann tindakan aseptic, maupun saat membersihkan
pasien
c. Setelah melakukan tindakan aseptic atau setelah terpapar cairan
tubuh pasien
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh area sekitar pasien
Cuci tangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sabun
dan air mengalir, atau dengan meletakkan hand sanitizser (tanpa
air).
II. Tidak menyentuh Hidung, Mulut dan Wajah
III. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

4
Untuk penggunaan APD hal yang perlu diperhatikan adalah
dilakukanya pemeriksaan apakah pasien memiliki keluhan demam, batuk,
pilek atau sesak nafas. Jika kondisi klinis ini ditemukan maka pasien harus
dipisahkan dan dilakukan screening lebih jauh untuk meningkatkan
kewaspadaan COVID-19 oleh petugas yang menggunakan APD.

IV. Desinfeksi Peralatan


V. Perlindungan lainnya
Untuk menambah kualitas kebersihan, hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Penyediaan alat kebersihan tangan
b. Membersihkan seluruh anggota tubuh setelah pemeriksaan
c. Memberikan acuan latihan dengan bentuk gambar atau vidio yang
instruksinya mudah dilakukan pasien dan tidak menimbulkan efek
yang berlebihan13

Kesimpulan
Kehadiran pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan dunia dalam waktu
singkat yang mengharuskan diberlakukannya kondisi normal baru yang akan
menyebabkan perubahan sosial, termasuk pola perilaku dan proses interaksi sosial
masyarakat. Sederhananya, normal baru menekankan pada perubahan perilaku
untuk tetap menjalankan aktivitas secara normal, namun tetap merujuk pada
protokol kesehatan yang kemudian harus dibiasakan. Meskipun demikian,
penerapan normal baru tidak akan berjalan dengan maksimal, bila tidak disertai
kedisiplinan tinggi oleh masyarakat.
Hingga saat ini per tanggal 19 november 2020 di Indonesia saja sudah
terkonfirmasi 483.518 kasus, angka ini bukanlah suatu hal kecil yang dapat
disepelekan karena Indonesia juga termasuk dalam urutan ke 21 di dunia perihal
penyebaran virus covid-19 berdasarkan worldometer kasus corona virus diseluruh
dunia. Dan penderita virus ini tidak memandang umur ataupun jenis kelamin jadi
diperlukannya kehatian-hatian yang ekstra dari setiap individunya untuk
memproteksi diri masing-masing karena cara penularan dari virus ini adalah

5
melalui tetesan kecil (droplet) yang dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau
bersin. Saat ini WHO menilai bahwa risiko penularan dari seseorang yang tidak
bergejala COVID-19 sama sekali sangat kecil kemungkinannya. Namun, banyak
orang yang teridentifikasi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan seperti
batuk ringan, atau tidak mengeluh sakit, yang mungkin terjadi pada tahap awal
penyakit. Pandemi dari COVID-19 telah banyak merubah susunan perawatan
dalam dunia kesehatan, dan menghentikan perawatan pasien. WHO telah
merekomendasikan untuk menunda perawatan yang dianggap tidak mendesak
untuk memastikan keamanan, dengan tetap menjamin layanan rehabilitasi
esensial. Agar penanganan pelayanan fisioterapi dapat berjalan dengan baik
walaupun ditengah pandemi ini, IFI telah mengeluarkan beberapa kebijakan
tentang pelayanan fisioterapi selama pandemic COVID-19 ini.

6
DAFTAR PUSTAKA

9
Akhmad Alfajri Amin, D. P. dan W. N. P. (2017). Pengaruh Terapi Latihan
Pada Post Operasi Pemasangan Ilizarov Pada Fraktur Tibia. 1(2), 80–81.

11
Ferreira, C. H. J., Driusso, P., Haddad, J. M., Pereira, S. B., Fernandes, A. C. N.
L., Porto, D., Reis, B. M., Mascarenhas, L. R., Brito, L. G. O., & Ferreira, E.
A. G. (2020). A guide to physiotherapy in urogynecology for patient care
during the COVID-19 pandemic. International Urogynecology Journal.
https://doi.org/10.1007/s00192-020-04542-8

13
Ikatan Fisioterapi Indonesia. (2020). Keamanan Pelayanan Fisioterapi Selama
Pandemi COVID-19. www.ifi.or.id

4,5
Infeksi Emerging. (2020). Tanya Jawab Coronavirus Disease (COVID-19) –
QnA Update 6 Maret 2020. Www.Infeksiemerging.Kemkes.Go.Id.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/

10
Larassaty, L. (2020). Pelayanan Fisioterapi di Masa Pandemi Menurun Drastis,
Berikut Pedoman PP-IFI Agar Pasien Aman dan Nyaman.
Www.Health,Grid.Id. https://health.grid.id/read/352229184/pelayanan-
fisioterapi-di-masa-pandemi-menurun-drastis-berikut-pedoman-pp-ifi-agar-
pasien-aman-dan-nyaman?page=all

2
Ristyawati, A. (2020). Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat
UUD NRI Tahun 1945. Administrative Law and Governance Journal, 3(2),
240–249. https://doi.org/10.14710/alj.v3i2.240-249

6,7,8
Saputra, H. (2020). No TitlePerubahan Sosial di Era Pandemi.
Www.Lombokpost.Jawapos.Com.
https://lombokpost.jawapos.com/opini/15/07/2020/perubahan-sosial-di-era-
pandemi/

1,3
Setiawan, A. R. (2020). Lembar Kegiatan Literasi Saintifik untuk Pembelajaran
Jarak Jauh Topik Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). Edukatif : Jurnal
Ilmu Pendidikan, 2(1), 28–37. https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.80

7
12
Turolla, A., Rossettini, G., Viceconti, A., Palese, A., & Geri, T. (2020).
Musculoskeletal Physical Therapy During the COVID-19 Pandemic: Is
Telerehabilitation the Answer? Physical Therapy, 100(8), 1260–1264.
https://doi.org/10.1093/ptj/pzaa093

8
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai